Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN 9

PERANCANGAN STASIUN KERJA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang “Perancangan Stasiun
Kerja”. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan:
Mampu memberikan penjelasan tentang dasar tentang perancangan stasiun
kerja.

B. URAIAN MATERI

Berkaitan dengan perancangan areal atau stasiun kerja dalam suatu


rancangan industri, ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan
sebagai berikut:

1. Sikap dan posisi kerja


Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja sangat
penting, tidak peduli apakah pekerjaan tersebut dilakukan dengan posisi kerja
berdiri, duduk, atau posisi kerja yang lainnya. Beberapa pertimbangan-
pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut:
a. Antropometri dan mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan
sikap membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam
jangka waktu lama. Untuk mengatasi hal ini maka stasiun kerja harus
dirancang dengan mempertimbangkan fasilitas kerja seperti meja, kursi,
dan lain-lain yang sesuai dengan data antropometri. Hal ini agar operator
dapat menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap normal.
b. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam
jarak jangkauan normal.
c. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada posisi
miring, sedapat mungkin menghindari cara kerja yang memaksa operator
harus bekerja dengan posisi terlentang dan tengkurap.

1
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa dalam frekuensi atau periode waktu
yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku
normal.
e. Dimensi Ruang Kerja

Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh
manusia termasuk disini adalah ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan
lain-lain.
Persyaratan ergonomis mensyaratkan supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai
dengan orang yang menggunakannya, khususnya menyangkut dimensi ukuran
tubuh.

Dalam memperhatikan dimensi ruang kerja perlu diperhatikan antara lain jarak
jangkau yang bisa dilakukan oleh perator, batasan-batasan ruang yang enak cukup
memberikan keleluasaan gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus
dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

1. Kondisi Lingkungan Kerja


Operator diharapkan mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan
fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperature, kelembaban, getaran,
kebisingan dan lain-lain
Adanya lingkungan fisik kerja yang bising, panas bergetar atau atmosfir yang
tercemar akan memberikan dampak negatif terhadap ferforma maupun moral dan
motifasi operator.

2. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja


Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan prosedur-prosedur untuk
mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi
dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip ekonomi
gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industi,
karena hal ini akan memudahkan modifikasi yang diperlukan terhadap hard ware,
prosedur kerja dan lain-lain.

2
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja
adalah:
1. Organisasi fasilitas kerja sehingga operator mudah akan mengetahui lokasi
penempatan material (bahan baku, produk akhir, atau scrap), suku cadang,
peralatan kerja, mekanisme kontrol, display, dan lain-lain.
2. Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja kerja, kursi dan lain-lain)
dengan dimensi yang sesuai dengan antropometri pekerja dalam range 5
persentil sampai 95 persentil. Biasanya untuk merancang lokasi jarak
jangkauan yang akan dipergunakan oleh operator dengan menggunakan
jarak jangkauan persentil terpendek (5 persentil), sedangkan untuk lokasi
kerja yang membutuhkan clearance akan dipergunkan data terbesar (95
persentil)
3. Atur pengiriman material ataupun peralatan secara teratur ke stasiun-
stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak seharusnya
membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau peralatan
kerja yang dibutuhkan
4. Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi
keseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan. Diharapkan
operator dapat memulai dan mengakhiri gerakan kedua tangannya secara
serentak dan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur pada
saat yang bersamaan.
5. Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksi.
Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas kerja sesuai
dengan aliran proses yang ada. Hal ini berguna untuk meminimalkan jarak
perpindahan material selama proses produksi berlangsung.
6. Energi kerja yang dikonsumsikan

Energi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang melakukan kegiatan


merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Dengan adanya
perancangan kerja seharusnya dapat menghemat energi yang harus
dikonsumsikan. Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan dalam tahap
perancangan dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat

3
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
meminimalakan energi yang harus di konsumsikan dan dapat meningkatkan
efisiensi sehingga bisa meningkatkan output yang dihasilkan.

Aspek-Aspek Ergonomi Dalam Perancangan Stasiun Kerja

Kegiatan manufacturing bisa didefinisikan sebagai suatu unit atau kelompok kerja
yang berkaitan dengan berbagai macam proses kerja untuk merubah bahan baku
menjadi produk akhir yang dikehendaki. Didalam suatu stasiun kerja harus
dilakukan pengaturan kerja komponen-komponen yang terlibat didalam sistem
produksi yaitu menyangkut material (bahan baku, produk jadi, dan scrap),
mesin/peralatan kerja, perkakas pembantu, dan fasilitas penunjang (utilitas),
lingkungan fisik kerja dan manusia pelaksana kerja (operator), dengan pendekatan
ergonomi diharapkan sistem produksi bisa dirancang untuk melaksanakan
kegiatan kerja tertentu dengan didukung keserasian hubungan antara manusia
dengan sistem kerja yang dikendalikannya.

Menurut Wignjosoebroto ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam


perancangan stasiun kerja, yaitu:

1. Aspek yang menyangkut perbaikan-perbaikan metode atau cara kerja


dengan menekankan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
2. Data-data mengenai dimensi tubuh manusia yang berguna untuk mencari
hubungan keserasian antara produk dan manusia yang memakainya
3. Pengaturan tata letak fasilitas kerja yang perlu dalam melakukan suatu
kegiatan. Hal ini bertujuan untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang
efisien
4. Pengukuran energi yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas
tertentu
5. Keselamatan dan kesehatan kerja pada stasiun tersebut

Secara umum baik dalam memodifikasi atau dalam meredesain stasiun kerja yang
sudah ada maupun mendesain stasiun kerja baru, para perancang sering dibatasi
oleh factor finansial maupun teknologi seperti, keleluasaan modifikasi,
ketersediaan ruangan, lingkungan, ukuran frekuensi alat yang digunakan,
4
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
kesinambungan pekerjaan dan populasi yang menjadi target. Dengan demikian
desain dan redesain harus selalu berkompromi antara kebutuhan biologis operator
dengan kebutuhan stasiun kerja fisik baik ukuran dan fungsi alat dalam stasiun
kerja. Kompromi untuk kesesuaian tersebut perlu mempertimbangkan
antropometri dan lokasi elemen mesin terhadap posisi kerja, jangkauan,
pandangan, ruang gerak dan interface antara tubuh operator dengan mesin. Di
samping itu, teknik dalam mendesain stasiun kerja harus mulai dengan identifikasi
variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada factor-faktor seperti etnik,
jenis kelamin, umur dan lain-lain.

Menurut Das and Sengupta (1993) pendekatan secara sistemik untuk menentukan
secara dimensi stasiun kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi variabilitas populasi pemakai yang didasarkan pada
etnik, jenis kelamin dan umur.
2. Mendapatkan data antropometri yang relavan dengan populasi pemakai
3. Dalam pengukuran antropometri perlu mempertimbangkan pemakaian,
sepatu dan posisi normal
4. Menentukan kisaran ketinggian dari pekerjaan utama. Penyediaan kursi
dan meja kerja yang dapat distel, sehingga operator dimungkinkan bekerja
dengan posisi duduk maupun berdiri secara berrgantian.
5. Tata letak dari alat-alat tangan, control dalam kisaran jangkauan optimum
6. Menempatkan displai yang tepat sehingga operator dapat melihat objek
dengan pandangan yang tepat dan nyaman
7. Review terhadap stasiun kerja secara berkala

Setiap sIstem kerja mengandung beberapa atau seluruh komponen kerja,


masing-masing saling berinteraksi dengan yang lain. Menurut Corlett and Clark
bahwa ergonomi baik sebagai ilmu maupun teknologi selalu konsen dengan
interface dan interaksi antara operator dengan komponen-komponen kerja, serta
konsen terhadap pengaruh dari interaksi pada performansi sIstem kerja.

Secara ideal perancangan stasiun kerja haruslah disesuaikan peranan dan


fungsi pokok dari komponen-komponen sistem kerja yang terlibat yaitu manusia,

5
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
mesin/peralatan dan lingkungan fisik kerja. Peranan manusia dalam hal ini akan
didasarkan pada kemampuan dan keterbatasannya terutama yang berkaitan dengan
aspek pengamatan, kognitif, fisik ataupun psikologisnya. Demikian juga peranan
atau fungsi mesin/peralatan seharusnya ikut menunjang manusia (operator) dalam
melaksanakan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja juga berfungsi
menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat
beban kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan
tetapi berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia.
Selanjutnya mengenai peranan dan fungsi dari lingkungan fisik kerja akan
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan kondisi-kondisi kerja yang akan
menjamin manusia dan mesin agar dapat berfungsi pada kapasitas maksimalnya.
Dalam kaitannya dengan lingkungan fisik kerja seringkali dijumpai bahwa
perencana sistem kerja justru lebih memperhatikan mesin/peralatan yang harus
lebih dilindungi dari pada melihat kepentingan manusia-pekerjanya.

Berkaitan dengan perancangan areal/stasiun kerja dalam industri, maka


ada beberapa aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Sikap dan posisi kerja.


Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam sikap/posisi kerja
yang lain, pertimbangan-pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan
sikap/posisi kerja akan sangat penting. Beberapa jenis pekerjaan akan
memerlukan sikap dan posisi tertentu yang kadang-kadang cendrung untuk tidak
mengenakkan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap
dan posisi kerja yang "aneh" dan kadang-kadang juga harus berlangsung dalam
jangka waktu yang lama.

Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja cepat lelah, membuat banyak
kesalahan atau menderita cacat tubuh. Untuk menghindari sikap dan posisi kerja
yang kurang favourable ini pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain
menyarankan hal-hal seperti:
a. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau jangka waktu

6
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
lama. Untuk mengatasi problema ini maka stasiun kerja harus dirancang-
terutama dengan memperhatikan fasilitas kerjanya seperti meja kerja, kursi
dll yang sesuai dengan data antropometri-agar operator dapat menjaga
sikap dan posisi kerjanya tetap tegak dan normal. Ketentuan ini terutama
sekali ditekankan bilamana pekerjaan-pekerjaan harus dilaksanakan
dengan posisi berdiri.
b. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang
bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam
jarak jangkauan normal (konsep/prinsip ekonomi gerakan ). Disamping
pengaturan ini bisa memberikan sikap dan posisi yang nyaman juga akan
mempengaruhi aspek-aspek ekonomi gerakan. Untuk hal-hal tertentu
operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar
memperoleh sikap dan posisi kerja yang lebih mengenakkannya.
c. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk
waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam sikap
atau posisi miring. Demikian pula sedapat mungkin menghindari cara
kerja yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi telentang atau
tengkurap.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau periode
waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas
level siku yang normal.

2. Antropometri dan dimensi ruang kerja.


Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi
dari tubuh manusia termasuk disini ukuran linier, berat volume, ruang gerak, dan
lain-lain. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat didalam perencanaan
peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja (termasuk disini perencanaan ruang
kerja ). Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar supaya peralatan dan fasilitas
kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya khususnya yang menyangkut
dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran maksimum atau minimum
biasanya digunakan data antropometri antara 5-th dan 95-th percentile. Untuk
perencanaan stasiun kerja data antropometri akan bermanfaat baik didalam
memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya dengan ukuran tubuh

7
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
operator, maupun didalam merencanakan dimensi ruang kerja itu sendiri.

Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh hal pokok yaitu situasi fisik dan
situasi kerja yang ada. Didalam menentukan dimensi ruang kerja perlu
diperhatikan antara lain jarak jangkauan yang bisa dilakukan oleh operator,
batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan gerak
operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-
kegiatan tertentu.

3. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja.


Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk
meng-ekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki
efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip-prinsip
ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu
industri, karena hal ini akan mempermudah modifikasi- bilamana diperlukan-
terhadap hardware, prosedur kerja, dan lain-lain. Seperti yang umum dijumpai
sekali mesin diinstalasikan atau fasilitas fisik pabrik dibangun maka yang terjadi
adalah manusia harus segera mampu beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang
telah terpasang tersebut.

Kondisi akan tetap tak berubah untuk periode yang lama, sehingga kalau
demikian dirasakan kondisi itu tidak efisien ataupun tidak ergonomis; modifikasi
akan terasa sulit dan tidak bisa dilaksanakan setiap saat. Berikut akan diuraikan
beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja:
a. Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan mengetahui
lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir atau limbah
buangan/skrap), spare-parts, peralatan kerja, mekanisme kontrol atau
display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
b. Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan
dimensi yang sesuai data antropometri dalam range 5 sampai 95-th
percentile agar operator bisa bekerja leluasa dan tidak cepat lelah.
Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan akan dipergunakan

8
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
operator dengan jarak jangkau terpendek (5-th percentile), sedangkan
untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearence akan mempergunakan
data yang terbesar (95-th percentile).
c. Atur suplai/pengiriman material ataupun peralatan/perkakas secara teratur
ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak
seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau
peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
d. Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan kesalahan-
kesalahan manusia karena pola kebiasaan yang sudah dianut, maka
bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja (mekanisme kendali atau
display) untuk model atau type yang sama.
e. Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi
keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri (terutama untuk
kegiatan perakitan). Diharapkan pula operator dapat memulai dan
mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak dan
menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur (idle) pada saat
yang bersamaan. Buat pula peralatan-peralatan pembantu untuk
mempercepat proses handling. Disamping itu bila mana memungkinkan
suatu kegiatan juga dikerjakan/dikendalikan dengan menggunakan kaki-
untuk mengurangi kerja tangan hal-hal tertentu- maka bisa pula dirancang
mekanisme khusus untuk maksud ini. Apabila akhirnya kaki juga ikut serta
"meramaikan" pelaksanaan kerja, maka distribusikan beban kerja tersebut
secara seimbang antara tangan dan kaki. Biasanya untuk mengendalikan
kegiatan yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tanggungjawab
untuk pelaksanaan untuk hal tersebut biasanya akan dibebankan pada
tangan kanan (perkecualian untuk orang kidal hal ini haruslah dirancang
secara khusus).
f. Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksinya.
Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas kerja
berdasarkan konsep "machine-after-machine" yang disesuaikan dengan
aliran proses yang ada. Prinsip tersebut adalah untuk meminimalkan jarak
perpindahan material selama proses produksi berlangsung terutama sekali
untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi perpindahan atau volume material

9
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
handlingnya cukup besar. Stasiun-stasiun kerja ataupun departemen-
departemen yang karena fungsinya akan sering kali berhubungan dan
berinteraksi satu dengan yang lain juga harus diletakkan berdekatan guna
mengurangi waktu gerak perpindahan.
g. Kombinasi dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan memperketat
proses kerja. Demikian pula sedapat mungkin peralatan kerja yang akan
digunakan sudah berada dalam arah dan posisi yang sesuai pada saat
operasi kerja akan diselenggarakan.

4. Pertimbangan Antropometri Dalam Desain


Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-
pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
a. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll)
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer dll.
d. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan


menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95
% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
10
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang
sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri pamakainya. Menurut
Sanders dan McCormick (1987), Phaesant(1988) dan Pulat (1992) bahwa
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh karakteristik fisik tubuh lainnya
yang relavan dengan sesain tentang sesuatu yang dipakai orang. Selanjutnya
Annis dan McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya
dengan antropometri menjadi dua devisi utama yaitu:
1. Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana
pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomic dari devisi ini
adalah untuk menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan
sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus dipeliharan
serta efisiensi produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan
optimal.
2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang
berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.

Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung
lainnya, data antropomentri tenaga kerja memegang peranan penting. Menurut
Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran antropomentri tenaga kerja
akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang
akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan,
keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut Macleod (1995) menjelaskan bahwa
factor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan
stasiun kerja. Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
1. Manusia adalah berbeda satu sma lainnya. Setiap manusia mempunyai
bentuj dan ukuran tubuh yang berbeda-beda soerti tinggi-pendek, tua-
muda, kurus-gemuk, normal-cacat dan lain-lain. Tetapi kita sering hanya
mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua
orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai
atau tepat untuk menggunakan. Contoh 1 : orang tua mungkin tidak
sesehat atau sekuat, secerdas atau setajam orang yang lebih muda. Kita
sadar bahwa orang tua mempunyai banyak pengalaman dan kemampuan

11
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
tetapi kita jarang memperhitungkan mereka saat mendesain alat atau
stasiun kerja, sehingga mereka tidak dapat bekerja secara optimal. Contoh
2 : tinggi meja kerja yang di desain hanya berdasarkan rata-rata tinggi
tenaga kerja, maka orang yang pendek akan selalu mangangkat bahu dan
leher, sedangkan orang tinggi akan membungkukkan punggung waktu
kerja pada ketinggian meja yang sama.
2. Manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai
keterbatasan baik fisik maupun mental. Contoh 1 : keterbatasan fisik :
letak tombol-tombol operasional dan control panel pada mesin yang
didesain berdasarkan ukuran panjuang jangkauan orang tertinggi (seperti
orang eropa dan amerika), maka orang yang lebih pendek (seperti orang
Asia termasuk Indonesia) tidak dapat menjangkau control panel tersebut
dengan alamiahm sehingga menyebabkan sikap paksa dan mungkin dapat
menyebabkan kesalahan operasi. Contoh 2 : keterbatasan mental :
kemampuan manusia dalam proses informasi juga sering mengalami
pembebanan berlebih. Sehingga kesalahan dan keputusan yang tidak benar
sering terjadi saat keterbatasan manusia terlampaui.
3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadapa apa
yang ada disekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa
dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna
hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu kebawah berarti hidup, dan
lain-lain. Kondisi tersebur menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa
kondisi tersebut juga berlaku dimana saja. Maka respon yang bersifat
harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap
desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan
dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.

Dengan demikian dalam setiap desain peralatan dan stasiun kerja,


keterbatasan manusia harus selalu diperhitungkan, disamping kemampuan dan
kebolehannya. Mengingat bahwa setiap manusia berbeda satu dengan yang
lainnya, maka aplikasi dan antrometri dalam desain produk dapat meliputi, desain
untuk orang ekstrem (data terkecil atau terbesar). Desain untuk ohrang perorang,
desain untuk kidsaran yang dapat diatur (adjustable range) dalam menggunakan

12
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.
persentil-5 dan persentil-95 dari populasi dan desain untuk ukuran rerata dengan
menggunakan pengumpulan data antropometri yang akan digunakan untuk
mendesain suatu produk, harus memperhitungkan variabilitas fariasi pemakian
seperti variabilis ukuran tubuh secara umum, variasi jenis kelamin, variasi umur
dan variasi rasa tau etnik.

C. LATIHAN SOAL/TUGAS
1. Jelaskan secraa singkat tentang perancangan stasiun kerja!
2. Carilah jurnal yang ada kaitannya dengan perancangan stasiun kerja
dan kemudian review jurnal tersebut dengan bahasa sendiri
kelemahan dan kelebihan dari jurnal tersebur!

D. DAFTAR PUSTAKA

Fred Meyers, 2003, Plant Layout & Material Handling, Prentice Hall

J.M.Apple, 2007, Facility Layout and Material Handling, John Wiley

J.M.Apple, 2009, Material Handling System Design, The Roland Press

Jay Heizer & Barry Render, 2006, Operation Management, Sixth Edition,
Prentice Hall

Lee J. Krajewski & Larry P. Ritzman, 2006, Operation Management Process and
Value Chains, International Edition, 7th Edition

R.L.Francis & J.A.White, 2004, Facility Layout and Location, Analytical


Approach, Prentice Hall

Richard Muther, 2004, Practical Plant Layout, Mc.GrowHill

Sritomo Wignjosoebroto, 2009, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan,


Gunawidya, Surabaya.

Tompkins & J.A.White, 2004, Fasilities Planning, John Wiley & Sons

13
DISUSUN: KETUA TEAM TEACHING RINI ALFATIYAH, S.T., M.T ,
ANGGOTA: SOFIAN BASTUTI, S.T, M.T DAN SUDIMAN, S.T.

Anda mungkin juga menyukai