Anda di halaman 1dari 6

Hubungan Pancasila dengan Pasal-Pasal UUD 1945 dan Penjabaran Nilai-

nilai Sila Ke-4 Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945

Oleh :

Dewi Novita Sari

R011201023

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
A. Hubungan Pancasila dengan Pasal-Pasal UUD 1945
Pancasila adalah jiwa, inti sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis
dapat dikatakan bahwa pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 adalah garis besar cita-cita yang terkandung dalam Pancasila. Batang
tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai-nilai Pancasila yang disusun
dalam pasal-pasal. Atau dengan kata lain bahwa pembukaan UUD 1945 yang
membuat dasar falsafah negara Pancasila, merupakan satu kesatuan nilai dan
norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian pasal-pasal
dan batang tubuh UUD 1945. Jadi Pancasila itu disamping termuat dalam
pembukaan UUD 1945 (rumusannya dan pokok-pokok pikiran yang terkandung
didalamnya) dijabarkan secara pokok dalam wujud pasal-pasal batang tubuh UUD
1945.
Nilai-nilai Pancasila, secara yuridis harus dideriasikan kedalam UUD Negara
Indonesia dan selanjutnya pada seluruh peraturan perundangan-undangan lainnya.
Dalam kedudukan seperti ini pancasila telah memiliki legitimasi filosofis, yuridis
dan politis. Dalam kapasitas ini pancasila telah diderivasikan dalam suatu norma-
norma dalam kehidupan kenegaraan dan bebangsa. Berdasarkan norma-norma
peratuan perundangan-undangan tersebut dapat dapat diemplementasikan realisasi
kehidupan kenegaraan yang berifat praksis. Oleh karena itu tidak mungkin
implementasi dilakukan secara langsung dari pancasila kemudian direalisasikan
kedalam berbagai konteks kehidupan, karena harus melalui penjabaran dalam
suatu norma yang jelas. Banyak kalangan memandang hal tersebut rancu seakan-
akan memandang pancasila itu secara langsung bersifat operasional dan praksis
dalam berbagai konteks kehidupan bermasyarakat, kenegaraan dan kebangsaan.
Sebenarnya secara eksplisit UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Pasal 2 menyatakan:”Pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum negara”. Namun tidak dipungkiran banyak
perundangan-undangan yang tidak bersumber dengan nilai-nilai luhur pacasila,
yang tentunya hal ini sangat memprihatinkan dan harus segera diakhiri. Dalam
sistem tertib hukum indonesia, penjelasan UUD 1945 menyatkan bahwa pokok
pikiran itu meliputi suasana kebatinan dari undang-undang dasar negara indonesia
serta mewujudkan cita-cita hukum, yang menguasai hukum dasar tertulis (UUD)
dan hukum dasar tidak tertulis (konfrensi), selanjutnya pokok pikiran itu
dijelmakan dalam pasal-pasal UUD 1945. Maka dapatlah di simpulkan bahwa
suasana kebathinan undang-undang dasar 1945, tidak lain di jiwai atau bersumber
pada dasar filsafat negara yaitu pancasila. Pengertian inilah yang menunjukkan
kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara republik indonesia. Oleh
karena itu secara formal yuridis pancasila di tetapkan sebagai dasar filsafat negara
republik indonesia.

B. Penjabaran Nilai-nilai Sila Ke-4 Pancasila dalam Pasal-Pasal UUD 1945


Sila ke-4 Pancasila menyebutkan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Berarti, yang dikedapankan
prinsip bermusyawarah untuk mufakat melalui wakil-wakilnya dan badan-badan
perwakilan dalam memperjuangkan mandat rakyat. Makna Sila ke-4 yaitu:
1. Hakikat sila ini adalah demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
2. Pemusyawaratan, yaitu membuat putusan secara bulat, dengan dilakukan
secara bersama melalui jalan kebikjasanaan.
3. Melaksanakan keputusan berdasarkan kejujuran. Keputusan secara bulat
sehingga membawa konsekuensi kejujuran bersama. Nilai identitas adalah
permusyawaratan.
4. Terkandung asas kerakyatan, yaitu rasa kecintaan terhadap rakyat,
memperjuangkan cita-cita rakyat, dan memiliki jiwa kerakyatan.

Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu yang memperhatikan dan


menghargai aspirasi seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan,
menghargai perbedaan, mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan
negara. Pernyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan adalah
pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, berhati-nurani, arif,
bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya. Jadi, pemimpin yang hikmat-
kebijaksanaan itu mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) melalui
tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat
merupakan sistem demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang-orang
yang profesionalberintergritas melalui sistem musyawarah (government by
discussion)

Dikutip dari TAP MPR Nomor I/MPR/2003, berikut adalah butir-butir


nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila: Sebagai warga negara
dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia memiliki kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang
lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan. Menghormati serta menjunjung tinggi tiap keputusan
yang dicapai sebagai hasil musyawarah. Dengan iktikad baik serta rasa
tanggung menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta
golongan di dalam musyawarah. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat
dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bangsa. Memberi
kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan
permusyawaratan

Dikutip dari TAP MPR Nomor I/MPR/2003, berikut adalah butir-butir


nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila:

- Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia


memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
- Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
- Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
- Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
- Menghormati serta menjunjung tinggi tiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
- Dengan iktikad baik serta rasa tanggung menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
- Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta
golongan di dalam musyawarah.
- Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
- Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bangsa.
- Memberi kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk
melaksanakan permusyawaratan.
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/fiat/article/view/623/635

https://osf.io/vrc3q/download

Anda mungkin juga menyukai