Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP BURNOUT

SYNDROME PADA PERAWAT PELAKSANA


RUANG INTERMEDIET RSUP SANGLAH

Ni Luh Putu Dian Yunita Sari


Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bina Usada Bali
dianyunitaputu@gmail.com

ABSTRACT
Burnout syndrome is a collection of physical symptoms, psychological and destructive
mental fatigue as a result of the work that is monotonous and oppressive that found in human
service profession such as nurses. This research is including to the quantitative research model,
observational study correlation (non-experimental) type. This research was conducted on
February 24 through March 24, 2014 toward associate nurses on MS and Ratna ward of Sanglah
hospital. The total sample utilized 53 peoples with the total sampling technique. The tests are used
to determine the relationship of independent variables and the dependent variable in this study are
Kendal Tau test (p value<α, α=0,05). The results of this research are there is a significant
relationship between workload and burnout syndrome (p value=0,006, r=0.371). Based on the
result of this research, nursing department of Sanglah Hospital is expected to review the workload
proportion to the number of nurses, and provide rewards to nurses who have a good performance
and still provide motivation to other nurses too to increase the job satisfaction of nurses.

Keywords : Burnout Syndrome, Workload

LATAR BELAKANG
Burnout syndrome adalah suatu kumpulan Multinational Nurses Working in Saudi
gejala fisik, psikologis dan mental yang Arabia” menunjukkan hasil 89% staf
bersifat destruktif akibat dari kelelahan perawat mengalami emotional exhaustion,
kerja yang bersifat monoton dan menekan 42% mengalami depersonalization, dan
(Pangastiti, 2011). Burnout syndrome 71,5% mengalami low personal
memiliki tiga dimensi, yaitu emotional and accomplishment. Berdasarkan hasil survei
physical exhaustion (keterlibatan emosi dari PPNI tahun 2006, sekitar 50,9%
yang menyebabkan energi dan sumber- perawat yang bekerja di 4 propinsi di
sumber dirinya terkuras oleh satu Indonesia mengalami stres kerja, sering
pekerjaan), depersonalization (sikap dan pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena
perasaan negatif terhadap pasien atau orang beban kerja terlalu tinggi dan menyita
lain), dan perceive inadequacy of waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai
professional accomplishment (penilaian diri (Rachmawati, 2008).
negatif dan perasaan tidak puas dengan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
performa pekerjaan) (Maslach, 1993).
didapatkan bahwa perawat di ruang
Pangastiti (2011) menyatakan burnout
Medical Surgical dan ruang Ratna memiliki
syndrome banyak ditemukan pada profesi
gejala-gejala burnout seperti terlihat lesu,
yang bersifat human service seperti polisi,
kurang bersemangat, kurang perhatian
perawat, dokter, konselor, dan pekerja
terhadap pasien dan keluarganya.
sosial. penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner yang
Moreira et al (2009) pada perawat yang
berisi pernyataan tentang dimensi burnout
bekerja pada rumah sakit besar di Brasil
syndrome pada 20 orang perawat pelaksana
Selatan menunjukkan bahwa prevalensi
yang berjaga di ruang Medical Surgical dan
perawat yang mengalami burnout sebanyak
ruang Ratna, didapatkan hasil 100% dari
35,7% dari 151 responden. Al-Turki et al
responden menyatakan sering mengalami
(2010) juga melakukan penelitian terkait
keletihan secara fisik, 75% menyatakan
burnout syndrome pada perawat yang
berjudul “Burnout Syndrome among

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 87


sering mengalami keletihan secara lebih dari satu peran yang saling
emosional, 50% menyatakan sering bertentangan.
mengalami gangguan pola tidur, gangguan c. Beban Kerja
pola makan dan sakit kepala serta 50% Beban kerja merupakan intensitas
menyatakan sesekali ingin beralih ke pekerjaan yang meliputi jam kerja, jumlah
profesi selain perawat. Dari hasil individu yang harus dilayani, serta
wawancara dan pengamatan terhadap tanggung jawab yang harus dipikul.
pasien dan keluarga pasien di kedua Beban kerja secara kualitatif dilihat dari
ruangan, didapatkan hasil bahwa ada kesulitan pekerjaan tersebut untuk
beberapa perawat yang kurang sigap dalam dikerjakan.
melayani keluhan pasien, bersikap sinis, d. Dukungan
dan acuh. Hasil dari beberapa penelitian Dukungan dapat dibagi menjadi dukungan
dan studi pendahuluan tersebut dari atasan, dukungan dari keluarga, serta
menunjukkan bahwa perawat rentan dukungan dari rekan kerja.
mengalami burnout syndrome.
Beban kerja adalah frekuensi rata-rata
KAJIAN TEORITIS masing-masing jenis pekerjaan dalam
Istilah burnout pertama kali diperkenalkan jangka waktu tertentu dengan
oleh Herbert Freundenberger pada tahun memperkirakan beban kerja dari organisasi
1973. Freudenberger adalah seorang ahli dapat dilakukan berdasarkan perhitungan
psikologi klinis pada lembaga pelayanan atau pengalaman (Peraturan Pemerintah RI
sosial di New York yang menangani remaja Nomor 97 tahun 2000). Beban kerja dapat
bermasalah. Freundenberger memberi dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif
ilustrasi burnout syndrome seperti gedung dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif
yang terbakar habis yang awalnya berdiri menunjukkan adanya jumlah pekerjaan
megah dengan berbagai aktivitas di yang besar yang harus dilakukan misalnya
dalamnya dan setelah terbakar, gedung jam kerja yang tinggi, derajat tanggung
hanya tampak kerangka luarnya saja. jawab yang besar, tekanan kerja sehari-hari
Ilustrasi ini memberikan gambaran bahwa dan sebagainya. Beban kerja kualitatif
orang yang mengalami burnout syndrome menyangkut kesulitan tugas yang dihadapi.
dari luar tampak seperti biasa namun Beban kerja perawat adalah seluruh
sebenarnya terjadi masalah dalam dirinya kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh
(Pangastiti, 2011). Burnout merupakan seorang perawat selama bertugas di suatu
perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk unit pelayanan keperawatan (Marquish &
reaksi menarik diri secara psikologis dari Huston, 2000).
pekerjaan, seperti menjaga jarak dari orang
lain maupun bersikap sinis dengan mereka, Beban kerja perawat merupakan bagian dari
membolos, sering terlambat dan keinginan pengembangan tenaga perawat yang
pindah kerja sangat kuat (Pangastiti, 2011). dihitung berdasarkan jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk memberikan layanan
Faktor-faktor yang mempengaruhi burnout kepada pasien per hari (Hendianti, 2013).
syndrome secara garis besar dibagi menjadi Beban kerja perawat dipengaruhi oleh
dua yaitu, faktor eksternal dan faktor kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah
internal. Lee dan Ashfort (1996) dalam rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan
Dewanti (2010), menyebutkan bahwa ada untuk memberikan pelayanan langsung
beberapa faktor eksternal yang kepada pasien, serta banyaknya tugas
mempengaruhi burnout syndrome, yaitu: tambahan yang harus dikerjakan oleh waktu
a. Ambiguitas Peran kerjanya (Kusmiati, 2003).
Ambiguitas peran adalah keadaan
yang terjadi pada saat seorang pekerja KAJIAN EMPIRIS
tidak mengetahui apa yang harus Beban berlebih secara fisik maupun mental
dilakukan, bingung serta tidak yakin adalah berpotensi menjadi sumber stres
karena kurangnya hak-hak dan pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban
kewajiban yang dimiliki. berlebih adalah kondisi kerja, yaitu setiap
b. Konflik Peran tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat
Konflik peran adalah konflik yang mungkin secara tepat dan cermat. Penelitian
terjadi karena seseorang mengemban yang dilakukan oleh Hariyono, dkk (2009)
berjudul “Hubungan antara Beban Kerja,

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 88


Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan univariat dengan distribusi frekuensi,
Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit bivariat menggunakan uji Kendal Tau
Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta” dengan ketentuan nilai p< α (p< 0,05) berarti
dengan metode penelitian survei analitik Ha diterima yang artinya terdapat hubungan
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dengan variabel
antara beban kerja, stres kerja dan tingkat dependent.
konflik terhadap kelelahan kerja. Penelitian
ini menunjukkan hasil yaitu terdapat HASIL DAN PEMBAHASAN
hubungan yang signifikan antara beban Hasil analisis yang didapatkan adalah
kerja terhadap kelelahan kerja dengan p terdapat hubungan yang signifikan antara
value 0,000. Hariyono, dkk (2009) juga beban kerja dengan burnout
menyebutkan bahwa beban kerja yang syndromedengan nilai p value sebesar 0,006
tinggi dapat menyebabkan perawat (p value<0,05). Selain itu, sebagian besar
mengalami kejenuhan dan kelelahan. Hal responden mengalami beban kerja yang
ini akan berdampak pada penurunan tinggi yaitu 38 orang (71,7%) dan 15 orang
kualitas pelayanan yang diberikan perawat. (28,3%) mengalami beban kerja sedang.
Hasil cross tabulation menunjukkan 5 orang
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kiekkas (9,5%) responden dengan beban kerja tinggi
(2010) yang berjudul “Level and Correlates mengalami burnout syndrome berat.
of Burnout Among Orthopaedic Nurses in Rentang persentase waktu perawat
Greece” dengan desain penelitian deskriptif melakukan kegiatan produktif pada beban
untuk mengetahui tingkatan dan faktor yang kerja berat adalah 83-85%. Hal ini berarti
berhubungan dengan burnout syndrome sebanyak 38 orang dari 53 responden
pada perawat ortopedik. Penelitian ini mengerjakan kegiatan yang berkaitan
menunjukkan hasil bahwa burnout dengan pasien lebih dari 80% selama tiga
syndrome memiliki hubungan yang shift.
signifikan dengan beban kerja perawat (p
value=0,005). Kiekkas (2010) juga Beban kerja perawat dipengaruhi oleh
menyebutkan beban kerja yang tinggi banyaknya pasien yang masuk dalam satu
secara spesifik berpengaruh pada salah satu hari dan kondisi pasien atau tingkat
dimensi dari burnout syndrome yaitu ketergantungan pasien. Hal ini didukung
physical and emotional exhaustion. oleh teori yang dikemukakan oleh Gillies
Beberapa penelitian tersebut menunjukan (1998) yang menyatakan bahwa komponen
bahwa terdapat hubungan antara beban yang mempengaruhi beban kerja perawat
kerja perawat dengan burnout syndrome. antara lain banyaknya pasien yang masuk ke
dalam satu unit perawatan per hari, per
Soehartati (2005) menyatakan bahwa beban bulan serta per tahun, kondisi pasien dalam
kerja yang tinggi dapat menyebabkan satu unit perawatan atau tingkat
perawat mengalami kelelahan atau ketergantungan pasien, rata-rata pasien yang
kejenuhan yang akan menimbulkan stres menginap dalam sehari, tindakan
kerja pada perawat yang kemudian akan keperawatan yang dilakukan perawat,
berdampak pada penurunan kepuasan kerja. frekuensi masing-masing tindakan
Dewanti (2010) juga mengungkapkan keperawatan dan waktu yang diperlukan
bahwa stres kerja yang berlebihan pada untuk melakukan tindakan keperawatan.
perawat cenderung akan mengarah pada
burnout syndrome. Ruang MS dan Ruang Ratna memiliki
kapasitas pasien yang cukup banyak.Ruang
METODE PENELITIAN MS mampu menampung 34 pasien dan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 Ruang Ratna mampu menampung 38
Februari sampai dengan 24 Maret 2014 di pasien.Banyaknya pasien yang masuk setiap
Ruang Medical Surgical dan Ruang Ratna hari berdampak pada meningkatnya beban
RSUP Sanglah Denpasar. Kuisioner kerja perawat.Selain itu, pasien-pasien yang
Maslach Burnout Inventory tidak dilakukan dirawat di ruang MS dan Ruang Ratna
uji validitas dan reliabilitas karena telah sebagian besar dengan tingkat
digunakan oleh peneliti lainnya yang ketergantungan tinggi dan hanya sebagian
terbukti valid dan reliabel dengan kecil dengan tingkat ketergantungan ringan
melampirkan nilai r serta alpha Cronbach. atau sedang. Rata-rata jumlah pasien yang
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dirawat di Ruang MS pada bulan Januari

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 89


sampai dengan Maret 2014 adalah 874 orang memiliki hubungan yang signifikan dengan
sedangkan di Ruang Ratna sekitar 1005 beban kerja perawat (p value=0,005).
orang. Pasien yang dirawat di kedua ruangan Kiekkas (2010) juga menyebutkan beban
ini adalah kasus neuro, interna, bedah serta kerja yang tinggi secara spesifik
kardio dan tergolong cukup tinggi. Hasil ini berpengaruh pada salah satu dimensi dari
didukung dengan data rata-rata Bed burnout syndrome yaitu physical and
Ocupation Rate (BOR) di Ruang Ratna pada emotional exhaustion.
bulan Januari hingga Maret 2014 sebesar
86,5% sedangkan rata-rata BOR pada bulan Soehartati (2005) menyatakan bahwa beban
Januari sampai Maret 2014 di Ruang MS kerja yang tinggi dapat menyebabkan
adalah 86,3%. Standar ideal dari Depkes RI perawat mengalami kelelahan atau
(2005) untuk BOR adalah 60-85%. kejenuhan yang akan menimbulkan stres
Berdasarkan standar tersebut, BOR di kedua kerja pada perawat yang kemudian akan
ruangan ini tinggi yang berarti bahwa berdampak pada penurunan kepuasan kerja.
penggunaan kedua ruangan ini cukup tinggi. Dewanti (2010) juga mengungkapkan bahwa
Selain itu, rasio perawat dan pasien pada stres kerja yang berlebihan pada perawat
shift pagi di ruang MS adalah 1:4 (0,20) cenderung akan mengarah pada burnout
sedangkan shift sore dan malam 1:6 (0,16). syndrome.
Sedangkan menurut Douglas (1992) dalam
Wedayana (2012), apabila tingkat Tingginya beban kerja sangat
ketergantungan pasien total, rasio perawat mempengaruhi burnout syndromepada
dan pasien pada shift pagi adalah 0,36, shift perawat.Walaupun dari hasil cross
sore 0,30, dan shift malam 0,20. Hal ini tabulation sebagian besar responden dengan
menunjukkan bahwa rasio perawat dan beban kerja berat mengalami burnout
pasien di ruang Medical Surgical masih syndrome ringan, jika dibiarkan secara terus
rendah. Sedangkan rasio perawat dan pasien menerus hal ini cenderung akan
di Ruang Ratna pada shift pagi adalah 1:5 menimbulkan tingkatan burnout syndrome
(0,20) sedangkan shift sore dan malam 1:6 yang lebih berat. Hasil cross tabulation lain
(0,16). juga menunjukkan bahwa ada 5 orang
(9,5%) perawat dengan beban kerja berat
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian mengalami burnout syndrome berat.
yang dilakukan oleh Hariyono, dkk (2009) Kelelahan fisik yang terjadi secara terus
berjudul “Hubungan antara Beban Kerja, menerus dalam jangka waktu yang lama
Stres Kerja dan Tingkat Konflik dengan akan berdampak pada kelelahan psikologis.
Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Maka dari itu, hasil penelitian ini dapat
Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta” digunakan sebagai gambaran untuk
dengan metode penelitian survei analitik mempertimbangkan keseimbangan rasio
dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara perawat dan pasien sehingga beban
antara beban kerja, stres kerja dan tingkat kerja perawat dapat dikurangi serta
konflik terhadap kelelahan kerja. Penelitian mengurangi kemungkinan meningkatnya
ini menunjukkan hasil yaitu terdapat tingkatan burnout syndrome.
hubungan yang signifikan antara beban kerja
terhadap kelelahan kerja dengan p value SIMPULAN DAN SARAN
0,000. Hariyono, dkk (2009) juga Berdasarkan proporsi burnout syndrome,
menyebutkan bahwa beban kerja yang tinggi proporsi paling tinggi adalah responden
dapat menyebabkan perawat mengalami dengan tingkatan burnout syndrome ringan
kejenuhan dan kelelahan. Hal ini akan yaitu sebanyak 34 orang (64,2%). Selain
berdampak pada penurunan kualitas itu, berdasarkan proporsi beban kerja,
pelayanan yang diberikan perawat. sebagian besar responden mengalami beban
keja yang tinggi yaitu 38 orang (71,7%).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kiekkas Terdapat hubungan yang bermakna antara
(2010) yang berjudul “Level and Correlates beban kerja dengan burnout syndrome pada
of Burnout Among Orthopaedic Nurses in perawat pelaksana IRD RSUP Sanglah
Greece” dengan desain penelitian deskriptif dengan nilai p value sebesar 0,006 (p
untuk mengetahui tingkatan dan faktor yang value<0,05).
berhubungan dengan burnout syndrome
pada perawat ortopedik. Penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian ini bidang
menunjukkan hasil bahwa burnout syndrome keperawatan RSUP Sanglah diharapkan

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 90


meninjau kembali proporsi beban kerja Ilyas, Y. (2000). Perencanaan SDM Rumah
dengan jumlah perawat terutama ruangan Sakit. Depok: Pusat Kajian Ekonomi
yang memiliki kapasitas pasien yang berat Kesehatan FKM UI.
dan memberikan reward pada perawat yang
Kiekkas, P. (2010). Level and Correlates of
memiliki kinerja baik serta tetap
memberikan motivasi pada perawat lain Burnout Among Orthopaedic Nurses
sehingga dapat meningkatkan kepuasan in Greece. Journal of Orthopaedic
kerja perawat. Selain itu, perawat juga Nursin, 29(3): 2003-209.
diharapkan mampu mempertahankan Kepmenkes RI No. 834 Tahun 2010 Tentang
hubungan kerja yang baik dengan atasan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
maupun rekan kerja sehingga mampu High Care Unit (HCU) di Rumah
mengurangi stresor dalam bekerja serta
Sakit.
menyediakan waktu yang cukup untuk
beristirahat secara bergilir untuk masing- Lee, R.T. dan Ashfort, B.E. (1996). A Meta
masing perawat terkait dengan kelelahan Analytic Examination of the
fisik yang dialami. Correlates of the Three Dimension of
Job Burnout. Journal of Applied
DAFTAR PUSTAKA Psycology, 81(2): 123-133.
Al-Turki, H.A. et al. (2010). Burnout Maslach, C. (1993). Burnout: A
Syndrome Among Multinational Multidimensional Perspective, In W.
Nurses Working in Saudi Arabia. B. Schaufeli, Cicilia Maslach, and T.
Saudi Med Journal, 31(3): 313-316. Marek (Ed), Professional Burnout:
Azwar, S. (2011). Penyusunan Skala Recent Developments in Theory
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka and Research. Washington DC:
Pelajar. Taylor & Francis.
Bagaajav, A. et al. (2011). Burnout and Job Maslach, C. & Jackson, S. E. (1986).
Stress among Mongolian Doctors Maslach Burnout Inventory Manual
and Nurses. Journal of Industrial (2 Ed.). Mountain View CA:
Health, 4(1): 582–588. Consulting Psychologists Press, Inc.
Dewanti, F.R. (2010). Burnout yang Terjadi Moreira, et al. (2009). Prevalence of
pada Perawat Instalasi Gawat Burnout Syndrome in Nursing Staff In
Darurat (IGD). Skripsi tidak A Large Hospital in South of Brazil.
diterbitkan. Semarang Fakultas Medline Journal, 25(7):1559-68.
Psikologi Universitas Katolik Pangastiti, N.K. (2011). Analisis Pengaruh
Soegijapranata. Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Freudenbergar, H. J. (1977). Burnout: Burnout Pada Perawat Kesehatan Di
Occupational Hazard of The Child Rumah Sakit Jiwa. Skripsi tidak
Care Worker. Child Care. American diterbitkan. Semarang Fakultas
Psychological Assosiation 6(2): 90- Ekonomi Universitas Diponegoro.
99. Pease, E.C., & Raether, K.A. (2003). Shift
Gillies, D.A. (1994). Nursing management: Working and Well-being: A
A System Approach (Third Edition). Physiological and Psychological
Philadelphia: W.B Saunder. Analysis of Shift Workers. UW-
Gillies, D.A. (1989). Nursing Management: LJournal of Undergraduate Research
A System Approach. Philadelphia: VI.
W.B Saunder. Perry, A.G. & Potter, P.A. (2005). Buku
Hariyono, dkk. (2009). Hubungan Antara Ajar Fundamental Keperawatan:
Beban Kerja, Stres Kerja dan Konsep, Proses, dan Praktik (Volume
Tingkat Konflik dengan Kelelahan 2) (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam Pordanjani, B. et al. (2013). Evaluation of
Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. The Relationship Between Self-
Jurnal Kesmas UAD Vol.3 No.3. Esteem and Burnout in Nurses of

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 91


Hospitals of Ahvaz Jundishapur
University of Medical Sciences.
Iranian Journal Of Nursing Research
Winter, 7(27):44-51.
Rachmawati, E. (2008). 50,9 Persen
Perawat Alami Stress. Kerja.
(Online)
(http://www.kompas.com/kesehatan/
50,9 Persen Perawat Alami Stress
Kerja-Kompas Cyber Media).
Septiani, M. (2011). Hubungan Beban Kerja
Perawat dengan Penerapan
Komunikasi Terapeutik kepada
Pasien di Ruang MS RSUP Sanglah
Denpasar. Skripsi tidak diterbitkan.
Denpasar Stikes Wira Medika.
Soehartati, S. (2005). Hubungan Beban
Kerja dengan Kepuasan Kerja
Perawat Dalam Memberikan Asuhan
Keperawatan. Tesis tidak diterbitkan.
Jakarta Universitas Indonesia.
Tawale, E.N. (2011). Hubungan antara
Motivasi Kerja Perawat dengan
Kecenderungan mengalami Burnout
pada Perawat di RSUD Serui–Papua.
Insan Jurnal, Vol. 13 No. 2.
Taylor, S.E. (1999). Health Psychology (4th
Ed.). United States of America: The
Mcgraw-Hill Companies Inc.
Turki Al, H.A dkk. (2010). Burnout
Syndrome Among Multinational
Nurses Working in Saudi Arabia.
Medline Journal, 9(4):226-229.
Zawawi, J.A. (2009). Depressive Symptoms
and Their Correlates with Locus of
Control and Satisfaction with Life
among Jordanian College Students.
Europe’s Journal of Psychology,
4(2): 71-103.

Jurnal Dunia Kesehatan, Volume 5 nomor 2 92

Anda mungkin juga menyukai