LANDASAN TEORI
19
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya berupa,
optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
20
3.1.2 Definisi Proses Produksi
Proses produksi yaitu alat yang digunakan untuk mengubah masukan
sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran
(Buffa,1996). Proses produksi juga memiliki pengertian sebagai sebuah metode
atau teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk setengah
jadi atau produk jadi (Agung dan Imdam, 2014).
Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan
melalui suatu aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai
input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Suatu proses
memiliki kapabilitas atau kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah
menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung.
Menurut Gasperz (2004), salah satu cara umum yang digunakan untuk
menggambarkan proses dari sistem produksi adalah diagram alir proses (process
flow diagram). Diagram alir dari suatu proses produksi ditunjukkan pada Gambar
3.2:
21
Berdasarkan gambar 3.2 terdapat dua jenis aliran yang perlu
dipertimbangkan dari setiap proses dalam sistem produksi, yaitu aliran material
atau barang setengah jadi dan aliran informasi. Aliran material terjadi apabila
material dipindahkan dari satu tugas ke tugas berikutnya, atau dari beberapa tugas
ke tempat penyimpanan atau sebaliknya. Selama aliran material berlangsung
terjadi penambahan tenaga kerja dan/atau modal, karena dibutuhkan tenaga kerja
dan/atau peralatan untuk memindahkan material atau barang setengah jadi itu.
Perbedaan antara aliran (flows) dan tugas (tasks) adalah bahwa aliran mengubah
posisi dari barang dan/atau jasa (tidak memberikan nilai tambah), sedangkan tugas
mengubah karakteristik (memberikan nilai tambah) pada barang dan/atau jasa.
Kategori ketiga dari aktivitas dalam proses produksi adalah penyimpanan
(storages). Suatu penyimpanan terjadi apabila tidak ada tugas yang dilakukan
serta barang dan/atau jasa itu sedang tidak dipindahkan. Dengan kata lain,
penyimpanan adalah segala sesuatu yang bukan tugas ataupun aliran. Dari ketiga
kategori aktivitas dalam proses dari sistem produksi, yaitu tugas, aliran, dan
penyimpanan, tampak bahwa hanya tugas yang memberikan nilai tambah pada
produk. Sedangkan aliran dan penyimpanan tidak memberikan nilai tambah pada
produk. Oleh karena itu, dalam sistem produksi modern, seperti JIT (Just in
Time), aktivitas aliran dan penyimpanan dalam proses diusahakan untuk
dihilangkan atau diminimumkan melalui perbaikan terus-menerus (continuous
improvement) pada proses produksi itu.
22
Menurut Sutalaksana (2006), pengukuran waktu kerja dilakukan terhadap
terhadap beberapa alternatif sistem kerja yang terbaik diantaranya dilihat dari segi
waktu, dicari sistem kerja yang membutuhkan waktu penyelesaian tersingkat.
Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian
pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem terbaik.
Tujuan pokok dari aktivitas ini berkaitan erat dengan usaha menetapkan
waktu baku/standar (standard time). Ada berbagai macam cara untuk mengukur
dan menetapkan waktu standar yang pada umumnya dilaksanakan dengan
pengukuran waktu kerja sebagai berikut:
1. Pengukuran waktu kerja dengan jam henti
2. Sampling Kerja
3. Standard Data
4. Pengukuran waktu baku dengan waktu gerakan
Dan dalam penelitian ini, metode pengukuran waktu kerja yang digunakan
adalah pengukuran waktu kerja secara langsung dengan stopwatch time study.
Penelitian dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat waktu kerja operator
dengan menggunakan stopwatch sebagai alat pengukur waktu, dimana
pengukuran dilakukan untuk setiap elemen pekerjaan maupun satu siklus
pekerjaan secara utuh, sehingga dapat diketahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh seorang operator terampil pada kecepatan normal untuk
mengerjakan suatu tugas tertentu. Waktu yang berhasil diukur dan dicatat
kemudian dimodifikasikan dengan mempertimbangkan tempo kerja operator dan
menambahkan faktor–faktor kelonggaran yang diberikan kepada operator.
3.2.1
23
dan sampel kerja (work sampling). Pengukuran waktu kerja secara langsung
(terutama pengukuran dengan jam henti) adalah merupakan aktivitas yang
mengawali dan menjadi landasan untuk kegiatan-kegiatan pengukuran kerja yang
lain.
3.2.1.1 Pengukuran Waktu Kerja dengan Jam Henti (Stop Watch Time Study)
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 lalu. Metode
ini terutama baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung
singkat dan berulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh
waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu waktu
ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja
yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu. Secara garis besar
langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti ini
dapat diuraikan sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2006) :
1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan
maksud dan tujuan pengukuran kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan
supervisor yang ada.
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti layout, karakteristik/spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang
digunakan, dan lain-lain.
3. Bagi operasi kerja ke dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih
dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
4. Amati, ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut.
5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah
jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak.
Uji pula keseragaman data yang diperoleh.
6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja
yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan
untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performansi
24
operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka
performansi dianggap normal (100%).
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performansi yang ditunjukkan oleh
operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.
8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas.
Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi
seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan,
keterlambatan material, dan lain-lainnya.
9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antara waktu
normal dan waktu longgar.
Berdasarkan langkah-langkah terlihat bahwa pengukuran kerja dengan jam
henti ini merupakan cara pengukuran waktu yang obyektif karena disini waktu
ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak cuma sekadar diestimasi
secara subyektif. Disini juga akan berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut :
1. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan
dibakukan terlebih dahulu sebelum kita mengaplikasikan waktu baku ini untuk
pekerjaan yang serupa.
2. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja
sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator-operator yang akan dibebani
dengan waktu baku ini diasumsikan memiliki tingkat keterampilan dan
kemampuan yang sama dan sesuai untuk pekerjaan tersebut. Untuk itu
persyaratan mutlak pada waktu memilih operator yang akan dianalisa waktu
kerjanya benar-benar memiliki tingkat kemampuan yang rata-rata.
3. Kondisi lingkungan fisik pekerjaan juga relatif tidak jauh berbeda dengan
kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan.
4. Performansi kerja mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk
seluruh periode kerja yang ada.
Satu hal yang penting di dalam pelaksanaan pengukuran kerja ini ialah
bahwa semua pihak yang nantinya akan dipengaruhi oleh hasil studi (waktu baku)
haruslah diinformasikan mengenai maksud dan tujuan dari studi, sehingga
nantinya bisa tercapai kerja sama yang sebaik-baiknya di dalam pelaksanaan
25
pengukuran. Asumsi-asumsi yang telah dinyatakan perlu sekali dibuat karena
untuk beberapa kondisi secara nyata akan sulit untuk disamakan seperti halnya
dengan tingkat keterampilan/kemampuan dari pihak pekerja.
Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti (stop-watch) umumnya
dipallikasikan pada industri manufaktur yang memiliki karakteristik kerja yang
berulang-ulang, terspesifikasi jelas, dan menghasilkan output yang relatif sama.
Meskipun demikian aktivitas ini bisa pula diaplikasikan untuk pekerjaan-
pekerjaan non manufaktur seperti yang bisa dijumpai dalam aktivitas kantor
gudang atau jasa pelayanan lainnya asalkan kriteria-kriteria tersebut di bawah ini
bisa terpenuhi.
1. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitif dan uniform.
2. Isi/macam pekerjaan itu harus homogen.
3. Hasil kerja (output) harus dapat dihitung secara nyata (kuantitatif) baik secara
keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung.
4. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga
akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya.
Nyatalah bahwa aktivitas stop watch time study ini bisa dilaksanakan
untuk berbagai macam/jenis pekerjaan yang baik diklasifikasikan sebagai
manufacturing job ataupun service jobs. Aktivitas pengukuran kerja sendiri tidak
mungkin bisa dilasanakan apabila dijumpai pekerjaan-pekerjaan yang tidak
mempedulikan volume atau jumlah output yang ingin dihasilkan atau pekerja-
pekerja yang menghasilkan output yang tidak mungkin untuk distandarkan seperti
halnya dengan pekerja-pekerja yang bersifat creative works (hasil seni, research,
dan lain-lainnya).
26
elemen gerakan. Cara ini bisa dilakukan dalam aktivitas data waktu baku
(standard time) dan data waktu gerakan (predetermined time system).
29
3. Pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembaca data waktu
secara langsung untuk masing-masing elemen kerja yang ada. Disini akan
digunakan dua atau lebih stop watch yang akan bekerja secara bergantian. Dua
atau tiga stop watch dalam hal ini didekatkan sekaligus pada papan
pengamatan dan dihubungkan dengan suatu tuas. Apabila stop watch pertama
dijalankan, maka stop watch nomor dua dan tiga berhenti dan jarum tetap pada
posisi nol. Apabila elemen kerja sudah berakhir maka tuas ditekan yang akan
menghentikan gerakan jarum dari stop watch pertama dan menggerakkan stop
watch kedua untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Dalam hal ini stop
watch nomor tiga tetap pada posisi nol. Pengamat selanjutnya bisa mencatat
data waktu yang diukur oleh stop watch pertama.
30
dipakai oleh negara-negara lain, dimana pada work sampling pengamat
melakukan pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin, proses dan operator
(Sutalaksana, 2000).
Work sampling mempunyai beberapa kegunaan pada umumnya di bidang
produksi selain untuk menghitung waktu-waktu penyelesaian. Kegunaan dari
metode work sampling tersebut ialah (Sutalaksana, 2006):
1. Mengetahui distribusi pemakain waktu sepanjang waktu kerja oleh pekrja atau
kelompok kerja.
2. Mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
3. Menentukan wakti baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
4. Memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
Ws=
∑ Xi
N
Keterangan:
Ws =Waktu siklus
31
∑ Xi = Waktu pengamatan
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
2. Waktu Normal
Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata
menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja
menyelesaikan pekerjaan pada tempo kerja yang normal (Wignjosoebroto,
2006). Dikarenakan analisis ini memakai metode Westinghouse System of
Rating maka rumus waktu normal menjadi (1+ Rating Factors). Adapun cara
menghitung waktu normal dengan cara :
Wn=Ws ( 1+ Rating Factors )
Keterangan:
Wn=Waktu normal
Ws=Waktu siklus
1= Kelonggaran
3. Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
(Wignjosoebroto, 2006). Penentuan waktu baku untuk menentukan target
produksi ini dilakukan dengan cara pengukuran langsung dengan
menggunakan jam henti. Pengukuran dilakukan dikarenakan di dalam
melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat
dihindari baik faktor dari dalam maupun dari luar perusahaan. Waktu baku
didapatkan dengan mengalikan waktu normal dengan kelonggaran
(allowance). Dikarenakan analisis ini membutuhkan kelonggaran maka
rumusnya harus ditambahkan dengan allowance. Adapun cara menghitung
waktu standar/baku dengan cara:
Wstd=Wn ( 1+ Allowance )
Keterangan :
32
Wstd = Waktu standar / waktu baku
Wn=Waktu normal
1 = Kelonggaran
Tabel 3.1 Jumlah Hari Tidak Masuk Kerja Dalam Waktu Satu Tahun
Penyelesaian:
Oleh karena akan menguji keselarasan data atau kenormalan data
untuk satu sampel, dan skala pengukuran bukan nominal, maka digunakan
uji Kolmogorov-Smirnov.
1. Pemasukan data ke MINITAB
Dari menu utama File, pilih menu New, lalu klik mouse pada Minitab
Project. Pengisian data:
a. Klik mouse pada tabel worksheet kolom C1
b. Letakkan pointer pada baris 1 kolom tersebut, lalu ketik menurun
ke bawah sesuai data (25 data).
Data di atas bisa disimpan dengan nama Kolmogorov-Smirnov.
2. Pengolahan data dengan MINITAB
Langkah-langkah:
a. Buka file Kolmogorov-Smirnov
34
b. Dari menu utama MINITAB, pilih menu Statistics, kemudian pilih
submenu Basic Statistics, sesuai kasus pilih Normality Test untuk
uji satu sampel.
Kemudian akan muncul kotak dialog Kolmogorov-Smirnov, seperti Gambar
3.1 berikut:
35
Gambar 3.4 Grafik Hasil Uji Kenormalan Data Kolmogorov-Smirnov
(Sumber: Spiegel, 1999)
Analisis Hipotesis:
a. Ho: F (x) = Fo (x) , dengan F (x) adalah fungsi distribusi populasi
yang diwakili oleh sampel, dan Fo (x) adalah fungsi distribusi suatu
Keputusan:
Terlihat bahwa pada Approximate P-Value > 0,15, atau probabilitas diatas
0,05 (0,15 > 0,05). Maka Ho diterima, atau populasi tersebut berdistribusi
normal.
36
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil
pengamatan yang telah diambil sudah cukup mewakili populasinya, bila belum
maka perlu diadakan pengamatan tambahan hingga cukup mewakili populasinya.
Pada penelitian ini, digunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 10%,
maka persamaan dalam uji keseragaman data (Sutalaksana, dkk, 1979) adalah
sebagai berikut:
'
N =¿ ¿
Dimana:
N’ = banyaknya pengukuran sesungguhnya yang diperlukan
N = jumlah pengukuran pendahulu yang telah dilakukan
Xi = waktu penyelesaian yang teramati selama pengukuran yang telah
dilakukan
k = harga indeks yang besarnya tergantung tingkat keyakinan
Nilai k ditentukan berdasarkan tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian
yang diinginkan, jika masing-masing adalah:
95% dan 10%, maka k = 20
95% dan 5%, maka k = 40
99% dan 5%, maka k = 60
Jika:
N ≥ N’, maka data yang hasil pengamatan yang diambil telah mencukupi
N ≤ N’, maka perlu penambahan data.
37
Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data–data yang
diperoleh itu masuk kedalam batas kontrol atau bahkan diluar batas kontrol
dengan menggunakan Peta Kendali X̄ dan R. Adapun langkah–langkah dalam
melakukan pengujian keseragaman data adalah sebagai berikut: (Sutalaksana,
dkk., 1979)
X=
∑ Xi
N
Keterangan:
X =Rata−rata
∑ Xi=Jumlah seluruh data
N=Banyaknya data
Keterangan:
δx=
√ ∑ ( Xi−X )2
N−1
δx=¿Standar deviasi
Xi = Nilai x ke-i
X = Rata-rata
N = Jumlah sampel
4. Mencari Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan
cara sebagai berikut:
BKB=X−kδx BKA =X +kδx
k = 1 (tingkat keyakinan 0%-68%)
k = 2 (tingkat keyakinan 69%-95%)
k = 3 (tingkat keyakinan 96%-99%)
Keterangan:
BK B = Batas kontrol bawah
BKA = Batas kontrol atas
X = Rata- rata waktu kerja
38
k = Nilai indeks pada table distribusi normal yang besarnya tergantung
tingkat kepercayaan yang diambil
δx = Standar deviasi
5. Memindahkan data yang telah diperoleh kedalam bentuk grafik dengan batas–
batas kontrol yang telah ditetapkan.
Apabila data yang diperoleh tersebut terdapat data yang berada diluar batas
kontrol. Maka data tersebut harus dihilangkan dan dilakukan perhitungan
kembali seperti semula. Karena data yang berada diluar batas kontrol
menyebabkan data tidak seragam.
Pada prakteknya uji keseragam data juga dapat dilakukan dengan
menggunakan program komputer SPSS dengan memilih menu Analyze, control
X
chart lalu individu chart .
39
faktor penyesuaian ditentukan sepenuhnya oleh peneliti melalui
pengamatannya selama melakukan pengukuran. Waktu normal diperoleh
dengan penyesuaian (dalam persentase).
2. Schumard of rating
Penentuan rating dengan cara ini ialah dengan memberikan batas penilaian
melalui kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai
sendiri-sendiri. Tabel peyesuaian rating dengan Schumard yang menunjukan
besarnya penyesuaian masing-masing kelas dapat dilihat pada Gambar 3.5.
40
Gambar 3.5 Gambar Tabel Peyesuaian Rating Schumard
(Sumber : Sutalaksana, dkk, 2006)
41
Gambar 3.6. Gambar Tabel Penyesuaian Westinghouse System
(Sumber : Sutalaksana, dkk, 2006)
43
1. Personal allowance
Personal allowance ditujukkan agar operator dapat melakukan kebutuhan
personal, misalnya saja minum, ke toilet, dll. Besarnya kelonggaran yang
diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari satu pekerjaan
ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-
sendiri dengan tuntutan yang berbeda-beda. Penelitian yang khusus perlu
dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti
dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis. Berdasarkan penelitian
ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dari pekerja
wanita, misalnya unutk pekerjaan-pekerjaan ringan ada kondisi-kondisi kerja
normal pria memerlukan 2-25 % dan wanita 5 %. Persentase ini adalah dari
waktu normal (Sutalaksana, 2002).
2. Fatigue allowance
Waktu kerja yang terlalu lama dan posisi kerja yang tidak baik dapat
menyebabkan fatigue. Fatigue dapat menyebabkan berbagai masalah, baik
mental ataupun fisik. Meskipun sudah banyak hal yang dilakukan untuk
mengurangi fatigue, namun perlu diberikan fatigue allowance, umumnya
sebesar 4%.
3. Delay allowance
Delay merupakan hal yag dapat dihindari namun juga tidak dapat dihindari.
Hal-hal yang dapat menyebabkan delay seperti breakdown, repair, dan
pergantian alat. Oleh karena itu delay allowance harus dimasukkan ke dalam
perhitungan standard time. Selain itu, berdasarkan International Labor Office
(ILO) terdapat dua kelompok besar yang menjadi penentuan allowance, yatu
constant allowance dan variable allowance. Tabel allowance berdasarkan ILO
dapat dilihat pada Gambar 3.7
44
Gambar 3.7. Gambar Tabel Allowance Berdasarkan ILO
(Sumber : Sutalaksana, dkk, 2006)
45
kerja. Banyak manfaat yang didapatkan dengan melakukan analisis beban kerja,
yaitu:
1. Untuk menentukan jumlah manpower.
2. Untuk melakukan proses human resources planning.
3. Untuk menentukan standard time (waktu baku) dari suatu aktivitas kerja.
4. Untuk menghitung budget perusahaan terkait gaji dan tunjangan pekerja.
5. Untuk melakukan redisign tugas jabatan dan standard operating procedure
(SOP).
Untuk melakukan redisign tugas jabatan dan standard operating
procedure (SOP).Workload Analysis dilakukan dengan membandingkan
bobot/beban kerja dengan norma waktu dan volume kerja. Target beban kerja
ditentukan berdasarkan rencana kerja atau sasaran yang harus dicapai oleh setiap
jabatan, misalnya mingguan atau bulanan. Volume kerja datanya terdapat pada
setiap unit kerja, sedangkan norma waktu hingga kini belum banyak diperoleh
sehingga dapat dijadikan suatu faktor tetap yang sangat menentukan dalam
analisis beban kerja.
Menurut Anggara (2011), beban kerja yang baik, sebaiknya mendekati
100% atau dalam kondisi normal. Beban kerja 100% tersebut berarti bahwa
selama jam kerja, pekerja mampu bekerja secara terus menerus dalam kondisi
normal.
Atau :
46
3.8 Standarisasi Kerja
3.8.1 Pengertian
Standarisasi kerja adalah peraturan pada saat membuat barang ditempat
kerja, yaitu cara melakukan produksi yang paling efektif dengan urutan tanpa
muda, mengumpulkan pekerjaan dan memfokuskan gerakan manusia. Selain itu
juga merupakan suatu cara untuk menekan pembuatan yang berlebihan, dan untuk
melakukan produksi just in time. Standarisasi kerja juga merupakan cara yang
efektif sebagai alat untukk kaizen (Agung dan Imdam, 2004). Standarisasi kerja
terdiri dari Tabel Standar Kerja (TSK), Tabel Standar Kerja Kombinasi (TSKK),
dan Work Instruction (WI).
3.8.2 Jenis-Jenis Standar Kerja
1. Tabel Standar Kapasitas Produksi (Production Capacity Sheet)
Tabel ini digunakan pada proses-proses yang berhubungan dengan mesin-
mesin dan menggambarkan daftar kapasitas produksi setiap proses sehingga
terlihat proses mana yang menjadi bottlenecks.
Tabel standar kapasitas produksi disebut lembar kapasitas produksi. Lembar
kapasitas produksi menunjukkan kapasitas mesin dalam proses. Lembar
kapasitas produksi cocok diterapkan pada operasi bermesin yang melibatkan
penggunaan alat dan penggantian alat, tapi juga dapat diterapkan pada operasi
seperti injection moulding dan mengidentifikasi operasi yang memiliki
bottleneck.
2. Tabel Standar Kerja Kombinasi (Standarized Work Combination Table)
Tabel standar kerja kombinasi (TSKK) biasa disebut juga peta kombinasi
kerja dan diagram kombinasi. TSKK digunakan sebagai alat untuk
menentukan beban dan urutan kerja agar dapat sesuai dengan batas takt time.
Tabel ini sangat berguna untuk balancing beban kerja.
TSKK disebut tabel kombinasi pekerjaan terstandarisasi (juga disebut lembar
kombinasi pekerjaan terstandarisasi) digunakan untuk menganalisis pekerjaan
yang memiliki kombinasi kerja. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
keterkaitan waktu dari dua atau lebih aktivitas yang terjadi secara simultan.
Alat ini terutama tidak hanya digunakan untuk operasi yang merupakan
47
kombinasi dari operasi manual dan peralatan otomatis, tapi juga dapat
digunakan untuk operasi di mana terdapat dua atau lebih operator
mengerjakan produk yang sama pada waktu yang sama.
Menurut Widadgo dan Basri (2006), tabel standar kerja kombinasu (TSKK)
memiliki 3 (tiga) tipe, yaitu:
a. Tipe 1 (Satu)
Tabel standar kerja kombinasi tipe pertama digunakan untuk melihat
waktu kerja operator per satu siklus (cycle). Pada tabel ini, waktu kerja di
klasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu, ambil proses dan jalan. Klasifikasi
waktu kerja ini berguna untuk membedakan pekerjaan yang dilakukan.
Contoh tabel standar kerja kombinasi tiper pertama dapat dilihat pada
gambar 3.8
b. Tipe 2 (Dua)
Tabel standar kerja kombinasi tipe kedua digunakan untuk
memperlihatkan perbandingan setiap waktu kerja operator per satu siklus
48
(cycle) dan takt time. Pada tabel ini, waktu kerja di klasifikasikan menjadi
dua jenis yaitu, waktu kerja pokok dan waktu kerja pelengkap. Contoh
tabel standar kerja kombinasi tipe kedua dapat dilihat pada gambar 3.9
c. Tipe 3 (Tiga)
Tabel standar kerja kombinasi tipe ketiga biasa disebut sebagai yamazumi
chart. Yamazumi chart digunakan untuk memperlihatkan perbandingan
waktu tunggu dan waktu kerja untuk masing-masing operator per satu shift
volume kerja, pada tabel ini waktu kerja untuk masing-masing pekerjaan
atau elemen kerja dihitung dalam satu shift. Waktu kerja untuk masing-
masing pekerjaan atau elemen kerja yang telah dihitung dalam satu shift
tersebut disusun secara bertumpuk. Dan penumpukan waktu kerja ini akan
terlihat waktu kerja dan waktu tunggu (waktu menganggur) operator
dalam satu shift kerja. Contoh tabel standar kerja kombinasi tipe ketiga
(yamazumi chart) dapat dilihat pada gambar 3.10
49
Gambar 3.10 Tabel Standar Kerja Kombinasi Tipe Ketiga
(Sumber: Widadgo dan Basri, 2006)
50
Langkah pertama untuk mengurangi jumlah tenaga kerja adalah
menentukan waktu tunggu bagi setiap pekerja dan merevisi rutin operasi baku
untuk menyingkirkannya. Waktu tunggu sering tersembunyi dibalik kelebihan
produksi sehingga tidak pernah diketahui. Dalam kasus semacam ini, terdapat
sejumlah besar persediaan dibalik atau diantara proses. Akibatnya suatu kerja
misalnya pemindahan dan penumpukkan persediaan, yang dilakukan dalam waktu
tunggu pekerja, sering dipandang pekerjaannya. Tetapi, di pabrik Toyota kerja itu
digolongkan sebagai pemborosan akibat kelebihan produksi.
Untuk menggambarkan bagaimana penghapusan waktu tunggu dan
realokasi operasi mengakibatkan penurunan tenaga kerja, lihatlah contoh berikut.
Tujuh pekerja, A sampai G, semua bekerja ditempat yang sama. Waktu operasi
baku untuk operasi yang ditugaskan pada tiap pekerja harus diukur. Dengan
mengurangi waktu siklus dengan waktu operasi untuk tiap pekerja, waktu tunggu
selama tiap siklus bagi tiap pekerja dapat ditentukan. Contohnya, jika waktu
siklus adalah satu menit per unit produksi dan keseluruhan waktu baku yang
ditugaskan pada pekerja memakan waktu 0,9 menit, maka dia akan memiliki
waktu tunggu 0,1 menit. Pada umumnya, masing-masing pekerja akan memiliki
waktu tunggu yang lamanya berbeda-beda.
Untuk mengahapuskan waktu tunggu, beberapa operasi yang dilakukan
pekerja B harus ditransfer ke pekerja A, beberapa operasi pekerja C ditransfer ke
pekerja B, dan seterusnya hingga operasi yang cukup telah direalokasikan untuk
menghapus waktu tunggu pekerja A sampai E. Pada titik ini, pekerja G akan sama
sekali dihapuskan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.12, 3.13, dan
3.14:
51
Gambar 3.13 Relokasi Operasi Diantara Pekerja
(Sumber: Monden, 2000)
3.10 Efisiensi
Pengertian Gasperz (2004) tentang efisiensi adalah Faktor yang mengatur
perfomansi actual dari pusat kerja relatif terhadap standar yang diterapkan.
Definisi lain mengatakan efisiensi adalah waktu standar untuk setup dan run
dibagi dengan waktu aktual yang dibutuhkan. Efisiensi yang rendah menandakan
adanya masalah sehingga harus diselesaikan, misalnya membutuhkan pelatihan,
kesalahan peralatan, material berkualitas rendah, dan lain-lain. Efisiensi yang
tinggi juga perlu diselidiki, apakah benar bahwa pekerja mengembangkan metode
yang lebih baik dalam melakukan operasi ataukah telah terjadi kesalahan dalam
pelaporan yang berkaitan dengan kuantitas, waktu kerja, dan lain-lain.
Berdasarkan ukuran efisiensi yang ada, kita dapat menilai apakah standar-
standar yang ada masih valid atau sudah harus diubah. Dalam buku lain efisiensi
didefinisikan sebagai ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber daya
digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi
merupakan karakteristik proses yang mengukur performansi aktual dari sumber
daya relative terhadap standar yang diterapkan. Peningkatan efisiensi dalam
proses produksi akan menurunkan biaya perunit output, sehingga produk dapat
dijual dengan harga yang lebih kompetitif di pasar. Rumus yang digunakan dalam
mencari efisiensi adalah sebagai berikut:
Efisiensi = Perfomansi Aktual Operator x 100%
Standar yang digunakan
54
karena hal ini menunjukan bahwa waktu tunggu (idle time) yang terdapat pada lini
tersebut juga mendekati 0 (nol).
Perhitungan tenaga kerja (man power efficiency), idle time, dan balance
delay menurut Widadgo dan Basri (2006) adalah sebagai berikut:
56