PENDAHULUAN
pertama, dan mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
yang sehat, dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di bagian wilayah kerja dan
pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan di puskesmas terdiri atas dokter,
lingkungan, ahli laboratorium medik, tenaga gizi, tenaga kefarmasian dan tenaga
1
2
mengalami stress. Karena adanya paparan stres yang terus-menerus dan luar biasa
berat pada petugas kesehatan, akibatnya stres yang dialami memberikan efek pada
ekstrim bahkan merasa kurang terampil dalam menjalankan tugas. Akibat dari
stress kerja, ada banyak tenaga kesehatan yang mengalami peningkatan masalah
pekerjaan (Mental Health America, 2021). Risiko lain yang juga sangat berpotensi
keletihan mental.
Burnout adalah jenis khusus dari stres terkait dengan pekerjaan atau
atau pencapaian dan hilangnya identitas pribadi. Menurut Mental Health America
(2021), burnout mengacu pada kelelahan dan sikap apatis yang dirasakan
Ada tiga area utama gejala yang dianggap sebagai tanda burnout, diantaranya
kelelahan, mengasingkan diri dari kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Denning, dkk (2021) pada tenaga
Penelitian kepada tenaga kesehatan Indonesia yang dilakukan oleh tim peneliti
Indonesia mendapatkan hasil bahwa sebanyak 83% tenaga kesehatan yang ada di
Cong (2019) yang dilakukan kepada perawat di Rumah Sakit Advent Manado,
mengatasi situasi yang sulit sehingga dapat mengurangi gejala burnout (Pangestu,
sebagai proses adaptasi yang baik dalam menghadapi kesulitan, trauma, ancaman,
atau sumber stress yang signifikan seperti masalah keluarga, masalah kesehatan,
situasi negatif dan dapat meningkatkan kemampuan dalam bekerja agar dapat
adaptation theory model yang dikemukakan oleh Sister Callista Roy. Dalam teori
ini, Roy menjelaskan bahwa adaptasi terjadi saat seseorang merespon secara
positif terhadap perubahan yang terjadi, dan itu merupakan proses dan hasil dari
integritas (Budiono, 2016). Dalam teori ini, resilience merupakan suatu hal positif
lingkungan kerja atau tekanan kerja sehingga segala pekerjaan dapat dilakukan
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada Agustus dan November 2021
di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano pada 10 orang, mendapatkan hasil
bahwa 10 orang tenaga kesehatan mengalami stress saat bekerja dan 8 dari 10
dengan penelitian yang lain yaitu penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Mirad (2019) dilakukan di rumah sakit kepada perawat, sedangkan penelitian ini
puskesmas koya dan puskesmas tonsea lama tondano. Berdasarkan hal tersebut,
Burnout pada Tenaga Kesehatan di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano”.
5
Rumusan Masalah
Tondano?
Tujuan Penelitian
Setelah meninjau latar belakang dan masalah yang ada, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Resilience dengan Burnout pada
Kegunaan Penelitian
dan burnout.
Bagi Peneliti
peneliti dan menjadi tugas akhir sebagai syarat untuk lusus dan mencapai gelar
sarjana keperawatan. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi penelitian
Cakupan dalam penelitian ini adalah semua tenaga kesehatan yang bekerja
di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano. Batasan dalam penelitian ini
adalah semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Koya dan Tonsea
Desember 2021.
7
Burnout
kelelahan secara emosional dan secara fisik dalam lingkungan pekerjaan. Burnout
Resilience
kemampuan penyesuaian diri yang tinggi saat dihadapkan pada tekanan internal
regulasi emosi, kontrol impuls, optimisme, analisa kasual, empati, efikasi diri, dan
Puskesmas Koya
Puskesmas koya adalah salah satu pusat kesehatan masyarakat yang berada
Puskesmas tonsea lama adalah salah satu pusat kesehatan masyarakat yang
Tenaga Kesehatan
layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan membahas tentang teori dan konsep yang berhubungan
dengan variabel dalam penelitian ini, yaitu tentang hubungan resilience dengan
Burnout
Definisi
yang diakibatkan oleh stress kronis di tempat kerja (WHO, 2019). Istilah burnout
kelelahan dan lesu yang berakhir dengan ketidakmampuan untuk mengatasi stress
yang dialami (Institute for Quality and Efficiency in Health Care, 2020). Menurut
Fraga (2019), burnout adalah kondisi dimana terjadi kelelahan mental dan fisik
9
kerja, itu menunjukan tanda-tanda burnout. Individu yang terpapar stress tingkat
umumnya, orang yang rentan mengalami burnout adalah orang yang bekerja
yaitu dokter dan perawat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maharani &
Triyoga (2012) yang dilakukan kepada perawat dengan lama kerja 1-5 tahun, dari
Penyebab
yang tidak dapat diselesaikan yang mengarah pada kelelahan, sinisme, perasaan
terlepas dari tanggung jawab pekerjaan seseorang, dan kurangnya rasa pencapaian
pribadi (Kane, 2020). Burnout yang terjadi pada tenaga kesehatan diakibatkan
oleh rasa tanggungjawab karena menghadapi rasa sakit dan penderitaan sesama
manusia, tingkat kurang tidur yang tinggi yang dapat menyebabkan kelelahan,
beban kerja tenaga kesehatan (Mental Health America, 2021). Burnout sangat
berpengaruh terhadap hasil kerja dan dapat meregangkan hubungan dengan orang-
Penyebab dari burnout dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor
demografi, kontrol fokus, dan tingkat efisiensi dari pekerjaan. Faktor lingkingan
termasuk terlalu banyak bekerja secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup,
10
berada di bawah tekanan waktu, atau memiliki konflik dengan rekan kerja
(IQEHC, 2020).
Dimensi
Burnout tidak hanya terkait pada faktor tunggal. Burnout muncul dari hasil
interaksi antara beberapa faktor. Ada tiga dimensi burnout menurut Nursalam
dan selalu merasa tegang. Kelelahan fisik yang dialami seseorang merupakan
biasanya ditandai dengan sikap yang sinis kepada oranglain, sikap kasar, menjaga
jarak dengan rekan di lingkungan pekerjaan serta menarik diri (Maslach dan
Jackson, 1996).
sendiri sebagai hal yang negatif dan mulai melihat melihat diri sendiri sebagai
orang yang tidak berhasil. Orang dengan kecenderungan ini akan berpikir bahwa
mereka tidak membuat kemajuan dan akan gagal dalam pekerjaan yang mereka
11
Gejala
Menurut Nareza (2020) ada beberapa gejala umum dari burnout yang
paling sering muncul. Gejala tersebut diantaranya kelelahan dan hilang semangat
bekerja, benci dengan pekerjaan, performa kerja menurun, mudah marah, menarik
seseorang dapat kehilangan semangat karena bosan menjalani rutinitas yang sama
setiap hari. Akibat dari kehilangan semangat, seseorang akan merasa lelah dengan
apa yang dikerjakannya, sehingga itu dapat berpengaruh pada kehidupan sehari-
pekerjaannya membuat stress dan frustasi. Akibat dari hal tersebut, orang dengan
burnout akan membenci pekerjaan yang dilakukan karena ingin menghindar dari
minat tersebut sehingga orang yang mengalami burnout tidak mau terlibat dengan
marah. Karena orang dengan burnout tidak hanya mereasa lelah secara fisik,
namun juga merasa lelah secara emosional karena pengaruh pekerjaan. Akibat
12
dari kelelahan secara emosional tersebut, sehingga seseorang dengan burnout
ditandai dengan sikap sinis kepada rekan kerja. Hal tersebut akan mengakibatkan
rasa tidak nyaman saat berada dalam lingkungan pekerjaan, dan orang dengan
burnout akan merasa lebih nyaman untuk berada pada lingkungan yang jauh dari
baik dapat mengakibatkan imun tubuh menurun. Imun tubuh yang menurun
mengakibatkan individu dengan burnout rentan terkena penyakit seperti flu, pilek,
sakit kepala, dan gangguan pencernaan. Selain itu penderita burnout juga dapat
Gejala lain yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami burnout
cepat marah, penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terhadap
pilek, flu, dan insomnia. Burnout juga dapat menyebabkan masalah kesehatan
mental seperti depresi dan kecemasan. Dalam kasus yang parah, penderita
burnout melarikan diri dari pekerjaan dan stress dengan berfantasi lewat obat-
obatan, alkohol, atau makanan sebagai cara untuk mematikan rasa sakit emosional
13
Faktor Risiko
kendali dengan apa yang sedang dikerjakan. hal tersebut mengakibatkan tugas
(Robinson,2015).
harapan dari atasan atau teman kerja berkontribusi besar pada stress yang
mengakibatkan burnout. Hal ini juga dapat disebabkan olej job desc atau tuntutan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi pekerjaan utama (Maslach
dalam lingkungan kerja yang tidak nyaman seperti diganggu saat bekerja,
memiliki rekan kerja atau atasan yang sering meremehkan pekerjaan atau yang
Clinic, 2021).
14
Aktivitas ekstrim. Pekerjaan dengan tenggat waktu yang singkat juga
merupakan salah satu fakor risiko yang dapat menyebabkan burnout. Dalam
stress yang lebih berat. Stres juga dapat mengakibatkan seseorang terisolasi dari
lebih banyak waktu untuk pekerjaan mereka, maka akan menguras semua energi
dan waktu sehingga tidak ada energi dan waktu yang digunakan untuk rekreasi
(MayoClinic, 2021).
Penanganan
lingkungan kerja mereka seperti perubahan posisi atau pekerjaan baru sehingga
dapat mengurangi risiko burnout yang lebih parah. Selain itu rekreasi dan liburan
juga dapat memberikan kelegaan dari beban pekerjaan untuk sementara. Untuk
burnout dapat dicegah. Ada empat cara untuk menghindari burnout, yaitu dengan
latihan, konsumsi makanan yang seimbang, latihan kebiasaan tidur yang baik dan
minta bantuan.
15
Latihan. Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga
dapat membantu dalam mengurangi stres. Beberapa kegiatan relaksasi juga sangat
membantu dalam mengurangi stres, seperti meditasi dan yoga (Fadila, 2022).
memenuhi kebutuhan nutrisi. Makanan sehat yang dipenuhi asam lemak omega-3
kenari, dan ikan dapat membantu meningkatkan suasana hati (Fadli, 2020).
waktu untuk beristirahat. Itu sebabnya kebiasaan tidur yang baik sangat penting
untuk manusia. Untuk meningkatkan kualitas tidur lebih baik untuk menghindari
kafein sebelum tidur dan tidur dengan lingkungan yang nyaman (Fraga (2020).
atau keluarga dapat membantu melepaskan stress akibat pekerjaan (Fadli, 2020).
Alat Ukur
Burnout Inventory (MBI). MBI diciptakan oleh Maslach dan Jackson pada tahun
1981 untuk mengukur burnout pada pekerja. MBI digunakan untuk menilai
apakah seseorang mengalami resiko burnout. Ada beberapa cara untuk mengukur
workers), MBI-ES (for educators), MBI-GS (for general use) dan MBI-GS (for
16
pertanyaan dalam MBI-GS bersifat umum dan cocok untuk digunakan kepada
Resilience
Definisi
tinggi dan cekatan saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal
trauma, tragedi, ancaman, atau sumber stres yang signifikan seperti masalah
keluarga dan teman, masalah kesehatan yang serius, atau stresor di tempat kerja
memungkinkan seseorang tersebut terhindar dari stress karena ada faktor tertentu
resilience yang baik juga mengalami emosi yang membuat mereka stress seperti
marah, sedih, kecewa, cemas, khawatir dan takut seperi orang pada umumnya.
Namun orang yang memiliki resilience yang baik dapat menemukan cara untuk
keterpurukan sehingga mereka memiliki pemikiran bahwa aka nada hal baik dan
17
Manfaat
menghadapi emosi dan kondisi penuh tekanan serta mengatasi trauma dan
optimis, memiliki nilai pribadi dan nilai budaya yang baik serta mempunyai selera
bersosial yang baik, memiliki orang sekitar yang mendukung, yakin pada
Dimensi
Menurut Hurley (2020), ada tujuh hal yang menjadi dimensi resilience.
Dimensi tersebut yaitu regulasi emosi, kontrol impuls, optimism, Analisa kasual,
saat dimana seseorang berada dalam situasi yang menantang, dan berpikir untuk
2022)
18
Kontrol impuls. Kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah
masalah yang baik, seseorang dapat melalui dan mengatasi kesulitan yang
adanya harapan atau keyakinan akan kesuksesan dan masa depan yang positif.
Orang yang optimis adalah mereka yang mengharapkan hal-hal yang baik akan
membantu dalam penilaian masalah diri sendiri. Saat mampu mengatasi masalah
yang oranglain rasakan secara emosional, serta melihat sesuatu dari sudut pandang
mereka dan membayangkan diri berada dalam posisi yang dialami oranglain.
Empati pada dasarnya berarti menempatkan diri pada kondisi oranglain (Cherry,
2020).
melakukan kontrol atas motivasi, perilaku dan lingkungan sosial (Cherry, 2020).
19
Pencapaian. Seseorang yang memiliki resilience akan menggunakan
sumber daya internal dan eksternal dalam menghadapi krisis. Dengan demikian,
akan mampu mengelola stresor secara positif untuk mengatasi dan menyelesaikan
emosional maupun fisik dari sumber masalah atau lingkungan yang bermasalah,
dan berkualitas serta memiliki panutan yang baik, inisiatif yaitu keinginan yang
hidup dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun, dan moralitas yaitu
dapat membuat tenaga kesehatan lebih tangguh lagi menghadapai burnout yang
20
pelayanannya. Peryataan ini sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jackson (2018) mengenai burnout dan resilience yang dilakukan pada perawat di
Kanada yang menunjukan hasil bahwa ada hubungan positif antara burnout dan
dari situasi penuh tekanan dan beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan setelah
mengalami kesulitan sehingga dapat pulih ke keadaan normal lebih cepat (Jeffs,
2020).
Alat Ukur
dan Shatte yang telah diadaptasi oleh Mirad (2019), karena dalam kuesioner
Kerangka Konseptual
konsep lain. Penelitian ini memiliki satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Peran resilience sangat penting untuk mengatasi burnout yang dialami. Penderita
burnout perlu memiliki resilience yang baik, karena resilience dapat menurunkan
21
Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah resilience. Variabel dependent
(terikat) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas, dan
Resilience Burnout
Hipotesis Penelitian
berbeda (Duli, 2019). Berdasarkan pendahuluan dan tinjauan pustaka yang telah
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan uraian tentang metode penelitian yang sudah di
resilience dengan burnout pada tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan Tonsea
data, penggunaan statistik dalam analisis data, populasi dan sampel, instrumen
Desain Penelitian
ini menggunakan jenis pendekatan cross sectional, dimana dalam penelitian ini
tertentu dengan model pendekatan point time (Irmawati dan Nurhaedah, 2017).
23
Analisis Data
gambaran resilience dan burnout pada tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan
Untuk menjawab rumusan masalah ketiga yaitu untuk mengetahui apakah ada
menggunakan rumus Spearman’s rho karena distribusi data tidak normal pada
program SPSS (Statistical product and service solutions). Angka signifikan yang
0.05 (5%).
Tabel 1.
Korelasi
dengan koefisien korelasi yang bergerak dari -1 sampai +1. Korelasi -1 berarti
Variabel dikatakan berkorelasi positif (+) apabila variasi diikuti sejajar oleh
24
variabel yang lain. Variabel dikatakan berkorelasi negative (-) apabila variasi
karakteristik tertentu untuk diteliti seperti orang, benda, institusi, peristiwa dan
lainnya yang dapat diperoleh atau dapat memberikan informasi yang akan ditarik
jumlah sebagian besar atau sebagian kecil dari populasi yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano. Dalam penelitian ini menggunakan
2017). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 57 responden. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu
seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano yang
tenaga kesehatan yang bekerja dibawah satu tahun, tidak mengisi kuesioner secara
25
Tabel 2.
Tenaga Kesehatan 2 2
Lingkungan
Tenaga Kesehatan 5 5
Masyarakat
Ahli Laboratorium 3 3
Medik
Ahli Fisioterapi 1 1
Instrumen Penelitian
oleh Reivich dan Shatte (2002) dan diadopsi dari skripsi Mirad (2019) dengan
nilai cronbach alpha sebesar 0,880. Kategorisasi resiliensi perawat terdiri dari tiga
skor yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pengkategorian dilakukan dengan cara hasil
mean dari hasil perhitungan SPSS. Rumus mengenai pembagian kategori skor
variabel resiliensi adalah sebagai berikut : Rendah jika : X< (Mean-SD), Sedang :
kuesioner penelitian ini diadaptasi dari Resilience Quotient Test (RQ Test) oleh
26
Tabel 3.
skala resilience yang dibuat oleh Reivich dan Shatte (2002), memaparkan tujuh
kausal (causal analysis), empati (empathy), efikasi diri (self efficacy), dan
Tabel 4.
27
Mampu mengembangkan kemampuan sosial 5 10, 12 14. 15,16
Optimisme Yakin bahwa berbagai hal dapat beruba menjadi 3 20, 17, 22
lebih baik lagi
Self-Test oleh Maslach dan Jackson (1996) yang diadopsi dari Andriani (2019)
dengan nilai cronbach alpha sebesar 0,902. Kategorisasi burnout terdiri dari tiga
skor yaitu rendah, sedang, cukup dan tinggi. Interval mean mengenai pembagian
dimana item–item pada kuesioner penelitian ini diadaptasi dari Maslach Burnout
28
Tabel 5.
Respon Skor
Tidak Pernah 1
Jarang 2
Sering 3
Selalu 4
diukur menggunakan skala burnout oleh Maslach dan Jackson yang memaparkan
tiga aspek dari burnout, aspek tersebut adalah kelelahan, depersonalisasi, dan
Tabel 6.
29
Proses Pengumpulan Data
30
9. Peneliti melakukan tabulasi dan pengolahan data serta menyajikan hasil
penelitian.
apakah ada data yang tidak lengkap. Jika data tidak lengkap, maka data
berbentuk excel.
Lama Tondano pada tenaga kesehatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Desember 2021.
31
Pertimbangan Etika dalam Penelitian
Otonomy (autonomy)
penelitian atau tidak. Peneliti menjelaskan dengan baik tujuan dari penelitian yang
Bermanfaat (Beneficience)
Penelitian yang dilakukan harus memiliki manfaat yang baik bagi subjek
penelitian, dalam hal ini mengetahui hubungan resilience dan burnout pada tenaga
kesehatan.
Keadilan (Justice)
Privasi/kerahasiaan (Confidentialy)
peneliti. Peneliti tidak menyebarluaskan data yang ada selain untuk kepentingan
penelitian.
Kejujuran (Veracity)
32
Tidak merugikan ( Non maleficience)
33
BAB IV
Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian, dan interpretasi data
yang diolah dengan program statistik untuk menjawab rumusan masalah yang ada.
resilience pada tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano,
penelitian ini menggunakan rumus frekuensi dan persentase, dan hasilnya dapat
Tabel 6.
Lama Tondano
tinggi sebanyak 5 orang (11,4%), dan resilience rendah sebanyak 4 orang (9,1%).
34
(2020), ada delapan faktor yang dapat mendukung individu dalam resilience,
mengetahui dan memahami masa lalunya untuk mempelajari perilaku yang tepat,
fisik dari sumber masalah atau lingkungan yang bermasalah, hubungan yaitu
serta memiliki panutan yang baik, inisiatif yaitu keinginan yang kuat untuk
kategori Tinggi dan hanya 3,65% yang berada pada kategori Rendah. Hal tersebut
diakibatkan oleh dukungan psikologis dari berbagai sumber dan rendahnya work-
bahwa resilience pada tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama
paling banyak berada pada kategori Sedang. Hal tersebut cukup baik, karena
35
Gambaran Burnout pada tenaga kesehatan
burnout pada tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano,
penelitian ini menggunakan rumus frekuensi dan persentase, dan hasilnya dapat
Tabel 7.
Lama Tondano
bahwa dari 44 responden yang bersedia untuk terlibat dalam penelitian ini,
(84,1%). Untuk sisanya termasuk dalam kategori burnout Sedang yaitu sebanyak
7 orang (15,9%).
oleh pekerjaan. Menurut Mayo Clinic (2021), ada beberapa faktor yang dapat
36
atau pekerjaan, dinamika tempat kerja yang disfungsional, aktifitas ekstrim,
Dari hasil tabel 7, tidak ada tenaga kesehatan di Puskesmas Koya dan
Tonsea Lama yang mengalami burnout tinggi, dan hampir semua berada pada
oleh dinamika tempat kerja yang fungsional, tingginya dukungan sosial, dan
Puskesmas Koya dan Tonsea Lama Tondano, telah dilakukan uji statistik dengan
menggunakan rumus spearman’s rho, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 8.
37
Tabel 8 merupakan hasil uji hubungan resilience dengan burnout pada
hubungan antara kedua variabel dan dalam hal ini berarti Ha ditolak, yang berarti
tidak ada hubungan antara resilience dengan burnout pada tenaga kesehatan di
Menurut Scott (2020), Individu yang terpapar stress tingkat tinggi secara
kerja.
oleh Putra (2019) pada petani di desa Ampel, yang menunjukan bahwa ada
hubungan antara resilience dengan burnout pada petani dengan nilai p value =
0,003. Nilai korelasi sebesar -0,325 menunjukan korelasi negatif dengan kekuatan
hubungan lemah.
Lama untuk memiliki burnout rendah yaitu dinamika tempat kerja yang
fungsional dan nyaman, aktivitas kerja yang seimbang, tingginya dukungan sosial
dari keluarga dan teman kerja, dan keseimbangan antara kehidupan sehari-hari
dan kehidupan kerja. Akibat dari faktor-faktor tersebut, sehingga tenaga kesehatan
38
di Puskesmas Koya dan Tonsea Lama memiliki burnout pada kategori Sedang
hingga Rendah.
39
BAB V
Pada bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian
Kesimpulan
Setelah dilakukan beberapa uji dan mendapat hasil dari penelitian
40
Rekomendasi
Bagi Tenaga Kesehatan
tempat kerja yang fungsional dan nyaman, aktivitas kerja yang seimbang,
dukungan sosial dari keluarga dan teman kerja, dan keseimbangan antara
kehidupan sehari-hari dan kehidupan kerja agar dapat menurunkan risiko dari
burnout.
bahwa penelitian ini dapat menjadi bahan masukan atau referensi pembelajaran
khususnya mengenai resilience dan burnout pada tenaga kesehatan. Karena hasil
dalam penelitian ini tidak mendukung teori bahwa resilience memiliki hubungan
mempengaruhi burnout.
41