Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL, TEXTBOOK

“Burn Out, Turn Out, Dan Kepuasan Kerja Perawat, dan


Kepuasan Kerja Perawat.”

Disusun Oleh :

Reguler B 2020

Khoiriyah Tri Wulandari 04021382025089

Dosen Pengampu:

Deny Gunawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

BAGIAN ILMU
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2023
Review Jurnal

Judul Relationships between burnout, turnover intention, job satisfaction,


job demands and job resources for mental health personnel in an
Australian mental health service
Nama Jurnal Scanlan and Still BMC Health Services Research

Volume Dan Halaman Vol 19 No 62 dan Hal 1-11

Tahun Terbit 2019

Penulis Justin Newton Scanlan and Megan Still

Reviewer Khoiriyah Tri Wulandari

Tanggal Reviewer 1 Oktober 2023

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan
antara kelelahan, niat berpindah kerja, dan kepuasan kerja dalam
kaitannya dengan tuntutan pekerjaan tertentu dan sumber daya
pekerjaan yang ada di tempat kerja dalam konteks kesehatan mental
Australia.
Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah layanan kesehatan mental yang
didanai pemerintah di metropolitan Sydney, ibu kota negara bagian
New South Wales, Australia. Layanan kesehatan mental mencakup
21 unit rawat inap, sejumlah besar tim komunitas yang tersebar di 10
pusat layanan dan mempekerjakan sekitar 1.100 staf klinis. Staf klinis
berasal dari lima disiplin ilmu utama: keperawatan, medis, terapi
okupasi, psikologi dan pekerjaan sosial.
Metode Penelitian Penelitian ini mengambil pendekatan survei cross-sectional. Survei
tersebut mencakup pertanyaan demografis, ukuran kelelahan, niat
berpindah, kepuasan kerja, tuntutan pekerjaan, dan sumber daya
pekerjaan.
Definisi Operasional Variabel Dependen: mental health personnel in an Australian mental
health service
Variabel Dependen
Variabel Independent: Relationships between burnout, turnover
Dan Independen
intention, job satisfaction, job demands and job resources
Prosedur Pengambilan Survei ini mencakup serangkaian pertanyaan demografis dan
Data serangkaian skala. Sebagian besar pertanyaan demografis
menyertakan opsi “tidak ada tanggapan” untuk memastikan bahwa
responden yang mungkin dapat diidentifikasi melalui informasi
demografis mereka memiliki kesempatan untuk tetap anonim.
Hasil Penelitian Sebanyak 277 tenaga kesehatan mental berpartisipasi. Kepuasan
kerja, niat berpindah, dan kelelahan semuanya saling berkorelasi erat.
Sumber daya pekerjaan penghargaan dan pengakuan, kontrol
pekerjaan, umpan balik dan partisipasi dikaitkan dengan kelelahan,
niat berpindah dan kepuasan kerja. Selain itu, tuntutan pekerjaan
tuntutan emosional, kerja shift dan gangguan kerja-rumah dikaitkan
dengan komponen kelelahan dari kelelahan.
Saran Penelitian Penelitian di masa depan harus mereplikasi penelitian ini dengan
kelompok dokter kesehatan mental untuk menentukan apakah hasil
yang ditemukan di sini dapat diterapkan pada populasi dokter
kesehatan mental secara keseluruhan. Selain itu, penelitian di masa
depan harus berupaya untuk mengeksplorasi arah sebab akibat dari
hubungan antara tuntutan pekerjaan dan sumber daya serta hasil kerja
karyawan melalui penggunaan desain longitudinal serta
mengeksplorasi efektivitas strategi yang dirancang untuk mengurangi
kelelahan dan niat berpindah serta meningkatkan kepuasan kerja.
Kelebihan Penelitian Setiap data dan informasi dipaparkan secara sistemtis dan informatif.
Kekurangan Penjeasan yang terdapat didalam jurnal sulit dipahami karena
Penelitian
keterbatasan pemahaman bahasa yang digunakan dan data yang
terlalu rumit.
Text Book 1
Manajemen Burnout Konsep dan Implementasi
Judul

Penerbit UPT Unhas Press

Kota Penerbit Makassar

Tahun Terbit 2021

Penulis Prof. Dr. Muhammad Ali, S.E., MS., Dr. Andi Zulkifli, SKM., M.Kes.,
Insany Fitri Nurqamar, S.E., MM.

ISBN 978-979-530-326-8

Reviewer Khoiriyah Tri Wulandari

Tanggal Reviewer 1 Oktober 2023

Bahasa Bahasa Indonesia

Pembahasan Burnout merupakan fenomena yang semakin banyak ditemukan


dalam masyarakat modern, terkait dengan tingginya beban kerja yang
harus dihadapi pegawai dalam upaya perusahaan yang terus
mendorong agar karyawan produktif serta meminimalkan upaya
untuk rekrutmen pegawai baru. Tuntutan kerja yang tinggi akhirnya
mengurangi energi fisik dan mental karyawan, membawa pada
kelelahan dan akhimya burnout (Aleyoud, Othman, & Isa, 2017).
Sementara seorang yang terlibat dalam pekerjaannya dipenuhi energi
dan efikasi, seseorang yang mengalami burnout dalam pekerjaannya
mengalami kelelahan, sinisme, inefikasi, dan hilangnya rasa prestasi
profesional. Dalam hal ini, burnout tidak lain adalah erosi atau
pengikisan keterlibatan seseorang dalam pekerjaannya (Maslach,
Schaufeli, & Leiter, 2001). Artinya, burnout merupakan kebalikan
dari keterlibatan kerja (Alzyoud et al, 2015). Karena keterlibatan
telah diketahui membawa pada komitmen kerja dan perilaku
kewargaan organisasi, maka sebaliknya, burnout membawa pada
situasi kehilangan komitmen dan ketiadaan perilaku kewargaan
organisasi (Bakker, Demerouti,& Verbeke,2004).
Pekerja di bidang kesehatan seperti pekerja sosial maupun perawat
yang menangani kasus penyakit menular atau pasien yang menantang
dengan berbagai keluhan juga sama terpaparnya dengan burnout.
Mereka begitu sulit untuk keluar dari tantangan kerja yang besar dan
akhirnya terkena burnout. Hal ini ditambah persepsi masyarakat yang
melihat kalau seorang perawat yang bersantai adalah perawat yang
buruk, walaupun jika waktu bersantai tersebut hak mereka. Penelitian
Aiken, Clarke, Sloane, & Sochalski (2002) menemukan bahwa
semakin tinggi rasio pasien terhadap perawat, yang berarti semakin
banyak pasien yang harus ditangani satu perawat, semakin tinggi
risiko burnou! yang dihadapi oleh perawat, semakin tinggi risiko
ketidakpuasan kerja, dan semakin besar risiko kematian pasien. Studi
ini dilakukan pada 10.184 orang perawat di Inggris. Sejalan dengan
ini, Aiken et al., (2001) juga menemukan kalau kasus-kasus
berhentinya perawat di Kanada, Skotlandia, Amerika Serikat, Inggris,
dan Jerman selain desain kerja, adalah kelelahan emosional, salah
satu bentuk burnout. Banyak perawat meninggalkan pekerjaannya di
lembaga pelayanan kesehatan karena adanya ketidaknyamanan kerja
dan perawat yang terpaksa tetap bekerja berhadapan dengan stress
dan burnout (Jackson, Firtko, & Edenborough, 2007).
Kelebihan buku Kelebihan buku ini yaitu didalamnya memuat pendapat-pendapat para
ahli. Penjelasan didalamnya juga dilengkapi dengan contoh yang
dapat membantu pembaca dalam memahami isi penjelasan. Diakhir
bab disertai kesimpulan sehingga pembaca dapat mereview materi
pada bab itu dengan baik.

Kekurangan .-
Buku
Text Book II

Judul Healthy Nurse : Napping Sehat Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan

Kota Penerbit Jakarta

Tahun Terbit 2018

Penulis Hanny Handiyani

ISBN 978-979-456-741-8

Reviewer Khoiriyah Tri Wulandari

Tanggal Reviewer 1 Oktober 2023

Bahasa Bahasa Indonesia

Pembahasan Profesi perawat memiliki beban kerja yang cukup berat. Beban kerja
perawat terkadang belum diimbangi dengan penghargaan atau reward
yang selayaknya didapatkan oleh perawat. Intensitas kerja yang
tinggi serta jam kerja yang panjang sering kali menimbulkan stres
dan kelelahan bagi perawat. Terutama bila bertugas saat shift malam,
dimana jam kerja perawat biasanya akan lebih dari 8 jam. Kelebihan
jam juga sering terjadi pada shift pagi atau siang, terutama saat harus
menyelesaikan dokumentasi atau laporan akhir shift, menghitung
intake dan output pada pasien tertentu yang membutuhkan
pengawasan ketat, maupun melakukan tindakan yang tidak terduga
lainnya.
Tenaga kesehatan sebagai kelompok profesi yang bekerja dalam shift
merupakan kelompok pekerja yang pada umumnya mengalami
kekurangan waktu tidur malam. Suatu studi menunjukkan adanya
ancaman gangguan kesehatan bagi tenaga kesehatan yang terbiasa
bekerja hingga larut malam atau mendapat giliran shift malam.
Weaver, Stutzman, Supnet, & Olson (2016), seorang peneliti
kesehatan sekaligus presiden dari Institute for Work and Health di
Toronto, Kanada, mengatakan bahwa seseorang yang menggunakan
waktu tidurnya untuk bekerja shift dapat mengalami konflik dengan
jam biologisnya. Jam kerja yang tidak teratur dapat mempengaruhi
kesehatan dalam jangka panjang.
Salah satu risiko gangguan kesehatan yang dapat menjadi ancaman
adalah deprivasi waktu tidur. Tenaga kesehatan yang menjalankan
kerja shift, 10%-nya mengalami masalah tidur. Masalah tidur yang
paling banyak dialami seperti insomnia, mudah mengantuk, dan
mengalami kesulitan untuk tetap terjaga di tempat kerja. Samuels &
Altevogt (2006). Direktur medis dari Centre for Sleep and Human
Performance, mengatakan bahwa pekerja shift umumnya lebih sulit
tidur pada siang hari karena mengalami pertentangan dengan jam
alamiah tubuh.
Deprivasi tidur pada tenaga kesehatan dapat dicegah dengan
kemampuan napping yang berkualitas. Kemampuan tersebut diawali
dengan pemahaman yang baik tentang proses fisiologi tidur.
Pemahaman tersebut meliputi arti ilmiah tidur, fungsi tidur pada
manusia, proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh ketika dur, serta
tipe dan fase tidur normal.
Kelebihan buku Kelebihan buku ini Penjelasan didalamnya baik yang dapat
membantu pembaca dalam memahami isi penjelasan

Kekurangan Kelemahan dalam buku ini yaitu. Ada sebagian penjelasan yang
Buku
mengandung makna tersirat yang membuat pembaca harus
mengulang membaca buku tersebut.
Text Book III

Judul Introduction to Burnout at Workplace

Penerbit UB Press

Kota Malang

Tahun Terbit 2021

Penulis Agung Nugroho Adi, Armanu, Noora Fithriana

Reviewer Khoiriyah Tri Wulandari

Tanggal Reviewer 1 Oktober 2023

Pembahasan Burnout adalah suatu kondisi psikologi negatif yang berkembang


secara terus-menerus selama beberapa periode atau waktu tertentu
oleh seseorang, tetapi seseorang tersebut tidak menunjukkan perilaku
indikasi dari penyakit mental (Casserley dan Megginson, 2009).
Burnout dicirikan sebagai tindakan yang tidak disadari pada waktu
yang panjang oleh individu yang mengalaminya serta sangat
berhubungan dengan pekerjaan. Sangat penting untuk tidak
mengkaitkan burnout dengan kondisi psikologi negatif yang lain
seperti stress, sindrom kelelahan kronis, dan depresi.
Burnout adalah suatu gejala multidimensi yang dimanifestasikan
melalui kecapaian dan penurunan dalam gairah bekerja dan
cenderung menunda pekerjaan, merasa tidak efektif dalam bekerja
dan tidak cakap dalam bekerja, mengalami kurang motivasi dan
kurang komitmen dalam bekerja, dan perilaku kontraproduktif di
tempat kerja (Casserley dan Megginson, 2009).
Burnout dapat dikategorikan sebagai jenis stres kerja khusus.
Seseorang mengalami stres kerja ketika tuntutan melampaui sumber
daya adaptif yang dimiliki. Perbedaan antara kelelahan emosional
(Emotional Fatigue) dan stres kerja adalah dari sudut pandang
perspektif waktu yang lebih lama. Menurut Brill (1984), stres
mengacu pada proses adaptasi sementara, disertai dengan gejala
psikologis dan fisik. Konsep dari burnout di tempat kerja sebagai
fenomena berlanjut meluas mengarah pada profesi layanan
kemanusiaan termasuk di dalamnya adalah seseorang yang tidak
melakukan interaksi dengan orang lain yang tidak ingin
memperpanjang kontrak kerja di tempat kerja. Di samping itu,
kategori individu ini mungkin berprofesi sebagai konsultan dalam
setiap permasalahan, mentor, atau tim kreatif di pekerjaannya. Pada
kondisi profesi ini, burnout dapat didefinisikan sebagai "... sebuah
pernyataan atau kondisi tentang keletihan emosional dimana? salah
satu gangguan klinisnya berkaitan dengan bagaimana seseorang
melihat persepsi diri terhadap nilai profesi yang digeluti dan
pengabaian terhadap orientasi pencapaian diri di profesi tersebut"
(Maslach et al. 1996 dalam McCormack dan Cotter, 2013).
Kelebihan buku Kelebihan buku ini penjelasan didalamnya baik yang dapat
membantu pembaca dalam memahami isi penjelasan
Kekurangan Ada sebagian penjelasan yang mengandung makna tersirat yang
Buku
membuat pembaca harus mengulang pembaca paragraf tersebut.

Anda mungkin juga menyukai