Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ikhtisar Perusahaan

Perindustrian merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang dan

memajukan perekonomian di berbagai negara di seluruh dunia, Perusahaan di

zaman modern selalu memperhatikan dan menginginkan produktivitas kerja

yang optimum dari para pekerjanya baik dan segi kualitas dan segi

ergonominya, dengan perkembangan zaman yang semakin maju perusahaan

dapat meningkatkan produktivitasnya dengan berbagai metode. Salah satunya

adalah metode ergonomi dengan menganalisa sikap dan postur tubuh para

pekerjanya dan mengoptimalkan pekerjanya. Metode pengoptimalan kerja bisa

berupa alat kerja, sistem kerja dan perancangan alat dan tata letak atau

prosedur yang di berikan agar menghasilkan kerja yang efektif, aman, sehat,

nyaman dan effisien.

Peranan manusia dalam melakukan pekerjaannya tentunya harus di

perhatikan agar para pekerja terhindar dari kecelakaan dan resiko cedera yang

dapat terjadi pada saat melakukan pekerjaannya. Postur tubuh seseorang

dalam melakukan kegiatan pekerjaan tentunya menjadi faktor penting yang

dapat menentukan hasil kerja, tentunya pekerjaan yang dilakukan seseorang

secara terus-menerus dapat menyebabkan kejenuhan dan tingkat kelelahan

sangat cepat terjadi. Menurut Utami, Karimuna, and Jufri (2017)

Musculosceletal Disorders (MSDs) Merupakan keluhan yang terjadi pada

beberapa bagian anggota tubuh yang dirasakan oleh seseorang dalam

1
2

melakukan sebuah aktivitas mulai dari keluhan ringan sampai dengan keluhan

berat, keluhan tersebut umumnya terjadi karena peregangan otot yang terlalu

berat dan mempunyai beban pekerjaan yang berdurasi terlalu lama, sehingga

mengalami keluhan pada sendi, ligament dan tendon. Pada awalnya keluhan

muskuloskeletal terjadi pada beberapa bagian anggota tubuh manusia dan

masalah yang sering terjadi berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan,

bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa terbakar yang berakibat

pada kesulitan seseorang untuk melakukan pergerakan dan sulit melakukakan

koordinasi gerakan anggota tubuh lainnya sehingga berdampak pada kurang

efisiennya dan kehilangan waktu kerja serta menurunnya aktivitas dan

produktivitas di dalam sebuah pekerjaan.

PT. Andalan Nusa Pratama adalah perusahaan yang bergerak di bidang

transportasi semen merah putih, Kendaraan truk di PT tersebut di gunakan

untuk melakukan pengiriman unit ke setiap daerah dan cabang-cabang yang

sudah bekerja sama dengan PT. Andalan Nusa Pratama, kendaraan truk tidak

hanya mengangkut berbagai jenis barang dari titik ke titik, tetapi juga

melakukan sistem perusahaan logistik terintegrasi yang menggabungkan

layanan transportasi, pemrosesan pesanan dan informasi teknologi. Dengan

kompleksitas bisnis yang tinggi saat ini, Kami merasa bahwa teknologi

informasi harus menjadi sistem utama dalam operasi kami untuk mendapatkan

hasil yang paling efisien dan tepat, dan bekerja sama sebagai bagian dari sistem

pelanggan untuk memberikan layanan yang efisien, akurat dan efektif, kepada

pelanggan. Tidak hanya itu di PT. Andalan Nusa Pratama juga menyediakan
3

layanan bengkel servise truk dengan melakukan pelayanan servise secara

berkala dan mengganti sparepart yang sudah tidak layak pakai agar para

pengemudi tidak terjadi kendala pada saat pengiriman barang ke customer yang

sudah bekerja sama dengan PT. Andalan Nusa Pratama, dengan melakukan hal

servise secara rutin tersebut sangat penting untuk dilakukan demi menjaga

kualitas jasa pengiriman dan pelayanan servise truk agar kendaraan yang ada di

PT. Andalan Nusa Pratama tersebut selalu dalam keadaan yang baik dan tidak

mengalami kendala pada saat pengiriman barang/unit ke customer.

Kondisi sikap kerja di bengkel servise truk PT. Andalan Nusa Pratama

masih banyak terjadi kesalahan posisi kerja atau pergerakan tubuh dalam

melakukan pekerjaan dengan sikap kerja yang tidak ergonomi dan mengalami

kendala dalam melakukan pekerjaan, khusus nya para mekanik yang berada di

PT. Andalan Nusa Pratama di bagian penambalan ban, servise chasis,

pengelasan, pembongkaran ban, bagian pendempulan, pengeboran, pengecatan

dan pemotongan, sehingga para pekerja tentunya masih mengalami masalah

dalam pergerakan dan penempatan posisi tubuh yang kurang ergonomis.

Kurangnya alat bantu dan design tempat kerja menjadi faktor yang harus

segera di atasi agar memudahkan para pekerja untuk melakukan kegiatan

tersebut. Postur kerja mekanik tersebut adalah jongkok, duduk, berdiri dengan

tangan rentang ke atas serta kaki berjinjit, membungkuk, menunduk. Keluhan

pada proses tersebut sudah sangat lama di alami para mekanik bengkel servise

PT. Andalan Nusa Pratama sehingga para pekerja sering mengakibatkan sakit
4

leher, bahu, punggung, pinggang, tangan, lutut betis dan kaki. Salah satu upaya

dalam

menangani permasalahan ini adalah dengan cara memperbaiki metode

bekerja dan memberikan usulan perbaikan sistem kerja dan alat kerja.

Menurut (Dr. Bambang Suhardi, ST. 2015) Desain peralatan kerja dan

stasiun kerja yang nyaman dan dapat memberikan keamanan menjadi harapan

para pekerja. Untuk itu desain tersebut harus disesuaikan dengan keinginan dan

kebutuhan pekerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Supaya harapan

tersebut tercapai, maka perlu dilakukan desain peralatan kerja dan stasiun kerja

yang sesuai dengan kaidah ergonomi. Desain peralatan kerja dan stasiun kerja

yang ergonomis mempunyai tujuan agar pekerja dalam melakukan aktivitas

merasa enak, nyaman, aman, dan sehat sehingga mampu menghasilkan

produktivitas kerja yang tinggi. Untuk itu desain peralatan kerja dan stasiun

kerja harus sesuai dengan dimensi tubuh pekerja. Persaingan

Dari latar belakang tersebut, penulis berniat untuk melakukan laporan

kerja praktek dibagian bengkel servise di PT. Andalan Nusa Pratama dengan

menganalisa dan melakukan penilian postur tubuh pekerja yang kurang

ergonomi dengan metode, RULA (Rapid Upper Limb Assessment) dan REBA

(Rapid Entire Body Assessment) dari kedua metode tersebut dapat di lakukan

penilai posisi tubuh pekerja secara keseluruhan.

B. Landasan Teori
5

Landasan teori merupakan penjelasan tentang topik yang penulis akan

dijadikan penelitian dalam laporan kerja praktek di PT. Andalan Nusa Pratama

yaitu tentang Ergonomi dengan metode RULA dan REBA.

1. Pengertian Ergonomi

Secara etimologi, Ergonomi ini berasal dari bahasa Yunani yakni

dari kata ergon yang artinya adalah kerja dan nomo yang artinya itu

adalah peraturan atau hukum. Dengan secara terminologi, pengertian

ergonomi merupakan suatu peraturan mengenai bagaimana melakukan

kerja termasuk sikap kerja. Sedangkan pengertian umumnya,

pengertian ergonomi merupakan suatu ilmu yang mempelajari sifat,

kemampuan serta juga keterbatasan manusia untuk dapat merancang

suatu sistem kerja sehingga orang tersebut bisa hidup serta juga bekerja

pada suatu sistem dengan baik dan juga mencapai tujuan yang

diinginkan dengan secara efektif, aman serta nyaman.

Salah satu definisi ergonomi yang menitik beratkan pada

penyesuaian desain terhadap manusia adalah dikemukakan oleh Annis

& McConville (1996) dan Manuaba (1999). Mereka menyatakan bahwa

ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut

karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain

pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan

sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman

dan efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain produk

untuk mendukung efisiensi dan keselamatan dalam penggunaan desain


6

produk. Konsep tersebut adalah desain untuk reliabilitas, kenyamanan,

lamanya waktu pemakaian, kemudahan dalam pemakaian, dan efisien

dalam pemakaian.

Selanjutnya agar setiap desain produk dapat memenuhi keinginan

pemakainya maka harus dilakukan melalui beberapa pendekatan

sebagai berikut:

a. Mengetahui kebutuhan pemakai.

Kebutuhan pemakai dapat didefinisikan berdasarkan kebutuhan

dan orientasi pasar, wawancara langsung dengan pemakai produk

yang potensial dan menggunakan pengalaman pribadi.

b. Fungsi produk secara detail.

Fungsi spesifik produk yang dapat memuaskan pemakai harus

dijelaskan secara detail melalui daftar item masing-masing fungsi

produk.

c. Melakukan analisis pada tugas-tugas desain produk.

d. Mengembangkan produk.

e. Melakukan uji terhadap pemakai produk.

Lebih lanjut, suatu desain produk disebut ergonomis apabila secara

antropometris, faal, biomekanik dan psikologis kompatibel dengan

manusia pemakainya. Di dalam mendesain suatu produk maka harus

berorientasi pada production friendly, distribution friendly, installation

friendly, operation friendly dan maintenance friendly. Di samping hal-


7

hal tersebut di atas di dalam mendesain suatu produk yang sangat

penting untuk diperhatikan adalah suatu desain yang berpusat 18

Desain Stasiun Kerja. Desain stasiun kerja pada manusia pemakainya

atau human

centered design (Sutalaksana, 1999). Hal tersebut dimaksudkan

agar setiap desain produk baik secara fungsi, teknisteknologis,

ekonomis, estetis maupun secara ergonomis sesuai dengan kebutuhan

pemakainya.

Dr.ir. yulianus hutabarat (2017 : 1) menyatakan, Ergonomi adalah

Ilmu atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan

sistem manusia dengan pekerjaannya, sehingga menciptakan tujuan

tercapainya alat dan sebuah cara pekerjaan yang ergonomis dan

menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien.

Menurut masalah yang terjadi di dalam dunia industri masih banyak

para pekerja dalam keadaan bekerja secara tidak ergonomis dan dapat

mengakibatkan cedera pada beberapa bagian seperti

leher,tulang,punggung lengan, otot, urat syaraf, urat daging, tulang,

persendian tulang, yang disebabkan oleh aktivitas kerja dengan

melakukan gerakan dan posisi badan yang kurang efisien sehingga para

operator akan mudah mengalami gangguan pada organ tubuh serta

kurangnya beberapa alat bantuan pendukung dan masih banyak

pekerjaan yang dilakukan secara manual dan sangat di perlukan merode


8

kerja yang terbaik dan mendesign ulang tempat kerja supaya lebih

effisien.

2. Penerapan Ilmu Ergonomi

Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja.

Penerapan ergonomi antara lain dapat dilakukan pada posisi kerja, proses

kerja, tata letak tempat kerja, dan cara mengangkat beban :

a. Posisi Kerja Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk

dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil

selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang

belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada

dua kaki.

b. Proses Kerja Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai

dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran

anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan

timur.

c. Tata Letak Tempat Kerja Display harus jelas terlihat pada waktu

melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara

internasional lebih banyak digunakan dari pada kata-kata.

d. Mengangkat Beban Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban

yaitu, dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya.

Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang

punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang

berlebihan.
9

3. Standarisasi Sikap Kerja Ergonomi

a. Menjinjing Beban Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang

ditetapkan ILO sebagai berikut :

1) Laki-laki dewasa 40 kg

2) Wanita dewasa 15-20 kg

3) Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg

4) Wanita (16-18 th) 12-15 kg 2.

b. Organisasi Kerja

Pekerjaan harus diatur dengan berbagai cara:

1) Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun

2) Frekuensi pergerakan diminimalisasi

3) Jarak mengangkat beban dikurangi

4) Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan

mengangkat tidak Terlalu tinggi.

5) Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode Mengangkat Beban Semua pekerja harus diajarkan mengangkat

beban. Metode kinetik Dari Pedoman penanganan harus dipakai yang

didasarkan pada dua prinsip:

1) Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung

2) Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum

berat badan.

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :

1) Posisi kaki yang benar


10

2) Punggung kuat dan kekar

3) Posisi lengan dekat dengan tubuh

4) Mengangkat dengan benar

5) Menggunakan berat badan

d. Supervisi Medis Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat

supervisi medis teratur.

1) Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban

kerjanya.

2) Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan

pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.

3) Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan,

khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.

4. Manfaat Ergonomi

Pada dasarnya, ergonomi ini memiliki manfaat diantaranya untuk

pekerjaan supaya dapat cepat selesai, memiliki risiko kecelakaan lebih kecil,

waktu yang efisien, risiko penyakit akibat kerja kecil serta juga lain

sebagainya. Dibawah ini merupakan beberapa manfaat yang diperoleh dari

ergonomi diantaranya sebagai berikut:

a. Kerja meningkat, seperti kecepatan, ketepatan, keselamatan serta juga

mengurangi energi saat bekerja.

b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan juga pendidikan.

c. Mengoptimalisasi penggunan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan

melalui peningkatan keterampilan yang dibutuhkan.


11

d. Mengurangi waktu yang terbuang percuma.

e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.

5. Tujuan Ergonomi

Menurut Tarwaka dkk (2004), tujuan ergonomi dengan secara umum

diantaranya:

a. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan fisik serta mental dengan

cara pencegahan cidera dan juga penyakit akibat kerja, menurunkan

beban kerja fisik serta mental, dan juga mengupayakan promosi

&kepuasaan kerja.

b. Untuk dapat melakukan dan Meningkatkan kesejahteraan sosial

dengan melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola serta

juga mengkoordinir dengan secara tepat dan juga meningkatkan

jaminan sosial selama kurun waktu usia produktif ataupun setelah

produktif.

c. Untuk dapat menciptakan keseimbangan rasional diantaranya berbagai

macam aspek seperti misalnya aspek ekonomi, aspek teknis,

antropologis serta juga budaya tiap-tiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan juga kualitas hidup yang tinggi.

6. Prinsip Ergonomi
12

Prinsip ergonomi merupakan suatu pedoman didalam menerapkan

ergonomi di tempat kerja. Menurut Baiduri, prinsip ergonomi ini

diantaranya sebagai berikut:

a. Mengurangi beban berlebihan

b. Mencakup jarang ruang Minimalisasi

c. gerakan statis Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman

d. Meminimalisasi titik beban

e. Melakukan gerakan, olahraga dan peregangan saat bekerja

f. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh

g. Membuat agar display serta contoh mudah dimengerti

h. Bekerja dalam posisi atau postur normal

i. Menempatkan peralatan berada dalam jangkauan

j. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.

7. Fungsi Ergonomi dalam Industri

Fungsi ergonomi dalam sebuah industri berkaitan dengan fungsi

pengelolaan organisasi dalam industri.

Management

Administratif Technical
Fungsional lFungsional
Union
13

Management

Gambar 1.1Struktur Fungsional Dalam Industri

( sumber : PT. Andalan Nusa Pratama )

Menurut (Susanti, Zadry, and Yuliandra 2015). Management

merupakan level teratas yang berfungsi untuk menetapkan tujuan bisnis

sesuai dengan kebijakan perusahaan dan kondisi pasar serta untuk

menetapkan rencana makro. Level dibawahnya merupakan technical and

administrative, berfungsi sebagai pendukung bagi kegiatan yang dilakukan

oleh management. Operating berfungsi untuk menjalankan produksi setiap

hari. Meskipun proses produksi pada masa sekarang sudah dilakukan

menggunakan sistem yang terotomatisasi, namun peranan manusia tetap

dibutuhkan dalam sistem tersebut, sebagai contoh untuk menjalankan sistem

kendali atau melakukan aktivitas pemeliharaan mesin. Kompetisi dunia

bisnis sekarang ini menuntut perusahaan untuk melakukan dua hal

sekaligus. Pertama, meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan jaminan

kualitas dari semua lini operasi perusahaan, dan kedua adalah menekan

semua cost yang diakibatkan oleh permasalahan K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) dan kualitas kehidupan kerja. Dalam kedua hal tersebut,

ergonomi memiliki peran yang sangat penting. Ada sejumlah indikator yang

menjadi tolak ukur pada perusahaan/ industri yang belum/tidak

memperhatikan faktor ergonomi di wilayah kerjanya:


14

a. Kinerja dan produktivitas yang rendah

b. Kualitas kerja yang rendah

c. Sering terjadi accident atau near-accident (kecelakaan)

d. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error)

e. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu,

punggung, atau pinggang

f. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang

g. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan fisik pekerja

h. Posisi atau postur kerja yang sering membungkuk dan menjangkau

i. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup

j. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan

k. Komitmen kerja yang rendah

l. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran

Jika indikasi tersebut ditemui di perusahaan/organisasi, maka itulah

saat dimana perusahaan membutuhkan intervensi-intervensi ergonomi.

Sayangnya penerapan ergonomi sering ditempatkan pada prioritas rendah

dan terakhir dalam operasional perusahaan. Ergonomi sering disalah-

artikan, dianggap mahal dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan

kerja. Padahal, dengan ergonomi, sistem kerja di berbagai lini operasi

perusahaan (misalnya logistik, produksi, maintenance, pekerjaan kantor,

dsb) dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan variasi pekerja

dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis).


15

Berikut ini adalah beberapa faktor yang seringkali menjadi hambatan

penerapan ergonomi di perusahaan/organisasi:

a. Konsultan/ pemerhatikan ergonomi untuk perusahaan belum mampu

menunjukkan keuntungan dari program implementasi ergonomic di

perusahaan, atau dengan kata lain belum mampu berbahasa perusahaan.

b. Manajemen masih memberikan prioritas rendah dan terakhir pada

program ergonomi dalam program kerja perusahaannya.

c. Dalam menerapkan program ergonomi petugas lebih banyak

melaksanakan program kuratif dibanding program preventif dan

promotif, dan sering kurang efisien.

d. Modal dan pengetahuan mengenai ergonomi yang masih kurang juga

menjadi faktor penghambat.

e. Pengawasan dan sangsi yang lemah dari pemerintah dimanfaatkaan

manajemen sehingga kurang memperhatikan penerapan ergonomi.

Sejumlah.

Semua perbaikan sistem kerja di perusahaan harus dilakukan dengan

pendekatan human-centered design (HCD), baik pada alat, mesin, tempat

kerja, prosedur kerja, sistem informasi dan sistem organisasi. Dengan inilah

diperoleh rancangan sistem operasi perusahaan yang produktif, aman, sehat,

dan juga nyaman bagi pekerja, yang tentu akan membawa manfaat bagi

perusahaan.

8. Rula dan Reba


16

a. Metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

merupakan suatu metode penelitian untuk menginvestigasi gangguan

pada anggota tubuh bagian atas. Metode ini dirancang oleh Lyyn Mc

Atamney dan Corlett (1993) yang menyediakan sebuah perhitungan

tingkatan beban muskuloskeltal di dalam sebuah pekerjaan yang memiliki

resiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan

bagian atas. Metode ini tidak memerlukan peralatan spesial dalam

penetapan penilaian postur leher, punggung, dan leher atas. Setiap

pergerakan diberi skor yang telah ditetapkan. Rapid Upper Limb

Assessment (RULA) merupakan metode yang digunakan untuk

mengukur faktor risiko musculoskeletal disorders pada leher dan tubuh

bagian atas. RULA dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett dari

University of NNottingham Institute of Occupational Ergonomics,

United Kingdom pada tahun 1993 (Stanton et al., 2005). RULA

menghitung faktor risiko ergonomic pada pekerjaan dimana pekerjaannya

banyak melakukan pekerjaan dalam posisi duduk atau berdiri tanpa

adanya perpindahan. RULA menghitumg faktor risiko berupa postur,

tenaga/beban, pekerjaan statis dan repetisi yang dilakukan dalam

pekerjaan. Focus utama penilaian RULA yang diukur secara detail yaitu

postur dari bahu/lengan atas, siku/lengan bawah, pergelangan tangan,

leher dan pinggang. Selain itu RULA juga mempertimbangkan adanya

beban dan perpindahan yang dilakukan dalam penilaiannya. RULA juga

menilai posis kaki apakah stabil atau tidak. RULA bertujuan untuk
17

mengukur risiko musculoskeletal sebelum dan sesudah adanya

modifikasi tempat kerja, mengevaluasi hasilnya dan memberitahukan

pada pekerja mengenai risiko yang berhubungan dengan musculoskeletal

karena postur kerja. Prosedur penilaian menggunakan metode RULA

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memilih postur yang akan dinilai pada masing-masing task dalam

suatu pakerjaan.

2) Postur dinilai berdasarkan skor-skor dalam lembar penilaian RULA

kemudian mengkalkulasikannya berdasarkan diagram RULA.

3) Hasil scoring dikonversikan berdasarkan level tindakan pada

ketentuan rula Metode rula merupakan metode yang mengukur

postur tubuh bagian atas yang mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan karena pada metode ini telah disediakan petunjuk-

petunjuk mengenai tata ara penilaian pada masing-masing postur

yang diukur. Metode ini juga tidak membutuhkan waktu yang lama

dalam penilaiannya. Selain itu metode ini juga dapat mengukur

faktor risiko ergonomic lainnya berupa force/beban, repetisi dan

durasi/pekerjaan statis. Akan tetapi metode ini hanya mengukur

faktor fisik yang ada di sebuah pekerjaan/task, metode ini tidak

mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti

getaran, suhu, faktor psikososial, dll. Disamping itu dibutuhkan

pelatihan lebih lanjut oleh pengguna awal dalam menggunakan

metode ini untuk hasil yang lebih baik.


18

b. Metode REBA (Rapid Entire Body Assessment)

metode yang digunakan untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi

tubuh. Metode ini didesian untuk mengevaluasi pekerjaan atau aktivitas,

dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan

ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher,tulang punggung, lengan

dan sebagainya. Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah

metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat

digunakan secara tepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher,

punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain

itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal

yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Rapid Entire Body

Assissment (REBA) adalah suatu metode dalam bidang ergonomi yang

digunakan secara cepat untuk menilai postur leher, punggung, lengan,

pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. REBA adalah alar

penganalisa postur tubuh yang bisa memeriksa akti vitas kerja. (Modul

Praktikum “Sistem Kerja dan Ergonomi”). Metode Inl juga dilengkapi

dengan faktor coupling, beban ekstemal, dan aktivitas kelja. Dalam

metode ini, segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua grup, yaitu grup A

dan Grup B. Grup A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher dan kaki.

Sedangkan grup B terdiri dari lengan atas, lengan bawah dan pergelangan

tangan. Penentuan skor REBA, yang (skor A dan B) digunakan untuk

menentukan skor C. Skor REBA diperoleh dengan menambahkan skor


19

aktivitas pada skor C. Dari nilai REBA dapat diketahui level resiko

cedera.

9. Antropometri dan Penerapannya

Antropometri berasal dari bahasa latin yaitu anthropos yang berarti

manusia dan metron yang berarti pengukuran. Sanders and Mc.Cormick

(1987) mendefinisikan antropometri sebagai pengukuran dimensi tubuh atau

karakteristik fisik tubuh lainnya yang sesuai dengan desain mengenai

sesuatu yang akan dipakai manusia. Pulat (1992) mendefinisikan

antropometri sebagai studi dari dimensi tubuh manusia. Bridger (1995)

menyatakan antropometri adalah pengukuran tubuh manusia.

Dengan mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, maka dapat dibuat

desain peralatan kerja, stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi

tubuh pekerja sehingga dapat menciptakan tempat kerja yang enak, nyaman,

aman dan sehat. Data ukuran tubuh manusia (antropometri) menjadi dasar

yang sangat penting dalam merancang peralatan, fasilitas kerja, dan stasiun

kerja. Pemakaian data antropometri dalam perancangan mempunyai tujuan

agar terjadi kesesuaian dimensi tubuh pengguna dengan rancangan yang

digunakan. Dewasa ini penerapan data antropometri telah banyak digunakan

pada semua aspek kehidupan, baik kehidupan pribadi, rumah tangga,

maupun di industri. Seseorang dalam kehidupan sehari-hari tidak suka

memakai baju atau kaus yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kalau

dipaksakan memakai baju atau kaus yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh,

maka kita tidak bisa beraktivitas dengan nyaman. Pemakaian sepatu dengan
20

ukuran yang tidak sesuai dengan dimensi kaki, akan menyebabkan pemakai

merasa tidak nyaman ketika berjalan. Kasus di rumah tangga banyak

ditemui perabot yang dirancang tidak sesuai dengan dimensi tubuh,

misalnya desain kursi, meja, dan tempat tidur. Selain itu banyak stasiun

kerja yang dirancang tidak sesuai dengan di mensi pekerja.

10. Metode Pengukuran Dimensi Tubuh

Metode pengukuran dimensi tubuh manusia dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu pengukuran yang sifatnya statis dan dinamis. Pengukuran

dimensi tubuh statis dilakukan pada saat subyek yang akan diukur dalam

kondisi diam. Pengukuran dimensi tubuh dinamis dilakukan dalam kondisi

kerja atau adanya pergerakan yang dibutuhkan dalam suatu kerja.

a. Pengukuran Dimensi Statis

Pengukuran dimensi tubuh statis lebih mudah dilakukan dibandingkan

dengan pengukuran dimensi tubuh dinamis. Pengukuran dimensi tubuh

statis mencakup pengukuran seluruh bagian tubuh dalam posisi standar

dan diam baik dalam posisi berdiri maupun posisi duduk. Data dimensi

tubuh statis digunakan untuk perancangan peralatan, perancangan

peralatan industri, perancangan stasiun kerja, perancangan kursi,

perancangan meja, dan sebagainya..

b. Pengukuran Dimensi Dinamis

Pengukuran antropometri dimensi dinamis cukup sulit dilakukan

karena harus mempertimbangkan gerakan tubuh. Pengukuran dimensi

tubuh dinamis dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada dasarnya


21

manusia terus menerus dalam keadaan bergerak. Bridger (1995)

menyatakan bahwa pengukuran dimensi dinamis dilakukan karena ada

beberapa rancangan yang tidak dapat disediakan oleh data dimensi

statis, misalnya gerakan menjangkau maksimum subyek yang berdiri

atau area bebas gerakan tangan. Data antropometri statis maupun

dinamis sama pentingnya bagi seorang perancang fasilitas kerja.

Umumnya pengukuran dimensi tubuh statis lebih sering dilakukan

karena kemudahan dalam pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai