Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN SHIFT KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT

INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOEGIRI LAMONGAN

Faiqoh Indah Prismayanti*, Alifin**, Suratmi***

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….


Shift kerja pada dasarnya merupakan merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada
tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore
dan malam. Seorang perawat yang bekerja di Unit Rawat Inap bisa mengalami stres kerja jika
aspek- aspek yang ada dalam pelaksanaan shift kerja seperti aspek fisiologis, psikologis, kinerja,
domestik dan sosial tidak bisa diatur dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Hubungan shift kerja dengan stres kerja pada perawat rawat inap di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Soegiri Lamongan.
Desain penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi
sebanyak 152 orang, sampel diambil 109 orang dengan tehnik Simple Random Sampling. Data
diambil menggunakan lembar kuesioner dengan Uji Spearman dan tingkat kemaknaan p = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan stres kerja
pada perawat rawat inap. Uji Spearman didapatkan p < 0,000 maka H1 diterima, artinya terdapat
hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada perawat rawat inap. Kesimpulannya terdapat
Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada perawat rawat inap di Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Soegiri Lamongan.
Melihat hasil penelitian di atas, diharapkan tenaga keperawatan khususnya perawat yang
bekerja di Unit Rawat Inap mampu mengatur pola shift kerja dengan baik sehingga stres kerja yang
timbul akibat pelaksanaan shift kerja yang buruk pada perawat rawat inap dapat teratasi dengan
baik.

Kata kunci : shift kerja, stres kerja, perawat rawat inap.

PENDAHULUAN. …… . … …. akan sangat mempengaruhi kualitas


Stres kerja dapat dialami oleh sebagian pelayanan keperawatan yang diberikan
atau bahkan hampir semua orang yang kepada pasien. Stres kerja akan berpengaruh
bekerja. Stres dapat berdampak terhadap fisik, pada kondisi fisik, psikologis dan sikap
psikologis maupun perilaku seseorang. Pada perawat (Robbins, 1998).
dasarnya ketika seorang karyawan Dari perawat Indonesia yang bekerja di
dihadapkan pada situasi yang berpotensi empat propinsi sebanyak 50.9% mengalami
menimbulkan stres, reaksi stres akan terjadi stres kerja, sering merasa pusing, lelah, tidak
(Restu Krisnata, 2007). Sebagaimana ada istirahat karena beban kerja terlalu tinggi
diketahui, setiap pekerjaan merupakan suatu dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif
beban bagi yang mengerjakan selama tenaga yang memadai. Perawat yang bekerja di
kerja dalam suatu keseimbangan atau Rumah Sakit Swasta dengan gaji yang lebih
keserasian sebaik-baiknya dengan beban dan baik mengalami stres kerja yang lebih besar
lingkungan kerja, tenaga kerja diharapkan dibandingkan perawat yang bekerja di
tetap tenang, senang, produktif, dan memikul Rumah Sakit Pemerintah dengan penghasilan
tanggung jawabnya dengan baik sehingga yang lebih rendah (PPNI, 2006). Hal ini
jauh dari keluhan stres. menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja
Tugas dan tanggung jawab bisa secara menyeluruh lebih berpengaruh
menimbulkan stres kerja pada perawat. Stres daripada faktor imbalan uang yang berdiri
yang dihadapi oleh perawat di dalam bekerja sendiri.

SURYA 1 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

Hasil penelitian Baskoro, 2008, di kesehatan fisik, mental dan social, kedua
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum mengganggu psychophysiology homeostatis
Haji Surabaya menunjukan bahwa sebagian seperti circadian rhythms, waktu tidur dan
besar perawat mengalami stres kerja ringan makan, ketiga mengurangi kemampuan kerja
pada kerja shift pagi sebanyak 47 perawat dan meningkatnya kesalahan dan kecelakaan,
(82,45%), kerja shift sore sebanyak 50 keempat menghambat hubungan sosial dan
perawat (87,71%) dan kerja shift malam keluarga; dan kelima adanya faktor resiko
sebanyak 41 perawat (71,92%), fakta ini pada saluran pencernaan, jantung dan
menunjukan perbedaan stres kerja yang pembuluh darah (Costa, 2003).
berarti (significant) antara kerja shift malam Bahkan dampak dari shift kerja terutama
dengan kerja shift pagi dan juga antara kerja shift kerja malam, selain soal biologis dan
shift malam dengan kerja shift sore. faal, kerja malam seringkali disertai reaksi
Berdasarkan hasil studi pendahuluan psikologis sebagai suatu mekanisme defensif
yang peneliti lakukan di Ruang Inap Dahlia terhadap gangguan tubuh. Akibat dari itu
RSUD Dr. Soegiri Lamongan, dari 10 keluhan-keluhan akan ditemukan relatif
responden yang dilakukan wawancara, sangat banyak pada kerja malam.
didapatkan perawat rawat inap yang shift Stres dalam pekerjaan dapat dicegah
pagi, siang, dan malam mengalami kejenuhan timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
dan kelelahan kerja yang berat dikarenakan memperoleh dampaknya yang negatif.
jadwal dinas/ shift kerja sebanyak 3 perawat Manajemen stres lebih dari sekedar
(30%), dan sebanyak 4 perawat (40%) mengatasinya, yakni belajar
mengalami kejenuhan dan kelelahan kerja menanggulanginya secara adaptif dan efektif.
sedang, dan sebanyak 3 perawat lainnya Sebagian para pengidap stres di tempat kerja
(30%) tidak merasakan kejenuhan dan akibat persaingan, sering melampiaskan
kelelahan. dengan cara bekerja lebih keras yang
Stres kerja merupakan perasaan tertekan berlebihan.
yang dialami oleh seorang pekerja dalam Idealnya kerja shift per dua hari searah
menghadapi pekerjaan yang disebabkan oleh jarum jam, misalkan dengan siklus dua hari
beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya masuk pagi, lalu dua hari masuk siang, dua
adalah faktor lingkungan, organisasi dan hari masuk malam, dan dua hari libur.
individu itu sendiri. Seseorang yang mengalami kerja gilir rawan
Sedangkan menurut Asta, 2006, stres menderita gangguan tidur. Sehingga
dapat juga disebabkan oleh faktor–faktor sebaiknya langsung tidur ketika pulang kerja,
intrinsik dalam pekerjaan. Pertama adalah dengan menjaga suasana kamar tetap gelap
tuntutan fisik antara lain kebisingan, vibrasi, dan sunyi. Sehingga dari dampak yang
dan hygiene. Kedua adalah tuntutan tugas dijelaskan diatas diharapkan shift kerja tidak
antara lain kerja shift / kerja malam, beban akan dapat menimbulkan stres kerja bagi
kerja, dan penghayatan dari resiko dan perawat.
bahaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini
Sehingga adanya stres kerja dapat adalah Apakah ada hubungan shift kerja
mengakibatkan perubahan pada perilaku dengan stres kerja perawat diruang rawat
seseorang, salah satunya dapat munurunkan inap RSUD Soegiri Lamongan?
produktivitas dan kualitas kerja. Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah untuk
pada emosi dapat menyebabkan mudah mengidentifikasi hubungan shift kerja dengan
tersinggung, atau bahkan mengakibatkan stres kerja pada perawat di ruang rawat inap
seseorang merasa harga diri rendah.
Shift dan kerja malam hari adalah kondisi METODE PENELITIAN.… … .…
yang dapat menghambat kemampuan Penelitian ini menggunakan desain
adaptasi pekerja baik dari aspek biologis penelitian analitik yaitu mencari hubungan
maupun sosial. Shift kerja malam antarvariabel. Penelitian ini perlu dilakukan
berpengaruh, pertama negatif terhadap analisis terhadap data yang dikumpulkan,

SURYA 2 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

seberapa besar hubungan antar variabel yang (2) Kelompok Jenis Kelamin
ada (Setiadi, 2007). Dengan pendekatan Tabel 2 Distribusi responden
rancangan cross sectional. Rancangan cross berdasarkan jenis kelamin
sectional merupakan rancangan penelitian tenaga keperawatan rawat
yang pengukuran atau pengamatannya inap yang bekerja di RSUD Dr.
dilakukan secara simultan pada satu saat Soegiri Lamongan bulan
(A.Aziz Alimul, 2007). September tahun 2010.

HASIL .PENELITIAN … No.


Jenis
Frekuensi
Prosentasi
1. Data Umum kelamin (%)
1) Gambaran Lokasi Penelitian 1 Laki-laki 33 41.8
Penelitian ini berlokasi di Ruang Rawat 2 Perempuan 46 58.2
Inap RSUD Dr. Soegiri Lamongan yang Jumlah 79 100.0
merupakan salah satu rumah sakit tipe B non
pendidikan di Jawa Timur yang menjadi
Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa dari
pusat pelayanan kesehatan, pendidikan
79 responden, hampir setengah responden
sekaligus penelitian. Rumah Sakit ini
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 orang
beralamatkan di Jalan Kusuma Bangsa No. 7
(41.8 %). Sedangkan sebagian besar
Lamongan dengan luas tanah 3,5 hektar.
responden berjenis kelamin perempuan
RSUD Dr. Soegiri Lamongan memiliki
sebanyak 46 orang (58.2 %).
berbagai instansi pelayanan diantaranya
instansi rawat inap, rawat jalan, IGD
(3) Kelompok Pendidikan
(Intalansi Gawat Darurat), rekam medik, dan
Tabel 3 Distribusi responden
pelayanan penunjang medik. Penelitian ini
berdasarkan pendidikan
dilakukan di Unit Rawat Inap diantaranya
tenaga keperawatan rawat
Ruang Neonatus, Paviliun Korpri, Ruang
inap yang bekerja di RSUD Dr.
Anak, Ruang Interna, Ruang Bedah, Paviliun
Soegiri Lamongan bulan
kelas III, serta Paviliun VIP.
September tahun 2010.
2) Karakteristik Responden
Prosentase
(1) Kelompok Umur No. Pendidikan Frekuensi
(%)
Tabel 1 Distribusi responden D-III
berdasarkan umur tenaga 1 79 100.0
Keperawatan
keperawatan rawat inap yang Jumlah 79 100.0
bekerja di RSUD Dr. Soegiri
Lamongan bulan September Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
tahun 2010. dari 79 responden, seluruhnya responden
adalah berpendidikan terakhir DIII
No Umur Frekuensi Prosentase (%) Keperawatan yaitu sebanyak 79 orang
(100.0 %).
1 20-30 tahun 37 46.8
2 31-40 tahun 36 45.6
3 41-50 tahun 6 7.6 (4) Kelompok Status perkawinan
Jumlah 79 100.0 Tabel 4 Distribusi responden
berdasarkan status
Dari tabel 1 dapat dijelaskan bahwa perkawinan tenaga
hampir setengah usia responden adalah usia keperawatan rawat inap yang
20- 30 tahun sebanyak 37 orang (46.8 %) dan bekerja di RSUD Dr. Soegiri
sebagian kecil usia 41 – 50 tahun sebanyak 6 Lamongan bulan September
orang (7.6 %). tahun 2010.

SURYA 3 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

Status Prosentase Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan


No. Frekuensi
perkawinan (%) bahwa hampir setengah responden yang shift
1 Belum kawin 19 21 kerjanya teratur sebanyak 34 orang (43.0 %).
2 Kawin 58 73.4 Dan responden yang shift kerjanya tidak
3 Duda/Janda 2 2.5 teratur sebagian besar sebanyak 45 orang
Jumlah 79 100.0 (57.0 %)

Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan 1) Tabel Berdasarkan Tingkat Stres Kerja


bahwa dari 79 responden, sebagian besar Pada Perawat Rawat Inap.
responden berstatus menikah sebanyak 58 Tabel 7 Distribusi Responden
orang (73.4 %) dan sebagian kecil responden Berdasarkan tingkat stres
berstatus duda/janda sebanyak 2 orang Pada Perawat Rawat Inap Di
(2.5 %). Unit Rawat Inap RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Bulan
5) Kelompok Lama Kerja September Tahun 2010
Tabel 5 Distribusi responden
berdasarkan lama kerja Prosentase
tenaga keperawatan rawat No. Stres Kerja Frekuensi
(%)
inap yang bekerja di RSUD
Dr. Soegiri Lamongan bulan 1 Ringan 10 12.7
September tahun 2010. 2 Sedang 31 39.2
3 Berat 38 48.1
Prosentase
No. Lama kerja Frekuensi
(%) Jumlah 79 100.0
1 1-5 tahun 59 77
2 6-10 tahun 14 17.7
3 > 10 tahun 6 7.6 Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan
Jumlah 79 100.0 bahwa sebagian kecil responden mengalami
tingkat stres, yaitu sebanyak 10 orang
Berdasarkan tabel 5 dapat dijelaskan (12.7 %), responden yang mengalami tingkat
bahwa dari 79 responden, sebagian besar stres berat hampir setengah responden yaitu
responden bekerja selama 1-5 tahun sebanyak 38 orang (48.1 %).
sebanyak 59 orang (77 %). Dan sebagian
kecil responden bekerja diatas 10 tahun 2) Tabel Silang Berdasarkan Hubungan
sebanyak 6 orang (7.6 %). Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada
Perawat Rawat Inap
2. Data Khusus Tabel 8 Distribusi Responden
1) Tabel Berdasarkan shift kerja pada Berdasarkan Hubungan
perawat rawat inap. Shift Kerja dengan Stres
Tabel 6 Distribusi Responden Kerja Pada Perawat Rawat
Berdasarkan shift kerja Inap Di Unit Rawat Inap
Pada Perawat Rawat Inap Di RSUD Dr. Soegiri
Unit Rawat Inap RSUD Dr. Lamongan Bulan
Soegiri Lamongan Bulan September Tahun 2010
September Tahun 2010. Shift stres kerja Jumlah
No
kerja Ringan Sedang Berat
Prosentase Teratur 10 22 2 34
No. Shift Kerja Frekuensi 1
(%) 29,4% 64,7% 5,9% 100,0%
1 Teratur 34 43.0 Tidak 0 9 36 45
2
2 Tidak teratur 45 57.0 teratur ,0% 20,0% 80,0% 100,0%
Jumlah 79 100.0 10 31 38 79
Jumlah
12,7% 39,2% 48,1% 100,0%

SURYA 4 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan mulai terlihat adanya penurunan kecepatan


bahwa responden yang shift kerjanya teratur sampai akhir hidupnya.
hampir setengah mengalami stres ringan Selain faktor umur, masa kerja,
yaitu sebanyak 10 orang (29.4%), responden pendidikan juga merupakan faktor yang
yang shift kerjanya teratur sebagian besar penting dalam bekerja. Hal ini disebabkan
mengalami stres kerja sedang yaitu sebanyak latar belakang pendidikan mencerminkan
22 orang (67%) dan responden yang shift kecerdasan dan keterampilan tertentu
kerjanya teratur sebagian kecil mengalami sehingga kesuksesan kerja dapat diperkirakan
stres kerja berat sebanyak 2 orang (5.9%). dari latar belakang pendidikan seseorang
Sedangkan shift kerjanya tidak teratur tidak yang akan berpengaruh terhadap penampilan
satupun responden yang mengalami stres kerja. Menurut As’ad, (1987) bahwa semakin
kerja ringan yaitu sebanyak 0 orang (0%), tinggi pendidikan seseorang akan semakin
responden yang shift kerjanya tidak teratur cenderung sukses dalam bekerja.
sebagian kecil mengalami stres kerja sedang Aspek demografi seperti umur dan jenis
yaitu sebanyak 9 orang (20.0%) dan kelamin banyak menyita perhatian peneliti
selebihnya adalah responden yang shift terutama dalam pengaruhnya pada shift kerja.
kerjanya tidak teratur hampir seluruhnya Harma dkk (2006) membuktikan bahwa
mengalami stres kerja berat sebanyak 36 walaupun shift berhubungan dengan tidur,
orang (80.0%). mengantuk subyektif, kinerja dan kehidupan
Hasil analisis Spearman’s Rho sosial, tetapi umur hanya berpengaruh pada
didapatkan rs = 0,934 dan p (0,000) dimana perubahan banyaknya tidur, rasa mengantuk
p<0,05 sehingga H0 diterima artinya terdapat subyektif dan kewaspadaan psikomotorik.
hubungan yang signifikan antara shift kerja Tidak ada hubungan langsung antara
dengan stres kerja pada perawat rawat inap di perbedaan umur dengan rasa mengantuk dan
Unit Rawat Inap RSD Dr. Soegiri Lamongan kinerja pada shift kerja.
bulan September tahun 2010. Dengan mempelajari berbagai teori dan
hasil penelitian yang telah diuraikan diatas,
PEMBAHASAN .… .… terbukti bahwa seseorang yang telah berumur
1. Shift Kerja lebih matang, maka dalam melaksanakan
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan shift kerja, responden akan merasakan
bahwa data yang didapat hampir setengah kebosanan dan kejenuhan.
responden yang shift kerjanya teratur Sedangkan dari hasil responden yang
sebanyak 34 orang (43.0 %). Dan responden berlatar belakang pendidikan diploma, maka
yang shift kerjanya tidak teratur sebagian cenderung semangat untuk bekerja berkurang
besar sebanyak 45 orang (57.0 %) dibandingkan dengan yang berlatar belakang
Pada umumnya tenaga kerja yang telah pendidikan lebih tinggi.
berusia, relatif tenaga fisiknya lebih terbatas Pada hasil fakta dan teori yang
dari pada tenaga kerja yang masih muda. Hal menunjukkan masa kerja seseorang, sebagian
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh besar masih bekerja kurang dari 5 tahun. Ini
Lechman dalam Rachmad Jumeidi (2007), menunjukkan bahwa seseorang masih perlu
bahwa umur merupakan salah satu faktor masa untuk menyesuaikan diri dengan
yang mempengaruhi produktivitas kerja. lingkungan kerjanya. Sehingga seseorang
Dengan bertambahnya usia, kecekatan, akan merasa nyaman dengan pekerjaan yang
kekuatan fisik dan kesehatan akan ikut dilakukan.
mengalami kemunduran. Seperti yang
dinyatakan Boring dalam Rachmad Jumeidi 2. Stres Kerja
(2007), kecepatan gerak dari berbagai Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan
gerakan tangan, jari dan kaki mencapai bahwa data yang diperoleh hampir setengah
puncak pada saat orang mencapai umur dua responden yang mengalami tingkat stres
puluhan dan dalam lima tahun berikutnya berat sebanyak 38 orang (48.1 %), dimana
sebagian besar responden berjenis kelamin

SURYA 5 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

perempuan sebanyak 46 orang (58.2 %), pekerjaan harus diatur dengan benar dalam
sebagian besar responden berstatus menikah kepribadian seseorang.
sebanyak 58 orang (73.4 %). Perempuan mempunyai kecenderungan
Stres didefinisikan sebagai mengalami stres lebih besar, dimana didalam
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang tubuh seorang perempuan terjadi perubahan
dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan hormonal. Perempuan lebih mudah
spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat merasakan perasaan bersalah, cemas,
mempengaruhi kesehatan fisik manusia peningkatan bahkan penurunan nafsu makan,
tersebut (Palupi widyastuti, 2003). gangguan tidur dan gangguan makan. Saat
Masalah perubahan hormonal sering stres perempuan lebih mudah untuk sedih,
dikaitkan dengan kecenderungan terjadinya sensitif, marah, serta mudah menangis.
stres. Ketika seseorang mengalami stres, Penurunan estrogen pada perempuan akan
jumlah cairan kimia di dalam otak berkurang. berpengaruh pada emosi. Selain perubahan
Hal itu dapat menyebabkan sel otak bekerja hormonal, karakteristik perempuan yang
lebih lambat. Cairan neurotransmitter lebih mengedepankan emosional daripada
tersebut adalah serotonin. Bila terjadi rasional. Ketika menghadapi suatu masalah,
ketidakseimbangan, akan menyebabkan stres. perempuan cenderung menggunakan
Selain serotonin, ada zat penghantar saraf perasaan.
lain yang berperan menyebabkan stres, Sedangkan pada responden yang
seperti norepineprin, dopamine, histamin, kebanyakan telah berumah tangga juga lebih
dan estrogen. Estrogen yang merupakan rentan mengalami stres kerja. Hal ini
hormon perempuan ini bertanggung jawab dikarenakan masalah yang timbul lebih
sebagai penyebab stres. Ketika jumlah banyak dan kebutuhan hidup pun semakin
estrogen menurun akan memunculkan gejala- meningkat. Sehingga pikiran seseorang pun
gejala stres bahkan sampai depresi. Di tidak hanya berfokus pada pekerjaannya,
samping itu, estrogen juga akan memberi melainkan juga dengan keluarganya.
pengaruh secara langsung timbulnya stres itu
sendiri (Badan Penelitian dan Pengembangan 3. Hubungan Shift Kerja Dengan Stres
Departemen Kesehatan RI, 2007). Kerja perawat rawat inap
Menurut Robbins (2001). ada tiga Berdasarkan hasil pengujian dengan uji
sumber utama yang dapat menyebabkan Rank Spearman’s Corelations menunjukkan
timbulnya stres yaitu faktor lingkungan, bahwa terdapat hubungan yang signifikan
faktor organisasi, dan faktor individu. Faktor (bermakna) antara shift kerja dengan stres
individu itu sendiri pada dasarnya dalam hal kerja pada perawat rawat inap di Unit Rawat
ini muncul dari dalam keluarga, masalah Inap RSUD Dr. Soegiri Lamongan dengan
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi arah korelasi yang positif artinya semakin
dari keturunan. Hubungan pribadi antara tidak teratur shift kerja maka semakin berat
keluarga yang kurang baik akan pula stres kerja pada perawat rawat inap dan
menimbulkan akibat pada pekerjaan yang sebaliknya semakin teratur shift kerja maka
akan dilakukan karena akibat tersebut dapat stres kerja akan cenderung semakin ringan.
terbawa dalam pekerjaan seseorang. Secara umum yang dimaksud dengan
Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
bagaimana seseorang tersebut dapat sebagai pengganti atau tambahan kerja siang
menghasilkan penghasilan yang cukup bagi hari sebagaimana yang biasa dilakukan.
kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan
keuangan tersebut dengan seperlunya. malam. menurut Suma’mur (1991), pada shift
Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap pagi memberikan waktu luang baik untuk
individu yang dapat menimbulkan stress kehidupan keluarga dan tidak terbatas
terletak pada watak dasar alami yang dimiliki kehidupan sosialnya. Sedangkan pada shift
oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, siang terbatas kehidupan sosial, waktu siang
gejala stress yang timbul pada tiap-tiap terbuang dan sedikit lelah. Dan pada shift

SURYA 6 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

malam lelah, kehidupan sosial terbatas, peran kehidupan di luar organisasi (seperti
kurang baik untuk kehidupan keluarga, pelecehan terhadap pasangan) dan perilaku
gangguan tidur, memberikan banyak waktu merusak diri (mengkonsumsi alkohol,
luang terbuang sehingga dapat penyalahgunaan obat-obatan).
mempengaruhi circardian rhythms, yakni Dari data diatas menunjukan bahwa
proses proses yang saling berhubungan yang seseorang yang shift kerjanya teratur yang
dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan mengalami stres ringan cenderung wajar. Ini
perubahan waktu selama 24 jam. Dengan disebabkan seseorang bisa mengelola fisik
terganggunya circardian rhythms maka akan serta emosinya dengan baik dan stabil.
terjadi dampak fisiologis pada pekerja seperti Sedangkan seseorang yang shift kerjanya
gangguan gastrointestinal, gangguan pola teratur namun mengalami stres sedang
tidur dan gangguan kesehatan lain. kemungkinan ada masalah personal yang
Stres kerja dapat terjadi karena tidak terjadi pada dirinya. Dan seseorang yang shift
adanya dukungan sosial yang mana bisa kerjanya teratur namun mengalami stres berat
berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan diperkirakan terdapat konflik dalam dirinya
maupun lingkungan keluarga. Sehingga yang menyebabkan seseorang tidak bisa
cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini mengatur stres yang terjadi pada dirinya.
disebabkan oleh tidak adanya dukungan Seseorang cenderung labil dalam mengatasi
sosial yang menyebabkan ketidaknyamanan persoalan hidupnya.
menjalankan pekerjaan dan tugasnya. Begitu Sedangkan seseorang yang shift kerjanya
pula dengan manajemen kantor yang tidak tidak teratur yang mengalami stres kerja
sehat seperti pembagian shift kerja, berat bisa disebabkan karena terganggunya
pembagian tugas kerja, dan rotasi kerja. circardian rhytmhs, tidak adanya dukungan
Maka seseorang tidak akan leluasa sosial dan masalah dalam lingkungan
menjalankan pekerjaannya yang pada pekerjaannya.
akhirnya dapat menimbulkkan stres kerja. Perlu diketahui, lingkungan adalah hal
Kahn dan Byosiere (1992) membagi yang sangat penting dalam membuat
respon individu terhadap stres menjadi 3 seseorang menjadi stres atau tidak. Dalam hal
kategori, yaitu respon fisiologikal, respon ini khususnya lingkungan kerja dan keluarga.
psikologikal, dan respon perilaku. Berbagai Agar tidak stres, maka jangan terlalu
temuan penelitian mengenai dampak stres terkungkung oleh persoalan hidup.
terhadap kesehatan fisik menunjukkan bahwa
level stres yang tinggi senantiasa diiringi
dengan masalah kesehatan badan diantaranya KESIMPULAN DAN SARAN. …
adalah tekanan darah tinggi, tingkat 1. Kesimpulan
kolesterol tinggi, bahkan dapat menyebabkan 1) Sebagian besar perawat rawat inap
sakit jantung, sakit tulang, gejala-gejala pada shift kerjanya tidak teratur
saluran pencernaan. Respon psikologikal 2) Hampir setengah perawat rawat inap
adalah respon yang berkaitan dengan mengalami stres kerja berat.
pemikiran atau perasaan, baik yang 3) Ada hubungan antara shift kerja
berhubungan dengan pekerjaan maupun tidak. dengan stres kerja perawat rawat inap
Misalnya kecemasan, depresi, ketidakpuasan di Unit Rawat Inap RSUD Dr. Soegiri
terhadap pekerjaan maupun kehidupan di luar Lamongan yang signifikan
organisasi, kelelahan, tertekan. Respon (bermakna).
perilaku adalah respon yang berkaitan 2. Saran
dengan perubahan perilaku yaitu degradasi Hasil penelitian ini dapat dijadikan
peran kerja itu sendiri (misalnya menurunnya sebagai bahan masukan dalam menerapkan
performance), perilaku agresif ketika bekerja pengetahuan tentang hubungan shift kerja
(mencuri, melukai orang lain baik secara dengan stres kerja pada perawat rawat inap
verbal maupun non verbal, menyebarkan sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan
rumor dan sebagainya), degradasi terhadap

SURYA 7 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

sebagai sumbangan ilmu pengetahuan September 2010.


sebagai pendukung teori yang sudah ada.
Diharapkan dengan penelitian ini profesi Baskoro, Rosdarmawan Tri Wisnu. (2008).
keperawatan dapat berkembang menjadi Perbedaan Tingkat Stress Kerja Perawat
profesi yang lebih diperhitungkan oleh Antar Kerja Gilir. Surabaya. Skripsi :
profesi lainnya. Hasil penelitian ini dapatkan FKM Unair.
dijadikan sebagai bahan masukkan dalam
menerapkan pengetahuan tentang hubungan Biro Penelitian dan Pengabdian kepada
shift kerja dengan stres kerja pada perawat Masyarakat (BPPM). (2009). Buku
rawat inap, sehingga hasil penelitian ini dapat Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
dijadikan sebagai sumbangan terhadap (KTI)/ Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu
profesi keperawatan. Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah
Dengan pengetahuan dan pengalaman Lamongan. Lamongan : Stikes
yang telah didapatkan, diharapkan perawat Muhammadiyah.
rawat inap lebih dapat mengontrol emosi dan
perilakunya dan dapat terhindar dari Cooper, Cary dan Alison Straw. (1995).
terjadinya komplikasi-komplikasi lebih lanjut. Stress Management Yang Sukses. Jakarta :
Selain itu juga diharapkan dapat memberikan Kesain Blanc.
masukkan bagi tenaga keperawatan pada
umumnya agar dapat mengantisipasi gejala Deranto. (2007). Perbedaan Kelelahan
stres kerja lebih dini. Subyektif Antara Tenaga Kerja Shift Pagi
Hasil penelitian ini dapat menjadi dan Malam. Surabaya. Skripsi : FKM
perhatian bagi pemerintah untuk menilai Unair.
keadaan kesehatan tenaga keperawatan dalam
hal mengatur shift kerja dan manajemen stres Effendi, Juana. (2009). Pengaruh Shift Kerja
yang baik. Terhadap Kepuasan Kerja.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan http://juanasari.blogspot.com. Diakses
sebagai bahan masukkan dalam menerapkan Tanggal 01 Mei 2010.
pengetahuan tentang hubungan shift kerja
dengan stres kerja pada perawat rawat inap Farihatunniswah, Ani. (2010). Tugas
dengan cara mengatur shift kerja khususnya Perilaku Organisasi Stres Kerja
pada perawat rawat inap agar tidak terjadi http://rihkha.blogspot com/. Diakses
keadaan stres kerja dan diikuti dengan tanggal 04 Maret 2010.
manajemen stres yang baik. Selain itu juga
dapat memfasilitasi adanya perkumpulan Gustiarti, Leila. (2002). Stres dan Kepuasan
perawat rawat inap yang didalamnya terdapat Kerja. Skripsi : Fakultas Kedokteran
kegiatan yang bisa memanajemeni stres Program Studi Psikologi Universitas
seperti olah raga bersama dan sharing antar Sumatera Utara.
perawat.
Hidayat, A.Aziz Alimul. (2007). Riset
. . .DAFTAR PUSTAKA . . . keperawatan dan Teknik Penulisan
As’ad, M., (1987). Psikologi Industri. Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Yogyakarta : Liberty.

Aryoe. (2009). Pengertian Perawat dan Bidan. Joedi. (2009). Konsep Dasar Keperawatan.
www.ryoebangetzone.com. Diakses www.joenurse.com. Diakses Tanggal 01
Tanggal 01 Mei 2010. Mei 2010

Badan Penelitian dan Pengembangan Kahn, R. L. & Byosiere, P. (1992). Stress in


Departemen Kesehatan RI. (2007). stres organization. Palo Alto, CA: Consulting
www.bppm.com. Diakses tanggal 18 Psychologist Press.

SURYA 8 Vol.03, No.VII, Des 2010


Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat

Kompas. (2009). Resiko kerja malam hari. Sugiyono. (2006). Statistika untuk Penelitian.
http://kesehatan.kompas.com/. Diakses Bandung :Alfabeta.
tanggal 03 Maret 2010.
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur
Lientje Setyawati Maurits, Imam Djati Penelitian Suatu Pendekatan Praktik;
Widodo. (2008). Faktor dan Penjadualan cetakan 13. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Shift Kerja. http://journal.uii.ac.id/.
Diakses tanggal 04 maret 2010. Suma’mur, P.K.(1991). Higene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : CV. Haji
Margiati, lulus. (1999). Stres Kerja : Latar Masagung.
Belakang Penyebab Dan Alternatif
Pemecahannya. Jurnal Masyarakat, Sunyoto, Munandar Ashar. (2001). Psikologi
Kebudayaan Dan Politik. Surabaya : Industri Dan Organisasi. Jakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Universitas Airlangga.
Syam¸Rachmad Jumeidi . (2007). Analisis
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Pengaturan Shift Kerja yang Tepat untuk
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Menjaga Kestabilan Performansi Kerja
Jakarta : Salemba Medika. Karyawan dengan Menggunakan
PsychoPhysiology Method. Yogyakarta.
Prasadja, Andreas. (2009). Risiko Kerja Tugas Akhir : FTI UII.
Malam Hari.
http://sleepclinicjakarta.com/. Diakses Tawi, Mirzal. (2008). Hak Pasien
tanggal 03 Maret 2010. dan Perawat.
Qauliyah, Asta. (2006). Stres pada saat http://syehaceh.wordpress.com. Diakses
bekerja. http://astaqauliyah.com/. tanggal 27 April 2010.
Diakses tanggal 03 Maret 2010.
Wahyuningsih. (2003). Perbedaan kelelahan
Restanti, Anggraini. (2008). Stres Kerja kerja subyektif antara perawat shift pagi
Pada Tenaga Keperawatan di UGD. dan malam. Surabaya. Skripsi : FKM
Surabaya. Skripsi : FKM Unair. Unair.

Sari, Novita. (2006). Hubungan Motivasi dan Widyastuti, Palupi. (2003). Manajemen
Kinerja terhadap Stress. Jakarta : EGC
Stres.Http://www.damandiri.or.id/.
Diakses Tanggal 03 Maret 2010. Yosep, Iyus. (2005). Tanggung Jawab
(Responsibility) dan Tanggung Gugat
Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi (Accountability) Perawat dalam Sudut
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Pandang Etik.
Cipta http://resources.unpad.ac.id/. Diakses
tanggal 4 maret 2010.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

SURYA 9 Vol.03, No.VII, Des 2010

Anda mungkin juga menyukai