Disetiap tempat kerja atau industri tentunya terdapat suatu standar K3 yang
diterapkan untuk melindungi setiap pekerja yang bekerja di tempat kerja tersebut.
Di dalam K3 terdapat kata keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat diartikan
sebagai berikut :
Keselamatan (safety) dalam bekerja dapat diartikan segala upaya yang dilakukan
untuk melindungi pekerja, orang lain, peralatan kerja, bahan kerja dan tempat kerja.
Kesehatan (health) dalam bekerja dapat diartikan sebagai segala upaya yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit, mencegah kelelahan kerja dan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Hazard yang artinya suatu keadaan yang memungkinkan terjadinya bahaya saat
bekerja atau potensi yang dapat menimbulkan bahaya.
Danger yang artinya adalah peluang bahaya yang sudah tampak tetapi dapat
dicegah dengan berbagai tindakan preventif.
Risk yang artinya adalah resiko yang akan terjadi apabila terjadi bahaya kerja.
Incident yang artinya adalah munculnya kejadian yang bahaya yang tidak
diinginkan yang dapat menyebabkan kecelakaan dalam bekerja.
Accident yang artinya adalah kejadian bahaya yang terjadi dan disertai dengan
adanya korban atau kerugian baik pada manusianya atau benda kerjanya.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk pengendalian bahaya di tempat kerja antara lain
dapat dilakukan dengan membuat standar keselamatan kerja yang harus dilakukan
atau yang harus ada ketika di tempat kerja diantaranya :
Peralatan perlindungan diri yang harus dikenakan pekerja atau orang lain ketika di
dalam tempat kerja. Peralatan perlindungan diri diantaranya adalah safety helmet
(helm pengaman), penutup telinga, kacamata pengaman, pakaian kerja, safety
shoes (sepatu pengaman), masker dan lain sebagainya.
Membuat tanda-tanda tempat bahaya atau bahan yang dapat membuat bahaya,
misanlnya memberikan tanda terhadap bahan-bahan yang berbahaya, memasang
tanda-tanda peringatan atau batas diantara tempat untuk jalan dan tempat untuk
produksi (kerja) dan lain sebagainya.
Pengamanan tempat kerja apabila terjadi bahaya, misalnya jalur evakuasi bahaya,
alat pemadam kebakaran (APAR), alarm tanda bahaya, ventilasi ruangan yang cukup
dan lain sebagainya.
Tujuan K3
Tujuan utama dari penerapan K3 di lingkungan tempat kerja telah diatur di dalam
Undang-Undang, tepatnya pada Undang-Undang no 1 tahun 1970 tentang
kesehatan dan keselamatan kerja, yaitu :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain yang
kerja.
Arti dan Makna Logo K3 ini menjelaskan mengenai tujuan dari Mensukseskan
kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja di masing masing perusahaan
sesungguhnya memerlukan usaha dan effort yang besar, hal ini juga memerlukan
dukungan dari berbagai macam pihak, agar semua memahami dan ikut serta dalam
mengimplementasikan budaya K3 di masing masing perusahaan, maka disarankan
agar perusahaan perusahaan di indonesia yang menerapkan sistem Manajemen K3,
menggunakan Logo / Simbol K3 di Perusahaan.
Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) arti dan maknanya
terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Sebelas gerigi roda : Sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Lambang K3 ataupun logo (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dapat dipasang pada
seragam kerja maupun APD (helm keselamatan) sebagai wujud komitmen sebuah
Perusahaan terhadap penerapan K3 didalam tempat kerja.
Selain itu logo ataupun lambang K3 juga biasa dipasang pada dokumen-dokumen
K3, poster, rambu-rambu maupun papan nama pada Perusahaan sebagai bagian
dari komitmen Perusahaan terhadap K3 di lingkungan tempat kerja. Dengan adanya
K3 diharapkan keselamatan serta kesehatan para pekerja tetap menjadi perioritas
utama didalam bekerja.
Logo ini akan menjadi pengingat bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah
bagian yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas pekerjaan sehari-hari,
sehingga akan tercipta budaya K3 yang baik di dalam perusahaan / organisasi,
karena betapapun pentingnya pekerjaan tetapi tetap harus mementingkan
keselamatan kerja, karena apabila terjadi kondisi tidak aman, hal ini akan merugikan
karyawan itu sendiri, merugikan perusahaan, merugikan customer.
4. tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan kerja)
antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi,
getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik,
Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) Dari beberapa teori tentang
faktor penyebab kecelakaan yang ada, salah satunya yang sering digunakan adalah
teori tiga faktor utama (Three Main Factor Theory). Menurut teori ini disebutkan
bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor
tersebut dapat diuraikan menjadi :
1. Faktor Manusia
Faktor lingkungan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja faktor manusia
Umur
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik, mental,
kemampuan kerja, dan tanggung jawab seseorang. Umur pekerja juga diatur oleh
Undang-Undang Perburuhan yaitu Undang-Undang tanggal 6 Januari 1951 No.1
Pasal 1 (Malayu S. P. Hasibuan, 2003:48). Karyawan muda umumnya mempunyai
fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif, tetapi cepat bosan, kurang bertanggung
jawab, cenderung absensi, dan turnover-nya rendah (Malayu S. P. Hasibuan,
2003:54). Umum mengetahui bahwa beberapa kapasitas fisik, seperti penglihatan,
pendengaran dan kecepatan reaksi, menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih.
Sebaliknya mereka lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan lebih menyadari
akan bahaya dari pada tenaga kerja usia muda. Efek menjadi tua terhadap
terjadinya kecelakaan masih terus ditelaah. Namun begitu terdapat kecenderungan
bahwa beberapa jenis kecelakaan kerja seperti terjatuh lebih sering terjadi pada
tenaga kerja usia 30 tahun atau lebih dari pada tenaga kerja berusia sedang atau
muda. 22 Juga angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti
pertambahan usia ( Suma’mur PK., 1989:305 ).
Jenis Kelamin
Jenis pekerjaan antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Pembagian kerja secara
sosial antara pria dan wanita menyebabkan perbedaan terjadinya paparan yang
diterima orang, sehingga penyakit yang dialami berbeda pula. Kasus wanita lebih
banyak daripada pria (Juli Soemirat, 2000:57). Secara anatomis, fisiologis, dan
psikologis tubuh wanita dan pria memiliki perbedaan sehingga dibutuhkan
penyesuaian-penyesuaian dalam beban dan kebijakan kerja, diantaranya yaitu hamil
dan haid. Dua peristiwa alami wanita itu memerlukan penyesuaian kebijakan yang
khusus.
Masa kerja
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu
tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif.
Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya masa kerja
personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan
memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul
kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang
bersifat monoton atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu:
1. Masa Kerja baru : < 6 tahun 2. Masa Kerja sedang : 6 – 10 tahun 3. Masa Kerja
lama : < 10 tahun (MA. Tulus, 1992:121).
Penggunaan alat pelindung diri yaitu penggunaan seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat melindungi
tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.
Penggunaan alat pelindung diri dapat mencegah kecelakaan kerja sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan praktek pekerja dalam penggunaan alat
pelindung diri.
Tingkat Pendidikan
Perilaku
Variabel perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang mempengaruhi
tingkat kecelakaan. Sikap terhadap kondisi kerja, kecelakaan dan praktik kerja yang
aman bisa menjadi hal yang penting karena ternyata lebih banyak persoalan yang
disebabkan oleh pekerja yang ceroboh dibandingkan dengan mesin-mesin atau
karena ketidakpedulian karyawan. Pada satu waktu, pekerja yang tidak puas dengan
pekerjaannya dianggap memiliki tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi. Namun
demikian, asumsi ini telah dipertanyakan selama beberapa tahun terakhir. Meskipun
kepribadian, sikap karyawan, dan karakteristik individual karyawan tampaknya
berpengaruh pada kecelakaan kerja, namun hubungan sebab akibat masih sulit
dipastikan.
Peraturan K3
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Kebisingan
Bising adalah suara/bunyi yang tidak diinginkan . Kebisingan pada tenaga kerja
dapat mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi/percakapan antar pekerja, mengurangi konsentrasi, menurunkan daya
dengar dan tuli akibat kebisingan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja, Intensitas kebisingan yang dianjurkan adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja (Tabel
3).
Suhu Udara
Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia akan
mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°C- 27°C. Suhu
dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi otot.
Suhu panas terutama berakibat menurunkan prestasi kerja pekerja, mengurangi
kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan
motoris, serta memudahkan untuk dirangsang.
Kondisi panas sekeliling yang berlebih akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk,
mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal ini
akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia untuk menghasilkan panas dengan
jumlah yang sangat sedikit.
Penerangan
Penerangan ditempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda-benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan
kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini penting untuk
menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi.
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat obyek yang dikerjakan
secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya tidak perlu. Penerangan adalah penting
sebagai suatu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik pekerja. Beberapa
penyelidikan mengenai hubungan antara produksi dan penerangan telah
memperlihatkan bahwa penerangan yang cukup dan diatur sesuai dengan jenis
pekerjaan yang harus dilakukan secara tidak langsung dapat mengurangi banyaknya
kecelakaan. Faktor penerangan yang berperan pada kecelakaan antara lain kilauan
cahaya langsung pantulan benda mengkilap dan bayang-bayang gelap (ILO,
1989:101). Selain itu pencahayaan yang kurang memadai atau menyilaukan akan
melelahkan mata. Kelelahan mata akan menimbulkan rasa kantuk dan hal ini
berbahaya bila karyawan mengoperasikan mesin-mesin berbahaya sehingga dapat
menyebabkan kecelakaan (Depnaker RI, 1996:45).
Lantai licin
Lantai dalam tempat kerja harus terbuat dari bahan yang keras, tahan air dan bahan
kimia yang merusak (Bennet NB. Silalahi, 1995:228). Karena lantai licin akibat
tumpahan air, tahan minyak atau oli berpotensi besar terhadap terjadinya
kecelakaan, seperti terpeleset.
3. Faktor Peralatan
Faktor lingkungan Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja aktor peralatan
Kondisi mesin
Dengan mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan.
Selain itu, beban kerja faktor manusia dikurangi dan pekerjaan dapat lebih berarti.
Apabila keadaan mesin rusak, dan tidak segera diantisipasi dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja. 2.1.7.3.2 Ketersediaan alat pengaman mesin Mesin dan
alat mekanik terutama diamankan dengan pemasangan pagar dan perlengkapan
pengamanan mesin ata disebut pengaman mesin. Dapat ditekannya angka
kecelakaan kerja oleh mesin adalah akibat dari secara meluasnya dipergunakan
pengaman tersebut. Penerapan tersebut adalah pencerminan kewajiban perundang-
undangan, pengertian dari pihak yang bersangkutan, dan sebagainya.
Letak mesin
Terdapat hubungan yang timbal balik antara manusia dan mesin. Fungsi manusia
dalam hubungan manusia mesin dalam rangkaian produksi adalah sebagai
pengendali jalannya mesin tersebut. Mesin dan alat diatur sehingga cukup aman dan
efisien untuk melakukan pekerjaan dan mudah (AM. Sugeng Budiono, 2003:65).
Termasuk juga dalam tata letak dalam menempatkan posisi mesin. Semakin jauh
letak mesin dengan pekerja, maka potensi bahaya yang menyebabkan kecelakaan
akan lebih kecil. Sehingga dapat mengurangi jumlah kecelakaan yang mungkin
terjadi.
Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain
sebagai berikut (Suma’mur, 2009):
a. Faktor Lingkungan
Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang
dapat menjamin keselamatan.
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya
pagar atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang
bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah
terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman
tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau
alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi
pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang
kesemuanya harus cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam
penggunaannya.
d. Faktor manusia
Kecelakaan kerja juga dapat dikurangi, dicegah atau dihindari dengan menerapkan
program yang dikenal dengan tri-E atau Triple E, yaitu (Sedarmayanti,2011):
Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak bahan kimia
yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan
menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia
berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu,
asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara
lain:
Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung, zat beracun
dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat istirahat menghirup sekitar
lima liter udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa
zat, seperti fiber/serat, dapat langsung melukai paru- paru. Lainnya diserap ke
dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.
Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika makan makanan
yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang terkontaminasi atau makan di
lingkungan yang terkontaminasi. Zat di udara juga dapat tertelan saat dihirup,
karena bercampur dengan lendir dari mulut, hidung atau tenggoroka Zat beracun
mengikuti rute yang sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju
perut.
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu.
Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau
produk samping yang tidak diinginkan.
Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat me-
nimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan
dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan
pendengaran sementara atau permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah
kesehatan, tapi itu adalah salah satu bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap
kebisingan ditetapkan nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.
Penerangan
Getaran dapat dirasakan melalui lantai dan dinding oleh orang-orang disekitarnya.
Misalnya, mesin besar di tempat kerja dapat menimbulkan getaran yang
mempengaruhi pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan mesin tersebut
dan menyebabkan nyeri dan kram otot.
Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada
lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/detik2.
Iklim kerja
Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan ini memperlambat
pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alasan
mengapa sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan
kelembaban ditempat kerja. Faktor- faktor ini secara signifikan dapat berpengaruh
pada efisiensi dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di
ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat
dan mengurangi gangguan bahan kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai
dapat:
mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek kerja
yang aman.
Agar tubuh manusia berfungsi secara efisien, perlu untuk tetap berada dalam
kisaran suhu normal. Untuk itu diperlukan iklim kerja yang sesuai bagi tenaga kerja
saat melakukan pekerjaan.
Radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari radiasi tidak mengion antara
lain gelombang mikro dan sinar ultra ungu (ultra violet).
Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang radio, televisi, radar dan
telepon. Gelombang mikro mempunyai frekuensi 30 kilo hertz – 300 giga hertz dan
panjang gelombang 1 mm – 300 cm. Radiasi gelombang mikro yang pendek < 1 cm
yang diserap oleh permukaan kulit dapat menyebabkan kulit seperti terbakar.
Sedangkan gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm) dapat menembus
jaringan yang lebih dalam.
Radiasi sinar ultra ungu berasal dari sinar matahari, las listrik, laboratorium yang
menggunakan lampu penghasil sinar ultra violet. Panjang felombang sinar ultra
violet berkisar 1 – 40 nm. Radiasi ini dapat berdampak pada kulit dan mata.
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja di
pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran yaitu indoor
air quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan virus, bakteri
atau hasil dari pertanian, misalnya tabakosis pada pekerja yang mengerjakan
tembakau, bagasosis pada pekerja – pekerja yang menghirup debu-debu organic
misalnya pada pekerja gandum (aspergillus) dan di pabrik gula,. Penyakit paru oleh
jamur sering terjadi pada pekerja yang menghirup debu organik, misalnya pernah
dilaporkan dalam kepustakaan tentang aspergilus paru pada pekerja gandum.
Demikian juga “grain asma” sporotrichosis adalah salah satu contoh penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur kuku sering diderita para pekerja
yang tempat kerjanya lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam
tangan atau kaki di air seperti pencuci. Agak berbeda dari faktor-faktor penyebab
penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang pekerja ke
pekerja lainnya. Usaha yang lain harus pula ditempuh cara pencegahan penyakit
menular, antara lain imunisasi dengan pemberian vaksinasi atau suntikan, mutlak
dilakukan untuk pekerja-pekerja di Indonesia sebagai usaha kesehatan biasa.
Imunisasi tersebut berupa imunisasi dengan vaksin cacar terhadap variola, dan
dengan suntikan terhadap kolera, tipus dan para tipus perut. Bila memungkinkan
diadakan pula imunisasi terhadap TBC dengan BCG yang diberikan kepada pekerja-
pekerja dan keluarganya yang reaksinya terhadap uji Mantaoux negatif, imunisasi
terhadap difteri, tetanus, batuk rejan dari keluarga-keluarga pekerja sesuai dengan
usaha kesehatan anak-anak dan keluarganya, sedangkan di Negara yang maju
diberikan pula imunisasi dengan virus influenza.
Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikian
sehingga tidak ada pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan. Tempat – tempat
duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan untuk pekerja-pekerja dan pekerja-
pekerja harus diberi kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.
Ini berarti mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan kebutuhan
pekerja, bukan mengharapkan pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis
yang efektif menyediakan workstation, peralatan dan perlengkapan yang nyaman
dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Hal ini juga menciptakan lingkungan
kerja yang sehat, karena mengatur proses kerja untuk mengendalikan atau
menghilangkan potensi bahaya. Tenaga kerja akan memperoleh keserasian antara
tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara bekerja harus diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan otot, kelelahan yang
berlebihan atau gangguan kesehatan yang lain.
Resiko K3 adalah Risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam
aktivitas bisnis yang menyakut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan
kerja. Umumnya resiko K3 di konotasikan sebagai hal negatif (negative inpact)
antara lain :
A. Pengertian Kontaminasi
Kontaminasi adalah suatu kondisi dimana terjadi pencampuran terhadap suatu unsur
lain yang akan memberikan efek buruk tertentu. Dalam dunia industri termasuk
otomotif banyak sekali menghasilkan limbah atau kontaminan. Oleh karena itu
berbagai limbah atau kontamina tersebut harus dapat dikendalikan agar tidak
menyebabkan permasalahan.
Gas H2SO4 yang merupakan hasil elektrolisis accu pada saat pengisian maupun
pengosongan. Hal ini dapat diketahui dari bau menyengat asam sulfat. Oleh karena
itu diperlukan ruangan khusus yang digunakan untuk proses pengisian aki dan
ruangan tersebut memiliki ventilasi yang baik. Selain berbahaya untuk kesehatan,
gas H2SO4 dapat memicu ledakan apabila terkena sumber panas atau api.
Gas buang dari kendaraan bermotor memiliki berbagai unsur yang dapat
membahayakan kesehatan seperti karbonmonoksida, karbondioksida, hidrokarbon,
dan partikel lainnya. Oleh karena itu, sebuah workshop atau bengkel harus memiliki
ventilasi yang baik agar berbagai partikel tersebut tidak meracuni manusia
disekitarnya.
Kontaminan Cair seperti uap bensin, cairan pembersih, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu dalam proses perawatan diperlukan berbagai alat keselamatan seperti
masker untuk mencegah terjadinya keracuna akibat berbagai kontaminan cairan.
Limbah B3 atau limbah berbahaya seperti oli dan zat-zat lain yang mengandung
bahan-bahan berbahaya. Limbah berbahaya tersebut diperlukan pengelolaan khusus
agar tidak mencemari lingkungan. Limbah-limbah tersebut biasanya ditampung
terlebih dahulu kemudian dikirim ke tempat penampungan untuk didaur ulang.
1. Pilah sampah
Salah satu langkah utama dalam pengelolaan sampah adalah sorting atau
pemilahan. Sampah harus dipilah dan dibuang berdasarkan jenisnya agar
pengelolaan sampah lebih mudah.
1) Reduce
Reduce berarti mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak
lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak
“terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya
adalah pengurangan kebutuhan.
Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan
kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca
koran online, dan lainnya.
2) Reuse
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju
bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang
kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya
beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang
membutuhkan.
3) Recycle
Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah
organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun
sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas
kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia.
3. Good Housekeeping
sehingga barang yang ada di area kerja hanya barang yang dibutuhkan saja.
2. Seiton (rapi): baik barang maupun peralatan kerja harus diletakkan sesuai posisi
yang ditetapkan.
3. Seiso (resik): kegiatan membersihkan peralatan dan area kerja sehingga kondisi
peralatan terjaga baik dan area kerja yang bersih juga berdampak baik untuk
kesehatan karyawan.
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau fire extinguisher adalah alat yang digunakan
untuk memadamkan api atau mengendalikan kebakaran kecil. Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) pada umumnya berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan
pemadam api yang bertekanan tinggi. Dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3), APAR merupakan peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh setiap
Perusahaan dalam mencegah terjadinya kebakaran yang dapat mengancam
keselamatan pekerja dan asset perusahaannya.
Fungsi APAR
Komponen APAR
1. TABUNG (TUBE/CYLINDER)
Tabung Spare Part Untuk Tabung Pemadam Api Ringan, Apar Tabung (Tube) yang
baik dipakai terbuat dari bahan berkualitas tinggi baja paduan dan banyak
diterapkan dalam kimia, metalurgi, mekanik. Sehingga tahan terhadap bahan kimia
serta tahan terhadap tekanan yang terukur. Tabung berbentuk seamless yaitu
tabung yang dibuat tanpa adanya las.
2. VALVE
Apar Spare part yang berfungsi untuk menutup dan membuka aliran media (Isi)
yang berada di dalam tabung.
3. HANDLE
Spare part yang berfungsi sebagai pegangan untuk menekan serta membantu valve
dalam melakukan fungsinya.
4. PRESSURE
Apar Spare part yang berfungsi untuk menunjukkan tekanan N2 dalam tabung.
5. HOSE
Apar Spare part yang berfungsi sebagai pegangan untuk mengarahkan media pada
sumber api.
7. SABUK TABUNG
Apar Spare part yang berfungsi sebagai dudukan selang pada tabung.
8. PIN PENGAMAN
9. BRACKET/ HANGER
Berdasarkan Bahan pemadam api yang digunakan, APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) dapat digolongkan menjadi beberapa Jenis. Diantaranya terdapat 4 jenis
APAR yang paling umum digunakan, yaitu :
APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat
membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar
akan menutupi bahan yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk
proses kebakaran. APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan api yang
ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain, Karet dan lain
sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-
bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak, Alkohol, Solvent dan lain
sebagainya (Kebakaran Jenis B).
APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan untuk digunakan dalam Industri
karena akan mengotori dan merusak peralatan produksi di sekitarnya. APAR Dry
Chemical Powder umumnya digunakan pada mobil.
APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang menggunakan bahan
Karbon Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya. APAR Karbon
Dioksida sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang mudah terbakar)
dan Kelas C (Instalasi Listrik yang bertegangan).
Berikut ini adalah Kelas atau Golongan Kebakaran beserta Jenis APAR yang efektif
untuk memadamkannya:
– Kebakaran Kelas A
– Kebakaran Kelas B
– Kebakaran Kelas C
– Kebakaran Kelas D
Dalam bahasa Inggris, singkatan TATA ini disebut juga dengan PASS yaitu PULL,
AIM, SQUEEZE dan SWEEP.
2. Pegang bagian ujung selang. Jangan sekali-kali menekan bagian tengah atau
pangkal selang. Karena akan mengakibatkan media tidak terarah dengan baik.
Arahkan selang ke sumber api. Mengarahkan selang tepat ke sumber api akan
mempercepat proses pemadaman. Kesalahan yang sering dilakukan, pengguna
mengarahkan ke bagian atas sumber api atau ditembakkan di bagian lidah apinya.
Sehingga, kebakaran lama padam, bahkan resiko terburuk api tidak padam.
3. Tekan tuas (katup) bagian atas sepenuhnya. Lakukan hal ini dengan benar.
Karena dengan menekan tuas secara penuh akan lebih cepat mengeluarkan seluruh
isi media alat pemadam kebakaran. Sehingga api segera padam.
4. Sapukan dari satu sisi ke sisi lainya. Hal ini dilakukan agar media merata dan
kebakaran dapat dipadamkan dengan segera.
1. Gunakan alat pemadam api ringan saat api masih kecil. Pastikan api belum
menyebar. Segera lakukan evakuasi kepada semua orang yang ada di dalam
gedung. Dan, hubungi petugas pemadam kebakaran, juga pastikan ruangan tidak
penuh dengan asap.
2. Gunakan media pemadam api yang dapat memadamkan segala jenis kebakaran
dengan kapasitas memadai dan tidak terlalu besar. Sehingga alat pemadam
3. Pilih alat pemadam api yang sudah memiliki sertifikat pengetesan dari lembaga
terkait.
4. Baca instruksi penggunan yang melekat pada tabung dan pastikan Anda telah
dibutuhkan.