Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT

PAGI, SORE DAN MALAM PADA PERAWAT RAWAT


INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BANYUDONO BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

TAZKIA IKRIMADHANI
J410131021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM
PADA PERAWAT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO
BOYOLALI
Tazkia Ikrimadhani*, Tarwaka**, Kusuma Estu W***

*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS,
***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS

ABSTRAK
Shift kerja adalah pengaturan jam kerja oleh suatu tempat kerja untuk mengerjakan sesuatu yang
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Stres kerja merupakan respon emosional dan fisik
yang bersifat mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan
kapabilitas, sumber daya atau keinginan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan tingkat stres kerja anatar shift pagi, sore dan malam pada perawat rawat inap di RSUD
Banyudono Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat rawat inap di RSUD
Banyudono Boyolali yang berjumlah 38 perawat. Teknik pengambilan sampel menggunakan total
sampling. Analisis menggunakan Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan
tingkat stres kerja antara shift pagi, sore dan malam pada perawat rawat inap di RSUD Banyudono
Boyolali p value = 0,036 dengan tingkat stres tertinggi pada shift malam dengan nilai mean rank
sebesar 66,91. Disarankan adanya perbaikan pengelolaan jam kerja seperti menambah jam kerja
pada shift sore yang hanya 6 jam sehingga perawat pada shift malam tidak berjaga selama 11,5 jam.

Kata kunci : Shift Kerja, Stres Kerja, Perawat

ABSTRACT
Shift work is the arrangement of working hours by a workplace to do something that is usually divided into
work in the morning, evening and night. Occupational stress is emotional and physical response that is
distracting or detrimental to that occur when the demands of the task do not match with the capabilities,
resource or desire of workers. This study aim to know the difference between the levels of occupational
stress shift in the morning, evening and night on Inpatient nurses in RSUD Banyudono Boyolali. This study
uses analiytic observational method with crosssectional approach. The population in this study are all
nurses of inpatient room in the hospital Banyudono Boyolali which is totally 38
nurses. Sampling technique uses total sampling. Using the Kruskal-Wallis analysis indicates that there are
significant differences between level of occupational stress shift in the morning, evening and night
on Inpatient nurses in RSUD Banyudono Boyolali with p value = 0,036 on highest stress levels at night
shift , meanwhile the value of the mean rank is 66,91. It is recommended the improvement of the
management of working hours such as adding working hours on the afternoon shift only 6 hours in order to
the nurses on night shift was not just for 11,5 hours.

Key words : Shift Work, Occupational Stress, Nurse

Fakultas Ilmu Kesehatan 1


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

PENDAHULUAN tekanan tenggang waktu, beban kerja


berlebih, partisipasi rendah, tanggung
Rumah sakit merupakan salah jawab yang besar, perkembangan karir
satu tempat kerja yang berpotensi tidak jelas, gaji atau honor rendah, waktu
menimbulkan bahaya. Rumah sakit di kerja, tidak ada keamanan pekerjaan dan
Amerika Serikat mencatat rata-rata 6,8 pelecehan seksual atau psikologi.
cedera atau kecelakaan yang berhubungan Menurut Roberts dalam European
dengan pekerjaan dan penyakit untuk Agency for Safety and Health at Work
setiap 100 karyawan penuh pada tahun (2002), dampak yang ditimbulkan akibat
2011, hal ini hampir dua kali lipat untuk stres yang berhubungan dengan pekerjaan
industri swasta secara keseluruhan (OSHA, dapat menyebabkan kelelahan, kecemasan,
2013). panik, berkeringat dan tremor. Hal ini
Data survei Self-reported Work- dapat menyebabkan gangguan tubuh untuk
related Illness (SWI) dalam European rileks, gangguan nafsu makan, pola tidur
Agency For Safety an Health at Work yang terganggu, perasaan tertekan dan
(2009) pada tahun 2004 menunjukkan stres juga dapat meningkatkan seseorang
bahwa perawat memiliki prevalensi stres rentan untuk terkena gangguan mental,
tinggi yang berhubungan dengan penyakit jantung dan beberapa gangguan
pekerjaan. Menurut The Daily (2007) kulit.
menemukan bahwa dua pertiga, atau 67% Shift kerja merupakan salah satu
dari kepala perawat dan supervisor perawat faktor terjadinya stres kerja. Menurut Hart,
dilaporkan mengalami stres kerja yang 2001 (dalam Caruso, 2013) shift kerja dan
tinggi dari pekerjaan pelayanan kesehatan. waktu kerja yang panjang menjadi alasan
Bahkan ketika pengaruh luar pekerjaan utama untuk meninggalkan profesi
diperhitungkan, perawat dan dokter secara perawat. Studi terbaru oleh American
signifikan lebih mungkin untuk terkena Nurses Association (2011), 74% dari
stres kerja yang tinggi dari semua petugas perawat yang pertama dikatakan adalah
kesehatan lainnya. tentang kekhawatiran mereka mengenai
Menurut Dewi dalam dampak yang akut maupun kronis dari efek
Wahyuningsih (2011) pekerjaan yang stres dan terlalu banyak pekerjaan.
menumpuk, deadline dan tekanan kerja Berdasarkan hasil penelitian
merupakan salah satu penyebab terjadinya Widyasrini (2013) menunjukkan adanya
stres pada pekerja. Berdasarkan beberapa pengaruh yang signifikan antara shift kerja
penelitian yang dilakukan di perusahaan terhadap tingkat stres kerja pada perawat
seluruh Indonesia, ada sekitar 15-30 persen rawat inap Rumah Sakit Ortopedi
pekerja yang pernah mengalami masalah Prof.Dr.R.Soeharso. Hasil penelitian
kesehatan jiwa, baik dari keluhan ringan Rishapati (2013) juga menunjukkan
sampai yang menyebabkan penyakit. Ada adanya perbedaan tingkat stres akibat kerja
multi faktor yang menyebabkan masalah antara shift pagi, siang dan malam pada
kesehatan jiwa pada pekerja, antara lain perawat bagian kelas III di Rumah Sakit
merupakan gabungan antara stres pada Dr. Moewardi.
pekerjaan, keluarga dan lingkungan. Berdasarkan survei
Pemicu stres yang paling banyak dirasakan pendahuluan yang dilakukan di RSUD
pekerja dari pekerjaannya antara lain Banyudono pada bulan Desember 2014

Fakultas Ilmu Kesehatan 2


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

didapat data jumlah seluruh perawat yang Analisis bivariat dilakukan untuk
masuk shift kerja di bangsal rawat inap mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
yaitu 38 orang dengan pembagian shift signifikan antara tiga kelompok penelitia
kerja menjadi 3 kelompok yaitu shift pagi menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan
jam 07.30-14.00 WIB, shift sore jam derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Jika
14.00-20.00 WIB, dan shift malam jam nilai p ≤0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima
20.00-07.30 WIB. yang berarti terdapat perbedaan.
Dari hasil wawancara dengan 5
orang perawat mengenai shift 60% HASIL
diantaranya merasakan beban yang paling A. Karakteristik Responden
berat yaitu pada shift malam karena 1. Jenis Kelamin
mengantuk, merasa repot jika ada rujukan Distribusi responden perempuan
pasien ke rumah sakit lain, harus sebanyak 34 orang (89,5%) lebih
meninggalkan keluarga serta waktu untuk banyak daripada responden laki-laki
beristirahat berkurang. Keluhan lain yang yang hanya 4 orang (10,5%).
dirasakan seperti lingkungan kerja yang 2. Umur
kurang nyaman, merasa bosan, manajemen Rata-rata umur responden adalah 33
yang kurang baik dan kurangnya perhatian tahun dengan umur minimal 27
dari atasan. tahun dan umur maksimal 41 tahun.
Mayoritas responden berumur
METODE sekitar 31-35 tahun.
3. Pendidikan
Jenis penelitian yang dilakukan Proporsi tingkat pendidikan
adalah penelitian kuantitatif dengan responden yang paling banyak
metode observasional analitik dan adalah lulusan D3 yaitu sebanyak 34
menggunakan pendekatan cross sectional. (89,5%) perawat dan lulusan S1
Lokasi penelitian ini adalah di RSUD sebanyak 4 (11,4%) perawat.
Banyudono Boyolali yang dilaksanakan 4. Masa Kerja
pada bulan Maret 2015. Distribusi responden berdasarkan
Populasi dalam penelitian ini masa kerja paling banyak yaitu 20
adalah seluruh perawat yang bertugas pada orang (52,6%) dengan masa kerja 6-
shift bangsal Kenanga, Dahlia, Mawar, 10 tahun dan paling sedikit 1 orang
Anggrek dan Melati di RSUD Banyudono (2,7%) dengan masa kerja 16-20
Boyolali dengan jumlah 38 perawat. tahun. Rata-rata masa kerja perawat
Teknik pengambilan sampel pada RSUD Banyudono adalah 8±3,6
penelitian ini menggunakan teknik total tahun.
sampling, dimana seluruh jumlah populasi 5. Status Pernikahan
dijadikan sampel sehingga jumlah sampel Responden yang sudah menikah
yang digunakan yaitu 38 orang perawat sebanyak 36 orang (94,7%) lebih
yang akan dibagi menjadi 3 kelompok banyak daripada yang belum
yaitu shift A yang terdiri dari 13 perawat, menikah yang hanya 2 orang
shift B 13 perawat dan shift C 12 perawat, (5,3%).
dimana setiap shift akan dikenai tiga kali
post test yaitu saat bekerja shift pagi, sore
dan malam.

Fakultas Ilmu Kesehatan 3


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

6. Beban Kerja dibandingkan dengan shift pagi dan sore.


a. Pada shift pagi perawat yang Sedangkan nilai p value sebesar 0,036
mengalami beban kerja ringan (0,036 ≤ 0,05) maka dapat disimpulkan
yaitu 37 (97,4%) perawat dan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
perawat yang mengalami beban tingkat stres kerja antara shift pagi, sore
kerja sedang 1 (2,6%). dan malam.
b. Sedangkan untuk shift sore dan
malam 38 (100%) perawat C. Pembahasan
mengalami beban kerja ringan.
7. Tingkat stres 1. Jenis Kelamin
a. Shift pagi yang mengalami Hasil penelitian menunjukkan
tingkat stres ringan sebanyak 17 bahwa sebagian besar perawat di
(44,7%) perawat, tingkat stres bangsal Kenanga, Melati, Mawar,
sedang 19 (50%) perawat, Anggrek dan Dahlia berjenis kelamin
tingkat stres berat sebanyak 2 perempuan (89,5%) lebih banyak
(5,3%) perawat. daripada perawat laki-laki (10,5%).
b. Shift sore yang mengalami Menurut Sarwono (2006) baik laki-laki
tingkat stres ringan sebanyak 23 maupun perempuan dapat mengalami
(60,5%) perawat, tingkat stres stres, tetapi diduga lebih banyak wanita
sedang 13 (34,2%) perawat, daripada pria yang mengalami stres.
tingkat stres berat sebanyak 2 Kejadian stres pada wanita dapat
(5,3%) perawat. muncul akibat kewanitaannya secara
c. Shift malam yang mengalami umum sebagai akibat sampingan dari
tingkat stres ringan sebanyak 13 keadaan dan perubahan biologis,
(34,2%) perawat, tingkat stres psikologis dan sosialnya.
sedang 18 (47,4%) perawat, Teori diatas sesuai dengan
tingkat stres berat sebanyak 7 penelitian Russeng, dkk (2007) hasil
(18,4%) perawat. penelitian menunjukkan bahwa
perempuan cenderung mengalami stres
kerja lebih besar daripada laki-laki,
B. Analisis Bivariat karena perempuan memiliki emosi yang
Tabel 1. Hasil Uji Statistik Kruskal- wallis lebih meledak-ledak daripada laki-laki.
Hal yang sama ditunjukkan oleh
Shift Mean Rank P Value
penelitian Puteri (2009) yang
Kerja
menyimpulkan bahwa perempuan lebih
Pagi 56,18 banyak mengalami stres daripada laki-
laki, karena adanya konflik peran yang
Sore 49,41 0,036 lebih dirasakan oleh kaum perempuan
daripada laki-laki.
Malam 66,91 Pendapat tersebut memiliki
perbedaan dengan hasil penelitian
Tabel 1 menunjukkan hasil uji statistik
Gobel (2013), menunjukkan bahwa
Kruskal-Wallis dengan mean rank sebesar
tidak terdapat hubungan jenis kelamin
shift pagi 56,18, shift sore 49,41 dan shift
dengan kejadian stres.
malam 66,91. Dari hasil tersebut shift
malam memiliki nilai yang lebih tinggi
Fakultas Ilmu Kesehatan 4
Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

2. Umur sebagian besar tingkat stres kerja


Hasil uji karakteristik responden adalah sedang dan ringan.
penelitian berdasarkan umur perawat
didapatkan rata-rata berumur 33±4 3. Pendidikan
tahun. Menurut Kemenkes RI (2013), Hasil penelitian karakteristik
usia produktif yaitu antara 15-59 tahun, responden menurut pendidikan
sehingga umur responden antara 27-41 didapatkan 34 (89,5%) perawat adalah
tahun masih termasuk usia kerja lulusan D3 dan 4 (10,5%) perawat
produktif. lulusan S1. Aiska (2014)
Menurut penelitian Gobel (2013), menyimpulkan bahwa tingkat
umur tidak berhubungan dengan stres. pendidikan tidak berpengaruh
Usia tidak menjadi faktor penyebab terhadap tingkat stres kerja. Tingkat
stres, karena stres itu dapat terjadi pada pendidikan berhubungan dengan peran
perawat usia berapapun. Stres lebih penting dalam perkembangan individu
tergantung pada manajemen stres tiap bukan dengan stres kerja. Hal yang
individu. Hasil penelitian Ismafiaty sama ditunjukkan oleh penelitian
(2011) juga menunjukkan hal yang Ismafiaty (2011) menunjukkan bahwa
sama bahwa usia tidak ada tidak ada hubungan yang bermakna
hubungannya dengan stres kerja, karena antara pendidikan dan stres kerja yang
kedewasaan seseorang dalam dialami oleh perawat.
menanggulangi stres kerja tidak dilihat
dari usia, tetapi dari pengalaman yang 4. Masa Kerja
didapatkan. Hasil uji karakteristik responden
Hasil yang berbeda ditunjukkan penelitian berdasarkan masa kerja rata-
pada penelitian Russeng,dkk (2007) rata 8±3,6 tahun. Menurut penelitian
bahwa stres pada perawat yang Russeng,dkk (2007) hasil penelitian
berumur di bawah 40 tahun lebih menyimpulkan bahwa pada awal
banyak mengalami stres daripada bekerja perawat memiliki stres kerja
perawat yang berumur di atas 40 tahun. yang lebih tinggi dan semakin menurun
Perawat yang berada pada kelompok seiring bertambahnya waktu secara
umur 41-50 tahun dapat dikatakan bertahap lima atau sepuluh tahun.
lebih memiliki kemampuan untuk Semakin lama seseorang bekerja, akan
mengendalikan stres. Hal yang sama semakin terampil dalam melaksanakan
ditunjukkan oleh penelitian Revalica pekerjaannya. Selain itu, pekerja yang
(2012), bahwa ada hubungan antara memiliki masa kerja yang lebih lama
usia dengan stres kerja pada perawat di adalah kelompok kerja yang cenderung
Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. mudah melakukan tuntutan terhadap
Perawat yang berusia 20-25 tahun lebih pihak manajemen. Seseorang yang
banyak mengalami tingkat stres kerja sudah lama mengabdi kepada
sangat tinggi dan tinggi daripada organisasi memiliki tingkat kepuasan
perawat yang berusia 25-30 tahun, 31- yang tinggi, sehingga stres yang
35 tahun, 36-40 tahun, dan > 40 tahun. dialami semakin turun.
Perawat yang berusia 25-30 tahun, 31- Berbeda dengan pendapat di atas,
35 tahun, 36-40 tahun, dan >40 tahun menurut penelitian Puteri (2009) stres
kerja dialami pada kelompok yang
masa kerjanya > 9 tahun. Hal ini
Fakultas Ilmu Kesehatan 5
Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

dikarenakan semakin lama masa kerja rumah tangga. Sedangkan yang


seseorang semakin besar peluang orang berjenis kelamin laki-laki dituntut
tersebut untuk mengalami stres. untuk bekerja lebih keras, sehingga
Penyebab stres adalah pekerjaan yang kecenderungan terjadinya stres
monoton, berulang-ulang, terus semakin besar.
menerus setiap hari dikerjakan pada
waktu yang cukup lama yang pada 6. Beban Kerja
akhirnya menimbulkan kejenuhan dan Berdasarkan hasil penelitian
kebosanan yang dihadapi perawat diperoleh data rata-rata perawat
dalam menghadapi pekerjaan. mengalami beban kerja ringan yaitu
sebanyak 37 (97,4%) perawat dan
5. Status Pernikahan beban kerja sedang 1 (2,6%) perawat,
Hasil penelitian menunjukkan sedangkan untuk beban kerja berat
bahwa dari 38 perawat yang sudah tidak ada. Penelitian Haryanti (2013)
menikah yaitu sebanyak 36 (94,7%) menunjukkan bahwa terdapat
perawat dan yang belum menikah hubungan antara beban kerja dengan
sebanyak 2 (5,3%) perawat. Penelitian stres kerja perawat. Hasil penelitian
yang dilakukan Ismafiaty (2011) yang sama juga ditunjukkan oleh
terlihat bahwa lebih banyak perawat penelitian Mahwidi (2010) yang
yang sudah kawin mengalami stres menyimpulkan bahwa terdapat
kerja jika dibandingkan dengan pengaruh beban kerja fisik (subyektif)
perawat yang tidak kawin. Hal ini dan beban kerja mental (subyektif)
dapat terjadi karena status perkawinan terhadap stres kerja pada perawat.
kawin lebih banyak masalah yang Beban kerja perawat rawat inap
dihadapi di rumah tangga dibandingkan RSUD Banyudono hampir sama yaitu
dengan status perkawinan tidak kawin, melakukan kegiatan yang
sehingga pada waktu melaksanakan dilaksanakan berpusat pada pasien,
pekerjaan sering terganggu akan meliputi pemberian obat-obatan,
pikiran-pikiran di luar pekerjaan yang kebersihan pasien, membantu
berakibat pada kurangnya konsentrasi kebutuhan nutrisi, komunikasi,
dalam melaksanakan pekerjaan yang membantu visit dokter dan merujuk
akhirnya dapat menimbulkan stres pasien. Kegiatan tersebut masih bisa
kerja pada perawat. Status perkawinan ditangani oleh perawat karena pada
bisa mempengaruhi secara positif saat penelitian dilakukan pasien rawat
maupun negatif terhadap perilaku inap tidak terlalu banyak dan pasien
seseorang, karena hal ini tergantung dalam keadaan tenang sehingga tidak
bagaimana seseorang menilai suatu mengganggu pekerjaan perawat yang
masalah. lain.
Penelitian Russeng,dkk (2007) 7. Tingkat stres
juga menunjukkan hasil yang sama Berdasarkan hasil penelitian
bahwa perawat yang telah berstatus diketahui bahwa perawat shift sore
kawin lebih banyak mengalami stres. lebih banyak mengalami stres ringan
Perawat yang berstatus kawin terutama yaitu sebanyak 23 (60,5%) perawat,
yang berjenis kelamin perempuan akan perawat shift pagi merasakan tingkat
memiliki peran ganda yaitu di dalam stres sedang yaitu sebanyak 19 (50%)
pekerjaannya dan di rumah sebagai ibu
Fakultas Ilmu Kesehatan 6
Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

perawat dan yang cenderung menunjukkan bahwa adanya


mengalami stres berat yaitu pada shift perbedaan tingkat stres antara shift
malam yaitu sebanyak 7 (18,4%) pagi, sore dan malam. Hasil ini sesuai
perawat. dengan penelitian Rishapati (2013)
Stres didefinisikan sebagai yang menyimpulkan bahwa terdapat
ketidakmampuan mengatasi ancaman perbedaan stres akibat kerja antara
yang dihadapi oleh manusia secara shift pagi, siang dan malam dengan
mental, fisik, emosional dan spiritual nilai signifikan p (value) = 0,000 yang
manusia tersebut (Widyastuti, 2004). artinya nilai p (value) < 0,05.
Masalah perubahan hormonal sering Penelitian Prismayanti (2010)
dikaitkan dengan kecenderungan menunjukkan bahwa terdapat
terjadinya stres. Ketika seseorang hubungan yang signifikan (p<0,000)
mengalami stres, jumlah cairan kimia antara shift kerja dengan stres kerja
di dalam otak berkurang. Cairan kimia pada perawat rawat inap dengan arah
tersebut adalah serotoin. Hal itu dapat korelasi yang positif, artinya semakin
menyebabkan sel otak bekerja lebih tidak teratur shift kerja maka semakin
lambat. Bila terjadi berat pula stres kerja pada perawat
ketidakseimbangan akan rawat inap dan sebaliknya semakin
menyebabkan stres. Selain serotonin teratur shift kerja maka stres kerja
ada zat penghantar saraf lain yang akan cenderung semakin ringan.
berperan menyebabkan stres, seperti Penelitian Widyasrini (2013)
norepineprin, dopamine, histamin, dan menyimpulkan bahwa ada pengaruh
estrogen. Esterogen yang merupakan yang signifikan antara shift kerja
hormon perempuan ini bertanggung terhadap tingkat stres kerja p value =
jawab sebagai penyebab stres. Ketika 0,000 yang berarti p value 0,000 ≤
jumlah esterogen menurun akan 0,005. Hal yang sama ditunjukkan
muncul gejala-gejala stres bahkan oleh penelitian Marchelia (2014)
sampai depresi. Disamping itu, tentang stres kerja ditinjau dari shift
esterogen juga akan memberi kerja pada karyawan bahwa ada
pengaruh secara langsung terhadap perbedaan stres kerja yang signifikan
timbulnya stres itu sendiri (Badan ditinjau dari shift kerja pada karyawan
Penelitian dan Pengembangan p = 0,000 (p<0,05), dimana shift
Departemen Kesehatan RI, 2007). malam lebih tinggi tingkat stresnya
dibandingkan shift pagi dan shift
D. Analisis Perbedaan Tingkat Stres siang. Penelitian Firmana (2011)
Kerja Antara Shift Pagi, Sore, dan menyimpulkan bahwa ada hubungan
Malam antara shift kerja dan stres kerja
Hasil uji statistik menggunakan dengan nilai value atau chi square
Kruskal-Wallis berdasarkan hasil nilai 5,329 dibandingkan dengan T tabel
tertinggi tingkat stres yaitu ada pada 3,841.
shift kerja malam (66,91%), kemudian Stres kerja dapat terjadi karena
shift kerja pagi (56,18) dan shift sore tidak adanya dukungan sosial yaitu
(49,41). Hasil test statistik Kruskal- berupa dukungan dari lingkungan
Wallis diperoleh nilai sig 0,036 pekerjaan maupun lingkungan
dengan p (value) < 0,05 yang keluarga, sehingga cenderung lebih

Fakultas Ilmu Kesehatan 7


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

mudah terkena stres. Hal ini stres atau tidak, khususnya lingkungan
disebabkan oleh tidak adanya kerja dan keluarga (Prismayanti,
dukungan sosial yang menyebabkan 2010).
ketidaknyamanan dalam menjalankan
pekerjaan dan tugasnya. Penyebab lain
yaitu manajemen kantor yang tidak
sehat seperti pembagian shift kerja,
pembagian tugas kerja, dan rotasi
kerja, sehingga karyawan tidak leluasa
menjalankan pekerjaannya yang pada
akhirnya dapat menimbulkan stres
kerja. Hal yang perlu diketahui adalah
lingkungan berperan sangat penting
dalam membuat seseorang menjadi
E. SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Banyudono maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara shift pagi, sore dan malam di RSUD
Banyudono Boyolali dengan nilai p value = 0,036 yang berarti p value 0,036≤ 0,05.
2. Perawat yang bekerja pada shift malam mempunyai nilai stres kerja paling tinggi dengan
nilai rata-rata 66,91. Sedangkan nilai stres paling rendah yaitu pada perawat shift sore
dengan nilai rata-rata 49,41.
SARAN
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali
a. Sebaiknya rotasi kerja dilaksanakan sesuai jadwal agar teratur sehingga perawat jaga
tidak berturut-turut khususnya pada shift malam sehingga sistem irama sirkadian tubuh
tidak terganggu dan untuk menghindari stres kerja.
b. Sebaiknya pengelolaan jam kerja dilakukan perbaikan misalnya seperti menambah jam
kerja pada shift sore yang hanya 6 jam sehingga perawat pada shift malam tidak
berjaga selama 11,5 jam hal ini dikarenakan perawat shift sore sedikit mengalami stres
dibandingan shift malam hari.
2. Bagi Perawat
a. Perawat hendaknya beristirahat / tidur yang cukup setelah bekerja pada shift malam
dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas tidur, jangan beraktifitas berlebih di
pagi hari.
b. Upaya untuk mencegah stress kerja dapat dilakukan melalui olah raga, teknik relaksasi
atau refresing pribadi, membina hubungan interpersonal yang lebih baik dengan atasan
dan rekan kerja. Hubungan Interpersonal yang baik akan membantu perawat dalam
pencegahan terhadap stress di tempat kerja.
3. Bagi peneliti lain dapat mengembangkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi stres kerja karena hasil penelitian ini hanya untuk mengetahui perbedaan
stres kerja terhadap shift dan tidak melakukan uji perbedaan pada karakteristik responden.

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Ilmu Kesehatan 8


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

Aiska S. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Tingkat Stres Kerja Perawat
Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. [Skripsi Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan RI. 2007. Stres. Diakses: 1 April
2015.
www.bppm.com

Caruso CC. 2013. Negative Impact Of Shift Work And Long Work Hours.
Rehabilitation Nursing 2014, 39, 16-25.

European Agency For Safety And Health At Work. 2009. European Observatory Report.
Luxembourg: EASHW.

Firmana. 2011. Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Operation
PT. Newmont Nusa Tenggara Di Kabupaten Sumba Barat. KESMAS. Vol. 5. No. 1.
Januari 2011: 1-67.

Gobel SR. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di
Ruang ICU Dan UGD RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.
[Skripsi Ilmiah]. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Manado.

Haryati. 2013. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Instalasi Gawat
Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Management Keperawatan. Vol. 1 No.1.
Mei 2013, 48-56.

Ismafiaty. 2011. Hubungan Antara Strategi Koping Dan Karakteristik Perawat Denagn Stres
Kerja Di Ruang Perawatan Intensif Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Kesehatan
Kartika. Vol. 6 No. 2. 122-129

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Mahwidhi R.G. 2013. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Perawat Rawat Inap
Di RSUD DR. Soeroto Ngawi. [Skripsi Ilmiah]. Surabaya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga

Marchelia. 2014. Stres Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. Vol. 02. No. 01. Januari 2014.

Occupational Safety And Health Administration. 2013. Worker Safety In Your Hospital. U.S
Departement of Labour : OSHA.

Fakultas Ilmu Kesehatan 9


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

Prismayanti. 2010. Hubungan Shift Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soegiri Lamongan. Surya. Vol. 03. No. VII.
Desember 2010.

Puteri, RK. 2009. Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam Di Ruang Instalasi Gawat
Darurat RSUD dr. Pringadi Medan Tahun 2009. [Skripsi Ilmiah]. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.

Revalicha NS. 2012. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pada Perawat Di RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Psikologi dan Organisasi. Vol. 1. No.3, Desember 2012.
Rishapati R. 2013. Perbedaan Tingkat Stres Akibat Kerja Antara Shift Pagi, Siang, dan Malam
Pada Perawat Bagian Kelas III Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. [Skripsi
Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Sarwono. 2006. Hubungan Masa Kerja Dengan Stres Kerja Pada Pustakawan Universitas Gajah
Mada. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi. Vol. 31. No. 1, 2006.

Wahyuningsih M. 2011. 15-30 Persen Pekerja Indonesia Pernah Alami Gangguan Jiwa.
detikHealth. 19/07/2011. Diakses 18 Desember 2014.
Health.detik.com/read/2011/07/19/144258/1684381/763/15-30-persen-pekerja-pernah-
alami-gangguan-jiwa.html

Widyasrini. 2013. Pengaruh Shift Kerja Terhadap Tingkat Stres Kerja Pada Perawat Rawat
Inap Rumah Sakit Ortopedi. PROF. DR. R. Soeharso Surakarta. [Skripsi Ilmiah].
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Widyastuti P. 2004. Manajemen Stres. National Safety Council. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Fakultas Ilmu Kesehatan 10


Universitas Muhammadiya Surakarta
Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Pada Perawat Rawat Inap Di
ARTIKEL PENELITIAN Rumah Sakit Umum Daerah Banyudono Boyolali

Fakultas Ilmu Kesehatan 11


Universitas Muhammadiya Surakarta

Anda mungkin juga menyukai