PENDAHULUAN
Stres merupakan masalah yang umum terjadi di kehidupan moderen, termasuk stress
yang berhubungan dengan pekerjaan (ILO 2016). Stres kerja adalah respon fisik dan
emosional yang berbahaya dan dapat terjadi ketika tuntutan pekerjaan yang ada melebihi
kemampuan atau control kerja yang dimiliki oleh pekerja (Alberta, 2014). Stres kerja
menjadi hal yang beresiko bagi kesehatan dan keselamatan pekerja ketika pekerjaan yang
dilakukan melebihi kapasitas, sumber daya, dan kemampuan pekerja dilakukan secara
berkanjangan. Stres kerja menjadi perhatian penting salah satunya pada pekerja sektor
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan baik didalam
maupun duluar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan perundangan.
Kepertawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat (UU No. 38 tahun 2014, tentang
keperawatan).
Dalam menjalankan tugas, perawat rentan terhadap stres. Perawat tidak hanya
berhubungan dengan pasien, juga dengan lingkungan kerja perawat. Hal yang dapat
menimbulkan stress adalah keterbatasan sumber daya manusia. Jumblah perawat dengan
jumblah pasien yang tidak seimbang akan menyebabkan kelelahan dalam bekerja karena
kebutuhan pasien terhadap pelayanan perawat lebih besar dari standar kemampuan perawat.
Kondisi ini yang akan berdampak pada keadaan psikis perawat seperti lelah, emosi, bosan,
perubahan mood dan dapat menimbulkan stres pada perawat (Saam dan wahyuni, 2012).
Indonesia yang bekerja mengalami stress kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang istirahat
akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak memadai (Revalicha, 2013).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014, di banyak Negara sebesar 8%
penyakit yang ditimbulkan akibat kerja adalah depresi. Hasil penelitian Labour Force Survey
pada tahun 2014 menemukan adanya 440.000 kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka
kejadian sebanyak 1.380 kasus per 100.000 pekerja yang mengalami stress akibat kerja. Survey
yang dilakukan oleh Ragus Asia pada tahun 2012 menyatakan 64% pekerja di Indonesia
Hasil penelitian Health and safety Executive (2015) menunjukan bahwa tenaga profeional
kesehatan, guru, dan perawat memeliki tingkat stres tertinggi dengan angka prevalensi
sebesar 2500, 2190 dan 3000 kasus/100.00 orang pekerja pada reriode 2011/12, 2013/14, dan
2014/15.
Sebuah studi cross sectional yang dilakukan pada 3 rumah sakit di wilayah Yagon,
Myanmar menunjukan bahwa 50,2% perawat memeliki tingkat stres kerja tinggi (Lwin,
2015). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan pada perawat di RSUD Prof Dr. H Aloei
Saboe Kota Gorontalo menunjukan bahwa 55,1% perawat dengan tingkat stres berat (urip,
2015). Hasil penelitian pada perawat ruang rawat inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
menunjukan bahwa 80,3% perawat memeliki tingkat stres kerja yang tinggi (Wahyu, 2015).
Tingkat stres kerja yang tinggi juga berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan,
produktivitas, dan perilaku caring perawat akan semakin rendah (Riza, 2015; Harrisma,
2013; Desima, 2013). Penurunan kinerja perawat dan adanya kecendrungan untuk
meninggalkan pekerjaan karena lelah, dapat menyebabkan bertambahnya beban kerja pada
Selain itu, stres kerja pada perawat juga berpengaruh pada kualitas pelayanan rumah
sakit. Apabila perawat mengalami stress kerja dan tidak dikelola dengan baik maka dapat
perawatan pasien dan membahayakan keselamatan pasien (Sharma, 2014; Jennings, 2008).
Hasil penelitian park (2013) menunjukan bahwa 27,9% perawat pernah melakukan kesalahan
yang dapat membahayakan membahayakan keselamatan pasien dengan stres kerja sebagai
Banyak faktor yang dapat menyebabkan stres kerja pada perawat diantaranya sift kerja
malam, konflik peran ganda, kurangnya dukungan social, konflik antara pekerjaan dan
keluarga, tuntutan tugas yang beragam dan tidak sesuai dengan kompetensi, beban kerja yang
berlabihan, kondisi kerja yang tidak nyaman, ketidakpastian pekerjaan dan tidak
seimbangnya jumblah rasio tenaga perawat dengan jumlah pasien (firman, 2011; Masitoh,
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai gerbang utama penanganan kasus kegawatan di
Rumah sakit memegang peran penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Sebagai
tenaga medis yang bertugas di IGD dituntut memberikan penanganan yang cepat dan tepat
pada penanganan pasien gawat apabila pasien tidak memndapat pertolongan segera maka
dapat mengancam jiwa pasien atau menimbulkan kecacatan permanen (Mawu,Bidjuni &
Hamel, 2016).
Berdasarkan data awal yang diambil di RSUD Piru jumlah perawat yang bekerja di ruang
UGD sebanyak 20 perawat dengan rentan usia 24-53 tahun. Dengan status pegawai yang
Yang menyebabkan stress perawat di ruang UGD RSUD, yaitu : pasien gawat darurat
yang masuk secara bersamaan yang membuat perawat kewalahan dalam merawat pasien,
keluarga pasien yang belum paham tentang pemilihan pasien berdasarkan triase sehinggah
membuat perawat untuk menjelaskan dan memberi pemahaman kepada keluarga pasien,
selain melayani pasien ada juga tugas perawat yang lain yaitu sebagai pengkleman BPJS,
Jadwal shift kerja dimulai dari jam 08 : 00 – 14 : 00 WIT untuk jaga pagi, dan jam 14 : 00
– 20 : 00 WIT untuk jaga siang, dan 20 : 00 – 08 : 00 WIT untuk jaga malam. Dari
pembagian tugas perawat dibagi menjadi 5 tim, masing-masing terdiri dari 3 perawat. 1
kepala tim dan 2 perawat pelaksana dengan keseluruhan perawat sebanyak 20 orang.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stres kerja perawat dalam
melaksanakan pelayanan keperawatan di ruang UGD RSUD Piru Kabupaten Seram Bagian
Barat ?
1. Untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat dalam
2. Untuk mengetahui hubungan shift kerja dengan stress kerja perawat dalam
3. Untuk mengetahui hubungan beban kerja, shift kerja, dan stress kerja perawat dalam
Secara teoritis manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau
1.4.3 Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam
rangka stress kerja pada pekerjaan lainnya. Manfaat lain dari peneliti ini adalah sebagai
1.4.4 Pendidikan
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rujukan dalam mengembangkan
dunia keperawatan.
Penelitian ini bermafaat bagi institusi pelayanan kesehatan sebagai informasi dan
sarana evaluasi. Institusi dapat dapat menggunakan penelitian ini sebagai evaluasi