Anda di halaman 1dari 32

7 Ekonomi Gerakan

7.1 Pendahuluan
Untuk mendapatkan hasil kerja yag baik tentu diperlukan perancangan system kerja yang
baik pula.oleh karena itu system kerja harus dirancang sedemikian sehingga dapat
memberikan hasil kerja yang diinginkan

7.2 Prinsip prinsip ekonomi Gerakan yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan
Gerakan gerakanya
7.2.1 kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri Gerakan pada saat yang
sama
7.2.2 kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali
pada saat istirahat
7.2.3 gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainya simetris dan
berlawanan arah
7.2.4 Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat
7.2.5 sebaiknya memanfaatkan momentum untuk membantu Gerakan
7.2.6 Gerakan yang patah-patah, banayk perubahan arah akan memperlambat
Gerakan tersebut.
7.2.7 Gerakan balistik akan lebih cepat , menyenakan dan lebih teliti daripdada
Gerakan yang dikendalikan
7.2.8 pekerjaan sebaiknya dirancang semudah mudahnya dan jika memungkinkan
Irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerja
7.2.9 usahakan sesedikit mungkin Gerakan mata

7.3 Prinsip prinsip ekonomi Gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat
kerja
7.3.1 Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yag
tetap.
7.3.2 tempatkan bahan bahan dan peralatan di tempat yang mudah , cepat dan
enak untuk dicapai
7.3.3 tempat penyimpanan baham yang akan dikerjalan sebainya memanfaatkan
prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan di pakai selalu tersedia ditempat
yang dekat untuk diambil
7.3.4 mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang
7.3.5 bahan bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
Gerakan gerekan dapat dilakukan dengan urutan urutan terbaik.
7.3.6 Tinggi tempat kerja dan kursi sebainya sedemikian rupa sehingga alternatif
berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang
menyenangkan
7.3.7 Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya
bersikap(mempunyai postur) yang baik
7.3.8 Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan

7.4 Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan

Seringkali kita melihat bahwa kebanyakan peralatan yang dijumpai pada suatu pabrik
menunjukkan hanya dijalankan oleh tangan saja. Jika dilihat dari tenaga yang dipunyai oleh kaki
untuk beberapa pekerjaan kekuatannya jauh lebih dibandingkan dengan kekuatan tangan.

7.4.2 Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari satu kegunaan

Dari elemen-elemen gerakan yang telah dibahas di depan, para pembaca tentu sudah dapat
menguraikan pekerjaan mengambil ke dalam elemen-elemen gerakannya. Mengambil dapat
diuraikan ke dalam beberapa elemen gerakan, dua diantaranya yang memerlukan waktu
terpanjang adalah menjangkau dan membawa, kedua therblig ini sulit untuk dihilangkan karena
merupakan therblig-therblig yang produktif. Dengan pemakaian alat yang mempunyai lebih dari
satu kegunaan. Diharapkan proses mengambil alat yang lain dalam satu pekerjaan dapat
ditiadakan karena pekerjaan tersebut dapat pula dikerjakan oleh alat yang sedang dipakai.

Beberapa contoh lain alat yang mempunyai kegunaan lebih dari satu adalah tespen dan kunci
inggris.
7.4.3 Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan
dan penyimpanan

Pemegangan dari suatu alat sebaiknya dirancang dengan memperlihatkan ukuran-ukuran dan
kenyamanan dalam pemegangannya. Salah satu contoh dapat dilihat pada pemegangan tang,
biasanya pemegangan dirancang dengan memakai lekukan-lekukan yang diharapkan lekukan-
lekukan tersebut dapat diisi oleh jari tangan, dengan demikian pemegangan dapat dilakukan
dengan kuat.

Perancangan peralatan juga harus diatur sedemikian rupa sehingga alat- alat tersebut dapat
disimpan di tempat penyimpanan dan memungkinkan untuk mengambil secara mudah bila akan
dipakat dalam pekerjaan selanjutnya. Hal ini dapat dihubungkan dengan salah satu therblig di
depan, yaitu mengerahkan sementara.
7.4.4 Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti pekerjaan
mengetik. Beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari

Kedua tangan, yaitu tangan kanan dan kiri biasanya mempunyai kekuatan yang berbeda, tangan
kanan sering dijumpai lebih kuat daripada tangan kiri, meskipun oleh beberapa tipe pekerjaan hal
ini dapat disamakan. Tidak demikian halnya dengan jari, sulit sekali untuk menyamakan
kemampuan atau kekuatan dari tiap jari. Pada umumnya jari telunjuk dan jari tengah merupakan
jari yang terkuat di antara jari-jari lainnya. Penugasan pada setiap jari harus dipertimbangkan
sedemikian rupa sehingga beban yang diterimanya sesuai dengan perbandingan kekuatan yang
dimilikinya.
Menurut hasil penelitian Jann Hidayat Tjakraatmadja di Lab Tata cara Kerja & Ergonomi
Departemen Teknik Industri ITB dan Lab Fisiologi Fakultas Kedokteran UNPAD. Beban yang
dialami oleh masing-masing jari pada waktu mengetik dengan mesin tik yang ada sekarang, tidak
sesual perbandingan kekuatan yang dimiliki oleh tiap jari.
Untuk menyesuaikan perbandingan kekuatan terhadap pembebanan jari dalam pengetikan bahasa
Indonesia, peneliti di atas menyarankan susunan huruf letak tombol yang baru. Perbandingan tata
letak tombol dan beban yang dialami oleh masing-masing jari antara mesin tik yang ada sekarang
dengan mesin tik yang disusutkan dapat dilihat pada Gambar 7.5.

7.4.5 Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian
sehingga beban dapat melayaninya dengan posisi yang baik serta dengan tenaga yang minimum.
Yang dimaksud dengan sejenis peralatan di atas adalah peralatan yang sejenis dengan roda
penggerak pada pintu air, kemudi kapal laut, roda pembuka lemari besi, dan lainnya. Untuk dapat
merangsang peralatan ini dengan baik, terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor dari
peralatan tersebut yang berpengaruh terhadap pemakaiannya. Dengan demikian perancang dapat
mengendalikan faktor-faktor mendapatkan hasil yang baik dalam perancangannya.
Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kemudahan pelayanan terhadap peralatan di atas
antara lain adalah: posisi penempatan, diameter. Dan arah putar. Ketiga faktor inilah yang
memberikan pengaruh cukup besar karena pertama, posisi penempatan alat tersebut menentukan
sikap pekerja yang melayaninya, kemungkinan dilakukan dengan duduk atau membungkuk.
Kedua, diameter alat menentukan tenaga yang harus dikeluarkan oleh pekerja untuk memutar
alat tersebut. Pada dasarnya bila pekerjaan dilakukan dengan sikap tegak dan putaran alat tidak
terhalang oleh badan diameter yang besar mengakibatkan kecilnya tenaga yang diperlukan.

Ketiga, arah putar juga menentukan besar kecilnya tenaga yang diperlukan. Hal ini dipengaruhi
oleh kekuatan tangan kanan dan tangan kiri yang berbeda serta kekuatan untuk mendorong dan
menarik yang juga berbeda. Sehingga menentukan apakah sebaiknya tangan kanan yang
mendorong atau tangan kiri yang mendorong. Pemutaran peralatan di atas harus direncanakan
dengan baik.
BAGIAN 5
Pengukuran waktu

Bagian 3 dan 4 yang lalu telah membahas berbagai prinsip yang perlu dipegang dalam
merancang sistem kerja. Pada bab-bab didalamnya ditunjukkan bahwa unsur-unsur
manusia, mesin, dan peralatan serta lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan dengan baik
secara sendiri- sendiri maupun dalam kaitannya satu sama lain. Semuanya sebagai komponen
dari sistem kerja. Dengan melihat kembali bab 1 jelaslah bahwa prinsip-prinsip pengaturan kerja
yang dikemukakan dalam bagian 3 dan 4 itu akan mendatangkan beberapa alternatif sistem yang
terbaik. Untuk mendapatkan yang terbaik diperlukan adanya pengukuran yang teknik-tekniknya
tergabung dalam pengukuran kerja yang mencakup pengukuran waktu, tenaga, akibat-akibat
psikologis, dan sosiologis.
Bagian 5 ini akan membahas pengukuran waktu. Secara garis besar teknik-teknik pengukuran
waktu dibagi ke dalam dua bagian, pertama secara langsung dan kedua secara tidak
langsung. Cara pertama disebut demikian karena pengukurannya dilaksanakan secara
langsung, yaitu di tempat pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk di
dalamnya adalah cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sebaliknya, cara tak langsung
melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada di tempat pekerjaan, yaitu dengan membaca
tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen
pekerjaan atau elemen-elemen gerakan. Yang termasuk kelompok ini adalah data waktu baku
dan data waktu gerakan.

8 Pengukuran waktu jam henti

Sesuai dengan namanya, pengukuran waktu ini menggunakan jam henti sebagai alat
utamanya. Cara ini seringkali digunakan karena merupakan cara yang paling banyak
dikenal. Alasan lainnya yang menyebabkan metoda ini sering digunakan adalah kesederhanaan
aturan- aturan pengukuran yang dipakai.
Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik.
Langkah-langkah berikut ini.

8.1.1 Penetapan tujuan pengukuran

Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan
terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal- hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan
adalah peruntukkan penggunaan hasil pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang
dinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
8.1.2.Melakukan penelitian pendahuluan

Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh yang pantas untuk
diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu suatu sistem kerja dengan
kondisi yang telah ada selama ini termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas
tersebut. Artinya akan didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan, namun
dengan kondisi yang bersangkutan itu. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja
yang sesingkat- singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan
demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di
perusahaan tersebut tidak menunjang tercapainya hal tadi.
Sebagai contoh, katakanlah ada suatu pekerjaan yang berada di sebuah ruangan yang berjendela
tidak cukup besar. Keadaan ini bukan saja akan mengakibatkan pengapnya ruangan karena tidak
lancarnya pertukaran udara, tetapi juga menyebabkan gelapnya ruangan di saat hari mendung
Keadaan meja tempat pekerjaan dilakukan tidak baik: terlalu tinggi jika pekerja duduk di
kursi, dan terlalu rendah jika pekerja berdiri. Waktu penyelesaian yang pantas untuk kondisi
demikian tentu bisa dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu terbaik yang bisa
dicapai, melainkan waktu yang lebih panjang dari yang seharusnya diperlukan. Bagi
pekerja, kondisi demikian tidak selalu menguntungkan; antara lain menghambat dirinya
berprestasi kerja di samping akibat-akibat jangka panjang seperti terhadap kesehatannya.
Dari contoh ini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa waktu kerja yang pantas hendaknya
merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Dengan kata lain, pengukuran
waktu sebaiknya dilakukan apabila kondisi kerja dari pekerjaan yang diukur sudah baik. Jika
belum maka kondisi yang ada sebaiknya diperbaiki terlebih dahulu.
Hal yang sama dapat terjadi bila cara-cara kerja yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
belum baik. Untuk mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat, perbaikan cara kerja juga
perlu dilakukan.

8.1.3 Memilih operator

Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil
dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran
dapat berjalan dengan baik dan dapat diandalkan hasilnya: Syarat-syarat tersebut adalah
berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
Jika jumlah pekerja yang tersedia di tempat kerja yang bersangkutan banyak dan kemampuan
mereka dibandingkan akan terlihat perbedaan di antaranya dari yang berkemampuan rendah
sampai tinggi. Umumnya kemampuan akan berdistribusi seperti yang diperlihatkan pada Gambar
8.1. Terlihat bahwa orang-orang yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi
jumlahnya sedikit. Sementara orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara
statistik distribusi demikian dapat dibuktikan berdistribusi normal atau dapat didekati oleh
distribusi normal.
Kembali pada tujuan mengukur waktu, yaitu untuk mendapatkan waktu penyelesaian, maka
dengan melihat kenyataan kemampuan pekerja seperti ditunjukkan tadi jelaslah orang yang
dicari bukanlah orang yang berkemampuan tinggi atau rendah, karena orang-orang yang
demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi, yang dicari
adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang secara wajar diperlukan oleh pekerja normal, dan ini
merupakan orang-orang yang berkemampuan rata-rata. Dengan demikian pengukur harus
mencari operator yang memenuhi hal tersebut.

8.1.4 Melatih operator

Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang pelatihan masih diperlukan bagi
operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa
dijalankan operator.
Hal ini terjadi jika yang akan diukur adalah sistem kerja baru sehingga operator tidak
berpengalaman menjalankannya. Bahkan bila sistem kerjanya adalah yang sudah ada selama
ini, operator pun bisa kurang menguasai pekerjaannya terutama bila banyak perubahan
rancangan yang dilakukan. Dalam keadaan seperti ini operator harus dilatih terlebih
dahulu, karena sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang
telah ditetapkan itu.

8.1.5 Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan

Di sini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari
pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklusnya
adalah Jumlah dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan
produk sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan. Misalnya waktu
siklus untuk merakit pulpen adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengambil komponen-
komponen pulpen dari wadahnya. menggabungkan bagian bawah pulpen, pegas, isi, dan bagian
atasnya sehingga merupakan suatu pulpen yang lengkap. Gerakan-gerakan
mengambil, menggabungkan bagian bawah, pegas, dan seterusnya bisa merupakan elemen-
elemen pekerjaan, dan jumlah dari waktu gerakan- gerakan ini keseluruhan adalah waktu siklus
perakitan pulpen.
Namun, satu siklus tidak harus berarti waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk
sehingga menjadi barang jadi seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya.
Gambar 8.4 menunjukkan sebuah jam henti biasa, yaitu yang mempunyai sebuah jarum
penunjuk. Jika siklus/elemen yang bersangkutan selesai, tombol C ditekan yang mengakibatkan
satu di antara kedua jarum berhenti bergerak sementara jarum lainnya bergerak terus. Jarum yang
diam menunjukkan lamanya siklus/elemen pertama dilakukan. Posisi waktu dari jarum yang
berhenti segera dicatat pada lembaran pengamatan.

Setelah pencatatan, tombol C ditekan lagi sehingga jarum yang diam bergabung dengan yang
berjalan tadi untuk berjalan bersama-sama lagi. Bila siklus/elemen kedua selesai, tombol C
ditekan lagi sehingga salah satu jarum berhenti seperti tadi dan angka yang ditunjukkannya pada
skala dicatat. Begitu terus dilakukan, tombol C ditekan berulang-ulang pada setiap berakhirnya
suatu siklus/elemen, yang dilanjutkan dengan pencatatan angka yang ditunjukkan pada
skala. Jika yang sedang diukur merupakan siklus/elemen yang terakhir kali diukur, diakhir
siklus/elemen yang ditekanlah tombol A yang akan menghentikan kedua jarum tersebut.

Alat pengukur ketiga adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8.6. Jika Jarum A akan
dihentikan karena siklus/elemen pertama selesai, batang D ditekan lagi, kali ini dengan tekanan
yang sedikit lebih besar dari yang pertama. Selanjutnya hal yang sama dilakukan untuk
menghentikan jarum B serta menggerakkan jarum C dan penekanan kali ini akan mengakibatkan
juga kembalinya jarum A ke titik nol. Demikian berlangsung Matang D ditekan, sebuah Jarum
bergerak, satu jarum yang lain berhenti dan satu Jarum lagi kembali ke titik nol.

Karena setiap kali jarum kembali ke titik nol maka angka pada skala yang ditunjukkan setiap
jarum adalah waktu dari siklus yang bersangkutan . Karena berbeda dengan jenis kedua tadi, jam
henti yang ketiga ini tidak memerlukan perhitungan pengurangan untuk mengetahui waktu dari
siklus/elemen-elemen yang diukur. Jam henti biasa harganya paling murah dibandingkan yang
lain, tetapi hanya dapat digunakan untuk melakukan pengukuran keseluruhan yang tidak
memperhatikan elemen-elemen pekerjaan. Yang berjarum dua dapat mengatasi hal ini, artinya
dapat mengukur sampai ke elemen-elemennya tapi pengukuran bersifat kumulatif.

Kini banyak digunakan juga jam henti digital seperti yang dicontohkan pada Gambar
8.7. Sebagal alat untuk mengukur waktu bagi suatu sistem kerja, Jam jenis ini pada dasarnya
berfungst sama dengan jam henti dari jenis-jenis yang telah dibicarakan sebelumnya. Selain pada
umumnya memiliki fitur «lapsed time» secara standar, jam henti digital memungkinkan
ketelitian ukur yang lebih tinggi. Agar catatan ini baik blasanya lembaran-lembaran itu
disediakan sebelum pengukuran dengan kolom dan baris yang pencatatan dan pembacaan
kembali.

Pertama untuk pengukuran keseluruhan seperti yang contohnya diperlihatkan pada Gambar
8.8. Di dalam kotak di setiap baris diisi dengan waktu yang teramati pada jam henti untuk setiap
siklus. Sementara jika pengukuran elemen yang dilakukan, maka lembaran pengamatannya
adalah seperti yang terlihat pada Gambar 8.9. Seandainya jam henti yang digunakan memerlukan
adanya penghitungan- penghitungan pengurangan maka kedua lembar tadi terlihat seperti pada
Gambar 8.10 dan Gambar 8.11.

Yang atas adalah tempat mencatat angka yang ditunjukkan jam henti ketika suatu siklus/elemen
berakhir. Selain kotak-kotak untuk mencatat waktu, lembaran pengamatan juga memuat baris
untuk mencantumkan keterangan-keterangan yang juga diperlukan seperti nama pekerjaan yang
diukur, mesin yang dipakai, operator yang diukur, pengukur waktunya, dan lain-lain. Pena dan
pensil juga disiapkan untuk mencatat segala yang diperlukan pada lembaran-lembaran
pengamatan. Contoh-contoh bentuk papan yang baik, yaitu yang bersifat ergonomik
diperlihatkan pada Gambar 8.12.
Perhatikan pula lengkungan-lengkungan yang tampak pada Gambar 8.6 dan 8.7. Lengkungan-
lengkungan yang tampak dimaksudkan untuk memudahkan pemegangan oleh tangan dan
penempatan papan pada badan. Lengkungan-lengkungan tersebut disesuaikan dengan
genggaman tangan dan lengkungan tubuh yang menyangganya.

Jika alat-alat ini telah disiapkan, selesailah sudah persiapan-persiapan

Yang mendahului pengukuran.

8.2 Melakukan pengukuran waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu- waktu kerja baik setiap
elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat- alat yang telah disiapkan di atas. Bila operator
telah siap di depan mesin atau di tempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur, pengukur
memilih posisi untuk tempat dia berdiri mengamati dan mencatat. Berikut ini adalah hal-hal yang
dikerjakan selama pengukuran berlangsung. Hal pertama yang dilakukan adalah pengukuran
pendahuluan.

Tujuan melakukan hal ini ialah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistikal dari banyaknya
pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang
diinginkan. Seperti yang telah dikemukakan.
Untuk mengetahui jumlah pengukuran yang harus dilakukan, diperlukan beberapa tahap
pengukuran pendahuluan seperti dijelaskan berikut ini.

Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang
banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya enam belas kali atau lebih. Setelah pengukuran
tahap pertama ini dijalankan, selanjutnya dijalankan tahap-tahap kegiatan menguji keseragaman
data dan menghitung jumlah pengukuran yang harus dilakukan. Bila jumlah pengukuran yang
dilakukan belum mencukupi, dilanjutkan dengan pengukuran tambahan, yaitu mengukur lagi
untuk mengejar jumlah minimum yang diperlukan. Untuk kecermatan. setelah pengukuran
memenuhi syarat kecukupan data seperti yang telah dihitung dilakukan lagi uji keseragaman data
dan penghitungan kecukupan data. Bila kali ini data yang ada terhitung cukup. barulah
pengukuran dihentikan. Namun, bila belum juga cukup, tambahan pengukuran perlu dilakukan
lagi, dan proses pun berulang.
Untuk jelasnya contoh berikut ini merupakan penerapan cara atutran tadi. Misalnya pengukuran
pendahuluan tahap pertama telah dilakukan dan menghasilkan 16 data yang diperlihatkan pada
tabel berikut ini.
Pengukuran 1 2 3 4 5 6 7 8
ke
Waktu 14 10 12 15 17 18 15 16
Pengukuran 9 10 11 12 13 14 15 16
ke
Waktu 11 9 14 16 10 18 14 15

Ini berarti untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan tersebut masih diperlukan (64,19-16)
atau 49 kali pengukuran lagi (dibulatkan). Dengan demikian harus dilakukan pengukuran tahap
kedua. Andaikan hasilnya terlihat seperti berikut ini.
Pengukuran ke 17 18 19 ……………..31
32
Waktu 13 12 16 ……………..12
10

Dalam contoh ini diperlihatkan bahwa jumlah pengukuran tahap kedua dan pertama adalah 32.
Memang kita tidak perlu melakukan pengukuran tahap kedua sedemikian sehingga jumlah
totalnya 49 atau lebih karena secara statistika sampling umumnya harga N' cenderung mengecil
dengan bertambahnya jumlah data. Gejala ini juga disebabkan operator telah semakin terbiasa
dengan pekerjaannya sehingga fluktuasi waktu yang dihabiskannya mengecil.

Dengan dikumpulkannya data ini, selanjutnya adalah melakukan pengelompokkan data menjadi
subgrup, dilanjutkan dengan menghitung harga rata-rata dari subgrup dan seterusnya sama
dengan yang dilakukan tadi sampai mendapatkan BKA dan BKB baru. Jika semua harga rata-
rata subgrup berada di antara kedua batas ini, maka seperti tadi dihitung lag Jumlah pengukuran
yang diperlukan (harap diperhatikan bahwa perhitungan-perhitungan pada tahap kedua ini
mengikutsertakan data dari tahap pertama).

Seandainya jumlah pengukuran yang diperlukan ternyata masih lebih besar daripada jumlah
pengukuran yang telah dilakukan (N'> N: dalam contoh di atas N = 16+16 =32), maka
pengukuran tahap ketiga harus dilakukan. Pada tahap ini pun urutan-urutan pekerjaan sama
dengan tahap-tahap sebelumnya. Demikian seterusnya pengukuran yang diperlukan sudah
melampaui yang telah dilakukan (N'<N). sampai Jumlah

Dapat juga langsung dilakukan 49 kali pengukuran lagi untuk memenuhi kecukupan data tadi.
Keuntungan dengan cara ini adalah tidak perlu melakukan perhitungan berkali-kall seperti cara
sebelumnya. Kerugiannya, Dalam contoh ini diperlihatkan bahwa jumlah pengukuran tahap
kedua dan pertama adalah 32. Memang kita tidak perlu melakukan pengukuran tahap kedua
sedemikian sehingga jumlah totalnya 49 atau lebih karena secara statistika sampling umumnya
harga N' cenderung mengecil dengan bertambahnya jumlah data. Gejala ini juga disebabkan
operator telah semakin terbiasa dengan pekerjaannya sehingga fluktuasi waktu yang
dihabiskannya mengecil.

Dengan dikumpulkannya data ini, selanjutnya adalah melakukan pengelompokkan data menjadi
subgrup, dilanjutkan dengan menghitung harga rata-rata dari subgrup dan seterusnya sama
dengan yang dilakukan tadi sampai mendapatkan BKA dan BKB baru. Jika semua harga rata-
rata subgrup berada di antara kedua batas ini, maka seperti tadi dihitung lag Jumlah pengukuran
yang diperlukan (harap diperhatikan bahwa perhitungan-perhitungan pada tahap kedua ini
mengikutsertakan data dari tahap pertama).

Seandainya jumlah pengukuran yang diperlukan ternyata masih lebih besar daripada jumlah
pengukuran yang telah dilakukan (N'> N: dalam contoh di atas N = 16+16 =32), maka
pengukuran tahap ketiga harus dilakukan. Pada tahap ini pun urutan-urutan pekerjaan sama
dengan tahap-tahap sebelumnya. Demikian seterusnya pengukuran yang diperlukan sudah
melampaui yang telah dilakukan (N'<N). sampai Jumlah

Dapat juga langsung dilakukan 49 kali pengukuran lagi untuk memenuhi kecukupan data tadi.
Keuntungan dengan cara ini adalah tidak perlu melakukan perhitungan berkali-kall seperti cara
sebelumnya. Kerugiannya besar kemungkinan pengukuran yang dilakukan berjumlah lebih besar
dari yang disyaratkan sehingga cukup menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. Namun, tentunya
dengan bantuan komputer, cara pertama dapat dilakukan dengan cukup mudah.
Pada bagian sebelumnya telah berulang kali disebutkan istilah-istilah tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan. Apakah sebenarnya arti dari hal- hal ini? Begitu pula apa yang dimaksud
dengan pengujian keseragaman data? Karena kedua hal ini mempunyai peranan penting dalam
pengukuran, maka sebelum langkah pengukuran waktu ini dibahas lebih lanjut, berikut ini akan
dibahas sedikit banyak tentang hal-hal tersebut.

9 Penyesuain dan kelonggaran


9.1 Penyesuaian
9.1.1 Maksud melakukan penyesuaian

Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan


operator. atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang
buruk. Penyebab seperti tersebut di atas mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu
singkat atau terlalu waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang
dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja baku yang diselesaikan secara
wajar.
Jadi, jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus/elemen yang diketahui diselesaikan
dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi
wajar. Blasanya dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata- rata atau waktu elemen rata-
rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya
sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya
atau waktu yang normal.

9.1.2 Konsep tentang bekerja wajar

Dalam kehidupan sehari-hari pun hal ini sering bisa kita rasakan, yaitu bila di suatu waktu
melihat seseorang yang sedang bekerja Dalam waktu yang tidak terlampau lama, kita dapat
menyatakan bahwa orang tersebut bekerja dengan lambat atau sangat cepat. Ini berarti kita telah
membandingkan sesuatu dengan sesuatu lain yang wajar, walaupun yang ditulis terakhir tidak
selalu mudah untuk dinyatakan. Ketepatan berpengalaman bagi jenis pekerjaan yang sedang
diukur. Di samping konsep-konsep yang dikemukakan oleh Intenational Labour Organization
ini, terdapat juga konsep yang lebih terperinci, yaitu yang dikemukakan oleh Lawry.

Mereka berpendapat bahwa ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran
dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Walaupun usaha-usaha
membakukan konsep bekerja wajar telah dilakukan, namun penyesuaian tetap tampak sebagai
sesuatu yang subjektif. Memang hal inilah yang dipandang sebagai kelemahan pengukuran
waktu dilihat secara alamiah. Namun, bagaimanapun penyesuaian harus dilakukan karena
ketidakwajaran yang ketidaknormalan data merupakan sesuatu hal yang biasa terjadi.
Beberapa cara menentukan faktor penyesuaian Cara pertama adalah cara persentase yang
merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian. Di sini besarnya
faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama
melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan yang terlihat selama pengukuran dia menentukan
harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan
dengan waktu siklus. Misalnya si pengukur berpendapat bahwa p110%, Jika waktu siklusnya
telah terhitung sama dengan 14.6 menit, maka waktu normalnya:

Wn = 14.6 x 1.1 16.6 menit

Terlihat bahwa penyesuaiannya diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Memang cara
ini merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun segera pula terlihat adanya
kekurangan ketelitian sebagai akibat dari "kasarnya" cara penilaian. Bertolak dari kelemahan ini
dikembangkanlah cara-cara lain yang dipandang sebagai cara lain yang lebih objektif. Cara-cara
ini umumnya memberikan "patokan" yang dimaksudkan untuk mengarahkan penilaian pengukur
terhadap kerja operator. Dua cara akan diperkenalkan di sini, yaitu cara Shumard dan cara
Westinghouse.

Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan
setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri (lihat Tabel 9.1).

Di sini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut kelas-kelas
Superfast, Fast +, Fast, Fast, Excelent, dan seterusnya.

Seseorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60. dengan kinerja yang lain dibandingkan
untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila kinerja seorang operator dinilai Excelent maka ia
mendapat nilai 80. dan karenanya faktor penyesuaiannya adalah:

p= 80/60 1.33

Jika waktu siklusnya sama dengan 276,4 detik, maka waktu normalnya:
W₁ = 276,4 x 1,33 367,6 detik

Tabel 9.1 Penyesuain menurut cara Shumard

Kelas Penyesuaian
Superlast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast - 85
Excellent 80
Good + 75
Good 70

Kelas Penyesuaian
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40

Berbeda dengan cara Shumard diatas, cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada faktor
yang dianggap menentukan kawajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan,
Usaha, Kondisi kerja dan Konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilainya
masing-masing.
Keterampilan atau Skill didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan.
Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ke tingkat tertentu saja, tingkat
yang merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan.
Keterampilan juga dapat menurun. yaitu bila terlampau lama tidak menangani pekerjaan
tersebut. Atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, rasa fatique
yang berlebihan, pengaruh lingkungan sostal, dan sebagainya.

Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari
setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini.

Super skill:
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna.
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik.
4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena
lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan
(sudah sangat otomatis).
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat
baik.

Excellent skill:
1. Percaya pada diri sendiri.
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau pemeriksaan lagi.
5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerjanya cepat tapi halus.
9. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.

Good skill:

1. Kualitas hasil baik.


2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya.
3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah.
4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tiada keragu-raguan.
7. Bekerjanya "stabil".

8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik.


9. Gerakan-gerakannya cepat.

Average skill:

1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.


2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak ada keragu-raguan.
6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.
8. Bekerja cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

Fair skill:
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah dipekerjakan di bagian itu
sejak lama.
6. Mengetahui apa-apa yang dilakukan dan harus dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin.
7. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.
9. Blasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

Poor skill:
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakan-gerakannya kaku.
3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas di atas bahwa yang membedakan kelas
keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri,
koordinasi,irama gerakan,"bekas-bekas" latihan, dan hal-hal lain yang serupa.
Dengan pembagian ini pengukur akan lebih terarah pekerja dilihat dari segi keterampilannya.
Karenanya faktor penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat lebih objektif.
Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga kelas-kelas dengan ciri-ciri tersendiri.
Yang dimaksud usaha di sini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator
ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya, yaitu:
Excessive effort:
1. Kecepatan sangat berlebihan.
2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

Excellent effort:
1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.
2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran.
5. Menerima saran-saran petunjuk dengan senang.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10. Bekerjanya sangat sistematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

Good effort:

1. Bekerja berirama.
2. Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Senang pada pekerjaannya.
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan waktu pengukuran waktu.
7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang,
8. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan
9. tempat kerjanya diatur baik dan rapih.
10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik..
11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.

Average effort:
1. Tidak sebaik good. tapi lebih baik dari poor.
2. Bekerja dengan stabil.
3. Menerima saran-saran tapi tidak melaksanakannya.
4. Set up dilaksanakan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.

Fair effort:

1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.


2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya.
3. Kurang sungguh-sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang tebaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.
8. Terlampau hati-hati.
9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.
10. Gerakan-gerakannya tidak terencana.

Poor effort:
1. Banyak membuang-buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran-saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat- alat dan bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

Dari uraian di atas seperti terlihat adanya korelasi antara keterampilan dengan usaha. Dalam
praktiknya banyak terjadi pekerja mempunya keterampilan rendah bekerja dengan usaha yang
lebih sungguh-sungguh sebagai imbangannya. Kadang-kadang usaha ini begitu besar sehingga
tampak berlebihan dan tidak banyak menghasilkan. Sebaliknya, yang mempunyai keterampilan
tinggi tidak jarang bekerja dengan usah yang tidak didukung, tapi bisa menghasilkan kinerja
yang lebih baik, Jad walaupun hubungan antara "kelas tingg pada keterampilan deng usaha
tampak erat sebagaimana juga dengan kelas-kelas renda Imaksudnya antara excellent dengan
excellent, fair dengan fair dan selanjutnya), kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi
secar terpisah di dalam pelaksanaan pekerjaan. Karenanya cara Westinghouse memisahkan
faktor keterampilan dari usaha dalam rangka penyesuaian.

sesuatu yang Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau Condition pada tara Westinghouse
adalah kondist fistk lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, suhu, dan kebisingan ruangan.
Bila 3 faktor lainnya, yait keterampilan. usaha. dan konsistensi merupakan dicerminkan operator,
maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator
tanpa banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering diseba sebagai
faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang atau memperbaikinya.
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu Ideal. Excellent
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu Ideal. Excellent. Good Average, Fair, dan Poor.
Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan karateristiknya
masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Satu kondisi yang dianggap
good untuk satu pekerjaan dapat saja dirasakan fair atau bahkan poor bag pekerjaan yang lain.
Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang
bersangkutan. yaitu yang memungkinkan kinerja maksimal dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor
adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan atau bahkan sangat
menghambat pencapaian kinerja yang baik. Sudah tentu suatu pengetahuan tentang kriteria yang
disebut ideal, dan kriteria yang disebut poor perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja
dalam rangka melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti mungkin. Ergonomi
banyak mempelajari hal-hal ini.

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi atau Consistency. Faktor ini perlu
diperhatikan karena pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah
semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu
siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-
batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus
diperhatikan. Sebagaimana halnya faktor-faktor lain, konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas
yaitu Perfect. Excellent, Good. Average, Fair, dan Poor. SEseorang yang bekerja Perfect adalah
yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari saat ke saat.
Secara teoretis mesin atau pekerja yang waktunya dikendalikan mesin merupakan contoh yang
variasi waktunya tidak diharapkan terjadi. Sebaiknya konsistensi yang Poor terjadi bila waktu-
waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Konsistensi rata-rata atau
average adalah bila selisih antara waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar walaupun
ada satu dua yang "letaknya" jauh.
9.2 Kelonggaran

Di dalam praktek banyak terjadi penentuan waktu baku yang dilakukan hanya dengan
menjalankan beberapa kali pengukuran dan menghitung rata-ratanya. Selain data yang
seragam, jumlah pengukuran yang cukup dan penyesuaian. Satu hal lain yang kerap kali
terlupakan adalah menambah kelonggaran atas waktu normal yang telah
didapatkan. Menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.

Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama
pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun dihitung. 
9.2.1 Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
Yang termasuk ke dalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal sepert minum sekedarnya untuk
menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk
menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas
terlihat sebagal sesuatu yang mutlak, tidak bisa misalnya seseorang diharuskan terus bekerja
dengan rasa dahaga atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang
jam-jam kerja. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu
berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai
karakteristik sendiri-sendiri dengan "tuntutan" yang berbeda-beda.

9.2.2 Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue

Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan saat- saat dimana menurunnya hasil
produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatigue, karena masih banyak kemungkinan lain yang
dapat menyebabkannya. Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja untuk
menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari
normal dan ini akan menambah rasa fatigue. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan
terjadi fatigue total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan
gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Bab 5 yang membicarakan
Ergonomi, antara lain membahas macam- macam dan sebab-sebab fatigue.

Dalam bab tersebut dikemukakan pula bagaimana fatigue merupakan hal yang akan terjadi pada
diri seseorang sebagal akibat melakukan pekerjaan.

9.2.3 Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan

Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan terhindarkan adalah


 Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas
 melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin
 memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang
kembali ban yang lepas dan sebagainya
 mengasah peralatan potong
 mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang
 hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan
 mesin berhenti karena matinya aliran listrik

Salah satu cara yang biasa digunakan untuk menentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan
tak terhindarkan adalah dengan melakukan sampling pekerjaan yang tekniknya dibahas dalam
bab yang akan datang.

10 Sampling pekerjaan

Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan, pengamat tidak
terus menerus berada di tempat pekerjaan melainkan mengamati hanya pada sesaat-sesaat pada
waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Pada awalnya, cara ini dikembangkan di Inggris oleh
seorang yang bernama L.H.C.

10.1 Bekerjanya sampling pekerjaan

Telah disebutkan di atas bahwa sampling pekerjaan dilakukan cara sesaat-sesaat pada waktu-
waktu yang ditentukan secara acak. Bagaimana suatu pengamatan demikian dapat menghasilkan
sesuatu yang berguna seperti waktu kerja? Untuk memahami berbagai kegunaan sampling
pekerjaan kiranya akan lebih baik kalau diketahui terlebih dahulu bagaimana bekerjanya cara ini.

10.2 Berbagai kegunaan sampling pekerjaan

Karena cara bekerjanya seperti yang telah dikemukan di atas, sampling pekerjaan mempunyai
beberapa kegunaan lain di bidang produksi selain untuk menghitung waktu penyelesaian. 
Kegiatan-kegiatan tersebut ialah
a.Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja. 
b.Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik
c.Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung
d.Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan
10.3 Langkah-langkah sebelum melakukan sampling pekerjaan
Pada dasarnya langkah-langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan
yang diketengahkan pada cara Jam henti. Begitu pula langkah-langkah yang dijalankan sebelum
sampling dilakukan yaitu:
a. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan,yang akan menentukan
besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan
b. Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan
untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika belum, perbaikan-perbaikan sistem
kerja Larus dilakukan dahulu
c. Memilih operator atau operator-operator yang baik
d. Bila perlu, mengadakan latihan bagi para operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan
sistem kerja yang dilakukan
e. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan. Secara terperinci, hal ini akan
dibahas di halaman berikutnya.
f. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan. lembaran-lembaran
pengamatan, pena atau pensil. Papan pengamatan disini tidak berbeda dengan yang digunakan
untuk pengukuran dengan waktu jam henti (lihat kembali gambar 8.12). Sedangkan lembaran
pengamatan adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 10.1.
10.4 Melakukan sampling

Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan
untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diperlukan.

10.5 Cara menentukan waktu pengamatan secara acak


Berulang kali telah kita sebutkan bahwa kunjungan kunjungan dilakukan dalam waktu-waktu
yang ditentukan secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan
waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu-satuan waktu tidak
terlampau panjang. Berdasarkan satuan-satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.
Misalnya satu-satuan panjangnya 5 menit. Jadi satu hari kerja (7 Jam) mempunyal 84 satuan
waktu. Ini berarti jumlah kunjungan per hari tidak lebih dari 84 kali. Jika dalam satu hari
dilakukan 36 kall kunjungan maka dengan bantuan tabel bilangan acak ditentukan saat-saat
kunjungan tersebut.

10.6 Menghitung waktu baku

Misalkan pada contoh di atas, akhirnya didapat bahwa jumlah pengamatan yang diperlukan
adalah 425 kali, dan jumlah pengamatan yang dilakukan 432 kali selama 12 hari penuh atau
sama dengan 5040 menit. Dari ke-432 pengamatan ini frekuensi kegiatan produktif yang teramati
adalah 343 dan jumlah barang dihasilkan selama dilakukan sampling kerja adalah 370 buah.
Maka:
a. Jumlah pengamatan 432
Jumlah produktif 343
Presentase produktif 343/432x100%=79,4%
b. Jumlah menit pengamatan 5040 menit
Jumlah menit produktif 79,4/100x5040= 4002 menit
c. Jumlah barang dihasilkan selama pengamatan 70 buah
Waktu diperlukan/ buah 4020/370= 10,82 menit
d. Faktor Penyesuaian 0,95
Waktu normal (10,82x0,95)menit
e. Kelonggaran 23%
Waktu baku 1 10,82+0,23(10,82)= 13,31 menit

Disini dianggap bahwa pekerjaan menyelesaikan produk penuh yang bersangkutan sepenuhnya
manually controlled, artinya kecepatan kerjanya sepenuhnya tergantung pada pekerjaan yang
bersangkutan. Bagaimana jika ada sebagian di anataranya yang manually controlled yaitu
kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh mesin?
Seandainya pada contoh kita tadi dari ke-343 produktif 87 di antaranya manually controlled
maka perhitungan diatas menjadi :

a. Jumlah pengamatan 432


Jumlah produktif 343 atau 79,4%
Jumlah man.cont.256 atau 74,6% (dari produktif)
Jumlah manch.cont. 87 atau 25,4 % (dari produktif)
b. Jumlah menit pengamatan 5040 menit
Jumlah menit produktif 4002 menit
c. Jumlah barang dihasilkan 370 buah
Jumlah waktu produksi/buah 10,82 menit
Jumlah man.cont / buah 0,746x10,82=8,07 menit
Jumlah manch.cont / buah 0,254x10,82=2,75 menit
d. Faktor Penyesuaian 0,95
Waktu normal (8,07x0,95)+2,75= 10,82
e. Kelonggaran 23%
Waktu baku 1 10,42+0,23(10,42)= 12,82 menit

Terlihat bahwa faktor penyesuaian dikalikan hanya terdapat pada bagian waktu yang manually
controlled karena memang faktor penyesuaian adalah untuk kegiatan-kegiatan demikian. Yang
machine controlled tidak perlu disesuaikan karena kegiatan-kegiatan ini dapat diasumsikan
bekerja normal.
10.7 Sampling pekerjaan untuk menghitung kelonggaran

Selain untuk mendapatkan waktu baku dan kegunaan-kegunaan lain. sumpling pekerjaan dapat
juga dipergunakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan besarnya kelonggaran. Pada bab 9
telah ditemukan adanya tiga macam kelonggaran yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan
rasa fatigue dan untuk hambatan-hambatan yang tak terhindarkan.
Jika sampling pekerjaan dilaksanakan untuk keperluan ini maka pemisahan kegiatannya dapat
dibentuk seperti:

kegiatan 1: kegiatan untuk kebutuhan pribadi


kegiatan 2: kegiatan untuk menghilangkan fatigue
kegiatan 3: hambatan-hambatan yang tak terhindarkan
kegiatan 4 lain-lain.

Selanjutnya langkah-langkahnya mengikuti langkah-langkah sampling pekerjaan. Kegiatan 1. 2,


dan 3 dapat digabungkan menjadi satu. Yaitu kegiatan kelonggaran" sehingga menjadi:
kegiatan 1: kegiatan kelonggaran
kegiatan 2: lain-lain

Cara demikian lebih sederhana, antara lain karena jumlah pengamatan yang diperlukan lebih
sedikit. Tetapi tentunya tidak dapat diketahui secara terperinci.
Sebaliknya penguralan yang lebih terperinci dapat juga dilakukan, misalnya menjadi :

kegiatan I: bercakap-cakap sekedarnya


kegiatan 2: minum sekedarnya
kegiatan 3: ke kamar kecil
kegiatan 4: berhenti waktu istirahat dan seterusnya

Dengan demikian kelonggaran untuk setiap macam kegiatan yang bersangkutan dapat diketahui.
Namun cara ini menuntut jumlah pengamatan yang lebih banyak karena persentase setiap
kegiatan yang terperinci ini (relatif terhadap seluruhnya) kecil atau sangat kecil.

11 Data waktu baku


11.1 Pendahuluan
Penelitian dengan data waktu baku mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan
penelitian langsung, terutama dalam segi ongkos dan kecepatan.
Pada prinsipnya data waktu baku berisi kompilasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
berbagai elemen pekerjaan dari pengukuran- pengukuran atas elemen-elemen itu pada waktu
yang lalu. Dengan demikian bila pekerjaan tersebut diulang, waktu yang pantas untuk
menyelesaikannya sudah diketahui. Memang karena diperlukan biaya yang tinggi dalam
pembentukan data waktu baku, cara ini mendatangkan keuntungan bila pekerjaan-pekerjaan di
suatu pabrik atau tempat kerja lain mengandung banyak elemen-elemen yang sama.
11.2 Penguraian pekerjaan ke dalam elemen-elemen pekerjaan
Kesamaan suatu pekerjaan dengan yang lainnya lebih banyak terletak pada elemen-elemennya,
artinya satu atau beberapa elemen terjadi pada beberapa pekerjaan. Misalnya elemen mengambil
bahan dapat terjadi pada hampir semua pekerjaan pada setiap tempat kerja. Jika waktu elemen ini
dibakukan maka ini dengan mudah dan cepat diketahui setiap saat elemen at muncul di pekerjaan
mana pun. Begitu pula halnya dengan elemen yang lain. Dengan melakukan penguraian, waktu
penyelesaian berbagai pekerjaan dapat ditentukan dengan mudah.
11.3 Pemilihan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pekerjaan
Setelah elemen-elemen pekerjaan ditentukan, tindakan selanjutnya adalah mencari faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap elemen pekerjaan tersebut. Hal ini penting sekali karena dalam
perhitungan nanti. faktor- faktor inilah yang dicari hubungannya dengan waktu penyelesaian
pekerjaan.
Untuk mencari faktor-faktor yang berpengaruh, peneliti harus dapat mengumpulkan keterangan-
keterangan yang lengkap dari suatu elemen pekerjaan. Misalnya keterangan tentang bahan yang
dikerjakan, kondisi kerja, kualitas hasil kerja, dan lain-lain, sehingga diharapkan peneliti dapat
dengan mudah mencari kaitan antara waktu penyelesaian kerja dengan faktor-faktor pembentuk
kerja.

11.4 Pengukuran untuk pembentukan data waktu baku


Untuk dapat membentuk data waktu baku yang baik, maka sudah tentu pembentukannya pun
harus mengikuti langkah-langkah yang teratur. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik.
para pembaca tentu sudah mengetahui dari bab 9 yaitu tentang pengukuran waktu dengan jam
henti. Untuk kepentingan pembentukan data waktu baku ketentuan- ketentuan tersebut masih
dipergunakan karena data-data untuk penentuan ini berasal dari pengukuran dengan jam henti.
11.5 Penyajian bentuk persamaan.
Penyajian bentuk persamaan merupakan langkah terakhir dalam pembentukan persamaan
tersebut, sejak dari penguraian elemen kerja. memilih faktor yang mempengaruhi besaran yang
diukur, mengadakan pengukuran. dan menghitung "hubungan antara faktor-faktor di atas besaran
yang dibentuknya.
Penyajian suatu persamaan harus memudahkan dalam pemakaiannya. dalam arti singkatnya
waktu yang diperlukan untuk menghitung waktu yang dinyatakan dalam bentuk persamaan.
Selain itu juga harus jelas menunjukkan kondisi-kondisi yang berlaku untuk persamaan yang
bersangkutan. Misalnya suatu persamaan hanya untuk dipakai pada shift malam. Jika demikian
berarti untuk shift pagi dan siang mempunyai persamaannya sendiri. Dalam prakteknya, pemakai
data waktu baku akan memperhatikan hal ini untuk memastikan bahwa kondisi-kondisi yang dari
sistem kerja yang akan dihitung waktu bakunya sesuai dengan kondisi pada saat persamaan
dibentuk. Untuk itulah penyajian bentuk persamaan harus dilengkapi dengan keterangan-
keterangan atau instruksi-instruksi pemakaian yang lengkap.
12 Data waktu gerakan
12.1 Pendahuluan
Dengan pengukuran Waktu Jam Henti. Sampling Kerja (Work Sampling) atau cara-cara lain
untuk menentukan waktu baku, penyelidikan harus dilakukan secara menyeluruh terus menerus.
Dengan Jam Henti misalnya. berpuluh-puluh bahkan mungkin lebih pengamatan harus dilakukan
terhadap pekerjaan yang diselidiki. Begitu pula dengan sampling kerja. pengamatan acak
(random) sesaat-sesaat harus dilakukan beratus sampal beribu kali untuk mendapatkan hasil yang
teliti. Sehingga untuk menentukan waktu baku secara demikian membutuhkan waktu yang lama.
Satu hal lain yang juga penting adalah bahwa pengamatan hanya dapat dilakukan setelah suatu
pekerjaan berjalan, sehingga penentuan waktu bakunya baru diperoleh setelah kegiatan
berlangsung beberapa lama. Hal ini jelas kurang membantu pimpinan perusahaan atau pabrik
dalam merencanakan kegiatan produksi sebelumnya.
12.2 Beberapa kegunaan data waktu gerakan

Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentukan dalam waktu yang singkat karena dilakukan
hanya dengan menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen gerakannya. Untuk mengembangkan
metoda yang ada. Ternyata pada waktu yang lama untuk menentukan waktu baku seperti pada
pengukuran waktu jam henti dan sampling kerja, biaya yang tinggi seperti pada penyelidikan
micromotion, penentuan yang baru dapat dilakukan setelah pekerjaan berjalan sekian lama yang
terjadi pada ketika cara di atas, atau pun pemakalan yang agak terbatas pada sekelompok tertentu
seperti yang dijumpai dengan data waktu baku, semuanya tidak dijumpai pada penentuan waktu
baku dengan data waktu gerakan.

12.3 Faktor kerja


Faktor Kerja atau Work Factors adalah salah satu sistem di antara Data system-sistem yang
dikembangkan sebagai Data Waktu Gerakan. Pada faktor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas
elemen-elemen gerak Menjangkau (Reach). Membawa (Move). Memegang (Grasp).
Mengarahkan Sementara (Preposition), Merakit (Assemble). Lepas Rakit (Disassemble).
Memakai (Use), Melepaskan (Release), dan Proses Mental (Mental Process), sesuai dengan
pekerjaan yang bersangkutan.

12.3.1 Variabel-variabel dan faktor-faktor kerja


Dalam faktor kerja diperhatikan enam faktor anggota badan sebagai berikut.

 Jari atau Telapak tangan(Finger atau Hand):


Walaupun jari dan telapak tangan merupakan bagian-bagian badan yang tidak sama,
penyelidikan faktor kerja menunjukkan bahwa perbedaan waktu di antaranya sangat kecil dan
dapat diabaikan. sehingga dapat dianggap sama.

 Putaran Lengan (lower-arm swivel)


Selain itu seluruh tangan berputar pada sumbunya dengan berpangkal pada bahu dan siku tidak
ditekuk, termasuk dalam gerakan ini.

 Lengan (Arm):
Gerakan lengan terjadi bila lengan bawah bergerak dengan pusat siku, seluruh lengan bergerak
dengan pusat bahu atau kombinasi keduanya.
 Badan bagian atas (Trunk):
Gerakan badan bagian atas dapat berupa gerakan ke depan, ke belakang, ke samping ataupun
berputar.
 Telapak kaki (Foot):
Bila telapak kaki bergerak mengerjakan sesuatu, seperti ketika menginjak pedal gas kendaraan,
maka gerakannya disebut gerakan telapak kaki.
 Jarak (Distance):
Yang dimaksud dengan jarak adalah jarak lurus antar titik dimulainya gerakan sampai titik
berhentinya.

Berat atau tahanan (weight)

Dua gaya yang harus diperhatikan adalah tahanan yang harus diatasi dan berat benda yang
dipindahkan. untuk sekelompok berat tertentu tidak mempunyal perbedaan yang berarti satu dari
lainnya sehingga perbedaan ini dapat diabaikan.

Kontrol manual

Kontrol terhadap suatu gerakan mempengaruhi lamanya gerakan. Semakin besar pengendalian


diperlukan, semakin lama waktu yang dibutuhkan.

Perhentian yang pasti (I)


Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti maka perhentian ini disebut
perhentian pasti. Umumnya gerakan Jangkau yang mendahului gerakan Pegang atau Angkut.
Begitu pula Gerakan Pegang atau Angkut yang mendahului gerakan Rakit harus berhenti pada
suatu tempat yang pasti.

Pengarahan(S)

Bila letak perhentian suatu gerakan merupakan tempat yang pasti maka umumnya diikuti oleh
Pengarahan.

Kehati-hatian (P)
Gerakan yang pengerjaannya memerlukan kehati-hatian misalnya untuk menghindari sesuatu,
atau kontrol lain. mengandung faktor kehati-hatian di dalamnya.

Perubahan arah gerak (U)


Perubahan arah gerak adalah faktor yang tersangkut bila dalam suatu gerakan terjadi perubahan
arah yang cukup tajam.

12.4 Pengukuran waktu metoda


Pengukuran Waktu Metoda membagi gerakan-gerakan kerja atas elemen- elemen gerakan
Menjangkau. Mengangkut. Memutar, Posisi (Position). Melepas, Lepas Rakit, gerakan Mata
(Eye Movement) dan beberapa gerakan anggota badan lain.
Gerakan waktu setiap elemen gerakan ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang disebut
dengan "kelas-kelas". Kelas-kelas ini dapat menyangkut beberapa keadaan perhentian, keadaan
objek disentuh atau dibawa, sulit mudahnya menangani objek atau kondisi-kondisi lain yang
dijelaskan di bawah ini.

12.4.1 Gerakan-gerakan dasar pada pengukuran waktu metoda


Menjangkau (R)

Menjangkau adalah gerakan dasar yang digunakan bila maksud utama gerakan adalah untuk
memindahkan tangan atau jari ke suatu tempat tujuan. Waktu yang dibutuhkannya berubah-ubah
tergantung pada tujuan, panjang gerakan dan jenis menjangkau. Mengangkut adalah gerakan
dasar yang dikerjakan bila maksud utamanya adalah untuk membawa suatu objek ke suatu
sasaran.
Mengangkut (M)

Waktu yang dibutuhkan oleh gerak Angkut dipengaruhi oleh keadaan sasaran, jarak yang
ditempuh, jenis Angkut, dan berat objek yang dipindahkan. Pengaruh berat pada waktu gerak
bila ditambahkan pada waktu yang diperoleh dari tabel.

Memutar (T)

Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan dengan baik dalam keadaar
kosong maupun tanpa beban.

Memegang (G)
Memegang adalah elemen dasar yang digerakkan dengan maksud utama untuk menguasal
sebuah atau beberapa objek baik dengan jari maupun dengan tangan untuk memungkinkan
melakukan gerakan dasar berikutnya. Di antara hal-hal yang mempengaruhi lamanya gerakan ini
adalah mudah sulitnya dipegang. bercampur tidaknya dengan objek lain. bentuk objek dan lain-
lain.
Melepas (R)
Melepas adalah gerakan dasar menanggalkan penguasaan atas suatu objek dengan jari atau
tangan. Biasanya lepas tidak membutuhkan waktu untuk melakukannya, kecuali gerakannya
terpisah dari gerakan lainnya.
Lepas Rakit (D)
Lepas rakit adalah gerakan dasar untuk memisahkan suatu objek dari objek lainnya. Dua hal
yang mempengaruhinya adalah mudah sulitnya dipindahkan serta mudah-sulitnya dipegang.
Gerakan Mata (E):
Umumnya gerakan mata tidak mempengaruhi waktu gerakan, kecuali bila gerakan diarahkan
oleh mata.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu
gerakan, Faktor-faktor tersebut adalah jarak. penggunaan penglihatan, ketelitian dan berat beban
yang dijelaskan di bawah ini.
12.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya gerak
 Jarak
Pengaruh jarak dengan mudah dapat dimengerti. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh oleh
suatu gerakan, semakin lama waktu yang dihabiskannya. Tabel-tabel untuk setiap elemen gerak
menunjukkan waktu gerakannya dihubungkan dengan jarak.
 Penggunaan Penglihatan:
Penggunaan mata sebagai kontrol suatu gerakan mempengaruhi waktu gerak, yang tergantung
pada bagaimana indera penglihatan digunakan. Mata tidak bergerak jika selama gerakan berjalan
pandangan dipusatkan pada titik berhentinya. Bila tidak dapat dipusatkan pada titik berhenti
tersebut sebelum gerakan dimulai, gerakannya menjadi lebih lambat sehingga waktu yang
dibutuhkannya lebih lama. Gerakan demikian disebut sebagai gerak yang diarahkankan indera
penglihatan (Visually Directed Motion). Dalam tabel Menjangkau dan Mengangkut, gerakan ini
dinyatakan dengan simbol huruf "V".
 Ketelitian
Pelaksanaannya lebih sulit daripada memasukkannya pada lubang yang diameternya jauh lebih
besar dari diameter paku. Begitu pula ketelitian lebih dibutuhkan ketika mengambil benda-benda
yang sangat kecil dibandingkan dengan pengambilan benda-benda besar. Waktu yang
dibutuhkan untuk suatu gerakan akan semakin lama bila ketelitian yang diperlukan lebih tinggi. 
 Berat
Berat pun mempengaruhi lamanya gerak. Yang dimaksud dengan berat di sini adalah berat beban
yang dibawa atau gaya yang menahan dan harus diatasi. Biasanya ada tiga macam berat yang
dijumpal yaitu berat karena beban yang dibawa, gaya untuk mengencangkan atau mengendurkan
sesuatu, untuk mengangkut dan menggeser sebuah benda berat. Berapa waktu yang harus
ditambah karena pengaruh faktor berat ini dicantumkan Juga dalam tabel.

12.5.2 Gerakan-gerakan dasar


Seperti telah dijumpai di atas. Pengukuran Waktu Gerakan Dasar membagi gerakan atas elemen-
elemennya. Elemen-elemen ini disebut Gerakan-gerakan Dasar.

Gerakan Dasar didefinisikan sebagai:


"Gerakan tunggal lengkap dari bagian badan. Gerakan ini terjadi setiap anggota badan
bergerak dari keadaan diam lagi”.
Menjangkau (R) dan Mengangkut (M):
Menjangkau terjadi bila tangan kosong (tak berbeban) berpindah. sedangkan Mengangkut adalah
gerakan tangan yang berbeban. Secara umum gerakan-gerakan ini dapat dibagi atas dua
kelompok yaitu yang berakhir dengan menyentuh suatu objek dan yang berakhir tanpa
menyentuh sesuatu. Yang pertama dapat dibagi lagi menjadi yang menyentuh objek tanpa
kontrol otot dan dengan kontrol otot. Berdasarkan hal ini waktu-waktu gerakan untuk
menjangkau dan mengangkut dibagi menurut tiga kelas, yaitu:
Kelas A. yaitu bila di akhir gerakan terjadi persentuhan dengan suatu objek tanpa kontrol otot. Di
sini tenaga sepenuhnya digunakan untuk memindahkan tangan (dan beban, jika ada).
Kelas B adalah jika gerakan sepenuhnya dihentikan oleh otot tanpa menyentuh objek apapun.
Kelas C. terjadi bila untuk menyentuh objek diperlukan kontrol otot yaitu untuk melambatkan
gerakan sebelum berhenti baik untuk memegang (grasp) ataupun untuk menempatkan suatu
objek.

Putaran tangan
Gerakan ini terjadi bila tangan berputar pada sumbunya. Tabel untuk waktu gerakan ini
mencantumkan waktu dalam hubungannya dengan besarnya derajat putar.

Gerakan-gerakan Badan Lain:


Yang dimaksud dengan gerakan-gerakan badan lain di sini adalah gerakan-gerakan kaki,
berjalan, putaran badan, membungkuk badan. berlutut, berdiri dan lain-lain.

12.5.3Notasi untuk gerakan


Notasi umum untuk setiap gerakan pada Pengukuran Waktu Gerak Dasar adalah:

abc
d

di mana:
a: adalah gerak dasar yang bekerja
b: adalah jarak yang ditempuh
c: kelas dari gerak dasar yang bersangkutan
d: adalah notasi untuk faktor lain yang mempengaruhi gerakan dasar yang bersangkutan seperti
ketelitian dan berat. Waktu ini harus ditambahkan pada waktu untuk "a b c".

Berikut ini adalah beberapa buah contoh:


Menjangkau sejauh 8 inci R8 C: 0.0077 menit
Memutar benda secara sembarang T 45 A: 0,0029 menit
45 derajat tanpa tahanan berarti

Anda mungkin juga menyukai