Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN,DIET,AKTIVITAS

FISIK DAN TINGKAT STRES DENGAN GANGGUAN SIKLUS


MENSTRUASI PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pubertas merupakan masa awal dari masa remaja, dimana pada masa ini terjadi
perubahan fisik seperti struktur tubuh dan fungsi fisiologis seperti kematangan organ seksual.
Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan peristiwa penting dalam sistem reproduksi
yang terjadi secara cepat, drastis, dan tidak teratur (Sugiharto, 2018).Menstruasi (haid) adalah
perdarahan siklik dari rahim, yang menunjukkan bahwa rahim berfungsi dengan baik. Siklus
menstruasi yang teratur biasanya berlangsung antara 21 sampai 35 hari setiap bulannya.
Organ reproduksi yang sehat dan tidak bermasalah ditunjukkan dengan siklus menstruasi
yang normal, sistem hormonal yang baik dapat ditandai oleh sel telur yang terus menerus
diproduksi serta siklus yang teratur, dengan siklus menstruasi yang normal, seorang
perempuan dapat mengetahui masa suburnya, dan bahkan mudah mendapatkan kehamilan.
Setelah usia 18 tahun, umumnya menstruasi wanita menjadi teratur (Kesehatan, 2017).
Sedangkan siklus menstruasi adalah rentang waktu antara dimulainya masa menstruasi
selanjutnya. Pada perempuan normal siklus menstruasinya berlangsung sekitar 21 hari sampai
35 hari (Tuti, 2016).
Menstruasi merupakan proses alamiah bagi seorang wanita, yaitu proses deskuamasi
atau luruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina
bersamaan dengan darah (Putri, 2018). Siklus menstruasi dalah waktu dari hari pertama
menstruasi sampai menstruasi berikutnya (Septaliana, 2019). Siklus menstruasi dikatakan
normal yaitu berlansung selama 21-35 hari dengan lama menstruasi yang berkisar antara 3-7
hari dan selama menstruasi berlangsung jumlah darah tidak lebih >80 ml dengan frekuensi
penggantian pembalut 2-6 kali/hari (Harzif et al., 2018). Siklus menstruasi dipengaruhi oleh
serangkaian hormon yang diproduksi oleh tubuh yaitu Luteinizing Hormon, Follicle
Stimulating Hormon dan estrogen. Selain itu siklus juga di pengaruhi oleh kondisi psikis
perempuan sehinga siklus menstruasi dapat menjadi maju dan mundur (Fransiska et al.,
2017).
Menurut data (Riskesdas, 2017) menyebutkan bahwa di Indonesia, wanita usia 10-59
tahun yang mengalami menstruasi teratur sebanyak 68% dan yang mengalami masalah
menstruasi tidak teratur dalam 1 tahun adalah 13,7%. Masalah haid tidak teratur pada usia 17-
29 tahun dan usia 30-34 tahun cukup banyak yaitu sebesar 16,4%.
Risiko terjadinya gangguan menstruasi pada mahasiswi disebabkan oleh berbagai
faktor seperti stres akademik. Keadaan tersebut dialami oleh mahasiswi yang menghadapi
atau menjalani perkuliahan yang terlalu padat. Praktik klinik yang sangat melelahkan dengan
beban tugas perkuliahan yang banyak merupakan faktor pemicu stres. Faktor lainnya seperti
peningkatan berat badan dan penambahan jaringan lemak yang akan mengganggu
keseimbangan hormon steroid pada tubuh dan menyebabkan perubahan pelepasan androgen
dan estrogen pada jaringan target ketika menstruasi. Menjalankan diet untuk menjaga berat
badan yang ideal pun merupakan salah satu faktor. Prevalensi kejadian menstruasi yang tidak
teratur sebanyak 26,5% dialami oleh wanita yang menjalankan diet vegetarian. Perpanjangan
siklus menstruasi disebabkan karena menjalankan diet rendah lemak. Mahasiswi pada
umumnya memiliki aktivitas fisik yang ringan sehingga memiliki siklus menstruasi yang
tidak teratur.

Hasil penelitian dari Nahdliyatul Ulum pada tahun 2016 pada mahasiswi Fisioterapi
Universitas Hasanuddin dengan 73 responden, 27,4% (20 orang) mengalami stres normal,
41,4% (30 orang) mengalami stres ringan, 23,3% (17 orang) merasakan tingkat stress sedang,
serta 8,2% (6 orang) merasakan tingkat stres berat. 20,5% (15 orang) mengalami
polimenorea, 65,8% (48 orang) mengalami siklus menstruasi normal, 13,7% (10 orang)
mengalami oligomenorea (Cahya, 2016).
Sedangkan penelitian dari Fildzah Hashifah Taufiq “Hubungan Tingkat Stres Dengan
Gangguan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya” terhadap 503 subjek penelitian, terdapat 59 (11.7%) orang
mahasiswi yang mengalami polimenorea, 391 (77.7%) orang mahasiswi yang memiliki siklus
menstruasi normal, 53 (10.6%) orang mahasiswi yang mengamali oligomenorea. Analisis
menunjukkan bahwasanya tingkat stres memiliki hubungan dengan gangguan siklus
menstruasi (Taufiq, F. H., Asnawi, H., & Hidayat, 2018).

Penelitian mengenai gangguan siklus menstruasi beserta faktor yang


mempengaruhinya pernah dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa
Cendana (FKM Undana). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% responden mengalami
gangguan siklus menstruasi. Di antaranya 33,8% mengalami oligomenorea. Sebesar 8,1%
mengalami polimenorea dan 8,1% mengalami keduanya. Hasil analisis bivariat menunjukkan
ada hubungan antara stres, infeksi menular seksual dengan gangguan siklus menstruasi,
sedangkan variabel risiko berat badan dan latihan fisik tidak berhubungan. Mahasiswi FKM
Undana memiliki persentase gangguan siklus menstruasi yang cukup besar yaitu sebagian
dari keseluruhan sampel yang diteliti.

Penelitian lainnya pernah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


menunjukkan bahwa 9 responden (8,1%) mengalami menstruasi tidak normal. Penelitian
lainnya juga pernah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
menunjukkan bahwa 23 responden (25,6%) mengalami oligomenorea dan 14 responden
(15,6%) mengalami polimenorea.

Sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran, Universitas Nusa Cendana (FK Undana)


sangat kompleks. Sistem pembelajaran block (diskusi tutorial, praktikum, kuliah),
pembelajaran skills lab (keterampilan klinis laboratorium) dan pembelajaran field lab atau
pembelajaran di lapangan, yang diterapkan pada mahasiswi kedokteran berpotensi
memberikan tekanan psikologis yang besar bagi mereka. Hasil survei pendahuluan pada 30
mahasiswi FK Undana angkatan 2017-2019 menunjukkan hasil sebanyak 46,7% memiliki
siklus tidak teratur, 80% mengalami stres, 16,7% menjalankan diet, 20% bermasalah dengan
berat badan dan 70% jarang melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara berat badan, diet, aktivitas fisik dan tingkat stres dengan
gangguan siklus menstruasi.
Berdasarkan uraian latar belakang, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui
hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas
Wahid Hasyim Semarang.

Anda mungkin juga menyukai