Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1I

(Askep Pada Pasien Dengan Gangguan Growth Hormon (Kreatinisme) )

OLEH :

KELOMPOK 4 RA

1. MUH. AYATULLAH KHUMAINI (R011201021)

2. DEWI NOVITA SARI (R011201023)

3. ALDA DWI APRILIA (R011201025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur serta nikmat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat-Nya yang melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Medikal Bedah II ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul Askep Pada Pasien
Dengan Gangguan Growth Hormon (Kreatinisme).

Dalam penyusunan makalah ini, tentu tak lepas dari pengarahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka kami dari tim penyusun mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Karena
kebaikan semua pihak yang telah membantu, maka kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini memang masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 17 Februari 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Pengertian................................................................................................................6
B. Epididemiologi.........................................................................................................7
C. Etiologi.....................................................................................................................8
D. Tanda dan Gejala....................................................................................................9
E. Patofisiologi............................................................................................................10
F. Penatalaksanaan....................................................................................................11
G. Pathway..................................................................................................................12
H. Asuhan Keperawatan...........................................................................................13
I. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................16
J. Diagnosa, NOC dan NIC........................................................................................19
BAB III...........................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
A. Kesimpulan............................................................................................................23
B. Saran.......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu masalah kekurangan zat gizi di Indonesia yang belum dapat
ditanggulangi adalah Gangguan Akibat Kekurangan yodium (GAKY). Masalah
GAKY merupakan masalah serius, survai Nasional pemetaan GAKY di seluruh
Indonesia pada tahun 1998 diperoleh temuan bahwa 33% kecamatan di Indonesia
masuk kategori endemik, 21% endemik ringan, 5% endemik sedang dan 7%
kecamatan endemik berat. Berdasarkan data ini diperkirakan 53,8 juta penduduk
tinggal di daerah endemik GAKY dengan rincian 8,8 juta penduduk tinggal di
daerah endemik berat, 8,2 juta tinggal di daerah endemik sedang, 36,8 juta tinggal
di daerah endemik ringan (Depkes R.I, 2004).

Gangguan akibat kurang yodium tidak hanya menyebabkan pembesaran


kelenjar gondok tetapi juga berbagai macam gangguan lain. Kekurangan yodium
pada ibu yang sedang hamil dapat berakibat abortus, lahir mati, kelainan bawaan
pada bayi, meningkatnya angka kematian prenatal.melahirkan bayi kretin.
Kekurangan yodium yang diderita anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar
gondok, gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik pada orang dewasa
berakibat pada pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan mental
(Pudjiadi, 1997). Salah satu dari akibat kurang yodium adalah kretinisme.
Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat
kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam
perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau
pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011). Klien pada kasus ini biasa ditandai
dengan kelambatan pertumbuhan fisik dan mental.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dan klasifikasi Kretinisme?

2. Bagaimana epidemiologi Kretinisme?

3. Apa saja etiologi Kretinisme?

4. Bagaimana tanda dan gejala Kretinisme?

5. Bagaimana patofisiologi Kretinisme?

6. Bagaimana Penatalaksanaan Kretinisme?

8. Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan Kretinisme?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan kami dalam menyusun makalah ini antara lain:

1. Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi Kretinisme;

2. Untuk mengetahui epidemiologi Kretinisme;

3. Untuk mengetahui etiologi Kretinisme;

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala Kretinisme;

5. Untuk mengetahui patofisiologi Kretinisme ;

6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kretinisme

8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Kretinisme.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kretinisme merupakan gangguan akibat kekurangan hormon tiroid yang
disebabkan kurangnya yodium pada masa awal setelah bayi dilahirkan.
Kretinisme adalah gangguan akibat kegagalan kelenjar tiroid yang memproduksi
hormon tiroid atau hipotiroidisme (Kumorowulan, 2010). Kretinisme juga
merupakan gejala kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan iodium
(GAKY). Penderita kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan
fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal
masa kanak-kanak (Adrian, 2011).

Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri dan kanan yang
dipisahkan oleh isthmus. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapatkan suplai darah
yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu tri-iodotironin (T3),
tiroksin (T4), dan sedikit tirokalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel

6
sedangkan tirokalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar
pembentukanhormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan
minuman. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena
meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi panas.kedua hormon ini tidak
berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3
lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibandingkan
dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat diubah menjadi T3
setelah dilepaskan oleh folikel kelenjar.
Terdapat dua macam kretinisme, yaitu kretin endemik dan kretin Sporadik
(Kumorowulan, 2010). Kretin endemik disebabkan oleh kekurangan iodium,
sedangkan kretin sporadik atau juga dikenal sebagai hipotiroid kongenital
disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir seperti tidak
adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan struktur kelenjar (displasia, hipoplasia),
lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan mensintesis hormon
karena gangguan metabolik kelenjar tiroid (dishormonogenesis) (Kumorowulan,
2010).

B. Epididemiologi
Di seluruh dunia prevalensi dari kretinisme sporadik atau hipotiroid
kongenital mendekati l:3000 dengan prevalensi tinggi sekali di daerah kekurangan
yodium (l:900). Prevalensi di Asia Timur bervariasi dari 1:1000 sampai 1:6467.
Sehingga bila dilihat dari jumlah penduduk maka bayi dengan kretinisme sporadik
atau hipotiroid kongenital yang lahir tiap tahun mendekati 40.000. Kretin endemik
pada umumnya terdapat di daerah defisiensi Iodium yang sangat berat dengan
median kadar iodium urin < 25 ug/L (Kumorowulan, 2010). Prevalensi kretin di
daerah defisiensi Iodium berat berkisar antara 1%-15%. Hal ini tentu saja
berdampak terhadap masalah kesehatan dan sumber daya manusia. Di Indonesia
hasil skreening bayi baru lahir di beberapa propinsi ditemukan bayi dengan
hipotiroid kongenital l (satu) diantara 4.305 bayi lahir hidup. Hasil penelitian
Sunartini (1999) pada 10.000 bayi baru lahir di daerah endemis kekurangan

7
yodium di Yogyakarta dan sekitarnya ditemukan 8 bayi dengan hipotiroid
kongenital atau 1 diantara 1.250 bayi (Kumorowulan, 2010).

C. Etiologi
Kreatinisme terjadi disebabkan karena adanya beberapa kelainan, yaitu:
1. Agenesis (kegagalan pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh
organ atau bagian tubuh saat masih dalam tahap embrio) atau disgenesis
kelenjar tiroid.
2. Kelainan hormogenesis
a. Kelainan bawakan enzim (inborn error)
b. Defisiensi iodium (kretinisme endemic)
Istilah kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayi yang baru lahir
pada daerah-daerah dengan asupan iodium yang rendah serta goiter
endemik. Kretin endemik merupakan kelainan akibat kekurangan iodium
yang berat pada saat masa fetal dan merupakan indikator klinik yang
penting bagi gangguan akibat kekurangan iodium. Tanda-tanda klinis yang
menonjol yaitu adanya retardasi mental, postur pendek, muka dan tangan
tampak sembab dan seringkali tuli mutisme dan tanda-tanda kelainan
neurologis.
c. Kretinisme konginetal
Kretin sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda
dengan kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi
yodium tetapi kelenjar tiroid janin yang gagal dalam memproduksi hormon
tiroid secara cukup karena berbagai macam sebab. Penyebab terjadinya
kretin sporadic atau hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon tiroid
pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti tidak
adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan stuktur kelenjar
(diplasia,hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau
ketidakmampuan mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar
tiroid (dishormonogenesis). Kelainan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid
sehingga disebut hipotiroid kongenital primer, dan jika terjadi di otak

8
(hipofisis atau hipotalamus) maka disebut hipotiroid sekunder atau tersier.
Kekurangan hormon tiroid juga dapat bersifat sementara (transient) seperti
pada keadaan difesiensi yodium, bayi prematur maupun penggunaan obat
antitiroid yang diminum ibu.

D. Tanda dan Gejala


Pada penderita kretinisme biasanya ditandai dengan perawakan pendek
akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh sehingga menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tulang dan otot disertai kemunduran mental
karena sel-sel otak kurang berkembang (Qeeya, 2010). Anak yang
mengalami kretinisme memiliki muka bulat, perut buncit, leher pendek, dan
lidah yang besar. Bila terjadi pada orang dewasa, gejalanya berupa kulit
tebal, muka bengkak, rambut kasar, mudah gemuk, denyut jantung lambat,
suhu tubuh rendah, serta lamban secara fisik dan mental.
Bayi yang mengalami kretinisme memiliki berat badan dan panjang
tubuh yang normal saat lahir, dengan tanda-tanda karakteristik (kretinisme)
berkembang dalam waktu 3 sampai 6 bulan. Pada saat bayi menyusui sejak
lahir hingga penyapihan, terdapat gejala-gejala yang timbulnya akan
tertunda karena saat menyusui bayi mengkonsumsi ASI yang di dalamnya
terdapat sejumlah kecil hormon tiroid. Biasanya, bayi dengan kretinisme
akan tidur secara berlebihan, jarang menangis (kecuali untuk sesekali serak
menangis), dan tidak aktif. Oleh karena itu, orang tua mungkin
menggambarkan bayi mereka sebagai bayi yang baik, tidak ada masalah
sama sekali. Perilaku tersebut benar-benar hasil dari berkurangnya
metabolisme dan gangguan mental yang progresif. Bayi dengan kretinisme
juga menunjukkan refleks yang abnormal dalam tendon, otot perut yang
mengalami hipotonik, penonjololan perut dan lambat, gerakan canggung.
Bayi dengan kretinisme akan mengalami kesulitan makan, konstipasi,
dan penyakit kuning (jaundice) karena hati yang belum matang tidak bisa
terkonjugasi bilirubin. Penonjolan lidah juga terjadi pada bayi dengan
kretinisme sehingga menghalangi proses respirasi, membuat pernapasan

9
keras dan berisik dan memaksa dia untuk membuka mulutnya. Bayi dengan
kretinisme akan mengalami dispnea saat beraktivitas, anemia, fitur wajah
yang abnormal, seperti dahi pendek, mata bengkak (edema periorbital),
kelopak mata berkerut, hidung yang lebar dan pendek, dan ekspresi
membosankan mencerminkan keterbelakangan mental. Di samping itu, bayi
dengan kretinisme memiliki bintik-bintik di kulit akibat sirkulasi yang
buruk dan rambut kering, rapuh, dan kusam. Pertumbuhan gigi yang
terlambat dan mengalami pembusukan awal, dan bayi memiliki suhu tubuh
di bawah normal dan denyut nadi yang lambat.

E. Patofisiologi
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinyu selama
masa pertumbuhan, demikian juga faktor-faktor yang mendorong
pertumbuhan. Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak
bergantung pada control hormon, ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh
faktor genetik dan lingkungan. Faktor hormon mulai berperan penting
dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor genetik dan nutrisi juga
sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis,
tempat diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi
hormone tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone
tersebut dibentuk dari monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu
diperlukan dalam proses metabolic di dalam badan, terutama dalam
pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis protein dan
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini
juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone
tiroid esensial juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak
secara langsung bertanggung jawab menimbulkan efek hormone
pertumbuhan. Hormone ini berperan permisif dalam mendorong
pertumbuhan tulang, efek hormone pertumbuhan akan maksimum hanya
apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat. Akibatnya,

10
pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi
hormone tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam
makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar
gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin.
Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga
pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-
anak mengakibatkan kretinisme.

F. Penatalaksanaan
1.      Pencegahan
a.       Pemberian makanan yang adekuat dengan cukup kalori dan protein
b.      Mengkonsumsi makanan yang diberi garam beryodium atau
pemberian suplemen yodium untuk merangsang produksi hormon
c.       Mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral

2.      Pemberian obat khusus


Kelainan ini dapat diobati dengan pemberian hormon tiroid. Hormon
tiroid diberikan secara terus menerus. Bila kelainan muncul sebelum
usia dua tahun, pengobatan ini tidak dapat memperbaiki
keterbelakangan mental yang ditimbulkan.

11
G. Pathway
Gangguan
terhadap Penurunan Penggunaan
Jaringan sekresi TSH atau obat
Kekurangan
tiroid resistensi TSH antitiroid
yodium
fungsional saat
kehamilan

Reaksi
Hipotiroidisme
Autoimun

Menurunnya kadar hormone T3


dan T4

Pulsasi Menurunnya Penurunan


jantung laju metabolisme
lambat metabolisme protein dan
pembentukan
tulang

Suhu
tubuh
menurun

Gangguan Sulit
Ikterik
pertumbuhan Hipotermia makan,
Persisten,
dan menyusui
Edema
perkembangan Peorbital,
Anemia
Malnutrisi

Penurunan kekuatan Hambatan Mobilitas


Gangguan citra
otot Fisik
tubuh 12
H. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
A. Identitas Klien
a. Nama
Berisi nama lengkap klien yang mengalami kretinisme.
b. Jenis Kelamin
Pada klien yang mengalami kreatinisme jenis kelamin tidak
mempengaruhi karena penyakit ini akibat adanya gangguan pada
endokrin.
c. Usia
Anak-anak memiliki resiko tinggi terhadap penyakit kreatinisme ini. Dan
kreatinisme kronis terjadi sering pada bayi dan anak-anak yang berada di
daerah defisiensi Iodium yang sangat berat dengan median kadar iodium
urin < 25 ug/L.
d. Alamat
Lingkungan tempat tinggal pada daerah yang defisiensi Iodium yang
sangat berat dengan median kadar iodium urin < 25 ug/L salah satu
faktor penyebab kreatimisme.
e. Agama
Agama tidak mempengaruhi sesorang untuk terkena penyakit
pielonefritis.

B. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien dengan penyakit kreatinisme biasanya keluahan utama yang
umumnya muncul yaitu bentuk tubuh yang pendek (cebol), metabolism
tidak optimal, sering lemah, konstipasi, dan kadang diikuti
keterbelakangan mental.

13
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien kretinisme biasanya akan diawali dengan tanda-tanda anak
mengalami gangguan perkembangan fisik (cebol), muka bulat (moon
face), kepala besar, berbicara terbata-bata, lidah tebal, warna kulit agak
kekuningan dan pucat, kepala besar.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Kaji penyakit kesehatan terdahulu Klien yang dapat berhubungan dengan
timbulnya penyakit kreatinisme yang diderita. Misalnya hipotiroidisme
kongenital, riwayat ibu yang meminum obat antitiroid, riwayat ibu yang
sakit hipertiroid, riwayat tiroidektomi, tiroiditis.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Kaji riwayat penyakit keluarga apakah ada keluarga yang memiliki
penyakit kreatinisme atau gangguan pada sistem endkrin.

e. Riwayat Imunisasi
Imunisasi tidak berpengaruh terhadap kretinisme. Pemberian imunisasi
akan terlihat maksimal terhadap pencegahan dari suatu penyakit yang
umumnya diakibatkan oleh virus atau bakteri. Karena kretinisme
merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan akibat ada maslah di
endokrin karena kekurangan iodium maka imunisasi diatas tidak terlalu
berpengaruh terhadap penyebab penyakit.

C. Pengkajian Pola Gordon


a. Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pada anak yang mengalami penyakit kretinisme pola hidup sehat harus
ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri dan perawatan, gaya hidup
sehat dikarenakan anak dengan kretinisme biasanya di ikuti dengan
retardasi mental pada anak.

14
b. Pola Nutrisi – Metabolisme
Pada umumnya anak yang menderita penyakit ini pola makannya tidak
teratur karena mengalami penurunan nafsu makan, dan juga nausea dan
vomitus. Sehingga berat badan Klien akan menurun dan terlihat lemah
karena intake nutrisi yang tidak adekuat dan gangguan metabolisme.
Nutrisi yang diberikan untuk anak dengan kelainan kretinisme ini
mungkin akan di serap oleh tubuh secara tidak optimal sehingga hasilnya
perkembangan serta pertumbuhan tubuhnya menjadi terhambat dan
menyebabkan pertumbuhan terhenti, dan anak menjadi lebih pendek

c. Pola Eliminasi
Klien yang mengalami pielonefritis akan mengalami gangguan pada pola
eliminasi, seperti konstipasi.

d. Pola Istirahat dan Tidur


Anak dengan kretinisme akan merasa cepat lelah saat bermain
diakibatkan oleh penurunan fungsi kognitif. Sehingga pasien lebih sering
tidur dan istirahat.

e. Pola Persepsi dan Konsep Diri


Klien dengan penyakit kreatinisme biasanya mengalami gangguan
konsep diri, karena pada umumnya akan memiliki bentuk tubuh yang
berbeda dengan anak normal lainya sehingga perlu adanya pengenalan
dan lingkungan yang kondusif untuk membentuk sifat percaya diri dari
anak ini.

f. Pola Latihan dan Aktivitas


Aktivitas yang dilakukan oleh klien dengan penyakit kreatinisme terbatas
dan terganggu, tidak dapat melakukannya secara bebas. Hal ini
dikarenakan klien sering merasakan lemah akibat gangguan metabolisme.

15
g. Pola Hubungan dan Peran
Mampu berorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat dengan baik.
Hubungan dengan keluarga yang baik akan memberikan dukungan pada
klien untuk cepat sembuh, dapat terlihat dengan adanya keluarga yang
menemaninya sehari-hari. Hubungan Klien dengan tim medis maupun
perawat yang baik dan kooperatif akan memudahkan proses perawatan.
h. Pola Reproduksi/ Seksual
Kaji apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan
dengan reproduksi sosial.

i. Pola Koping dan Toleransi Stres


Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam memotivasi klien untuk
mengurangi tingkat stres atau kecemasan yang dirasakan.

j. Pola Keyakinan dan Nilai


Meyakini bahwa penyakit yang diderita merupakan takdir dan kehendak
Tuhan. Klien tetap bisa menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang
diyakininya. Kaji apakah ada keyakinan yang dapat memperparah infeksi

I. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Efek ketunadayaan fisik Keterlambatan
1 Keluarga klien pertumbuhan dan
mengatakan bahwa perkembangan
klien tidak dapat
tumbuh sebagaimana
anak seusianya.

16
DO:
BB/TB kurang dari
normal, status mental
juga tidak normal
DS : Tahap Perkembangan Gangguan citra
2 Keluarga klien tubuh
mengatakan bahwa
klien tidak memiliki
teman dan malu pada
kondisinya saat ini.

DO:
Klien tampak murung
dan lebih suka
menyendiri.

DS : Penurunan laju metabolisme Hipotermia


3 Klien mengeluhkan
badannya menggigil,
dan keluarga
menyatakan bahwa
badan klien terasa
dingin

DO:
Suhu tubuh klien 34 C

4 DS : Keterlambatan perkembangan Malnutrisi


Keluarga klien

17
mengatakan bahwa
klien sering tidak
menghabiskan
makanannya dan sulit
untuk makan

DO :
Makanan klien masih
sering bersisa dari
porsi awawal

DS : Fisiologis Konstipasi
5 Keluarga klien
mengatakan bahwa
klien sulit BAB

DO:
Frekuensi BAB klien
kurang dari 3x sehari

DS ; Penurunan kekuatan otot Hambatan


6 Keluarga klien mobilitas fisik
mengatakan klien
tidak dapat
beraktivitas secara
normal

DO ;

b. Diagnosa Keperawatan
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d ketunadayaan fisik

18
2. Gangguan citra tubuh b.d tahap perkembangan
3. Hipotermia b.d penurunan laju metabolisme
4. Malnutridi b.d Keterlambatan Perkembangan
5. Konstipasi b.d penurunan laju metabolisme
6. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

J. Diagnosa, NOC dan NIC


No Diagnosa NOC NIC
1 Keterlambatan Pertumbuhan dan Peningkatan
pertumbuhan dan perkembangan perkembangan anak
perkembangan b.d
ketunadayaan fisik Setelah di lakukan 1. Berikan reinforcement
tindakan selama 7 x positif atas hasil yang
24 jam diharapkan di capai anak.
anak mengalami 2. Dorong anak
perubahn pada melakukan perawatan
pertumbuhan maupun sendiri
perkembangannya 3. Management perilaku
dengan anak yang sulit.
4. Dorong anak
Kriteria hasil ; melakukan sosialisasi
1. Anak berfungsi dengan kelompok
optimal sesuai 5. Ciptakan lingkungan
tingkatannya. yang aman.
2. Keluarga dan anak
mampu
menggunakan
koping terhadap
tantangan karena
adanya

19
ketidakmampuan.
3. Berat badan
2 Gangguan citra tubuh b.d Gambaran Diri Perubahan Gambaran
tahap perkembangan Setelah di lakukan Diri
tindakan keperawatan 1. Kaji secara verbal dan
yaitu 4 kali pertemuan non verbal respon klien
di harapkan keluarga terhadap tubuhnya.
dan anak dapat 2. Dorong klien
menerima kondisinya mengungkapkan
dengan perasaannya.
3. Fasilitasi kontak dengan
Kriteria hasil ; individu lain dalam
1. Gambaran diri kelompok kecil.
positif
2. Mempertahankan
interaksi sosial

3 Hipotermia b.d penurunan Pengaturan Panas Pengaturan Suhu


laju metabolisme Setelah di lakukan 1. Monitor TTV
tindakan keperawatan 2. Monitor warna kulit
selama 1 x 60 menit di dan suhu kulit
harapkan kondisi klien 3. Selimuti pasien untuk
membaik dengan mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.
4. Berikan antipiretik jika
Kriteria hasil; perlu
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal.
2. Nadi dan RR dalam
rentang normal
4 Malnutrisi b.d Status menelan Pencegahan Aspirasi

20
Keterlambatan Setelah di lakukan 1. Posisi tegak sembilan
Perkembangan tindakan selama 1x 24 puluh derajat atau
jam di harapkan sejauh mungkin.
2. Menyuapkan makanan
Kriteria hasil ; dalam jumlah kecil.
1. Dapat 3. Potong makanan
mempertahankan menjadi potongan
makanan dalam potongan kecil
mulut. 4. Jauhkan kepala tempat
2. Kemampuan tidur di tinggikan 30
menelan adekuat. sampai 45 menit
3. Mampu mengontrol setelah makan.
mual dan muntah.

5 Konstipasi b.d penurunan Eliminasi Usus Manajemen konstipasi


laju metabolisme Setelah di lakukan dan infeksi
tindakan keperawatan 1. Monitor feses ;
selama 1x 24 jam di frekuensi, konsistensi,
harapkan pasien dapat dan volume.
BAB lancar dengan 2. Mendorong
meningkatkan asupan
Kriteria Hasil ; cairan.
1. Bebas dari 3. Anjurkan pasien atau
ketidaknyamanan keluarga untuk diet
dan konstipasi. tinggi serat,
2. Feses lunak dan
berbentuk
6 Hambatan mobilitas fisik Keaktifan Gerakan Terapi Latihan
b.d penurunan kekuatan Persendian 1. Ajarkan pasien dan
otot Setelah di lakukan keluarganya tentang
tindakan keperawatan teknik ambulasi.

21
selama bebrapa 2. Berikan alat bantu jika
minggu di harapkan klien memerlukan.
pasien dapat lebih 3. Latih pasien dalam
aktif dalam ber pemenuhan kebutuhan
aktivitas dengan ADLs secara mandiri
sesuai kebutuhan.
Kriteria Hasil ; 4. Ajarkan pasien
1. Klien meningkat bagaimana merubah
dalam aktivitas posisi dan berikan
fisik. bantuan jika di
2. Memverbalisasikan perlukan.
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
berpindah.

BAB III

PENUTUP

22
A. Kesimpulan
Kreatinisme merupakan gangguan karena kegagalan kelenjar tiroid yag
memproduksi hormone tiroid atau hipotiroidisme. Selain itu juga gejala
kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan yodium. Biasanya penderita
kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun
mentalnya. Penyakit ini dapat di derita sejak lahir atau pada awal masa kanak-
kanak. Penyebab gangguan ini salah satunya yaitu agenesis (kegagalan
pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh organ atau bagian tubuh
saat masih dalam tahap embrio. Tidak hanya itu kekurangan iodium juga dapat
menyebabkan kreatinisme. Biasanya pada bayi yang menyusui sejak lahir hingga
penyapihan terdapat gejala-gejala yang timbul akan tertunda karena masih
mengkonsumsi ASI yang mengandung sedikit hormone tiroid. Bayi dengan
kreatinisme akan mengalami tidur yang semakin lama dan jarang menangis dan
juga kurang aktif bahkan tidak aktif. Selain itu faktor hormon merupakan peran
yan g penting dalam mengatur pertumbuhan, dan faktor genetik dan nutrisi juga
sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran tentang
kreatinisme dengan asuhan keperawatan. Agar bisa kita aplikasikan dalam dunia
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

23
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawata,. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Moeljanto, Doko. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal
Publishing.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta :


EGC.

Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC.

Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G.. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai