Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Proses produksi dalam suatu industri mempunyai peranan yang sangat

penting untuk kelancaran produksi suatu produk. Salah satu penunjang

kelancaran proses produksi adalah adanya alat bantu kerja. Alat-alat bantu,

pengadaan bahan baku harus sesuai dengan kebutuhan, serta fasilitas lain yang

berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu dalam melakukan rancang bangun suatu sarana dan

fasilitas kerja diperlukan prinsip-prinsip ergonomi agar tercipta sarana,

metode dan fasilitas kerja yang nyaman bagi pekerja sehingga dapat

mengurangi waktu kerja. Apabila ukuran alat bantu tidak disesuaikan dengan

ukuran atau keadaan fisik pekerja maka penggunaan alat tersebut pada jangka

waktu tertentu akan mengakibatkan stres tubuh antara lain berupa tidak

nyaman, lelah, nyeri, pusing dan lain-lain (Santoso Gempur, 2004). Segala

aktifitas produksi di perusahaan tidak terlepas dari peran sumber daya

manusia. Perusahaan merupakan pengelola sumber daya manusia yang

memiliki peran untuk menjamin kenyamanan para pekerjanya seperti tertuang

dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja yang dimana sudah diatur

oleh undang-undang untuk menjamin keselamatan pekerja/buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Unsur yang lain yang

mempengaruhi kesuksesan produktivitas adalah perbaikan metode kerja yang

efektif. Alat bantu kerja adalah sarana yang tepat untuk perbaikan metode
kerja dikarenakan alat bantu kerja akan mempersingkat produktivitas yang

dilakukan pekerja secara optimal dan efisien.

Perbaikan metode kerja adalah proses dimana pekerjaan dianalisis

untuk meningkatkan produktivitas kerja. Analisis dilakukan dengan

mengidentifikasi metode (methods analysis) yang berlangsung saat ini

kemudian merancang dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan

efisien dengan tujuan akhir adalah waktu penyelesaian lebih singkat dan cepat

(Lawrence, 2000)

Pabrik kerupuk ikan cap tengiri di kota Probolinggo industri kecil

yang berbisnis dibidang olahan ikan. Metode pengolahan termasuk masih

tradisional dan manual terutama penggunaan tangan kanan dan kiri secara

berulang-ulang di bagian pemindahan dari bagian penggorengan ke

pengemasan. Para pekerja mengangkat tempat kerupuk matang ke

pengemasan dengan hanya 1 wadah saja dan hal tersebut dilakukan berulang

kurang lebih selama 5 jam. Hal tersebut sering membuat kondisi kurang

nyaman bagi pekerja terutama pada bagian tangan dan punggung. Jika

keadaan tersebut tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan rasa sakit

pada anggota tubuh tertentu pada waktu kerja. Oleh karena itu dibutuhkan alat

bantu kerja berupa kereta dorong untuk menyelesaikan problem handling di

Pabrik Kurupuk Ikan Tengiri. Tambahan alat bantu tersebut, mempengaruhi

prosedur kerja di pabrik krupuk tersebut, sehingga perlu penyesuaian metode

kerja untuk meningkatkan produktivistas di Pabrik Krupuk tersebut.


Alat bantu kerja yang dibutuhkan didesain secara ergonomis dengan

meminimalisir penggunaan tangan kanan dan kiri dalam proses perpindahan

wadah dari penggorengan ke pengemasan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dari penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana merancang alat bantu kerja berupa kereta dorong yang

efektif untuk proses material handling di pabrik krupuk ikan Tengiri

Probolinggo. ?

2. Bagaimana melakukan perbaikan metode kerja yang efektif dengan

adanya alat bantu kereta dorong ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Melakukan Perancangan alat bantu kerja beruapa kereta dorong yang

efektif untuk proses material handling di pabrik krupuk ikan Tengiri

Probolinggo.

2. Melakukan perbaikan metode kerja yang efektif dengan adanya alat

bantu kereta dorong

1.4 Manfaat Penelitian

a. Dapat menghasilkan nilai ergonomis dari fasilitas yang digunakan sehingga

mengurangi kelelahan bagi pekerja yang nantinya juga berpengaruh pada hasil

produksi
b. menambah pengetahuan dalam menggunakan disiplin ilmu ergonomi, agar

dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan dunia perusahaan pada

khususnya

1.5 Batasan masalah

Batasan masalah sangatlah diperlukan untuk mengarahkan pembahasan pada

pokok permasalahan yang dihadapi dan agar penyelesaian tidak menyimpang dari

tujuan semula. Adapun batasan masalahnya sebagai berikut :

1. Perancangan fasilitas tersebut diperuntukan pada bagian pengemasan yaitu

sebagai sarana transportasi untuk memindah wadah yang berisi produk dari

penggorengan ketempat pengemasan

2. Perancangan fasilitas dilakukan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan

mengurangi kelelahan yang timbul serta mempermudah kerja pada bagian

pengemasan

3. Teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini diperoleh dari

refrensi-refrensi yang terdaftar pada daftar pustaka skripsi ini ditambah

dengan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Ergonomi

Perubahan waktu telah merubah manusia dari keadaan primitif atau

tradisional menjadi manusida berbudaya atau modern. Disini manusia berusaha

mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi dari lingukungan. Hal itu

terlihat pada perubahan rancangan fasilitas, sarana, metode kerja dan

peralatan( teknologi) yang dipergunakan manusia untuk menaklukan alam

lingkungannya. Banyaknya bukti yang menunjukan perbuatan manusia untuk

menyesuaikan diri mereka dengan kondisi alam sekitarnya , dan pada dasarnya

akan menunjukkan tingkay kebudayaan mereka yang berkembang dari saat ke saat

sesuai dengan perubahan jaman

Tujuan pokok manusia untuk selalu mengadakan perinajam rancangan,

fasilitas, sarana, metode kerja dan peralatan yang dipakai adalah untuk

memudahkan operasi penggunaannya. Disiplin keilmuan yang berkaitan dengan

perancangan fasilitas, sarana, metode kerja dan peralatan memperjatikan aspek

manusia sebagai pemakainya dikenal dengan nama ERGONOMI

2.1.1. Pengertian Ergonomi

Istilah “ergonomi” berasal dari kata lain yaitu ERGON (kerja) dan

NOMOS (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,


psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenan

pula dengan optimasi,efesiensi, kesehatan, keselamtan dan kenyamanan manusia

di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam ergonomi dibutuhkan

studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling

berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan

manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors”

Pada dasarnya Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia

untuk merancang suatu sistem kerja sarana, fasilitas, sehingga orang dapat hidup

dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman

Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya untuk menyelaraskan pekerjaan

dan lingkungan terhadap manusi atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya

produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor

manusia seoptimal mungkin. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan

aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (redesain)

Disamping ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia

untuk merancang suatu sistem kerja, sarana, fasilitas, sehingga orang dapat hidup

dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman

Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya untuk menyelaraskan pekerjaan

dan lingkungan terhadap manusia atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya

produktivitas dan efisensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor


manusia seoptimal mungkin. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan

aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (redesain)

Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam

meningkatkan faktor keselamatan kerja dan kesehatan kerja, misalnya : desain

satu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan

otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit

station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur

kerja, desain suatu fasilitas, sarana, dan metode kerja dilakukan untuk mengurangi

kelelahan kerja.

2.1.2. Aplikasi ergonomi untuk perancangan tempat kerja

Perancangan tempat kerja pada dasarnya merupakan suatu aplikasi data

antropometri, tetapi masih membutuhkan dimensi gunsional yang tidak terdapat

pada data statis. Dimensi-dimensi tersebut lebih baik diperoleh dengan cara

pengukuran langsung dari pada data statis. Misalnya, gerakan jangkau, mengambil

sesuatu, mengoperasikan suatu alat adalah suatu yang sukar untuk didefinisikan.

Dalam buku R.M Barnes ( Motion and Time Study, 1980) mendefinisikan

daerah kerja “normal” dan “maksimum” dengan batasan yang ditentukan oleh

ruas tengah jari (mind points of fingers) sebagai berikut :

Daerah normal : lengan bawah yang berputar pada bagian horizontal dengan siku

tetap

Daerah maksimum : lengan direntangkan keluar dan diputar sekitar bahu

Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perancangan untuk ketinggian

permukaankerja :
Hindari beban oto yang terlalu berat yang disebabkan oleh lengan atas yang

disampingkan terlalu tinggi (abduksi)

Hindari posisi membungkuk secara terus-menerus jika permukaan tempat kerja

terlalu rendah

2.2. Perbaikan metode kerja

Metode kerja merupakan teknik tata cara kerja untuk memperbaiki sistem

kerja bagi perusahaan khususnya perusahaan manufaktur. Berbagai metode kerja

diperoleh dari penelitian secara primer terhadap operator langsung yang terpilih

dengan kriteria tertentu di pabrik.

2.3. Produktivitas

Produktivitas adalah perbandingan dari beberapa keluaran dengan

beberapa masukan. Dengan adanya masukan dan keluaran yang mempengaruhi

produktivitas, rasio produktivitas bisa diperbesar dengan melakukan beberapa cara

berikut ini:

 Pengurangan penggunaan sumber daya untuk memperoleh jumlah hasil

produksi. Hal ini dilakukan agar sumber yang digunakan lebih irit dan

terhindar pemborosan.

 Penggunaan sumber daya yang sama untuk meraih jumlah hasil produksi

yang lebih besar dengan memanfaatkan faktor produksi secara lebih

maksimal.
 Penggunaan sumber daya yang besar untuk jumlah hasil produksi yang

lebih besar lagi. Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang sedang

bertumbuh dan berkembang.

 Pengurangan jumlah produksi yang dibarengi pengurangan jumlah sumber

daya akibat adanya penurunan penjualan atau produksi.

 Penggunaan sumber daya untuk bisa memperoleh jumlah produksi yang

lebih besar dengan kemampuan bekerja lebih efektif dan menekan biaya

atau keluaran sementara serendah mungkin.

Dengan melakukan salah satu atau beberapa cara di atas, rasio

produktivitas perusahaan akan meningkat. Agar produktivitas perusahaan

meningkat, maka perusahaan secara garis besar perlu untuk memperhatikan tiga

hal berikut ini:

1. Menaikkan jumlah output

2. Mengurangi tenaga kerja

3. Menambahkan tenaga kerja dan menaikkan jumlah output

2.4 Antropometri

2.4.1 Definisi Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari “Anthro” yang berarti manusia dan

“netri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan

sebagai suatu study yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.

Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi lebar), beart, dan

lain-lain yang berbeda satu dengan yang lain


Mc. Cormick mendefinisikan antropometri sebagai suatu ukuran bentuk

fisik tubuh dan fungsi-fungsi tubuh meliputi dimensi linier, berat, isi, daerah

jangkauan dan aspek lain gerakan tubuh

Antripometri menurut Stevenson (1998) dan Nurmaianto (1991) adalah

suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik tubuh

manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk

penanganan masalah desain. Penerapan data antropometeri ini akan dapat

dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD ( standar deviasi) dari suatu

distribusi normal

2.4.2 Antropometri dan aplikasi dalam perancangan fasilitas

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia pada dasarnya akan

memiliki bentuk, ukuran tinggi, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu

dengan yang lainnya. Antropometri seccara luas akan digunakan sebagai

pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun

sistem kerja yang akan memerlukan intertaksi manusia. Data antropometri yang

berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :

 Perancangan areal kerja

 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment,

pekakas(tools) dan sebagainya

 Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/

meja komputer, dan lain-lain

 Perancangan lingkungan kerja fisik


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / mempergunakan produk

tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangan tersebut. Secara umum sekarang-kurangnya 90%-95%

dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah

mampu menggunakannya dengan selayaknya. Dalam beberapa kasus tertunda

beberapa produksebagai contoh kursi mobil yang dirancang secara fleksibel jelas

memberikan kemungkinan lebih besar bahwa produk tersebut akan mampu

dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran tubuh mereka berbeda-beda.

Pada dasarnya peralatankerja yang dibuat dengan mengambil refrensi dimensi

tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh jarak (range) ukuran

tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian

(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang amat penting dalam

proses perancangannya

2.4.3. Data antropometri dan cara pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan

dimensi ukuran tubuhnya. Disni ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi

ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk

harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah :

a) Keacakan / random

Ada perbedaan yang cukup signifikan anatara berbagai maam masyarakat.

Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok anggota


masyarakat jelas dapat diperkirakan dengan menggunakan distribusi normal,

yaitu dengan menggunakan data percentile yang telah diduga, jika mean (rata-

rata) dan standard deviasinyatelah dapat diestimasi

b) Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring bertambahnya umur

c) Suku / bangsa

Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik

yang berbeda satu dengan lainnya

d) Posisi tubuh ( posture )

Sikap maupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu :

 Pengukuran dimensi struktur tubuh ( structural body dimension)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak

(tetap tegak sempurna), dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap

antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri,

maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat

berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini

diambil dengan percetile tertentu seperti 5-th, 50-th dan 95-th percentile

 Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimension)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan


yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditentukan dalam pengukuran

dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran yang nantinya

akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Cara pengukuran

dimensi fungsional tubuh dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-

gerakan kerja

e) Jenis pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

karyawan/staff

f) Pakaian

Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan ikeh

bervariasinya iklik / musim yang berbeda dari suatu tempat ke tempat yang

lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim

g) Faktor kehamilan pada wanita

Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti

kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan

dengan analisa perancangan produk dan analisa perancangan kerja

h) Cacat tubuh secara fisik

Pada dekade terakhir ini diberikan skala prioritas pada rancang bangung

fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga

mereka dapat iku serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil

ilmu ergonomi didalam pelayanan masyarakat

2.4.4 Aplikasi distribusi dalam penetapan data antropometri


Antropometri menurut stevenson (1989) dan nurmianto (1991) adalah

satu kumpulan data numeric yang berhubungan dengan karakteristik fisik

tubuh manusia ukuran, bentuuk dan kekuatan serta penerapan dari data

kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

Dan antropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikan. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual, seperti halnya dijumpai untuk riduk yang dibuat berdasarkan

pesanan (job dealer). Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak lagi

produk standard yang harus dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang.

Ukuran individu bervariasi satu dengan yang lainnya karena perlu penetapan

data antropometri yang sesuai dengan yang lainnya. Karena perlu penetapan

data antropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi target sasaran

produk tersebut

Problem adanya cariasi ukuran sebenarnya lebih mudah diatasi bilamana

kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “ mampu

disesuaikan” (adjustable) dengan suatu rentang ukuran tertentu.

Untuk penetapan data antropometri ini. Pemakaian distribusi normal akan

umum diterapkan. Dalam statistic, distribusi normal dapat diformulasikan

berdasarkan harga rata-rata (mean, X) dan simpanan standardnya (standard

deviation, σ) dari data yang ada. Dari nilai yang ada terbeit maka “percentiles”

dapat ditetapkan sesuai dengan table probabilitas distribusi normal, sedangkan

percentile adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari

sekelompok orang yang dimensinya sama dengan nilai tersebut. Sebagai


contoh 95-th percentile akan menunjukan 95% populasi akan berada pada atau

dibawah ukuran tersebut sedangkan 5-th percentile akan menunjukan 5%

populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri angka

95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan 5-th

percentile sebaliknya akan menunjukan ukuran “kecil”.

2.5 Penetapan Jumlah Siklus Kerja yang Harus Diukur / Diamati

Aktivitas pengukuran kerja pada dasarnya merupakan proses sampling.

Semakin besar jumlah siklus kerja yang diamati / diukur maka data waktu

yang diperoleh semakin mendekati kebenaran. Semakin kecil variasi atau

perbedaan data waktu yang ada maka jumlah pengamatan / pengukuran yang

harus dilakukan juga akan cukup kecil, sebaliknya semakin besar variabilitas

dari data waktu pengukuran maka jumlah siklus kerja yang diamati juga

makin besar agar diperoleh ketelitian yang diinginkan.

Untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang seharusnya dibuat (N’)

maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan (‘k’) dan

derajat ketelitian (‘s’).

Rumus untuk mencari N’

k
N’ = [ s √ ¿ ¿ ¿ ]2

2.6 Analisa / Test Keseragaman Data

Dalam pelaksanaan time study hal yang tidak kalah pentingnya adalah

bahwa data yang diperoleh haruslah seragam. Tes keseragaman data secara

visual dilakukan secara sederhana, mudah dan cepat, yaitu dengan melihat

data yang terkumpul kemudian mengidentifikasikan data yang terlalu

“ekstrim”. Yang dimaksud dengan data yang terlalu ekstrim disini adalah data
yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari tren rata –

ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sebaiknya dibuang dan tidak

dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.

Peta kontrol (control chart) adalah suatu alat yang tepat untuk mengetest

keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Batas kontrol atas

(BKA) atau upper control limit (UCL) dan batas kontrol bawah (BKB) atau

lower control limit (LCL) untuk grup data dapat dicari dengan formulasi

sebagai berikut :

BKA = x + k . Sd dan BKB = x – k . Sd ; dimana x = x dari grup.

Harga k . Sd diperoleh dengan menghitung standard deviasi sesuai dengan

formula statistik yang ada.

2.7 Performance Rating

Bagian yang paling penting didalam pelaksanaan pengukuran kerja adalah

kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran

kerja berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo ataupun performance kerja

semuanya akan menunjukkan kecepatan gerak operator pada saat bekerja.

Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator dikenal

sebagai “Performance Rating”.

Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,

maka dilakukan penyelesaian yaitu dengan cara mengalihkan waktu

pengamatan rata-rata (bisa waktu siklus ataupun waktu untuk tiap-tiap

elemen) dengan faktor penyesuaian / rating “p”. Dan arti nilai rating faktor :
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas

kewajaran (normal) maka rating faktor ini akan lebih dari pada satu (p > 1

atau p > 100%).

2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan

dibawah kewajaran (normal) maka rating faktor akan lebih kecil dari pada

satu (p < 1 atau p < 100%).

3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating faktor ini

diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja

dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau

machine time) maka waktu yang diukur dianggap waktu yang normal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang baik haruslah mentaati tahapan-tahapan penetilitain yang


ada sehingga penelitian tersebut dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu bab ini akan menjelaskan langkah-
langkah penelitian yang akan diambil dalam penulisan tugas akhir ini, agar
maksud dan tujuan penulisan tugas akhir ini yaitu merancang alat angkut tempat
krupuk ke tempat pengemasan untuk meminimumkan waktu di Pabrik krupuk
ikan cap tengiri dapat tercapai dengan baik
Ada langkah-langkah penelitian tersebut sebagai berikut :

3.1. Penelitian Pendahuluan


Pada tahapan ini, penelitian melakukan survei di perusahaan/ pabrik
tempat dimana penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan dan
kondisi yang ada di dalam perusahaan/pabrik. Dengan mengetahui hal tersebut
maka peneliti dapat mengetahui situasi yang terdapat diperusahaan/pabrik
sehingga peneliti daoat dengan mudah menentukan hal-hal yang akan digunakan
untuk melakukan penelitian
Survei dilakukan mengacu pada bidan yang akan diteliti yaitu perancangan
srana, fasilitas dan metode kerja yang ergonomis. Dengan dibatasi survei yang
dilakukan sesuai dengan bidang yang diteliti, maka hasil survei akan maksimal
sesuai dengan apa yang hendak diteliti dan dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh perusahaan/pabrik

3.2. Studi literatur


Melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari literatur-literatur baik
jurnal maupun text book yang berhubungan dengan ilmu ergonomi dan
aplikasinya. Ilmu perancangan produk dan analisa waktu kerja diperlukan untuk
mendukung rancangan fasilitas yang ergonomis

3.3. Identifikasikan masalah


Setelah dan situasi yang ada di perusahaan telah diketahui, maka penelitian
dapat mengidentifikasi masalah yang ditimbulkan dari situasi dan kondisi yang
ada diperusahaan seperti halnya pada bagian handling , pengangkatan tempat
krupuk secara manual yang dilakukan secara berulang-ulang yang nantinya dapat
menyebabkan kelelahan dan akhirnya menyebabkan sakit. Selain itu metode kerja
ada bagian pengepakan masih belum ergonomis terlihat dari penggunaan tangan
kiri dan tangan kanan dalam bekerja. Dengan demikian peniliti dapat mengetahui
apa yang menjadi masalah pada perusahaan/pabrik tersebut dan dapat mencari
solusi pemecahannya melalui penelitian

3.4. Tujuan penelitian


Setelah masalah dari perusahaan/pabrik ditemukan, maka peneliti dapat
menentukan tujuan dari masalah yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian ini
sangat penting dalam membantu peneliti untuk lebih memfokuskan masalah yang
dihadapi oleh perusahaan/pabrik seperti merancang fasilitas dan sarana yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah pengangkutan secara manual pada bagian
handling dan memperbaiki metode kerja yang masih kurang baik pada bagian
pengepakan, sehingga dapat ditentukan pelaksanan dan tujuan yang ingin dicapai

3.5.

Anda mungkin juga menyukai