Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pengukuran Kerja Secara Tidak Langsung

Pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak

harus selalu mengamati suatu pekerjaan langsung ditempat operator

bekerja karena pekerjaan tersebut telah didokumentasikan sebelumnya.

Tabel berikut menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari pengukuran


(Erliana, 2015)
waktu kerja secara tidak langsung.

2. Pengertian Peta Tangan Kanan Tangan Kiri

Untuk memperjelas peta tangan kiri dan tangan kanan ini, maka

perlu diperhatikan proses perakitan steker di bawah ini. Pada proses

perakitan ini dibagi menjadi tiga stasiun kerja. Masing-masing stasiun

kerja mempunyai tugas yang berbeda. Gambar 2.1 ini memperlihatkan

aliran proses produksi, yangdimulai dari stasiun kerja 1 menuju stasiun

kerj a 2 dan terakhir distasiun kerja 3.

5
6

Gambar 2.1
Aktivitas Sistem Kerja
Sumber: Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri

Pada stasiun kerja 3 operator yang bertugas ada 2 orang.Operator

1 memasang label pada doos kecil sekaligus memasukkan doos kecil ke

dalam doos besar. Operator 2 mengangkat doos besar untuk dibawa ke

gudang. Sistem perakitan steker di atas dapat dipecah menjadi tiga peta

tangan kiri dan tangan kanan. Peta ini menggambarkan semua gerakan-

gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh

tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara

tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika

melakukan pekerjaan. Dengan peta ini kita bisa melihat semua operasi

secara cukup lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi

tersebut. (Bambang Suhadri, 2008)


7

Pada dasarnya peta tangan kiri dan tangan kanan ini mempunyai

kegunaan yang lebih khusus, yaitu:

1) Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.

2) Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak

efisien dan tidak produktif, sehingga mempersingkat waktu kerja.

3) Alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal.

(Bambang Suhadri, 2008)

3. Pengertian Peta Aliran Proses

Peta aliran proses adalah sebuah peta yang menggambarkan

urutan operasi, baik gerakan pekerja maupun aliran material. Peta ini

memperlihatkan bagian proses yang tidak produktif, seperti delay,

penyimpanan sementara, dan untuk mengetahui panjang pendeknya


(Bambang Suhadri, 2008)
jarak yangditempuh.

Gambar 2.2
Peta Aliran Proses Merakit Steker
Sumber: Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri
8

Menggambarkan peta aliran proses untuk jenis pekerjaan merakit

steker. Pada peta aliran proses bagian ini terdiri dari aktivitas operasi

dan transportasi. Perinciannya sebagai berikut: aktivitas operasi

sebanyak 5 kegiatan sedangkan aktivitas transportasi hanya sekali.

Dengan memperhatikan peta aliran proses pada bagian ini bisa

disimpulkan bahwa aktivitas merakit steker ini cara kerjanya sudah


(Bambang Suhadri, 2008)
benar.

Gambar 2.3
Peta Aliran Proses Membungkus Steker
Sumber: Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri

Menggambarkan peta aliran proses membungkus steker. Pada

peta ini terdiri dari 7 aktivitas operasi. Semua kegiatan pada bagian ini

termasuk kategori kegiatan produktif. Berarti cara kerja membungkus

steker ini termasuk cara kerja yang sudah benar. (Bambang Suhadri,

2008)
9

4. Pengertian MOST

MOST (Maynard Operation Sequence Time) adalah salah satu

teknik pengukuran kerja yang disusun berdasarkan urutan sub-sub

aktivitas atau gerakan. Sub-sub aktivitas ini pada dasarnya

diperolehdari gerakan-gerakan yang memiliki pola-pola berulang

seperti menjangkau, memegang, bergerak dan memposisikan objek

sertapola-pola tersebut diidentifikasikan dan diatur sebagai suatu

urutan kejadian yang diikuti dengan perpindahan objek.


(Wignjosoebroto, 2000 )

Konsep MOST berdasarkan pada perpindahan objek karena pada

dasarnya pekerjaan itu ialah memindahkan objek. Misalnya

mengangkat peti, menggeser panel kendali dan lain-lain kecuali

berpikir. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa

perpindahan objek ialah bahwa gerakan-gerakan itu sebenarnya terdiri

dari sub-sub kegiatan yang bervariasi dan saling bebas satu sama

lainnya. Konsep di atas menjadi dasar model urutan dalam MOST.

Dalam hal ini satuan kerja bukan gerakan dasar lagi, melainkan

kegiatan dasar (kumpulan dari gerakan-gerakan dasar) yang berkaitan

dengan pemindahan objek. Kegiatan-kegiatan itu diuraikan menjadi

sub-sub kegiatan yang ditetapkan dalam urutan tertentu. Dengan kata

lain,dalam pemindahan objek akan terjadi urutan baku dari kejadian-

kejadian atau gerakan-gerakan. Oleh sebab itu, pola dasar pemindahan


10

objek digambarkan sebagai model urutan gerakan umum.


(Wignjosoebroto, 2000)

Maynard Operation Sequence Technique (Barnes, 1980) atau

lebih sederhana dapat dikatakan sebagai perpindahan objek. Metode

MOST objek dipindahkan menurut dua cara, yaitu:

a. Diambil dan dipindahkan secara bebas

b. Diambil dan digerakkan dengan menggeser diatas permukaan

benda lain

Untuk tiap tipe kegiatan bisa terjadi urutan gerakan yang

berbeda-beda. Oleh sebab itu dilakukan pemisahan model urutan

kegiatan dalam metode MOST. Pemisahan model urutan gerakan ini

dibedakan atas 3 urutan gerakan yang ketiga-tiganya menggambarkan

kerja manual urutan Gerakan Umum (The general move sequence).

Pemindahan objek secara manual dari satu tempat ke tempat lain

secara bebas. Dengan urutan kegiatan dalam gerakan umum A jarak

gerakan (action distance), terutama dalam arah horizontal B gerakan

badan (body motion), terutama dalam arah vertical G proses

pengendalian (gain control) P penempatan (place) urutan gerakan

terkendali (The controlled move sequence). A meliputi semua gerakan

perpindahan jari, tangan, kaki, dengan pembebanan atau tidak. B

gerakan badan G semua gerakan manual yang dilakukan untuk

mendapatkan pengendalian objek dan juga gerak melepaskan


11

pengendalian. P meluruskan objek, mengurut objek, sebelum

pengendalian objek dilepaskan Urutan gerakan memakai alat (The tool

use sequence) A meliputi semua gerakan perpindahan jari, tangan,

kaki, dengan pembebanan atau tidak. B gerakan badan G semua

gerakan manual yang dilakukan untuk mendapatkan pengendalian

objek dan juga gerak melepaskan pengendalian.


(Wignjosoebroto, 2000)

Model-model Urutan Dasar (Basic Sequence Model) Model ini

terdiri dari 3 urutan Gerakan. Urutan Gerakan Umum (The General

Move Sequence) Model ini Dipakai bila terjadi perpindahan objek

dengan bebas. Maksudnya dibawah kendali manual, objek berpindah

tanpa hambatan. Contohnya sebuah kotak diangkat (dipindahkan) dari

bawah meja ke atas meja, Urutan Gerakan Terkendali (The Controlled

Move Sequence) Model ini menggambarkan perpindahan objek secara

manual dikendalikan oleh satu jalur. Gerakan objek dibatasi satu arah

karena kontak atau menempel dengan objek lainnya. Contoh pekerjaan

dengan gerakan terkendali adalah mendorong kotak yang cukup berat

di atas meja kerja. Urutan Pemakaian Peralatan (The Tool Use

Sequence) Model ini dipakai bagi gerakan yang memakai bantuan alat

seperti tang, kunci inggris, obeng dan lain-lain.

5. Pengertian Work Factor

Work Factor (WF) Sistem faktor kerja merupakan salah satu

sistem dari Predetermined Time System yang paling awal dan secara
12

luas diaplikasikan. Sistem ini memungkinkan untuk menetapkan waktu

untuk pekerjaan-pekerjaan mnaual dengan menggunakan data waktu

gerakan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang

diambil di sini pertama kali adalah membuat analisa detail setiap

langkah kerja yang ada berdasarkan 4 variabel yang merupakan dasar

utama pelaksanaan kerja (anggota tubuh, kerja perpidahan gerakan,

manual kontrol dan berat/hambatan yang ada) dan mengunakan data

faktor kerja sebagai unit pengukurnya. Langkah berikutnya adalah

menentukan waktu bakunya. Pada Work-Factor System, suatu pekerjan

dibagi atas elemen- elemen gerakan standar kerja sebagai berikut :

Transport atau reach & move (TRP), Grasp (GR), Pre-Position (PP),

Assemble (ASY), Use (manual, process or machine time)-(US),

Diassemble (DSY), Mental Process (MP), dan Release (RL). Dan

simbol-simbol yang digunakan untuk menunjukan anggota tubuh yang

dipergunakan dan faktor- faktor kerja juga distandarkan seperti Tabel

berikut : (Amalia and Sriyanto, 2017)

Tabel 2.1
Simbol Elemen Gerakan pada metode Work Factor
13

Sumber : analisis dan perancangan sistem kerja

Simbol-simbol tersebut di atas digunakan untuk mencatat dan

mengevaluasi gerakan-gerakan kerja yang ada. Di sini anggota tubuh

yang dipergunakan akan diindikasikan pertama kali, kemudian jarak

tempuh yang kedua, dan faktor-faktor kerja akan metode Work-Factor

untuk menentukan gerakannya. Tabel menunjukkan deskripsielemen

kerja yang digunakan dalam metode Work Factor yaitu :

Tabel 2.2
Deskripsi Elemen Kerja dalam metode Work Factor
14

Sumber : analisis dan perancangan sistem kerja

Work Factor System (Barnes, 1980) atau sistem faktor kerja

merupakan salah satu dari Predetermined Time System yang paling

awal dan secara luas diaplikasikan. Sistem ini memungkinkan untuk

menetapkan waktu untuk pekerjaan-pekerjaan manual dengan

menggunakan data waktu gerakan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu

menetapkan waktu baku yang tepat (diperoleh dari tabel data waktu

gerakan) untuk setiap gerakan kerja yang telah didefinisikan dengan

menambahkan waktu longgar pada waktu total. (Amalia and Sriyanto,

2017).

Faktor kerja (work factor) adalah salah satu sistem diantara

data sistem-sistem yang dikembangkan sebagai data waktu gerakan.


15

Pada factor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak

Menjangkau (Reach) Membawa (Move) Memegang (Grasp),

Mengarahkan Sementara (Preposition), Merakit (Assembly), Lepas

Rakit (Diassemble) Memakai (Use), Melepaskan (Release), dan Proses

Mental (Mental Process), sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan.

(sutalaksana,2006).

B. Kerangka Berpikir
Permasalahan

Belum diketahui hasil perhitungan dengan


metode Most (Mayanard operation sequence
technique),hasil perhitungan dengan metode Most
Perbandingan Kelompok 1,3,5 hasil perhitungan
dengan metode WF(Work Factor).

Data

Pada Penelitian ini pengumpulan data dan


pengolahan data ini di ambil dari hasil pengamatan dari
peta tangan kanan tangan kiri ,peta aliran proses dan flow
diagram, pada mainan pesawat kayu
16

Pengolahan Data

1) Data diolah dengan menggunakan PTKTK , PAP


dan Flow Diagram
2) Data di olah menggunakan uji Most dan WF
`

Analisis

Menganalisis data peta tangan kanan


tangan kiri ,peta aliran proses, flow diagram dari
komponen pesawat yang telah dikumpulkan
menggunakan metode pengujian Most, uji Most
Perbandingan Kelompok 1,3,5 dan uji WF

Hasil Yang Diharapkan

Penelitian ini diharapkan agar mengetahui


hasil dari perhitungan dengan metode MOST
(Mayanard operation sequence technique),hasil
perhitungan Most Perbandingan Kelompok 1,3,5,
hasil perhitungan WF (Work Factor)

Gambar 2.4
Kerangka Berpikir
Sumber: Penelitian
17

C. Penelitian Yang Relevan

1. Sugioko, A. dkk. (2021). Analisis Kapasitas Produksi Dengan Metode

MTM-1 Dan Alat Bantu Promodel Dalam Pembuatan SOP Perbaikan

(Studi Kasus: PT. Karya Utama Pratiwi). Sugioko, A. dkk. (2021).

PT. Karya Utama Pratiwi merupakan perusahaan yang memproduksi kaos

kaki mulai dari benang hingga kaos kaki. Perusahaan ini memiliki dua

bagian: pembuatan kaus kaki dan bagian pemanas. Masih adanya proses

manual pada bagian pemanas, atau masih banyak campur tangan manusia.

Sebaliknya yang terjadi pada bagian pembuatan kaos kaki yang

mempunyai banyak mesin. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah tidak

selalu tercapainya target produksi yaitu sebanyak 520 barang jadi (18720

kaos kaki), sehingga dicari akar permasalahannya. Ditemukan bahwa

pengukuran kapasitas produksi tidak pernah dilakukan sehingga menjadi

latar belakang penelitian dalam penelitian ini untuk mengukur kapasitas

produksi pada bagian pemanas. Pengukuran kapasitas diawali dengan

pengukuran pada setiap stasiun kerja menggunakan sistem standar waktu

yang telah ditentukan dengan memperhatikan pergerakan kerja

menggunakan metode MTM-1 sebagai masukan pada ProModel. Hasil

simulasi sistem awal menghasilkan rata-rata 478 dalam 30 ulangan. Selain

itu, terdapat entitas yang mengalami keterlambatan login sebesar 10,36

dan 21,20 menit. Di beberapa lokasi terlihat mereka mengalami idle time.

Misalnya ovennya 56,97%, di atas 50%. Jadi, perlu ada perbaikan agar

bisa mencapai target tersebut. Hal-hal tersebut menjadi dasar agar SOP
18

mencapai target; SOP dirancang dan dijalankan dengan simulasi ProModel

berdasarkan asumsi yang mungkin. Berdasarkan hasil simulasi SOP,

terjadi peningkatan produksi sebesar 2% dari kondisi maksimum simulasi

awal dari 579 menjadi 594. SOP akan membantu memenuhi target dan

terlaksana dengan baik.


19

2. Desi Kusmindari, C. dkk. (2018). Rancangan Aplikasi Perhitungan Waktu

Baku Dengan Method-Time Measurement.

Waktu kerja berperan dalam penentuan produktivitas kerja serta dapat

menjadi tolak ukur untuk menentukan metode kerja yang terbaik dalam

penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk dapat membandingkan waktu kerja

yang paling baik dari metode kerja yang ada dibutuhkan suatu waktu baku

atau waktu standar sebagai acuan untuk penentuan metode kerja yang

terbaik. Permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini ialah

merancang sebuah sistem pengukuran waktu kerja dengan Method-Time

Measurement (MTM) yang terkomputerisasi dan dalam proses

identifikasinya dapat menentukan total waktu dalam pengukuran kerja.

Penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi yang dapat membantu peneliti

untuk menyelesaikan pengukuran waktu dengan predetermined time

system yang dapat berjalan di dua platform yaitu web dan smartphone

android. Sedangkan metode kreatif yang digunakan melalui brainstorming

memberikan kemudahan dalam proses perancangan sistem sehingga

didapatkan sistem yang lebih mudah untuk diaplikasikan di dunia kerja.

Dengan melalui beberapa pengujian sederhana diperoleh bahwa rerata dari

beberapa sampel yang dilakukan membuktikan bahwa aplikasi dapat

diterima dan digunakan oleh pengguna umum

.
20

Anda mungkin juga menyukai