1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan kesuburan pada perempuan di Indonesia masih menjadi
hal yang perlu diatasi dengan serius. World Health Organization (WHO)
pada tahun 2022 menyebutkan infertilitas adalah tidak dapat hamil setelah
setahun melakukan hubungan seks tanpa kondom. Data di Indonesia
kejadian infertilitas yaitu 10-15% atau 4-6 juta pasangan dari 39,8 juta
pasangan usia subur. Perempuan memiliki peran sebesar 40-50% pada
kasus infertilitas sedangkan laki-laki sebesar 30% (Rae et., al 2015).
Infertilitas pada perempuan salah satunya disebabkan oleh keteraturan
siklus menstruasi yang terganggu. Data WHO dari 18 juta wanita yang
berusia 18- 55 tahun, gangguan siklus menstruasi yang paling umum
terjadi adalah frekuensi menstruasi yang tidak teratur sebesar 80,7%.
Sedangkan menurut data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2018, melaporkan bahwa perempuan di Indonesia yang berusia 10-59
tahun mengalami menstruasi tidak teratur adalah sebesar 13,7%.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan diketahui rentang
usia tersering mengalami gangguan menstruasi ialah dimulai dari usia
remaja akhir menuju usia dewasa awal (Dewi, 2021). Dewasa awal ialah
masa seseorang mengalami banyak perubahan progresif secara fisik,
1
kognitif, maupun psikologis-emosional. Masa dewasa awal seseorang ialah
masuk ke tahap mahasiswa dimana sudah memulai perkuliahan,
menghadapi dunia perkuliahan merupakan suatu perubahan besar dalam
hidup. Menurut Gail, Evans, dan Bellerose, individu harus mampu
beradaptasi dengan berbagai aspek kehidupan secara bersamaan selama
masa transisi ini. Terutama bagi mahasiswa kedokteran dengan beban
belajar yang berbeda.
Beban akademik yang berat pada mahasiswi kedokteran cenderung
menyebabkan kualitas tidur mereka lebih buruk dibandingkan masyarakat
umum. Penelitian terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran di Hong
Kong menunjukkan bahwa persentase mahasiswa Fakultas Kedokteran
yang memiliki kualitas tidur buruk adalah sebesar 70%. Kualitas tidur
yang buruk tentu akan berpengaruh terhadap kadar estrogen. Tidur
yang tidak berkualitas bisa menurunkan produksi melatonin. Hormon
melatonin memiliki fungsi untuk menghambat produksi estrogen. Produksi
melatonin yang tidak optimal akan meningkatkan kadar estrogen dalam
tubuh, yang secara langsung dapat mengganggu siklus menstruasi (Siregar
et al., 2022). Selain mengalami kualitas tidur yang buruk, beberapa
penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kedokteran lebih banyak
mengalami stres daripada mahasiswa non-kedokteran (Legiran, Zalili, &
Bellinawati, 2015). Hal ini sejalan dengan kejadian gangguan siklus
menstruasi yang umumnya disebabkan karena stres, proses ini terjadi
karena hipofisis melepas Neurohormonal adrenocorticotropic
hormon (ACTH) yang akan
mempengaruhi hormon kortisol dimana akan terjadi peningkatan hormon
dan menganggu siklus menstruasi. Siklus menstruasi yang memendek akan
menyebabkan sel telur sulit untuk dibuahi, dan pemanjangan dari siklus
menstruasi dapat menyebabkan terjadi infertilitas yang akan
mempengaruhi
kesuburan perempuan (Simbolon, 2020).
2
Dilihat dari data WHO pada tahun 2020 prevalensi kejadian stres
cukup tinggi yaitu 350 juta penduduk dunia mengalami stres yang
3
merupakan penyakit dengan peringkat keempat di dunia. Berdasarkan
laporan hasil Riskesdas pada tahun 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta
penduduk berusia dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional,
dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami
depresi. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh V.A.R.Barao et
al.,( 2022) dan Manurung et al., n.d.,(2021) tentang tingkat stres dan siklus
menstruasi pada remaja putri, didapatkan hasil bahwa tingkat stres
memiliki hubungan yang signifikan dengan siklus menstruasi pada remaja.
Tetapi dari penelitian Yudita et al., (2017) menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa
kedokteran.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi siklus menstruasi ialah
aktifitas fisik ,aktifitas fisik juga mempengaruhi siklus menstruasi.
Aktitiftas fisik berat akan merangsang Inhibisi Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) dan juga Gonadotropin yang mana akan menurunkan
serum estrogen. Saat estrogen menurun maka berbanding terbalik dengan
fungsi utamanya yang akan meningkat saat akan menstruasi, oleh karena
itu penurunan ini menganggu siklus menstruasi (Elza, 2020). Dari
beberapa teori menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi siklus menstruasi di antaranya berat badan, aktivitas fisik,
stres, gizi, pencemaran lingkungan dan kondisi kerja,kelainan endokrin
dan kelainan darah (Kusmiran, 2014). Namun teori ini berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan oleh V.A.R.Barao et al., (2022a) yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara aktifitas fisik
dengan siklus menstruasi.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka
peneliti ingin mengetahui hubungan antara kualitas tidur, tingkat stres, dan
aktifitas fisik dengan dengan siklus menstruasi, dimana tiga hal yang telah
disebutkan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi,
namun hasil yang dicapai masih adanya kesenjangan dari beberapa
4
penelitian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
lebih dalam tentang hubungan kualitas tidur, tingkat stres dan aktifitas
fisik terhadap siklus menstruasi.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah kualitas tidur, tingkat stres, dan aktifitas fisik mempengaruhi
siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Al-Azhar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis hubungan kualitas tidur, tingkat stres, dan aktifitas
fisik terhadap siklus menstruasi.
5
kesadaran bagi setia perempuan untuk melakukan gaya hidup yang
sehat dan seimbang dan dapat mengatu waktu dengan baik.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
A. Menstruasi
1. Definisi Menstruasi
Menstruasi atau perdarahan haid terjadi karena rahim
mengalami perubahan hormon secara teratur, sekitar empat minggu
sekali. Menstruasi adalah pelepasan sel telur yang matang dan
tidak dibuahi bersamaan dengan lepasnya lapisan rahim. Hal yang
sama terjadi periodik/bersiklus dengan interval setiap siklus adalah
sekitar 28-35 hari setiap bulan (Elza, 2020). Setelah periode
berakhir, akan tumbuh selaput lendir baru yang berkembang
hingga mencapai tingkat ketebalan tertentu. Menstruasi
berlangsung beberapa hari, berhenti selama beberapa minggu dan
selalu kembali menjadi wanita mengalami menopause (Indiarti,
2015).
7
Kesuburan seorang wanita dapat dilihat dari ada atau
tidaknya produksi sel telur. Sel telur dalam tubuh seorang wanita
dianggap subur jika bisa memproduksi sel telur sebulan sekali.
Pematangan sel telur dan pelepasan sel telur dari ovarium
berlangsung berkat kerjasama antara otak, ovarium dan sekum di
otak seperti kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis mengeluarkan
hormon gonadotropin, yang terdiri dari Hormon Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH).
Hormon FSH berfungsi untuk mempercepat pematangan oosit,
sedangkan LH membantu proses pematangan sel telur sehingga
dapat mendekati permukaan indung telur untuk dilepaskan Jika
pembuahan tidak terjadi dalam 24 jam, sel telur akan mati (Indiarti,
2015).
Gangguan pada hormon FSH dan LH tidak akan
menyebabkan pembentukan telur. Gangguan FSH dan Lh juga
akan mempengaruhi hormon estrogen dan progesterone akan
terbentuk sebagaimana mestinya. Siklus menstruasi tidak teratur
kebanyakan terjadi karena faktor hormonal. Kelebihan estrogen
dan progesteron memungkinkan terjadinya menstruasi waktu lebih
cepat (Indiarti, 2015).
2. Proses Terjadinya Menstruasi
Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase folikuler (sebelum
telur dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase luteal
(setelah sel telur dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan
dengan faktor-faktor yang memengaruhi ovulasi, jika proses
ovulasi teratur maka siklus menstruasi akan teratur.
Fase Folikuler
Dimulai pada hari pertama periode menstruasi,
Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang
folikel) dan luteinizing hormone (LH, hormon pelutein)
8
dilepaskan oleh otak menuju ke ovarium untuk merangsang
9
perkembangan sekitar 15-20 sel telur di dalam ovarium.
Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing
yang disebut folikel. Lalu FSH dan LH yang dilepaskan
oleh otak akan memicu dari pelepasan estrogen, ketika
estrogen sudah meningkat maka otak akan mengirimkan
sinyal agar FSH menghentikan produksi folikel.
Keseimbangan hormon ini membuat tubuh bisa membatasi
jumlah folikel yang matang.
Saat fase folikuler berkembang, satu folikel di
ovarium menjadi dominan dan terus menjadi dewasa.
Folikel dominan ini menekan folikel lain menggumpal
sehingga yang lain berhenti tumbuh dan mati. folikel
dominan akan terus memproduksi estrogen (Sinaga et al.,
2017).
Fase Ovulasi
Fase ini biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase
folikuler. Periode ini berada di tengah siklus menstruasi.
Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu
lonjakan jumlah LH yang diproduksi oleh otak sehingga
memyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari
dalam ovarium. Sel telur dilepaskan (disebut sebagai
ovulasi) dan ditangkap oleh ujung-ujung tuba fallopi yang
mirip dengan tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu
telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur akan melewati
tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi. Selama tahap
ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir
serviks (Sinaga et al., 2017).
Fase Luteal
Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong
berkembang menjadi struktur baru yang disebut dengan
10
corpus luteum. Corpus luteum mengeluarkan hormon
11
progesteron. Progesteron yang mempersiapkan uterus agar
siap ditempati oleh embrio. Jika sperma telah
memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang
telah dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian
turun ke uterus untuk melakukan proses implantasi. Namun
jika tidak terjadi pembuahan sel telur akan melewati uterus,
mengering, dan akan keluar dari tubuh sekitar 2 minggu
kemudian melalui vagina. Oleh karena dinding uterus tidak
dibutuhkan untuk menopang kehamilan, maka lapisannya
rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari dinding uterus pun
(endometrium) bergabung untuk memebentuk aliran
menstruasi yang umumnya berlangsung selama 4-7 hari
(Sinaga et al., 2017).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Ratnawati (2013) tanda dan gejala seseorang yang
mengalami menstruasi tersebut meliputi : perut mual, mulas, kram
di perut bagian bawah, anemia (anemia), tubuh kurus, demam,
sakit kepala dan pusing, keputihan dan gatal-gatal vagina.
Menurut Lestari dan Andira, D. (2011) mengatakan ada
beberapa tanda dan gejala saat terjadi menstruasi pertama kali
(menarche) antara lain sebagai berikut: perut terasa mules dan
mual, meningkatnya suhu tubuh, pusing, payudara membengkak,
gangguan pada kulit, terasa nyeri saat buang air besar,sering
mengalami keputihan dan nafsu makan berlebihan.
4. Gangguan Siklus Menstruasi
Kusmiran (2014) mengatakan gangguan pada menstruasi dan siklus
menstruasi dibagi menjadi :
Polimenorea
Polimenore adalah pemendekan siklus menstruasi
dari panjang siklus menstruasi biasanya, dimana kurang
dari
12
21 hari per siklus, sedangkan volume perdarahan kira-kira
sama atau darah haid lebih banyak dari biasanya.
Oligomenorea
Siklus menstruasi yang panjang lebih panjang dari
siklus menstruasi biasanya, berlangsung lebih dari 35 hari.
Volume perdarahan biasanya kurang dari volume
perdarahan haid biasa. Siklus menstruasi juga teratur adalah
fase ovulasi dengan fase proliferasi yang lebih lama
dibandingkan dengan fase proliferatif dari siklus menstruasi
normal.
Amenorea
Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang
memanjang dari panjang siklus menstruasi klasik
(oligomenorea) atau tidak terjadinya perdarahan
menstruasi, minimal 3 bulan berturut-turut.
5. Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Kusmiran (2014) mengatakan penelitian mengenai factor
risiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut :
a. Berat Badan
Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi
fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang
menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat
tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan.
Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan
anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang
berat dapat menimbulkan amenorrhea.
b. Kualitas Tidur
Kualitas tidur dan kadar estrogen memiliki pengaruh
terhadap siklus menstruasi. Tidur yang tidak berkualitas bisa
menurunkan produksi melatonin. Hormon melatonin memiliki
13
fungsi untuk menghambat produksi estrogen. Produksi melatonin
14
yang tidak optimal akan meningkatkan kadar estrogen dalam
tubuh, yang secara langsung dapat mengganggu siklus menstruasi
(Siregar et al., 2022).
c. Aktivitas Fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang seperti membersihkan
rumah dan berat seperti berolahraga ringan dan bersepeda dapat
membatasi fungsi menstruasi. Aktivitas fisik yang berat
merangsang Inhibisi Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
dan aktivitas Gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum
estrogen.
d. Stres
Stres akan memicu pelepasan hormone kortisol dimana
hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres
seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipothalamus otak dan
kelenjar pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus,
hipofisis mengeluarkan hormon FSH dan proses stimulus ovarium
akan menghasilkan estrogen. Jika terjadi gangguan pada hormone
FSH dan LH, maka akan mempengaruhi produksi estrogen yang
menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi.
e. Diet
Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi dimana
vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respon
hormon pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus
menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak
berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode
perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah
lemak berhubungan dengan amenorrhea.
f. Paparan Lingkungan dan Kondisi kerja
Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak
menstruasi yang panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan
15
dan sedang. Wanita yang bekerja di pertanian mengalami jarak
16
menstruasi yang lebih panjang dibandingkan dengan wanita yang
bekerja di perkantoran. Paparan suara bising di pabrik dan
intensitas yang tinggi dari pekerjaan berhubungan dengan
keteraturan siklus menstruasi (Elza, 2020).
B. Tidur
1. Definisi Tidur
Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih responsif
apabila diberi rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak
sadar yang lain adalah pada saat tidur siklusnya dapat diprediksi tetapi
kurang respons terhadap rangsang eksternal. Pada saat tidur kerja otak
berangsur menjadi kurang responsif terhadap rangsang visual, auditori
serta rangsangan lingkungan lainnya (Supatmi et al., 2019).
2. Fisiologi Tidur
Tidur dalah sebuah mekanisme fisiologi tubuh yang diatur oleh dua
hal, yaitu sleep homeostasis dan irama sirkardian. Sleep homeostasis
adalah kondisi di mana tubuh mempertahankan keseimbangannya seperti
tekanan darah, suhu tubuh, dan keseimbangan asam-basa. Jumlah tidur
dalam semalam diatur oleh sistem ini. Saat kita bangun, pengaturan
keseimbangan tidur mulai terakumulasi sampai sore hari. Menurut
penelitian, salah satu yang mempengruhi sistem ini adalah adenosin.
Ketika terjaga, kadar adenosin dalam darah terus meningkat sehingga
mengakibatkan rasa ingin tidur juga bertambah. Sebaliknya, saat tertidur
kadar adenosin menurun(Castro & Caron, 2006).
Ritme sirkadian adalah siklus perubahan biologis yang diatur oleh
otak selama 24 jam. Pusat kendali ritme sirkadian adalah ventral
hipotalamus anterior dalam nukleus suprachiasmatic (SCN) (National
Sleep Foundation, 2006). Bagian dari sistem saraf pusat yang melakukan
fungsi Sinkronisasi terjadi di substansia ventriculo reticularis medulla
oblongata disebut pusat tidur. Bagian dari sistem saraf pusat yang
menghilangkan
17
sinkronisasi atau desinkronisasi ditemukan di bagian rostral medula
oblongata, yang disebut sebagai ruang aurora (Castro & Caron, 2006).
3. Siklus Tidur
Siklus tidur berlangsung lamanya rata-rata tujuh jam perhari.
NREM dan REM berganti 4-6 kali perhari. Seorang yang NREM-nya
kekurangan maka saat beraktivitas esoknya tubuh akan hiperaktif, kurang
bisa menahan emosi dan nafsu makan bertambah. Sedang orang yang
mengalami kekurangan REM keesokannya saat beraktivitas tubuh akan
kurang gesit (Mardjono, 2008).
Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur
paradoksial yang ditandai dengan mimpi yang bermacam-macam, otot-
otot yang meregang, kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur
(sering lebih cepat), perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak
teratur, gerakkan mata cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung
meningkat dan ereksi penis pada pria. Saraf-saraf simpatetik bekerja
selama tidur REM, diperkirakan terjadi proses penyimpanan secara
mental yang digunakan sebagai pelajaran, adaptasi psikologis dan
memori (Lehmann et al. 2016).
Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
Saat tidur NREM gelombang otak makin lambat dan teratur. Tidur
makin dalam serta pernafasan menjadi lambat dan teratur. Mendengkur
terjadi pada waktu tidur NREM. Ada 4 tahapan dalam NREM yang
dikenal dengan tahap I,II, III dan IV. Tidur yang paling dalam adalah
pada tingkat IV, dan aktivitas listrik paling dalam (W., 2010).
Tahap I merupakan tahap transisidimana seseorang akan
mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah
oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur,
mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat
(Patlak, 2011). Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses
18
tubuh menurun.Pada
19
tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2011).Tahap
III, individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu
tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa
bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010). Gelombang
otak menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta
yang lambat. Terakhir tahap IVmerupakan tahap tidur yang paling
dalam. Gelombang otak sangat lambat.
Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk
memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Tahap tiga dan empat
dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative
bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan
energik di siang hari (Patlak, 2011).
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan
siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini
juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu maka fungsi
fisiologis dan psikologis dapat terganggu (Potter, 2005).
4. Kualitas Tidur
Kualitas tidur meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif seperti lama
waktu tidur, frekuensi terbangun ketika malam, waktu yang diperlukan
untuk bisa tertidur, 11 kebugaran saat terbangun dipagi hari, serta aspek
subjektif seperti kepulasan dan kedalaman tidur (Kundermann, 2007).
Berikut lama waktu tidur menurut umur yang direkomendasikan oleh
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (Supatmi et al., 2019).
1. Tanda Fisik
Ekspresi wajah menunjukkan area gelap sekitar mata, kelopak mata
membengkak dan konjungtiva kemerahan. Mengalami kantuk yang
berlebihan ditandai dengan seringnya menguap. Kurang mampu
berkonsentrasi ditandai dengan kurang perhatian serta terlihat tanda letih
seperti kaburnya penglihatan, mual dan pusing (Mardjono, 2008).
2. Tanda Psikologis
20
Ditandai dengan mulai menarik diri, muncul rasa apatis, respon
mulai menurun, merasa tidak enak badan, malas untuk berbicara, daya
ingat menurun, bingung, timbul halusinasi, ilusi penglihatan maupun
pendengaran serta saat memberi keputusan atau pertimbangan mulai
menurun (Mardjono, 2008).
C. Stres
1. Definisi Stres
Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang,
bagaimana kondisi emosi orang yang bersangkutan dapat
menimbulkan stres. Emosi adalah setiap kegiatan pergolakan pikiran,
perasaan, dan nafsu. Emosi juga dapat diartikan sebagai keadaan
mental seseorang. Secara umum dalam diri manusia terdapat dua
emosi yang berseberangan (berlawanan), yakni positif dan negatif.
21
Adapun kondisi-kondisi emosional yang dapat memicu munculnya
22
stres antara lain sebagai berikut : perasaan cinta yang berlebihan,
rasa takut yang berlebihan, kesedihan yang berlebihan, rasa bersalah,
terkejut (Zannah, 2019).
Faktor Eksternal, yaitu faktor penyebab stres yang berasal dari luar
diri seseorang. Dalam faktor eksternal ini dapat berupa ujian atau
cobaan yang berupa kebaikan atau yang dianggap baik oleh manusia
adalah keberhasilan, kesuksesan dalam karir dan bisnis, kekayaan
yang berlimpah, kehormatan, popularitas, dan sebagainya. Berbagai
persoalan dan cobaan yang menimpa kehidupan manusia yang
bersifat buruk atau yang dipandang tidak baik juga merupakan faktor
dan penyebab munculnya gangguan jiwa (stres) pada diri seseorang,
yaitu
: tertimpa musibah atau bencana alam, bahaya kelaparan dan
kekeringan, kekurangan harta benda, kekurangan hasil panen,
kekurangan dalam diri (cacat tubuh), problem orang tua, dan
sebagainya (Zannah, 2019).
Holmes dan Rahe merumuskan adanya sumber stres berasal dari:
Dalam diri individu.
Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik
konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan,
yaitu approach dan avoidance.
Dalam komunitas dan masyarakat
Kontak dengan individu di luar keluarga menyediakan banyak
sumber stres. Misalnya pengalaman anak di sekolah dan
persaingan.
3. Klasifikasi Stres
Klasifikasi stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan, sedang
dan berat.
Stres ringan
23
Stres tingkat ringan adalah stres yang tidak mempengaruhi
aspek fisiologis seseorang. Stres ringan, misalnya pelupa,
tertidur, kritik, dan dalam kemacetan. Stres ringan biasa terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan keadaan ini membuat
seseorang menjadi lebih waspada. Kondisi ini tidak
menyebabkan penyakit kecuali terjadi terus-menerus(Wulandari,
2014).
Stres sedang
Stres sedang berlangsung lebih lama, dari beberapa jam
hingga beberapa hari. Respon yang terjadi akibat tingkat stres ini
ialah gangguan saluran cerna seperti maag, buang air besar tidak
teratur, ketegangan otot, masalah tidur, perubahan siklus
menstruasi, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Contoh stresor
yang menyebabkan stres sedang antara lain urusan yang belum
selesai, beban kerja yang berlebihan, menunggu pekerjaan baru,
dan absen yang lama dari anggota keluarga(Wulandari, 2014).
Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi berulang kali
dari beberapa minggu sampai beberapa tahun. Respons yang
terjadi akibat tingkat stres ini menjadi sakit parah karena
gangguan pencernaan, detak jantung meningkat, sesak nafas,
tremor, perasaan cemas dan takut, sedikit bingung dan panik.
Contoh stresor yang dapat menyebabkan stres berat adalah
kesulitan keuangan dan penyakit fisik panjang(Wulandari, 2014).
4. Mengukur Stres
24
terdiri dari tiga skala dengan masing-masing 14 item dengan daftar
25
pertanyaan digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
DASS bagian stres yang mana hanya untuk mengukur tingkat stres.
Jawaban tes DASS terdiri dari 4 pilihan yang disusun menurut
skala Likert dan topik yang diminta untuk menilai tingkat di mana
mereka mengalami setiap kondisi disebutkan minggu lalu. Lalu
poinnya diringkas dan dibandingkan dengan standar yang ada
untuk mengetahui gambaran tingkat stres seseorang. Tingkat skala
stres ini seperti kesulitan bersantai, kegugupan, dan lekas marah
atau gelisah, mudah tersinggung atau bereaksi berlebihan dan tidak
sabar.
Dalam pertanyaan di kuesioner DASS ada skala yang akan
dihitung total skor nya, yaitu :
0 : Tidak pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Selalu
Kriteria Stress berdasarkan kuesioner DASS bagian stress adalah
sebagai berikut :
Stres ringan : 15-18
Stres sedang : 19-25
Stres berat : ≥ 26
D. Aktifitas Fisik
1. Definisi
Menurut WHO (2018), aktivitas fisik adalah segala bentuk gerakan
tubuh yang memerlukan pengeluaran energi dan pembakaran kalori,
dapat berupa olahraga maupun aktivitas fisik sehari-hari, dilakukan
selama sepuluh menit tanpa henti. Fathonah, dkk (2016) menyatakan
bahwa aktivitas dibagi menjadi dua aktivitas fisik internal dan
aktivitas eksternal, aktivitas fisik internal yaitu suatu aktivitas dimana
proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh saat istirahat, sedangkan
26
aktivitas eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pergerakan
anggota tubuh
27
yang dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan
energi. Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori
(caloric cost), tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek
kesehatan aktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh
lari dengan suatu intensitas tertentu, sedangkan pengeluaran energi
rendah contohnya latihan peregangan tidak berhubungan dengan
besarnya pengeluaran kalori (Subardja, 2014).
2. Klasifikasi Aktifitas fisik
Menurut Kemenkes Republik Indonesia 2018 secara umum aktivitas
fisik dibagi menjadi tiga macam, yaitu aktivitas fisik sehari-hari,
aktivitas fisik dengan latihan, dan juga olahraga.
Aktivitas fisik harian
Jenis aktivitas yang pertama ada dalam kehidupan sehari-
hari. Kegiatan sehari-hari dalam mengurus rumah bisa
membantu untuk membakar kalori yang didapatkan dari
makanan yang dikonsumsi. Seperti misalnya adalah mencuci
baju, mengepel, jalan kaki, membersihkan jendela, berkebun,
menyetrika, bermain, dan sebagainya. Kalori yang terbakar bisa
50 – 200 kcal per kegiatan.
Latihan fisik
Latihan fisik adalah aktivitas yang dilakukan secara
terstruktur dan terencana misalnya adalah jalan kaki, jogging,
push up, peregangan, senam aerobik, bersepeda, dan
sebagainya. Dilihat dari kegiatannya, latihan fisik memang
seringkali dikategorikan dengan olahraga.
Olahraga
Olahraga didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang
terstruktur dan terencana dengan mengikuti aturan-aturan yang
berlaku dengan tujuan tidak hanya untuk membuat tubuh jadi
lebih bugar namun juga untuk mendapatkan prestasi. Yang
28
termasuk dalam olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis,
basket, berenang, dan sebagainya.
3. Cara Mengukur Aktifitas Fisik
Salah satu kuesioner untuk pengukuran aktivitas fisik ialah IPAQ
(International Physical Activity Questionnare) yang memiliki dua versi,
panjang dan pendek. Berdasarkan Guidelines for Data Processing and
Analysis of the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) –
short & long form (2005), karakteristik dari IPAQ ialah sebagai berikut
(Nursalam & Fallis, 2016) :
IPAQ mengukur aktivitas fisik yang dilakukan di seluruh domain
lengkap meliputi :
a. Aktivitas fisik di waktu luang
b. Aktivitas domestik dan berkebun
c. Aktivitas fisik terkait kerja
d. Aktivitas fisik terkait transportasi
IPAQ menanyakan tentang tiga tipe spesifik aktivitas yang
dilakukan di empat domain di atas. Tipe aktivitas spesifik yang
dinilai adalah berjalan, aktivitas intensitas sedang, dan aktivitas
intensitas berat (Nursalam & Fallis, 2016).
Item-item dalam IPAQ versi pendek telah terstruktur untuk
menyediakan skor terpisah pada aktivitas berjalan, aktivitas
intensitas sedang, dan aktivitas intensitas berat. Komputasi dari
total skor memerlukan penjumlahan dari durasi (dalam menit)
dan frekuensi (dalam hari) dari kegiatan tersebut. IPAQ telah
teruji validitas dan reabilitasnya tinggi di 12 negara sebagai
instrumen pengukuran aktivitas fisik untuk usia 15-69 tahun
(Craig, 2003). IPAQ menilai keaktifan fisik seseorang dalam
empat domain, yaitu aktivitas fisik di waktu luang, aktivitas
domestik dan berkebun, aktivitas fisik terkait kerja, aktivitas fisik
terkait transportasi (Nursalam & Fallis, 2016)
29
Dalam setiap domain dibagi menjadi tiga intensitas, antara lain :
a. Berjalan kaki baik di rumah ataupun tempat kerja, atau
aktivitas fisik intensitas ringan, ialah aktivitas yang
membutuhkan tenaga fisik yang ringan dan tidak
menyebabkan perubahan kecepatan pernapasan yang
signifikan (Nursalam & Fallis, 2016).
b. Aktivitas fisik intensitas sedang, ialah aktivitas yang
memerlukan tenaga fisik yang sedang dan membuat
seseorang bernapas sedikit lebih cepat dari biasanya.
Contohnya antara lain mengangkat beban ringan dan
bersepeda dalam kecepatan reguler (Nursalam & Fallis,
2016)
c. Aktivitas fisik intensitas tinggi, ialah aktivitas yang
memerlukan tenaga fisik yang berat dan membuat seseorang
bernapas lebih cepat dari biasanya. Contohnya antara lain
mengangkat beban berat, aerobik, bersepeda cepat (Nursalam
& Fallis, 2016)
30
2.2 Kerangka Teori
31
2.3 Kerangka Konsep
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan peneliti adalah keseluruhan rencana untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang sedang dipelajari dan untuk
menangani berbagai tantangan terhadap bukti peneliti yang layak. Dalam
merancang penelitian, peneliti memutuskan mana yang spesifik yang akan
diadopsi dan apa yang akan lakukan untuk meminimalkan dan
meningkatkan interpretabilitas hasil (Creswell, 2009). Penelitian ini
merupakan penelitian korelasi dengan rancangan cross sectional, yaitu
melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali
waktu) antara faktor resiko paparan dengan penyakit. Rancangan cross
sectional dipilih karena pengukuran variabel independen dari variabel
dependen diukur dalam satu waktu.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – bulan Juli tahun 2023
di Universitas Islam Al-Azhar.
3.3 Populasi dan Subjek penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini menggunakan seluruh mahasiswi
Fakultas Kedokteran tahap akademik sebanyak 256.
Penelitian ini menentukan jumlah sampel dengan menggunakan
purposive sampling. Sebelumnya dihitung dengan rumus slovin, yaitu :
n= N
1 + N (e)2
Keterangan:
n :Jumlah sampel
33
N : Jumlah populasi
E : Batas toleransi kesalahan (error tolerance), Presentase
ketelitian kesalahan pengambilan ampel yang masih bisa ditolerir: e = 0,1
(10)%.
n= 256
1+ 256 (0,1)2
n= 256
1 + 2,56
n= 256
3,56
n = 72
34
5. Mahasiswi yang mengonsumsi obat-obatan anti koagulan,
analgesik.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas
tidur, tingkat stres, dan aktifitas fisik.
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah siklus
menstruasi pada mahasiswa kedokteran.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah berasal dari seperangkat
prosedur atau Tindakan progresif yang dilakukan peneliti untuk
menerima kesan sensorik yang menunjukkan adanya atau tingkat
eksistensi suatu variabel (Grove, 2014).
3.5 Definisi Operasional
35
ketika Pittsburgh 6-7 : Kualitas
seseorang Sleep Quality Ringan
merasa puas Index (PSQI) 8-14 : Kualitas
dan segar Sedang
setelah 15-21 : Kualitas
bangun dari Buruk
tidur.
nyaman
sehingga
menganggu
kegiatan.
Aktifitas Gerakan Kuisioner Mengisi Tinggi : intensitas Ordinal
fisik tubuh yang Kuisioner berat 3 hari atau
melibatkan International lebih minimal 1500
seluruh Physical METs menit/minggu
anggota Activity Sedang : intensitas
tubuh yang Questionnaire berat 3 hari atau
memerluka (IPAQ) lebih selama 20
pengeluaran menit/hari dengan
energi. kombinasi
berjalanan mencapai
600
METsmenit/minggu,
36
minimal berjalan 30
menit/hari selama 5
hari atau lebih.
Rendah : tidak
memenuhi kriteria
diatas.
37
3.6.2 Instrumen Kualitas Tidur
Data kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan
Pittsburgh sleep quality index (PSQI). Kuesioner PSQI terdiri dari
9 pertanyaan. Skala pengukuran menggunakan rating scale yaitu
skor 0-3. Hasil dalam pengukuran keseluruhan adalah 0-21 yang
diperoleh dari 7 komponen penilaian diantaranya kualitas tidur
secara subyektif (subjective sleep quality), waktu yang diperlukan
untuk memulai tidur (sleep latency), lamanya waktu tidur (sleep
duration), efisiensi tidur (habitual sleep efficiency), gangguan tidur
yang sering dialami pada malam hari (sleep disturbance),
penggunaan obat untuk membantu tidur (using medication), dan
gangguan tidur yang sering dialami pada siang hari (daytime
disfunction). semakin tinggi skor nilai maka akan semakin buruk
kualitas tidurnya. Seseorang dikatakan memiliki kualitas tidur baik
apabila skor nilai 1-5, ringan 6-7, sedang 8-14 dan kualitas tidur
buruk jika skor nilai mencapai 15-21 (Iii & Penelitian, 2016).
3.6.3 Instrumen Aktifitas Fisik
Analisis tingkat aktivitas fisik menurut Guidelines for Data
Processing and Analysis of the IPAQ dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tingkat aktivitas fisik tinggi, bila memenuhi salah satu kriteria:
a. aktivitas intensitas berat 3 hari atau lebih yang mencas
pai minimal 1500 METsmenit/minggu, atau
b. kombinasi berjalan, aktivitas intensitas berat, dan sedang
yang mencapai minimal 3000 METs-menit/minggu(Sudibjo
et al., 2015)
Tingkat aktivitas fisik sedang, bila memenuhi salah satu kriteria,
a. aktivitas intensitas berat 3 hari atau lebih selama 20
menit/hari, b.aktivitas intensitas sedang atau berjalan
minimal 30 menit/hari selama 5 hari atau lebih, atau
38
c. aktivitas in tensitas berat, kombinasi berjalan yang
mencapai 600 METsmenit/minggu selama 5 hari atau lebih.
Tingkat aktivitas fisik rendah, apabila tidak memenuhi semua
kriteria di atas (Booth et al, 2003: 1381)(Sudibjo et al., 2015).
3.6.4 Instrumen Siklus Menstruasi
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini bertujuan
untuk mengambarkan siklus menstruasi yang dialami mahasiswi.
Pengukurannya menggunakan kuesioner. Kuesioner ini berisi 4
pernyataan yang terbagi menjadi 2 kelas (teratur dan tidak teratur).
Sehingga dalam penelitian ini peneliti hanya memilih 4 pernyataan
yang berisi tentang pengukuran skala siklus menstruasi, dengan 2
pilihan jawaban di setiap pernyataan. Untuk pilihan jawaban tidak
diberi skor 1, ya skor 2(Simbolon, 2020).
3.7 Alur Penelitian
Langkah-langkah dalam melakukan penelitian :
Pengajuan Judul
Ethical Clearance
Izin Penelitian
Informed Concent
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
35
Menarik Kesimpulan
Siklus Frekuensi
Menstruasi
Jumlah Presentase
Teratur
Tidak Teratur
Total
Kualitas Frekuensi
Tidur
36
Jumlah Presentase
Baik
Ringan
Sedang
Buruk
Tingkat Frekuensi
Stres
Jumlah Presentase
Ringan
Sedang
Berat
Tingkat Frekuensi
Stres
Jumlah Presentase
Rendah
Sedang
Tinggi
37
menganalisis aktifitas fisik sebagai variable independen dengan
siklus menstruasi sebagai variable dependen. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan uji chi square dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Siklus
Menstruasi
Variabel Teratur Tidak Total p- RP 95%CI
Teratur Value
N % N
%
Kualitas Tidur Baik Ringan Sedang Buruk
Siklus
Menstruasi
Variabel Teratur Tidak Total p- RP 95%CI
Teratur Valu
N % N e
%
Tingkat
Stres
Ringan
Sedang
38
Berat
39
Tabel 8. Analisis Bivariat Siklus Menstruasi Dengan Aktifitas Fisik
Siklus
Menstruasi
Variabel Teratur Tidak Total p- RP 95%CI
Teratur Valu
N % N e
%
Aktifitas Fisik Ringan Sedang Tinggi
40
untuk memberikan kode/inisial, contohnya seperti (A).
41
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti wajib menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh
responden dan menjamin kerahasiaan informasi tersebut, dengan
hanya menunjukkan data yang didokumentasikan sebagai hasil
studi. Ketika hasil diberikan, data yang tidak diperlukan oleh
peneliti tidak disertakan, sehingga kuesioner yang digunakan,
untuk melihat fenomena kecemasan, pada saat selesai
mempresentasikan hasil penelitian dihilangkan.
3.10 Jadwal Penelitian
Tabel 9. Jadwal Penelitian
Kegiatan 2023
Juni Juli Agustus September Oktober
Pengajuan
Judul
Pengerjaan
Proposal
Seminar
Proposal
Pengajuan
Ethical
Clearance
Pengumpulan
Data
Analisis Data
Seminar Hasil
42
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, F. N. R. (2021). Konsep Diri pada Masa Remaja Akhir dalam Kematangan
Karir Siswa. KONSELING EDUKASI “Journal of Guidance and
Counseling,” 5(1), 46–62. https://doi.org/10.21043/konseling.v5i1.9746
Elza, A. N. (2020). Hubungan Tingkat Stress dan Aktivitas Fisik Dengan Siklus
Menstruasi Pada Remaja Putri Kelas Model MAN 2 Kota Madiun. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun, 1–127.
Iii, B. A. B., & Penelitian, A. D. (2016). Dengan Pendekatan Waktu. 3(2004), 47–
57.
http://publications.lib.chalmers.se/records/fulltext/245180/245180.pdf%0Aht
tps.2017.
Manurung, G. E., Iskandar, A., & Rachmiputri, A. (2021). Jurnal Sains dan
Kesehatan. 3(3), 392–396.
Nursalam, & Fallis, A. . (2016). Metodologi penelitian. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Simbolon, D. E. (2020). Hubungan Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada
Mahasiwa Tingkat Akhir Di Stikes Elisabeth Medan. 90.
Siregar, H. S. N., Pane, A. H., Mustika, S. E., & Wardhani, K. (2022). Hubungan
Kualitas Tidur Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Fk Uisu Tahun
2021. Jurnal Kedokteran STM (Sains Dan Teknologi Medik), 5(2), 101–108.
https://doi.org/10.30743/stm.v5i2.319
Sudibjo, P., Intan Arovah, N., & Laksmi Ambardini, R. (2015). Tingkat
Pemahaman Dan Survei Level Aktivitas Fisik, Status Kecukupan Energi Dan
Status Antropometrik Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Fik Uny. Medikora, 11(2), 183–203.
43
https://doi.org/10.21831/medikora.v11i2.2816
Supatmi, Yusliana, A., W, Y., & LY, F. (2019). Hubungan Durasi Tidur Dengan
Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Sinar Jurnal Kebidanan, 01(0715108601), 14–
20.
V.A.R.Barao, R.C.Coata, J.A.Shibli, M.Bertolini, & J.G.S.Souza. (2022a).
Hubungan antara Indeks Massa Tubuh , Aktivitas Fisik dan Tingkat Stres
dengan Keteraturan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Angkatan 2020. Braz Dent J., 33(1),
1–12.
V.A.R.Barao, R.C.Coata, J.A.Shibli, M.Bertolini, & J.G.S.Souza. (2022b).
Hubungan Stress Dengan Siklus Menstruasi Pada Mahasiswi Di
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Braz
Dent J., 33(1), 1–12.
Wulandari, F. eka. (2014). Tingkat Stress. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 8–24.
http://eprints.undip.ac.id/55196/3/fitri_eka_wulandari-_22010113140160-
_BAB_2.pdf
Yudita, N. A., Yanis, A., & Iryani, D. (2017). Hubungan antara Stres dengan gan
Pola Siklus Menstruasi Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas. 6(2), 299–304.
Zannah, M. (2019). Gangguan stres pasca trauma gagal untuk menikah: Studi
fenomenologi terhadap seorang perempuan yang mengalami stres pasca
trauma gagal untuk menikah. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, 69-78,87-97. http://etheses.uin-malang.ac.id/1829/
44
LAMPIRAN 1
45
LAMPIRAN 2
46
47
LAMPIRAN 3
48
49
50
LAMPIRAN 4
51
52
53
LAMPIRAN 5
KUISIONER
Short-International Physical Activity Questionnaire
(IPAQ-SF)
54
55
56