Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat
subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
a. Menstruasi Definisi Menstruasi adalah perdarahan yang terjadi secara periodik dan berkala
akibat meluruhnya lapisan endometrium pada dinding uterus yang akan berlangsung sekitar 14
hari setelah terjadinya proses ovulasi (Felicia, Esther, Rina, 2015). Keadaan ini disebabkan
karena tidak adanya pembuahan oleh sperma pada sel telur, kemudian yang terjadi selanjutnya
lapisan endometrium (Lapisan dinding rahim) yang sudah menebal akan menjadi luruh. b. Siklus
Menstruasi Definisi Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode selanjutnya, sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak
antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya (Sinaga,
2017). http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/28678/6.%20Bab%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
b. Pengertian Menstruasi Menstruasi atau merupakan kejadian luruhnya dinding uterus
(endometrium) pada setiap bulan secara periodik. Selama 2-7 hari menstruasi dengan rata-rata
durasi 4,7 hari terjadi serta darah yang keluar sekitar 10-80 cc dengan rata-rata 35 cc. Siklus
menstruasi yang normal berlangsung 24-35 hari (Irianto, 2015).
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27575/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
c. Menurut (Lisofsky et al., 2015), siklus menstruasi pada wanita memakan waktu sekitar 28 hari.
Siklusnya terdiri dari empat fase. Fase yang pertama, folikular awal fase dimana selama
menstruasi hormon steroid konsentrasinya rendah. Fase yang kedua, fase folikular akhir dimana
hormon estrogen pada tingkat tertinggi sedangkan progesterone, LH dan FSH pada tingkat
rendah. Fase yang ketiga, fase ovulasi dengan LH dan FSH berada 10 di puncaknya. Fase yang
keempat, fase luteal dimana estrogen dan progesterone pada tingkat tinggi
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/27575/BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
d. Siklus menstruasi normal secara fisiologis menggambarkan, organ reproduksi cenderung sehat
dan tidak bermasalah. Sistem hormonalnya baik, ditunjukkan dengan sel telur yang terus
diproduksi dan siklus menstruasinya teratur sehingga dengan siklus menstruasi yang normal, 2
Program Studi S1 Kebidanan FK Universitas Andalas seorang wanita akan lebih mudah
mendapatkan kehamilan, menata rutinitas, dan menghitung masa subur (Nurlaila, 2015). Siklus
menstruasi yang tidak teratur dapat membuat seorang wanita menjadi lebih sulit hamil
(infertilitas). Siklus menstruasi yang memendek dapat menyebabkan wanita mengalami
anovulasi karena sel telur tidak terlalu matang sehingga sulit untuk dibuahi. Siklus menstruasi
yang memanjang menandakan sel telur jarang sekali diproduksi atau wanita mengalami
ketidaksuburan yang cukup panjang. Apabila sel telur jarang diproduksi berarti pembuahan akan
sangat jarang terjadi. Ketidakteraturan siklus menstruasi juga membuat wanita sulit mencari
kapan masa subur dan tidak (Nurlaila, 2015). Menurut data WHO (2010) terdapat 75% wanita
yang mengalami gangguan menstruasi. Konsep gangguan menstruasi secara umum adalah
terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi seperti oligomenorrhea (menstruasi yang
jarang), polymenorrhea (menstruasi yang sering), dan amenorrhea (tidak haid sama sekali).
Gangguan menstruasi ini berdasarkan fungsi dari ovarium yang berhubungan dengan anovulasi
dan gangguan fungsi luteal. Disfungsi ovarium tersebut dapat menyebabkan gangguan siklus
menstruasi. (Kusmiran, 2016). Gangguan siklus menstruasi adalah pengaruh dari berat badan,
aktivitas fisik serta proses ovulasi dan adekuatnya fungsi luteal. Selain itu bisa pula disebabkan
oleh perilaku diet dan stres pada wanita. Berat badan dan perubahan berat badan akut maupun
sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium. Kurang lebih 60-70% wanita dengan berat
badan lebih dapat menunjukkan gejala gangguan menstruasi dan gangguan ovulasi. Hal ini
berkaitan erat dengan kondisi infertilitas (Kusmiran, 2016).
http://scholar.unand.ac.id/41104/2/BAB%201%20Pendahuluan.pdf
e. Menurut Felicia dkk (2015), menstruasi adalah perdarahan yang terjadi secara
periodik dan berkala akibat meluruhnya lapisan endometrium pada dinding
uterus yang akan berlangsung sekitar 14 hari setelah terjadinya proses ovulasi.
Menurut sinaga(2017) siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi priode selanjutnya, sedangkan
panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang
lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya https://www.kajianpustaka.com/2020/07/menstruasi.html
f. Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi dan penyiapan
kehidupan berkeluarga sangat penting dalam upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan
menurunkan resiko kematian Ibu melahirkan. Beberapa permasalahan kesehatan reproduksi
remaja seperti terdapat kesenjangan dalam pembinaan pemahaman remaja tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) yang tergambar pada tingkat kelahiran remaja (angka kelahiran remaja
kelompok usia 15-19 tahun), tingginya perilaku seks pra nikahdi sebagian kalangan remaja,
berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan masih tinggi, pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi dan perilaku beresiko masih rendah, serta cakupan dan peran Pusat
Informasi dan Konseling Remaja/ Mahasiswa (PIK R/M) belum optimal (BKKBN, 2015).
file:///C:/Users/LENOVO%20L430/Downloads/1791-3631-1-SM.pdf
g. ). jumlah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri
dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Menurut kelompok umur,
untuk populasi yang masuk kategori usia produktif(14-64 tahun) 179,13 juta jiwa
(67,6%) (Bappenas, 2018).
h. Sementara itu, di Indonesia angka kejadian nyeri haid primer sekitar 54,89%. Dismenore
terjadi pada remaja dengan prevalensi berkisaran antara 43% hingga 93%, dimana
sekitar 74-80% remaja mengalami dismenore ringan, sementara angka kejadian pada
remaja dengan nyeri panggul diperkirakan 25-38%, sedangkan pada remaja yang tidak
memberikan respon positif terhadap penanganan untuk nyeri haid, ditemukan pada 67%
kasus.