Anda di halaman 1dari 24

PROSEDUR K3

Apa itu Prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan apa peran pelatihan K3 untuk
mewujudkannya?

Prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan sebuah prosedur wajib
yang harus dijalankan oleh semua perusahaan di segala bidang. Tujuan K3 adalah untuk menjamin
kenyamanan proses kerja, baik itu karyawan maupun jajaran pimpinan perusahaan.

Dengan adanya prosedur K3 diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan dalam proses berjalannya
sebuah bisnis. Baik kerugian dalam bentuk fisik, materi ataupun jiwa. Sosialisasi terkait keamanan
keselamatan dan kesehatan kerja umumnya disampaikan melalui pelatihan K3.

Pengertian Prosedur K3

Berdasarkan pengertiannya, prosedur K3 adalah rangkaian proses yang dijalankan dalam sebuah
pekerjaan dimulai dengan penilaian mengenai risiko terkait pekerjaan tersebut. Penilaian risiko
berguna untuk menjamin keselamtan dan kesehatan seluruh karyawan selama mereka sedang
menyelesaikan tugas di dalam ruang lingkup pekerjaan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur K3 antara lain adalah pertimbangan tentang
adanya risiko baik cidera maupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan tersebut. Selain risiko
sumber daya manusia, risiko kerusakan alat maupun lingkungan sekitar juga termasuk ke dalam
cakupan prosedur K3.

Prosedur K3 muncul sejak manusia mulai mengenal pekerjaan. Adanya prosedur ini merupakan
bentuk pemenuhan hak asasi manusia, termasuk saat berada di tempat kerja.

Manfaat Prosedur K3

Mengingat dalam aktivitas pekerjaan kita tidak tahu risiko apa yang bisa muncul, prosedur K3
memiliki banyak manfaat antara lain:

Menciptakan rasa aman bagi semua karyawan ketika mereka melaksanakan tugas

Prosedur K3 yang diterapkan dengan baik bisa mendatangkan keuntungan untuk perusahaan karena
tidak perlu mengeluarkan dana tambahan berupa kompensasi untuk karyawan yang mengalami
cedera atau sakit selama bertugas

Penerapan prosedur K3, semua tugas dalam perusahaan dapat berjalan efisien, efektif dan terarah.

Dasar Hukum tentang Prosedur K3

Hingga saat ini tidak diketahui sejak kapan keselamatan dan kesehatan kerja mulai diterapkan di
dunia industri. Namun di Indonesia, aturan K3 sudah ada sejak masa Hindia Belanda. Saat itu,
prosedur K3 dikenal dengan nama Veiligheids Reglement. Pasca kemerdekaan, beberapa aturan
dicabut dan kemudian diganti.

Dasar hukum mengenai prosedur K3 terdapat dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun
1970. Di dalam undang-undang tersebut dijabarkan mengenai tempat-tempat kerja yang wajib
melaksanakan prosedur K3. Saat ini, K3 diberlakukan secara umum dan wajib dilaksanakan oleh
semua perusahaan di segala sektor.

Siapa Saja yang Wajib Mengetahui tentang Prosedur K3?


Menurut undang-undang, jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu berlaku untuk semua
pekerja baik yang beraktivitas di darat, laut, di dalam tanah maupun di udara. Semua karyawan
memiliki hak dan kewajiban terkait keselamatan dan kesehatan mereka saat bertugas. Sementara itu
perusahaan melalui pengawas atau pengurus K3, wajib mengawasi dan bertanggung jawab pada
semua prosedur mulai dari pencegahan hingga penanganan.

Untuk memperdalam pengetahuan perusahaan dan karyawan mengenai prosedur K3, Mutu Institute
hadir sebagai penyelenggara pelatihan K3.

Mengapa Harus di Mutu Institute?

Mutu Institute merupakan lembaga pelatihan yang berpengalaman sejak tahun 1995. Dengan
komitmen memberikan training terbaik, Mutu Institute siap membantu perusahaan Anda untuk
memahami tentang prosedur Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan sektor
industri yang dijalankan lewat pelatihan K3

Mutu Institute juga menghadirkan sistem pelatihan K3 dengan Hybrid Training. Hybrid Training
adalah inovasi terbaru dari Mutu Institute untuk melakukan pelatihan dengan 2 sesi berbeda yakni
online dan offline. Wujudkan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja karyawan Anda dengan
mengikuti training bersama Mutu Institute.
PROSEDUR 5S

Penerapan Konsep “5 S” Dalam Dunia Industri


Berdasarkan undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 3 yang berbunyi: “Pengurus
diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta
peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama
pada kecelakaan.”
Salah satu tool yang sangat terkenal dari continuous improvement adalah 5S, yang
merupakan dasar untuk sebuah perusahaan lean yang efektif. 5S terdiri dari 5 kata dalam
bahasa Jepang yaitu Seiri (Sort), Seiton (Straighten), Seiso (Sweep and Clean), Seiketsu
(Systemize), dan Shitsuke (Standardize). Konsep yang digarisbawahi dari 5S ini adalah
mencari waste kemudian mencoba untuk menguranginya. Waste dapat berarti produk yang
rusak karena lamanya waktu penyimpanan, space yang “terbuang” untuk penyimpanan
barang, hingga modal berbentuk produk jadi yang “mengendap” di gudang. Kelima
komponen “S” tersebut adalah:
1. Seiri (Ringkas)
Konsep pertama dari 5S adalah seiri, yang berarti ringkas. Menurut Hiroyuki Hirano
(2002:21), seiri adalah memisahkan barang menjadi dua golongan yaitu barang yang
diperlukan dan yang tidak diperlukan. Barang yang tidak diperlukan harus dipisahkan dari
area kerja, dimana mereka merupakan barang yang tidak/belum/jarang digunakan saat ini.
Untuk barang yang masih meragukan, maka diperlukan penilaian (appraisal) terhadap nilai
dari barang tersebut. Menurut Kristianto Jahja (2000:12), seiri yaitu: “singkirkan barang-
barang yang tidak diperlukan dari tempat kerja”.
Contoh penerapan seiri pada PT. Sosro (2004:8) adalah:
membedakan dan memisahkan barang yang masih digunakan dan yang tidak.
menyingkirkan dan menempatkan barang yang mungkin akan diperlukan di tempat terpisah.

2. Seiton (Rapi)
Seitonberarti menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar,
sehingga dapat dipergunakan dalam keadaan mendadak. Menurut Kristianto Jahja
(2000), seiton berarti menempatkan barang sesuai dengan jenis, fungsi dan volume
penggunaannya.
Tujuan dari konsep seiton adalah menghilangkan kegiatan yang tidak perlu, menghilangkan
ketidakpastian peletakan barang dan mengurangi resiko kehilangan
atau kesalahan pengambilan. Langkah-langkah menuju konsep seiton adalah
pengelompokan barang, persiapan tempat, pemberian tanda batas antar tempat,
pemberian tanda pengenal atau identifikasi barang dan denah penempatan barang. Faktor
terpenting dalam penerapan seiton adalah bagaimana merancang sebuah sistem yang
nantinya dapat dimengerti oleh setiap orang dengan mudah dan jelas.
Untuk wilayah kerja tertentu, peralatan harus diberi tanda dan disusun sesuai
peruntukannya di area tersebut. Hal ini akan mempermudah untuk memindahkan barang
yang tidak memiliki label dari area tersebut. Menyusun segala sesuatu pada tempatnya akan
membuat peralatan mudah dicari dan mudah digunakan.
Contoh penerapan konsep seiton di PT. Sosro  adalah:
Hindari kerja yang menghalalkan benda apa saja sebagai alat pengganti (misal; palu diganti
dengan batu, pengganjal mesin dari kayu, membuka botol dengan botol, dsb.)
Setiap barang yang berada di tempat kerja mempunyai tempat yang pasti
Sedikit resiko kehilangan barang
Kemudahan pengontrolan
Merapikan tempat kerja tidaklah sulit, yang sulit adalah menyempatkan diri untuk
melakukannya

3. Seiso (Resik)
Seiso menurut Kristianto Jahja (2004:46) berarti membersihkan segala sesuatu yang ada di
tempat kerja, pada prinsipnya adalah melakukan pemeriksaan secara teratur.
Dapat diartikan sebagai upaya membersihkan. Area kerja harus terlihat rapi dan bersih serta
siap untuk digunakan oleh shift selanjutnya. Area kerja harus dipelihara secara teratur
(misal; harian/per shift). Setiap peralatan dan perlengkapan kerja harus berada pada tempat
yang benar dan tak ada yang hilang. Area kerja yang dijaga dengan baik akan membuat
lingkungan kerja yang sehat.
Jadi, pembersihan adalah sesuatu yang memiliki pengaruh besar atas produktivitas,
keamanan, semangat kerja dan setiap aspek operasi lain. Bagian ini memerlukan perhatian
penuh. Gerakan seiso berupaya untuk mencapai kotoran dan debu nihil serta
menghilangkan cacat dan kesalahan kecil sesuai dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan
utama.
Contoh penerapan seiso di PT. Sosro (2004:9) adalah:
Menyediakan sarana kebersihan (alat kerja)
Pembersihan tempat kerja (melalui budaya kerja bakti)
Peremajaan tempat kerja, pelestarian seiso
4. Seiketsu (Rawat)
Konsep utama seiketsu adalah memelihara keadaan area kerja yang bersih dan rapi dengan
mengikuti disiplin 3S yang telah dilaksanakan. Perawatan yang dimaksudkan disini adalah
menjaga konsistensi pelaksanaan disiplin 3S (seiri, seiton, seiso) agar tetap dapat berjalan
dengan baik. Menurut Takashi Osada, seiketsu adalah “terus-menerus dan secara berulang-
ulang memelihara seiri, seiton, seiso baik secara personal maupun menyangkut pekerjaan.”
Tujuan dari seiketsu adalah:
Terjaganya lingkungan dalam kondisi tetap baik
Menjaga agar alat kerja selalu siap pakai dan menjaga mutu hasil kerja
Lebih mudah melatih karyawan baru
Contoh penerapan seiketsu di PT. Sosro (2004:9) adalah:
Perancangan mekanisme pantau yang meliputi; perancangan kode fungsi alat, perancangan
garis tanda batas untuk area penempatan barang, perancangan daftar periksa.
Melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu inspeksi harian dan inspeksi mingguan.

5. Shitsuke (Rajin)
Shitsuke merupakan upaya pembiasaan. Artinya, semua kegiatan 4S diatas tidak mungkin
bertahan lama, bahkan mungkin tidak akan pernah terlaksana, tanpa membuat semua
orang melakukannya berulang-ulang secara benar dan mempertahankan 3S yang
pertama. Shitsuke juga merupakan akuntabilitas manajemen untuk melatih orang agar
mengikuti peraturan perawatan ruangan. Manajemen harus mengimplementasikan aturan
tersebut dan mempraktekkannya, sehingga semua orang belajar darinya. Manajemen harus
berjalan di lantai pabrik, menjelaskan apa yang mereka mau dari para pekerja, memberi
penghargaan terhadap siapa yang mengikuti dan memberi peringatan kepada mereka yang
tidak mengikutinya.
Menurut Takashi Osada, shitsuke adalah “melakukan sesuatu yang benar sebagai
kebiasaan.” Konsep utama dari shitsuke adalah melakukan tugas/pekerjaan dengan benar
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Menurut Kristianto Jahja (2006:62), shitsuke berarti
“lakukan apa yang harus dilakukan, dan jangan melakukan apa yang tidak boleh dilakukan.”
Contoh penerapan shitsuke di PT. Sosro (2004:9) adalah:
Hargailah penerapan 5S di area kerja masing-masing
Ciptakan iklim/suasana kerja yang memacu pelaksanaan 5S
Tumbuhkan kesadaran agar 5S menjadi sikap/budaya kerja positif
Lakukan 5S sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari
Secara keseluruhan, 5S berarti perawatan ruang dan pengorganisasian tempat kerja yang
lebih baik. Tool Kaizen seperti 5S tak hanya digunakan untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan, namun juga membuat perusahaan dapat menunjukkan potensi kekuatan dan
kemampuan yang sebelumnya tersembunyi(Hirai, 2000 dalam Abdullah, 2003). 5S
merupakan budaya tentang bagaimana seorang memperlakukan tempat kerjanya secara
teratur. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan
dapat diciptakan.
ALAT ALAT KESELAMATAN KERJA DAN PENGGUNAAN APAR
Alat alat keselamatan kerja dan penggunaan APAR UU No. 1 Tahun 1970 tentang alat
keselamatan kerja
1. Pasal 3 ayat (1) butir f:
“Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
Untuk memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja...”
2. Pasal 9 ayat (1) butir c:
“Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
Tentang Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.”
3. Pasal 12 butir b
“Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
Untuk Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”
4. Pasal 14 butir b
“Pengurus diwajibkan Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli Keselamatan Kerja.”
1. Helm Keselamatan
Helm keselamatan atau safety helmet ini berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan,
pukulan, atau kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang atau meluncur di udara.
2. Sabuk dan tali Keselamatan
Sabuk keselamatan atau safety belt ini berfungsi untuk membatasi gerak pekerja agar tidak
terjatuh atau terlepas dari posisi yang diinginkan.

3. Sepatu Boot
Sepatu boot ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa benda
berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan
kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
4. Sepatu Pelindung
Sepatu pelindung ini berfungsi untuk melindungi kaki dari benturan atau tertimpa
benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.

5. Masker
Masker pernafasan ini berfungsi untuk melindungi organ pernafasan dengan cara
menyaring vemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel debu, aerosol, uap,
asap, ataupun gas.
6. Penutup telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau penutup telinga
(ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan ataupun
tekanan.

7. Kacamata Pengaman
Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara ataupun di air,
percikan benda kecil, benda panas, ataupun uap panas.
8. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas,
suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, tergores benda
tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti virus dan bakteri.

9. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya, partikel yang melayang di
udara atau air, percikan benda kecil, panas ataupun uap panas, benturan atau
pukulan benda keras atau tajam, serta pancaran cahaya.
10. Pelampung
Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di permukaan air
agar terhindar dari bahaya tenggelam. Alat ini terdiri dari life jacket, life vest atau
bouyancy control device untuk mengatur saat kita sedang terapung di air.

11. Wearpack
Wearpack biasanya digunakan sebagai pelindung diri dengan risiko tingkat tinggi.
Digunakan untuk menghindari panas, api, minyak, dan bensin.
12. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat pemadam kebakaran ringan
Selain melindungi diri, kamu pun perlu menyiapkan Alat Pemadam Api Ringan atau
disingkat APAR.
Alat ini digunakan untuk mengendalikan api kecil.
Setiap perusahaan wajib mempunyai APAR untuk mencegah pontesi kebakaran.

Cara penggunaan APAR


Prosedur Pengoperasian APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah melakukan Prosedur Pengoperasian APAR


(Alat Pemadam Api Ringan) berdasarkan pada PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
DAN TRANSMIGRASI No.: per.04/men/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT
PEMASANGAN DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN.
Cara menggunakan APAR adalah sebagai berikut:

1.Tarik kunci pengaman atau segel.


2.Pegang bagian ujung selang dan arahkan ujung selang ke sumber api.
3.Tekan tuas.
4.Kibaskan ujung selang pada sumber api secara perlahan sampai api padam.
ALAT ALAT KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970, Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

1. Pelindung Kaki
Pelindung kaki diperlukan untuk perlindungan terhadap benda yang jatuh atau
berguling, benda tajam, logam cair, permukaan panas dan permukaan basah dan
licin.
2. Pakaian – perlindungan torso
Banyak bahaya dapat mengancam tubuh: panas, cipratan dari logam dan cairan
panas, benturan, luka, asam, dan radiasi. Berbagai pakaian pelindung tersedia,
seperti, rompi, jaket, celemek, baju, dan coverall.
3. Pelindung Pendengaran
Alat yang digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang berlebihan
merupakan fungsi penggunaan dari APD Kebisingan
4. Pelindung Mata
Alat ini berfungsi melindungi mata dari berbagai partikel maupun radiasi
gelombang elektromagnetik.
5. Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan,
atau cedera kepala akibat kejatuhan benda keras. Alat ini juga bisa melindungi
kepala dari radiasi panas, api, percikan bahan kimia, ataupun suhu yang ekstrem.
6. Pelindung Pernapasan
Untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih atau
menyaring paparan zat berbahaya, seperti kuman, debu, kabut, uap, asap, dan
gas kimia tertentu agar tidak terhirup dan masuk ke dalam tubuh.
7. Pelindung Tangan
Untuk melindungi jari-jari tangan dari api, suhu panas atau dingin, radiasi, arus
listrik, bahan kimia, benturan atau pukulan, tergores benda tajam, atau infeksi.
Sarung tangan ini terbuat dari material yang beraneka macam, tergantung pada
kebutuhan dan pekerjaan.
HIMBAUAN ATAU RAMBU RAMBU KESELAMATAN KERJA

Safety Sign atau Rambu K3 merupakan salah satu cara yang menginformasikan
kepada para pekerja tentang bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan kerja
dari sesuatu aktivitas, area atau peralatan kerja tertentu. Sehingga, dengan
adanya rambu K3 tersebut setiap orang baik pekerja, tamu, dan kontraktor dapat
mengantisipasi sedini mungkin tentang bahaya-bahaya di area tersebut, hal ini
juga untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi.

Sesuai PP No. 50 Tahun 2012, perusahaan wajib memasang rambu-rambu K3


sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Pada UU No.1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Pasal 14 huruf (b) juga disebutkan bahwa pengurus
diwajibkan memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar
keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli Keselamatan Kerja.

Rambu-rambu K3 sendiri sangatlah banyak, dan para ahli sudah berusaha agar
rambu K3 yang ditampilkan tersebut dapat dipahami oleh semua orang dengan
mudah. Sebagai dasar pengetahuan sebaiknya rambu-rambu yang ada di tempat
anda bekerja bisa anda informasikan melalui safety induction.
Safety sign dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasarkan warnanya.
Warna Oranye (Warning/Awas/Peringatan)
Warna Kuning (Caution/Waspada)
Warna Biru (Notice/ Perhatian)
Warna Merah (Danger/ Bahaya)
Warna Hijau (Emergency/Safety)
Selain itu pula, pada umumnya berdasarkan bentuknya, rambu K3 tersebut
dikelompokkan (ISO 7010 & ISO 3864-1 edition 2002) menjadi seperti berikut:
Berikut merupakan contoh-contoh dari Rambu K3 yang umumnya dipergunakan.
Warning Sign : Bentuk umumnya yaitu Segitiga dengan Warna dasar kuning/
oranye dan untuk warna gambar dengan garis hitam merupakan simbol untuk
menunjukkan bahaya.
Mandatory Sign : Bentuk umumnya yaitu Lingkaran dengan Warna dasar biru, dan untuk
warna gambar dengan putih merupakan simbol instruksi keselamatan.
Prohibition Sign : Bentuk umumnya adalah lingkaran dengan warna dasar putih dan
dikelilingi dengan garis berwarna merah serta gambar utama dengan warna hitam.
Fire Sign : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna dasar merah dan untuk
gambar utama berwarna putih.
Emergency & Direction Sign : Bentuk umumnya adalah segiempat dengan warna dasar hijau
dan untuk gambar utama adalah putih.
PERILAKU DI DALAM INDUSTRI
Perilaku didefinisikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam
pasar untuk mencapai tujuan. Perilaku industri satu dengan industri lainnya adalah sangat
berbeda, dan perbedaan ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan struktur pasar dalam
industri. Perilaku yang mempunyai struktur atomistik, berbeda dengan dengan struktur
industri yang mempunyai struktur oligopoli atau monopoli. Variasi struktur ini seperti telah
dijelaskan sebelumnya dapat dilihat dengan berbagai ukuran, seperti diferensiasi produk,
rintangan masuk, tingkat konsentrasi, tingkat pertumbuhan permintaan pasar dan lain-lain.

Perilaku perusahaan dalam industri akan menarik untuk diamati apabila perusahaan berada
dalam struktur persaingan tidak sempurna. Perilaku perusahaan dalam struktur persaingan
sempurna kurang menarik untuk diamati karena sedemikian banyaknya perusahaan yang
ada dalam suatu industri akan menyebabkan perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk
menetukan harga. Materi yang akan dibahas berikut ini adalah tentang perilaku pada
industri oligopoli, terutama perilaku harga, karena jenis industri inilah yang paling banyak
ditemui dalam kenyataan sehari-hari.

Model-model perilaku industri (dalam hal ini industri oligopoli) yang terkenal antara lain
adalah model pimpinan harga (price leadership), kartel, harga berdasarkan biaya rata-rata
(average cost pricing), dan harga batas (limit pricing)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANG

PERINDUSTRIAN

Menimbang
a. Bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merdeka, bersatu, dan
berdaulat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan pembangunan nasional berdasar atas demokrasi
ekonomi; b. Bahwa pembangunan nasional di bidang ekonomi dilaksanakan dalam
rangka menciptakan struktur

Ekonomi yang kukuh melalui pembangunan industri yang maju sebagai motor penggerak
ekonomi yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan sumber daya
Yang tangguh;

b. Bahwa pembangunan industri yang maju diwujudkan melalui penguatan struktur


Industri yang mandiri, sehat, dan berdaya saing, dengan mendayagunakan sumber
daya secara optimal dan efisien, serta mendorong perkembangan industri ke seluruh
wilayah Indonesia dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional;

c. Bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian sudah tidak


sesuai dengan perubahan. Paradigma pembangunan industri sehingga perlu diganti
dengan undang-undang yang baru;

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,


huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Perindustrian;

Mengingat

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945

Anda mungkin juga menyukai