Pengendalian kualitas merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisa data kualitas, serta
menentukan dan menginterpretasikan pengukuran-pengukuran yang menjelaskan tentang proses
dalam suatu sistem industri guna menjaga konsistensi kualitas dari suatu produk untuk
memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pelanggan. Dalam meningkatkan mutu atau kualitas perlu
diadakan usaha-usaha pengendalian yang meliputi usaha pencegahan terhadap terjadinya
kesalahan, mengurangi penyimpangan atau cacat produk, dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Dengan adanya sistem pengendalian mutu atau kualitas maka produk yang dihasilkan
perusahaan akan menjadi lebih baik, sebaliknya jika dalam proses produksinya banyak produk
yang cacat akan terjadi pemborosan sehingga menurunkan efisiensi dan produktifitas
perusahaan. Penelitian ini menguji pengaruh budaya kaizen terhadap kinerja, pengaruh disiplin
kerja terhadap kinerja, pengaruh kompetensi terhadap kinerja. Kai berarti perubahan dan Zen
berarti baik, Kaizen berarti penyempurnaan. Di samping itu, kaizen berarti penyempurnaan yang
berkesinambungan yang melibatkan semua orang. Filsafat kaizen menganggap bahwa cara hidup
kita baik cara kerja, kehidupan sosial, maupun kehidupan rumah tangga perlu disempurnakan
setiap saat.
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
Menurut Masaki Imai dalam Mulyati dan Teguh (2013) Kaizen berati penyempurnaan.
Disamping itu penyempurnaan berkesinambungan yang melibatkan setiap pegawai yang
ada diperusahaan baik manajer puncak sampai karyawan. Perbaikan berkesinambungan ini
menggunakan biaya yang tidak besar. Perbaikan Kaizen bersifat kecil dan berangsur,
namun proses Kaizen mampu membawa perubahan yang dramatis mengikuti waktu.
Filsafat Kaizen menganggap bahwa cara hidup kita, baik cara kerja, kehidupan sosial,
maupun kehidupan rumah tangga perlu penyempurnaan.
Menurut Heizer dan Render (2005) Kaizen merupakan konsep payung yang mencakup
sebagian besar praktis khas Jepang yang dikenal belakangan ini di seluruh dunia. Konsep
payung tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1.
Kato dan Art Smalley dalam Fatkhurohman (2016) menyatakan bahwa ada 6 langkah
(steps) dalam membuat suatu Kaizen. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar
1.2.
Definisi 5S.
a. Seiri (ringkas) adalah kata pertama dari 5S yang berarti “Pengorganisasian atau
Pemilihan”.
b. Seiton (rapi) atau kerapian adalah kata kedua dari 5S. Kerapian adalah hal mengenai
sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan mendapatkannya kembali dengan
mudah pada saat diperlukan.
c. Seiso (resik) merupakan kata yang ketiga dari istilah 5S yang memiliki pengertian
kebersihan, membersihkan berarti memeriksa
d. Seiketsu (rawat) adalah S keempat dari istilah 5S yang berarti tertib pribadi. Yaitu
memperluas konsep kebersihan pada diri pribadi dan terusmenerus mempraktekkan tiga
langkah terdahulu
e. Shitsuke (rajin) adalah kata terakhir dari istilah 5S, yang diartikan sebagai disiplin
pribadi.
Menurut Suwondo (2012) manfaat penerapan 5S secara umum yang akan di dapat oleh
perusahaan yang menerapkannya adalah :
1) Meningkatkan semangat kerja tim
2) Tempat kerja lebih bersih, rapi dan teratur.
3) Lingkungan kerja lebih nyaman dan aman.
4) Penggunaan ruang kerja secara optimal.
5) Mempermudah pemeliharaan rutin.
6) Mengadakan standar kerja yang jelas.
7) Pengendalian persediaaan menjadi lebih efektif.
8) Mengurangi biaya operasional perusahaan.
9) Meningkatkan citra perusahaan.
10) Mengurangi keluhan pelanggan
Dalam Sebuah Praktek, variabel Praktek adalah faktor- faktor yang dapat diatur, dikendalikan,
atau diubah untuk mencapaitujuan atau hasil yang diinginkan. Pada laporan praktik tersebut
faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan workshop POLIFURNEKA dengan menggunakan
metode kaizen yaitu ;
Man (manusia)
Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi . Dalam manajemen,
faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Measure
Pengukuran Untuk mengetahui apakah suatu proses berjalan dengan lancar, manajer
memerlukan serangkaian indikator kinerja untuk diukur. Mereka tidak hanya akan
membantu mengidentifikasi kerusakan proses, tetapi juga membentuk garis dasar dari mana
peningkatan dapat diukur.
Material
Material atau bahan baku terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.
Merujuk pada bahan baku sebagai unsur utama untuk diolah sampai menjadi produk akhir
untuk diserahkan pada konsumen.
Mechine
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan
yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Market
DAlam metode kaizen tersebut juga menggunakan siklus PDCA ( Plan, Do, Check, Action)
selain konsep PDCA ini , ada kondep 5 S yang terkenal beasl dari Negara jepang untuk
mendudkung laporan praktik tersebut. Yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shisuke. Konsep-
konsep Tersebut akan menjadi metodologi dalam mendukung opeenelitian pada laporan
praktikum tersbut.
Hasil dari praktikum tersebut yaitu data penelitian melalui survey langsung di workshop
PILOFURNEKA, kemudian juga hasil wawancara yang dilakukan kepada silver expert. Melalui
hasil wawancara ini mahasiswa dapat menganalisisdengan menggunakan metode KAIZEN dan
konsep yang ada pada metode tersebut. Selain hasil wawancara didapatkan juga Dokumentasi
berupa produk kotak P3K sebanyak 15 buah hasil dari praktik oleh mahasiswa TPF.
Dari survey yang kami lakukan di area kerja workshop Polifurneka , kami mendapati banyak
limbah yang berserakan di sekitararea kerja yang dapat mengganggu aktivitas para saat
melakukan proses produksi. Selain itu banyak kertas bahkan makanan dan minuman di meja
kerja yang berserakan. Terdapat mahasiswa yang masih bercanda saat sedang melakuklan praktik
di area workshop yang tentu saja hal ini akan membahayakan diri mereka dan orang lain
disekitar workshop. Selanjutnya mahasiswa juga melakukan survey kepada alat dan mesin yang
digunakan untuk membuat produk furniture berdasarkan survey alat dan mesin hampir semuanya
tidak ada masalah dan sangat layak untuk digunakan, namun peletakan yang kurang tepat dan
penyimpanan yang kurang rapi menjadi masalah yang harus di perbaiki.
Pada tahap wawancara ini Mahasiswa mewawancarai salah satu silver expert yang ada fi
workshop Polifurneka yaitu mas Wahyu. Beliau menjawab dan menjelaskan pertanyaan kami
mengenai kotak P3K berjumlah 15 buah kotak yang tetdapat di Workshop Polifurneka. Beliau
menjelaskan awal mula pembuatan produk hingga produk jadi serta kendala yang dialami saat
proses pembuatan berdasarkan pertanyaan yang diberikan oleh mahasiswa.
Produk kotak P3K tersebut dibuat oleh mahasiswa TPF pada semester 1 dalam mata kuliah
pengetahuan dasar mesin, dan menggunakan alat manual tanpa serta mesin tangan listrik pada
proses pengerjaanya. Yang pertama kali dilakukan adalah harus membuat gambar kerja yang
lengkap terlebih dahulu untuk mengetahui ukuran pada produk yang dihasilkan. Untuk proses
produksinya sendiri melalui beberapa proses dimulai dari pembahanan, dilanjutkan dengan
konstruksi, kemudian Assembling ( perakitan), dan terakhir adalah finishing. Saat melakukan
pembahan terelenih dahulu membelah dan memotong secara manual menggunakan gergaji
potonhg dan gergaji belah. Terdapat kendala seperti mata pisau pada gergaji bengkok dan sering
tersangkut sehingga harus di goyangkan kekiri kanan agar mata pisau kembali normal. Pada
proses konstruksinya pun menggunkan pahat secara manual dan banyak tantangan berupa
kendala yang dialami seperti pahat yang kurang tajam, lubang pen yang terlalu dalam, dowel
yang terlalu panjang dan lain sebagainya. Dalam proses assembling sendiri dilakukan juga proses
pengamplasan manual dan pemberian lem. Saat finisihing harus dibedakan dulu apakah pori-pori
terbuka atau tertup untuk dilakukan pendempulan.
Dalam proses pembuatan produk seperti itu tentu banyak kendala yang dihadapi tidak hanya dari
alat atau mesinnya , pastinya juga dari bahannya. Mas wahyu menjelaskan bahwa tidak sering
cacat kayu menjadi masalah dalam proses produksi. Mata kayu misalnya, cacat mata kayu
biasanya dibuang dan tidak dipakai untuk pembuatan produk. Selain cacat kayu terkadang kayu
yang masih basah juga menjadi masalah karena harus dikeringkan terlebih dahulu karena akan
mempengaruhi proses produksi nantinya
3.2. Pembahasan
Dalam tahap analisa ini menggunakan diagram sebab akibat untuk menganalisis penyebab yang
menimbulkan cat kasar. Aspek yang menyebabkan prosuk cacat adalah faktor manusia, material,
lingkungan kerja, metode, dan mesin
1. Seiri (ringkas)
Ringkas disinin maksudnya adalah penggorganisiran atau pemilihan, Terorganisir berarti
menjaga barang yang diperlukan serta memisahkan barang yang tidak diperlukan dalam
pekerjaan. Terdapat barang barang yang berserakan di area kerja dan terlihat tidak
digunakan seperti limbah material dan lainya yang sebaiknya dikurangi.
2. beiton (rapi)
Setelah melakukan ringkas/seiri atau S yang pertama dari 5S, selanjutnya adalah menata
barang-barang yang diperlukan dengan rapi, yaitu dengan mengelompokkan barang
berdasarkan penggunaannya. Semua barang harus memiliki nama tertentu, alamat
tertentu, dan jumlah yang tertentu pula.
3. Seiso (resik)
Disini maksudnya dalah pembersihan, Yang termasuk didalamnya adalah kebersihan
mesin, alat kerja, lingkungan kerja, dan berbagai daerah didalam tempat kerja. Tujuan
dalam melakukan kebersihan adalah untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan, setiap
mesin, alat dan fasilitas kerja selalu dalam keadaan bersih, sehingga selalu siap pakai.
4. Seiketsu (rawat)
Pada step ini Konsep kebersihan lebih meluas lagi dimana bukan hanya membersihkan
saja alat dan mesin yang digunakan selain selalu dibersihkan juga harus dilakukan
pengecekan, perbaikan, service yang dilakuakan secara berkala untuk menjaga
kenyamanan saat bekerja dan tentunya jhasil yang memuaskan akan didapatkan.
Kekacauan akan muncul dan suasana kerja yang tidak nyaman akan terjadi jika
pengaturan tidak ditekankan secara terus menerus. Hal ini dapat mengakibatkan
munculnya suasana kerja yang tidak diinginkan.
5. Shitsuke (rajin)
Disini diartikan sebagai kedisiplinan pribadi, Disiplin maksudnya adalah menerapkan
kemampuan melakukan sesuatu sesuai dengan cara yang seharusnya, mempraktekkan 4S
terdahulu secara terus menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari. Kebiasaan yang buruk dapat dihilangkan dengan cara mengajari
karyawan mengenai hal yang harus dilakukan dan membiasakan mereka untuk berlatih
kebiasaan yang baik.
Dalam metode kaizen Implementasin yang tepat untuk doilakukan salah satunya adalahh
menarapkan konsep 5 S tersebut , Jika sudah di implementasikan maka dapat dilihat
apajkah kendala yang dihadapi, kkemudian identifikasi untuk menemukan solusinya dan
dapat diambil kesempulan dari metode tersebut. Hal ini dapat diajabarkan dalam diagram
seperti pada gambar dibawah ini
Bab 4 (Tulis tangan)
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan, yaitu :
1. Dari Hasil wawancara yang dilakukan kepada UMKM mebel , dapat dilihat melalui hasil
wawancara bahwa UMKM tersebut dapat menerapkan metode tqm, yang mana mereka
mempunyai cara mereka sendiri untuk peningkatan kualitas produknya serta
meningkatkan pelayanan terhadsap konsumen atau pelanggan yang mereka miliki.
Namun untuk peningkatan kualitas pekerja atau SDM nya tidak ada pelatihan khusus,
namun hanya diawasi oleh pemilik umk m untuk memastikan pekerjaan yang merka
kerjakan terkontrol. Hal ini tentu saja menjadi PR dimana pentingnya untuk memberikan
pelatihan kepada SDM agar dapat mempermudah pembuatan produk.
2. Dengan adanya penlitian tersebut Mahasiswa sendiri akan lebih paham karena melakuakn
prakti secara langsung kepada UMKM yang ada disekitar Kendal. Tentunya Mahasiswa
dapat memahami tujuan dan fungsi dari metode tersebut.
4.2. Saran
1. Memberikan pelatihan atau pengajaran khusus kepada pekerja atau karyawan agar lebih
paham dan lebih tau karena sebelum bekerja sudah mempunyai bekal terlebih dahulu
sebelum benar-benar bekerja.
Daftar isi
Siw, B. R., & W. P ST, MM, S. N. (2018). APLIKASI SIX SIGMA DMAIC DAN KAIZEN SEBAGAI METODE
PENGENDALIAN DAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK. 1-8.
Adyatama, A., & Handayani, N. U. (2018). PERBAIKAN KUALITAS MENGGUNAKAN PRINSIP KAIZEN DAN 5
WHYANALYSIS: STUDI KASUS PADA PAINTING SHOP KARAWANG PLANT 1, PT TOYOTA MOTOR
MANUFACTURING INDONESIA. Universitas Diponegoro, 1-8.
Dinata, M. W., & Purnawati, N. K. (2021). PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN PADA BENGKEL MOBIL PARAMITHA AUTO GRAHA DENPASAR. E-Jurnal
Manajemen, 1-22.
ROHMAH, Z., & MAHFUD, Y. (2021). PENGARUH BUDAYA KAIZEN, DISIPLIN KERJA DAN KOMPETENSI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN WONOSOBO. Journal
of Economic, Business and Engineering (JEBE), 1-10.