PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.
operasional suatu rumah sakit yaitu sebagai pintu masuk bagi setiap
pelayanan yang beroperasi selama 24 jam. Tuntutan beban kerja yang tingi
dan tingkat stress yang tinggi tidak hanya terjadi di IGD, tetapi juga terjadi di
menyatakan bahwa ICU merupakan suatu bagian dari rumah sakit dengan staf
1
2
memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Harley (Sudarman, 2008, Hlm
seseorang karena sakit, terluka dan proses penuaan. Sedangkan dilihat dari
yang paling tinggi interaksinya dengan pasien (Sudarman, 2008, Hlm 30).
dan fungsinya dengan baik, sering kali mereka mengalami kelelahan mental
dan emosional akibat tugasnya yang harus selalu siap memberikan pelayanan
yang maksimal bagi orang lain. Hal ini, apabila tidak segera diatasi oleh
pihak rumah sakit, maka akan menguras stamina dan emosi perawat, serta
kejenuhan kerja.
yang bekerja pada rumah sakit besar di Brasil Selatan menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil survei dari PPNI tahun 2006, sekitar 50,9% perawat
3
lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita
waktu, gaji rendah tanpa insentif memadai (Rachmawati, 2008 dalam Dian
yang berhubungan dengan kejadian burnout syndrome pada perawat IGD dan
Desember 2017 di dua ruangan yaitu IGD dan ICU. Didapatkan jumlah
16 orang. Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala ruang IGD beliau
bahwa perawat tersebut ada keinginan untuk pindah ruangan karena beberapa
IGD menurut beliau sudah baik karena perawat menjalankan prosedur sesuai
SOP.
ruang IGD. 5 perawat tersebut mengatakan bosan dan lelah selama bekerja, 3
perawat beralasan karena sudah terlalu lama bekerja di IGD dan ingin pindah
ruangan dari IGD sedangkan 2 perawat beralasan beban kerja yang tinggi
sekitar 3-4 orang yang pernah mengeluh kepada beliau ada keinginan untuk
pindah ruangan dikarenakan jenuh dengan rutinitas kerja ICU yang beban
kerja yang sangat fluktuatif. Kinerja perawat di ICU baik, namun tergantung
individu masing-masing kadang ada perawat yang rajin dan ada juga yang
tidak. Beliau juga mengatakan untuk pelatihan ditahun 2017 ada sekitar 3 kali
perawat mengatakan ada persaan bosan dan lelah selama bekerja di ICU. 3
perawat beralasan karena beban kerja yang tinggi dan sudah terlalu lama
yang tidak berhasil mengatasi stres kerja sehingga dapat menyebabkan stres
kelelahan tergantung pada faktor stres pribadi dan juga stres organisasi.
(sikap dan perasaan negatif terhadap pasien atau orang lain), dan perceive
Nursalam 2016). Pangastiti (2011) dalam Dian Yunita Sari 2016 menyatakan
service salah satunya adalah perawat, karena perawat merupakan profesi yang
lingkungan yaitu terdiri dari beban kerja, stress kerja, penghargaan, control
kepemilikan, keadilan dan nilai. Apabila burnout syndrome pada perawat ini
tidak diatasi secara tepat maka akan berdampak pada kinerja perawat yang
pada perawat pelaksana di IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura”.
6
B. Rumusan Masalah
perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
teradap burnout syndrome pada perawat pelaksana di ruang IGD dan ICU
2. Tujuan Khusus
Zalecha Martapura.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
a. Bagi Penulis
IGD dan ICU dalam bekerja agar kualitas pelayanan di Rumah Sakit
TINJAUAN PUSTAKA
1. Burnout syndrome
a. Definisi
sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis
kelelahan secara fisik, emosi, dan mental karena berada dalam situasi
9
10
b. Etiologi
1) Faktor Individu
kepribadian.
a) Faktor Demografik
pendidikan.
b) Faktor kepribadian
diantaranya :
2. Perilaku tipe A
lainnya.
12
penyelesaian konflik.
terhadap pekerjaan.
burnout.
2) Faktor Lingkungan
b) Stress Kerja
c) Kontrol (Control)
d) Penghargaan (Reward)
e) Komunitas (Community)
dan burnout.
15
f) Keadilan (Fairness)
g) Nilai (Values)
Apabila terjadi konflik dalam pekerjaan, berarti
kelelahan.
c. Dimensi
2007).
1) Kelelahan emosional
2) Depersonalisasi
berharga.
adalah delapan buah yaitu pada pernyataan 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
depersonalisasi. Sedangkan pernyataan nomor 15, 16, 17, 18, 19, 20,
( X −M )
Z=
S
Keterangan :
X = Skor mentah
S = Standar deviasi
2. Karakteristik Perawat
a. Definisi
1) Usia
yang berusia lebih muda juga lebih tinggi. Tuntutan dalam diri
menjadi 2 yaitu usia muda < 30 tahun dan usia tua > 30 tahun.
2) Tingkat Pendidikan
(Mangkunegara, 2003).
3) Masa Kerja
(Pangastiti, 2011).
25
a. Definisi
tugas-tugasnya.
b. Jenis-jenis Stres
1) Eustress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat,
2) Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak
kematian.
kerja.
1) Stres Biologis
2) Stres Psikologis
lain sebagainya.
3) Stres Sosial
dengan 3 dimensi stres yaitu stres biologis, stres psikologis, dan stres
(selalu).
(tidak pernah). Jumlah skor tertinggi adalah 35x4= 140 (100%) dan
skor ini adalah 100-25= 75% , dengan 3 kategori ringan, sedang, dan
berat. Interval skor ini adalah 75/3 = 25% maka penetapan skoring
yaitu:
29
Kategori Skor
Berat 76-100%
Sedang 51-75%
Ringan 25-50%
B. Kerangka Teori
BURNOUT SYNDROME
antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti).
Dukungan
Sosial
Stres Kerja
Usia/umur Burnout
Karakteristik/demografi
Syndrome
Lama Kerja
Kepribadian
Keterangan : Diteliti
Tidak diteliti
31
32
B. Hipotesis Penelitian
korelatif.
syndrome.
burnout syndrome.
burnout syndrome.
burnout syndrome.
burnout syndrome.
burnout syndrome.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2016).
informasi yang sistematis dan akurat tentang hubungan karakteristik dan stres
kerja dengan burnout syndrome pada objek yang diteliti. Sehingga, tersaji
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di IGD
33
34
2. Sampel
3. Sampling
Sugiyono (2010) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi
1. Tempat penelitian
Selatan.
2. Waktu Penelitian
1 Identifikasi
Masalah
2
Studi Pendahuluan
3 Penyusunan
Proposal
4
Ujian Proposal
5
Ujian Etik
35
6 Pengumpulan
Data
7 Tabulasi dan
Pengolahan Data
8 Penyusunan
Laporan Hasil
9 Ujian Hasil
Penelitian
10 Penyerahan
Laporan
1. Variabel Penelitian
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Soeparto, Putra, &
ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang
2. Definisi Operasional
Tabel 4.2
Variabel, Definisi Operasional, Skala Pengukuran, dan Alat Ukur
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Kategori
Operasional
Variabel
Dependen:
1. Berat (76 -
Stres kerja - Stres biologis Kuesioner Ordinal 100%)
perawat suatu - Stres psikologis 2. Sedang (51 -
ketegangan - Stres sosial 75%)
yang 3. Ringan (25 -
mempengaruhi 50%)
proses berpikir,
emosi, dan
kondisiperawat
di IGD dan ICU
RSUD Ratu
Zalecha
Martapura.
1. Jenis Instrument
yang diadopsi dari teori maslach dalam Nursalam 2015. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar kuesioner yang meliputi data
burnout inventory (MBI) dan instumen stres kerja dari Nursalam 2016yang
bivariat menggunakan uji kendal tau dengan ketetentuan nilai p < α (p<
Zalecha Martapura.
adalahdata milik ruang IGD dan ICU berupa jumlah perawat serta
Martapura.
Zaleha Martapura
dilakukan
1. Pengolahan Data
8 pernyataan.
( X −M )
Z=
S
Keterangan :
X = Skor mentah
S = Standar deviasi
b. Variabel Karakteristik
dengan 3 dimensi stres yaitu stres biologis, stres psikologis, dan stres
4(selalu).
skor ini adalah 100-25= 75% , dengan 3 kategori ringan, sedang, dan
berat. Interval skor ini adalah 75/3 = 25% maka penetapan skoring
43
yaitu:
Kategori Skor
Berat 76-100%
Sedang 51-75%
Ringan 25-50%
a. Editing
b. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pada penelitian ini
maka langkah berikutnya adalah menyusun buku kode. Buku kode ini
c. Tabulasi Data
maknanya.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
burnout syndrome.
46
Sebaliknya apabila hasil uji statistik (p) > 0,05 maka Ho diterima
variabel dependen.
G. Etika Penelitian
berikut:
1. Informed Concent
3. Confidentiality (kerahasiaan)
47
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil riset.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Zalecha Martapura pada tanggal 9 April 2018 sampai dengan 26 Juni 2018.
diisi oleh perawat. Responden dalam penelitian ini berjumlah 39 orang yang
terdiri dari 23 perawat IGD dan 16 perawat ICU RSUD Ratu Zalecha
Martapura.
Menteri Empat Martapura. Berdiri sejak tahun 1963 namun cikal bakal rumah
Ratu Zalecha Martapura ini terletak di bagian depan sebelah kanan gedung
secara terus menerus 7 hari dalam seminggu. Jumlah tempat tidur yang
dengan syarat ICU primer serta memiliki sarana dan prasarana yang
Selatan”.
b) Misi
regional.
kejadian Burnout Syndrome perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha
a. Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi usia perawat IGD dan ICU RSUD Ratu
Zalecha Martapura tahun 2018
No. Batasan Usia Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tua (≥30 tahun) 27 69,23
2. Muda (<30 tahun) 12 30,77
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian
Tabel 5.1 menunjukkan mayoritas usia responden terbanyak yaitu
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi tingkat pendidikan perawat IGD dan ICU
RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2018
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. SPK 2 5,12
2. Perguruan Tinggi 37 94,88
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian
Tabel 5.3 menunjukkan mayoritas tingkat pendidikan responden
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi lama kerja perawat IGD dan ICU RSUD
Ratu Zalecha Martapura tahun 2018
No. Lama Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Lama (≥ 5 tahun) 29 74,35
2. Baru (< 5 tahun) 10 25,65
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian
Tabel 5.2 menunjukkan mayoritas lama kerja responden yang
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi stres kerja perawat IGD dan ICU RSUD
Ratu Zalecha Martapura tahun 2018
No. Stres Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Sedang (51% - 75%) 7 17,95
2. Ringan (25% - 50%) 32 82,05
Jumlah 39 100
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian
Tabel 5.4 menunjukkan mayoritas stres kerja responden yang
(53,95%).
mengalami burnout rendah dan tinggi yaitu sebanyak 6 orang (50%). Saat
sehingga Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan
kejadian burnout syndrome pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu
51
Zalecha Martapura. Hal ini berarti baik perawat dengan usia tua maupun
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi usia dengan kejadian burnout syndrome perawat
IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2018
Kejadian Burnout p-value
Usia Tinggi Rendah Total 2
)
(Z ≥ 0 ) (Z <0)
Tua 12 44,4% 15 55,6% 27 100%
(≥ 30 tahun) 1,000
Muda 6 50% 6 50% 12 100%
(< 30 tahun)
Jumlah 18 46,2% 21 53,8% 39 100%
ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hal ini berarti baik perawat
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi lama kerja dengan kejadian burnout syndrome
perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2018
Kejadian Burnout p-value
Lama Kerja Tinggi Rendah Total 2
)
(Z ≥ 0 ) (Z <0)
Lama 12 41,4% 17 58,6% 29 100%
(≥ 5 tahun) 0,465
Baru 6 60% 4 40% 10 100%
(< 5 tahun)
Jumlah 18 46,2% 21 53,8% 39 100%
sebanyak 17 orang (58,6%), lama kerja yang baru (< 5 tahun) juga
Exact Test adalah 0,465 dengan demikian p-value (0,465) > α (0,05)
kerja dengan kejadian burnout syndrome pada perawat IGD dan ICU
mengalami kejadian burnout yang tinggi, tetapi dari hasil uji statistic
kejadian burnout.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Stres Kerja dengan kejadian burnout syndrome
perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2018
Kejadian Burnout p-value
Stres Kerja Tinggi Rendah Total 2
)
(Z ≥ 0 ) (Z <0)
Sedang 4 57,1% 3 42,9% 7 100%
0,682
Ringan 14 43,8% 18 56,3% 32 100%
Jumlah 18 46,2% 21 53,8% 39 100%
dengan kejadian burnout syndrome pada perawat IGD dan ICU RSUD
kejadian burnout yang rendah, tetapi dari hasil uji statistic tidak
kejadian burnout.
BAB VI
PEMBAHASAN
Martapura
1. Berdasarkan Usia
Pada tabel 5.1 terlihat bahwa distribusi frekuensi usia perawat IGD
dan ICU mayoritas berada pada usia tua (≥30 tahun) sebanyak 27 orang
statistik ini dapat disimpulkan lebih dari separu populasi perawat IGD dan
baik dari pada perawat yang berusia lebih muda juga lebih tinggi.
Tuntutan dalam diri perawat yang berusia lebih tua cenderung membuat
Amerika burnout syndrome banyak dialami oleh mereka yang berada pada
syndrome.
perawat IGD dan ICU mayoritas lama kerja yang lama (≥ 5 tahun)
sebanyak 29 orang (74,35%) dan lama kerja yang baru (< 5 tahun)
dari separu pupulasi perawat IGD dan ICU memili lama kerja yang lama
≥5 tahun.
Masa bekerja adalah suatu kurun waktu atau masanya tenaga kerja
kerja yang banyak, namun pola pekerjaan perawat yang monoton dan
B. Identifikasi Stres Kerja Perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha
Martapura
Pada tabel 5.4 terlihat bahwa distribusi frekuensi stres kerja perawat
lebih dari separuh populasi perawat IGD dan ICU yang diteliti mengalami
ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik
seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya akan berakibat pada
negative yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi kerja Perawat yang
sikap yang tidak kooperatif (Hasibuan, 2012). Stres yang berlanjut dan tidak
Hasil penelitian menunjukan bahwa stress kerja perawat IGD dan ICU
stres kerja yang ringan. Hal ini didukung dari hasil rekapitulasi data jawaban
sebagian besar responden pada kuesioner stres kerja mendapat skor terendah
58
berarti, dan nomor 35 yaitu merasa tidak suka dengan pekerjaan. Hasil
populasi perawat IGD dan ICU tidak pernah merasakan hal tersebut.
Zalecha Martapura
bahwa yang lebih dari separuh populasi perawat IGD dan ICU yang diteliti
kejadian burnout rendah. Hal ini didukung oleh hasil rekapitulasi data
yaitu saya merasa frustasi dengan pekerjaan saya selama menjalani praktik
yang tidak perlu dipahami secara personal (yang penting saya bisa
59
mendapatkan kompetensi), dan nomor 13 yaitu saya tidak perduli dengan apa
bahwa lebih dari separuh populasi perawat IGD dan ICU tidak pernah
burnout rendah dikarenakan adanya dukungan dari rekan kerja dan dokter
yang baik yaitu ketika jumlah pasien menumpuk rekan kerja yang lain
Sehingga perasaan jenuh/bosan yang dialami oleh perawat tidak mudah tinggi
bahwa usia tua cenderung mengalami burnout yang rendah. Hal ini
diterima yang berarti tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian
burnout pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Larasati dan Paramita
Demografis (Usia, Jenis Kelamin dan Masa Kerja) Guru SDN Inklusi di
dan ICU, karena usia tua maupun muda sama-sama menunjukan kejadian
burnout rendah walaupun usia muda mengalami burnout rendah dan tinggi
61
yang berimbang. Hal ini karena para pekerja pemberi pelayanan di usia
dengan mereka yang berusia lebih tua. Seiring dengan pertambahan usia
pada umumnya individu menjadi lebih matang, lebih stabil, lebih teguh
itu dikarenakan faktor lain, pada usia tua lebih dari 30 tahun mayoritas
tua tidak merasa jenuh dan tidak ada keinginan untuk meninggalkan
Martapura
burnout tinggi.
diterima yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kejadian burnout pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha
perguruan tinggi dan SPK sama-sama mengalami burnout rendah. Hal ini
63
jenuh berinteraksi dengan teman sejawat maupun dokter dan tidak ada
dengan lama kerja yang baru (< 5 tahun) menunjukkan burnout tinggi, dan
responden (60%) lama kerja yang baru menunjukan burnout tinggi, dan
sehingga secara tidak langsung dapat menjadi beban dan stress yang pada
diterima yang berarti tidak ada hubungan lama kerja dengan kejadian
burnout pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Larasati dan Paramita
Demografis (Usia, Jenis Kelamin dan Masa Kerja) Guru SDN Inklusi di
IGD dan ICU RSUD Ulin Banjarmasin” yang menunjukan hasil bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja (pvalue = 0,225)
untukburnout perawat IGD dan ICU, karena dari hasil uji statistic tidak
rendah dan lama kerja yang baru cenderung mengalami burnout tinggi.
dengan masa kerja yang lama diberikan penghargaan berupa gajih yang
lebih, sehingga perawat dengan masa kerja lama akan merasa nyaman,
tidak akan merasa jenuh dan tidak ada keinginan untuk meninggalkan
dengan lingkungan baru, proses adaptasi inilah salah satu faktor lama
kerja yang baru cenderung mengalami burnout tinggi apabila individu itu
sulit beradaptasi.
66
burnout yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Novita Dian
(2012) semakin tinggi tingkat stres kerja seseorang maka semakin tinggi pula
diterima yang berarti tidak ada hubungan stres kerja dengan kejadian burnout
67
pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hal ini
Hariyono (2010) bahwa ada hubungan yang signifikan antara stress kerja
dengan nilai taraf signifikansi 0,026 < 0,05. Penelitian lain yang dilakukan
Novita Dian (2012) bahwa ada hubungan yang signifikan antara stress kerja
(0,000) dengan kejadian burnout syndrome pada perawat IGD dan ICU
RSUD Bekasi.
perawat IGD dan ICU, karena dari hasil uji statistic tidak terdapat hubungan
walaupun dari tabel tabulasi silang dapat dilihat perbedaan antara stres kerja
yang sedang cenderung mengalami burnout tinggi dan stres kerja yang ringan
cenderung mengalami burnout rendah. Hal ini dikarenakan stres kerja yang
gelisah dan tidak tenang dalam bekerja sehingga membuat resiko burnout
meningkat.
faktor dukungan sosial dari lingkungan tempat kerja yang dapat memberikan
diperoleh dari atasan, teman kerja, dan keluarga mempunyai andil besar untuk
tingkat stresnya sehingga keinginan untuk burnout juga berkurang. Hal ini
F. Keterbatan Penelitian
lain.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
69,23%.
sebesar 94,88%.
terbanyak adalah lama kerja yang lama (≥5 tahun) yaitu sebanyak 29
sebesar 82,05%.
6. Hasil uji statistik untuk variabel usia dengan kejadian burnout syndrome
bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian burnout pada
69
70
dengan kejadian burnout pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu
Zalecha Martapura.
8. Hasil uji statistik untuk variabel lama kerja dengan kejadian burnout
syndrome bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan kejadian
burnout pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura.
9. Hasil uji statistik untuk variabel stres kerja dengan kejadian burnout
syndrome bahwa tidak ada hubungan antara stres kerja dengan kejadian
burnout pada perawat IGD dan ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura.
71
B. Saran
1. Rumah sakit
memperhatikan stres kerja perawat terutama ruangan IGD dan ICU yang
memiliki beban kerja yang tinggi dari ruangan lain, untuk meminimalkan
2. Perawat
3. Peneliti selanjutnya
Almasitoh, U. H. 2011. Stres Kerja Ditinjau Dari Konflik Peran Ganda Dan
Dukungan Sosial Pada Perawat. Psiko islamika – Jurnal Psikologi Islam. No. 8
Vol.1, 63-82. Klaten :UniversitasWidya Dharma.
Azwar, S. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Dewi, Shinta Larasati & Pramesti P Paramita, 2013. Tingkat Burnout Ditinjau dari
Karakteristik Demografis (Usia, Jenis Kelamin, dan Masa Kerja) Guru SDN
Inklusi di Surabaya. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan.
Dian Yunita Sari, Ni Luh Putu 2016. Hubungan Beban Kerja, Faktor Demografi,
Locus of Control, dan Harga diri Terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat
Pelaksana Ruang Intermediet RSUP Sanglah. Di peroleh pada tanggal 9
November 2017 dari
http://binausadabali.ejurnal.info/index.php/kesehatan/article/view/23.
Hasibuan, Melayu. 2012. Managemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Bumi
Aksara, Jakarta.
Latif Dharmahari Wibowo, 2016 Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat di Instalasi
Gawat Darurat dan Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Watas
Kulon Progo. Di peroleh tanggal 13 November dari
http://repository.stikesayaniyk.ac.id/id/eprint/583.
72
73
Maslach, C., & Leiter, M. P. 2008. Early predictors of job burnout and engagement.
Journal of Applied Psychology, 93, 498-512. California: CPP
Nurhendar, Siti 2007. Pengaruh Stres Kerja dan Semangat Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Bagian Produksi CV. Aneka Ilmu Semarang.
Prestiana, Novita Dian Iva & Dewanti Purbandini. 2012. Hubungan Antara Efikasi
Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) pada
Perawat IGD dan ICU RSUD Kota Bekasi.Soul 5 diperoleh tanggal 6 Juli
2018 dari http://jurnal.unismabekasi.ac.id
Sutjipto. 2001. Burnout studi mengungkap psikologi dunia kerja. Semarang; GI gema
Insani off set.
Tri Haryadi, 2009. Pengalaman suami dan para istri pada perkawinan poligami (Studi
fenomenologis pada sebuah keluarga poligami). Fakultas
Psikologi:Universitas Indonesia.
Widodo. 2010. Perbedaan tingkat stress kerja antara perawat krtis dan perawat gawat
darurat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi