Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Regulasi Sistem Kerja Otot dengan Tingkat Depresi

pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Malang

Ni Sekar Aisyah

202110330311023

Pendidikan Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semakin berkembang ilmu pengetahuan dan meningkatnya kesadaran
diri masyarakat di Indonesia atas gangguan mental atau dapat disebut juga
dengan mental illness. Di telinga masyarakat sudah tidak asing lagi dengan
istilah gangguan mental salah satunya adalah depresi. Siapa saja, termasuk
mahasiswa perguruan tinggi dapat didiagnosis memiliki gangguan mental satu
ini. Menurut data pada penelitian Michael, Hueisman, Gerard, Gilligan, dan
Gustafson pada tahun 2006 menyebutkan bahwa terdapat rentang usia ideal pada
masa menimba ilmu sebagai mahasiswa yang mana ada dua kelompok usia
rentang terhadap gejala depresi, disebutkan bahwa ada sekitar 24,3% mahasiswa
mengidap depresi dibuktikan dengan penelitian terhadap 182 mahasiswa dari
beberapa fakultas di Amerika.

Peristiwa ini tidak memandang siapapun, tidak terkecuali dengan


mahasiswa fakultas kedokteran. Mahasiswa dari fakultas ini rentan mengalami
depresi disebabkan aktivitas yang padat serta kondisi psikologis di bawah
tekanan. Tekanan diperoleh dari berbagai tuntutan dari berbagai pihak, seperti
keluarga, instansi, serta lingkungan sosial. Dilihat dari masa studi yang lebih
lama dan padat dari mahasiswa fakultas lain serta tuntutan lulus tepat waktu
dengan kompetensi yang cukup ketat dalam pelaksanaan, hal ini memerlukan
waktu selama 5-6 tahun mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang dokter.

Menurut World Health Organization (2012), Depresi merupakan suatu


kondisi seseorang yang terhambat dari berbagai aspek kehidupan dikarenakan
adanya gangguan suasana hati berkelanjutan, merasa tidak memiliki hobi,
perasaan gelisah, gangguan pola tidur, malas makan, kehilangan energi, dan
penurunan kognitif. Gejala kehilangan energi perlu diperhatikan karena
berkaitan dengan regulasi kerja otot. Energi diperlukan sebagai bahan yang
digunakan saat seseorang melakukan aktivitas sehari-hari dengan koordinasi otot
dan otak. Apabila seseorang tidak memiliki energi maka kerja otot tidak bekerja
dengan baik sehingga menghambat aktivitas fisik orang tersebut.

2. Rumusan Masalah
Dari adanya penelitian ini, didapatkan rumusah masalah penelitian yang akan
dibahas, yaitu

1. Adakah hubungan depresi dengan sistem regulasi otot?


2. Bagaimana mengatasi kerja regulasi otot yang kurang optimal pada saat
mengalami depresi?

3. Tujuan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan tujuan dari pelaksanaan penelitian
akan terpenuhi, yaitu:

1. Mengetahui hubungan depresi dengan sistem regulasi otot.


2. Menginterpretasi cara mengatasi kerja regulasi otot yang kurang optimal
pada saat mengalami depresi.

4. Manfaat Penelitian
Penulisan penelitian ini diharapkan mampu membantu berbagai kalangan
masyarakat, yaitu:

1. Manfaat bagi penulis:


Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan cara mengatasi
kesulitan yang dialami mahasiswa.
2. Manfaat bagi pembaca:
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang
hubungan regulasi otot dan depresi.
3. Manfaat bagi akademisi:
Penelitian ini diharapkan dapat membantu penelitian selanjutnya tentang
regulasi otot dan depresi.
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Gangguan Mental
Kesehatan adalah suatu keadaan di mana tubuh dapat melakukan
kegiatan produktif dilihat dari segi fisik, mental, sosial maupun ekonomi, tidak
hanya tentang bebas penyakit dan cacat. Hal ini tidak terlepas dengan salah satu
aspek yang menentukan sehat atau tidaknya seseorang, yaitu kesehatan mental.
Kesehatan mental memiliki pengertian tidak terdapat psikopatologi. Menurut
WHO (2012), kesehatan mental adalah “keadaan seseorang hidup layak dari
psikologis dan fisiologis, menjalankan kehidupan sehari-hari secara produktif,
memecahkan masalah dengan perasaan positif serta menerima diri sendiri.”.
Keadaan yang justru mengindikasikan tidak memenuhi kriteria sehat secara
mental, maka hal tersebut dapat disebut dengan gangguan mental. Stres,
gangguan kecemasan, dan depresi termasuk gangguan yang sering dijumpai
pada masyarakat umum. Stres dianggap sebagai bentuk penyesuaian seseorang
dalam mengatasi tuntutan kehidupan. Stres merupakan proses yang mana
psikologis dan fisiologis ikut andil dalam pembentukan perilaku tersebut,
munculnya stimulus pada kondisi merugikan atau mengancam pribadi akan
timbul respon kecemasan. (Subhan et al. 2020)

2. Pengertian Depresi
Menurut American Psychological Association (2015), depresi adalah
situasi dengan kondisi psikologis negatif, diindikasi dengan perasaan
menyalahkan diri sendiri, selalu melihat sisi negatif selama menjalankan
kegiatan sehari-hari, berakibatkan fungsi tubuh juga mengalami penurunan
kebugaran dan kesehatannya. Kebiasaan sehari-hari yang semula dijalani dengan
semestinya berganti dengan kegiatan yang tidak menunjukkan kehidupan yang
kayak, menarik diri dan menghindar dari lingkungan sosial. Ada perbedaan
antara simptom dan sindrom pada depresi, di mana menurut Chaplin (dalam
Siswanto, 2007), sindrom diartikan sebagai berbagai kondisi yang dialami
memiliki keterkaitan satu sama lain. Sementara itu, simtom dapat dirujuk
sebagai indikasi terjadinya suatu penyakit pada tubuh seseorang. Di sisi lain,
simtom depresi menitikberatkan pada hadirnya disforia yang sering disertai
dengan gambaran-gambaran yang dikaitkan dengan depresi, tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk sindrom depresi klinis.

3. Akibat Depresi
Depresi ditunjukkan sebagai manifestasi stres dilihat dari kadar serotonin
rendah serta leptin yang akan berdampak kepada sistem tubuh, terhadap
peningkatan nafsu makan seseorang. Menurut Faith et al. (2011), Obesitas akibat
depresi ditimbulkan dari adanya insomnia, tidak ada aktivitas fisik serta obat
yang mengandung anti depresan. Buah penelitian Lasserre et al. (2014), yang
menyatakan bahwa depresi mayor mempengaruhi kondisi tubuh hingga terjadi
depresi dengan OR 3,75 (95%CI 1,24-11,35). Sedangkan RR 1,37 (95%CI =
1,13-1,65) ditujukan kepada pria dan RR 1,18 (95%CI = 1,00-1,40) ditujukan
kepada wanita mengarah pada kondisi seseorang yang mengalami kecemasan
dan depresi sehingga menyebabkan obesitas.

4. Pengertian dan Unsur yang Digunakan Regulasi Otot


Regulasi otot yaitu gerakan fisiologis seperti kontraksi beserta relaksasi
otot yang terjadi di tubuh bagian dalam. Sherwood (2015) mengatakan, tiga jalur
suplai ATP yang diinginkan terhadap kontraksi dan relaksasi otot, yaitu:

1. ADP menerima fosfat berenergi tinggi yang berasal dari kreatinin fosfat,
hail ini merupakan sumber ATP pertama ketika seseorang melakukan
aktivitas fisik yang tinggi.
2. Proses ekstraksi ATP dengan kebutuhan besar yang berasal dari molekul
nutrien yang distimulasi keberadaan O2 disebut dengan fosforilasi
oksidatif, sehingga mampu menunjang regulasi.
3. Glikolisis, mekanisme pembentukan ATP tanpa memerlukan O2, namun
digantikan oleh glikogen cadangan yang mana juga ada laktat sebagai
hasil sampingan pada saat mekanisme itu terjadi.
Penggolongan serat otot didasari oleh tempat perlintasan dalam
pembentukan ATP pada jaringan (oksidatif atau glikolitik) dan kecepatan otot
menguraikan ATP dan selanjutnya berkontraksi (kedut lambat atau kedut cepat).
ATP dan nutrien yang digunakan pada tahap-tahap tersebut menunjukkan bahwa
unsur tersebut penting dalam regulasi otot supaya tubuh mampu melakukan
aktivitas ringan maupun berat.
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2012). Depresion A global public health concern. Retrieved from


http://www.who.int/mental_health/management/depression/who_paper_depres
sion_wfmh_2012.pdf

Sherwood, Lauralee. (2018). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Khotibuddin, M. (2017). Hubungan Depresi dan Perilaku Makan terhadap Berat Badan
Lebih Mahasiswa Kedokteran. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 17(1), 42–50. doi:https://doi.org/10.18196/mmjkk.v17i1.3682

Faizah, N. N., Sulistiawati, Nugrahayu, E. Y., Mualimin, J., & Ibrahim, A. (2021).
Gambaran Gejala Depresi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(5). doi:
https://doi.org/10.25026/jsk.v3i5.545

Martsari, O. D., & Ediati, A. (2020). Harapan Orangtua dan Depresi pada Mahasiswa
Program Studi S1 Kedokteran Umum. Jurnal EMPATI, 7(3), 835-842.
Retrieved from:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/21835

Anda mungkin juga menyukai