Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat salah satu misi
pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkualitas. Rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan menyediakan
pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat (PP RI No. 47 Tahun 2021).
Rumah sakit memegang peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24
jam sehari. Tindakan pelayanan dilaksanakan karyawan rumah sakit. Pekerja
kesehatan rumah sakit yang terbanyak merupakan perawat yang berjumlah kurang
lebih 60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit (Ananta & Dirdjo, 2021).
Perawat merupakan komponen penting dalam mewujudkan kualitas layanan
kesehatan, selain itu perawat memiliki pelayanan medis yang telah diakui oleh
pemerintah (Permenkes No. 26 Tahun 2019). Perawat berada di dalam semua unit
yang ada di rumah sakit, salah satunya berada di unit rawat inap. Unit rawat inap
diperuntukkan oleh pasien-pasien yang harus diobservasi (rawat) karena keadaanya
tidak memungkinkan untuk mendapat perawatan di rumah, dikarenakan penyakitnya
membutuhkan perawatan yang intensif dari pekerja medis. Perawat sendiri memiliki
wewenang untuk memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan diruang rawat inap
serta memiliki tanggung jawab yang besar (Permenkes No. 26 Tahin 2019).
Tanggung jawab dan beban kerja yang berat mengharuskan seorang perawat mampu
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Beban kerja perawat rumah sakit
biasanya berat, sering membutuhkan shift panjang dan memaksakan tuntutan fisik.
Salah satu studi terhadap lebih dari 5.000 shift keperawatan melaporkan 40% dari
shift kerja melebihi 12 jam, hal ini menunjukkan bahwa perawat sering bekerja lebih
lama dari yang dijadwalkan (Rogers, et.al dalam Arlina 2016).
Beratnya pekerjaan dan tugas yang diemban oleh perawat baik secara fisik
maupun mental dan juga bahaya yang dapat terjadi kapan saja menyebabkan perawat
mudah mengalami kelelahan fisik (Burnout Syndrome) dan menimbulkan beban kerja
yang berat. Efek burnout pada perawat akan merasa stress yang berlebih dan
ketidakpuasan. Sehingga perawat akan sulit dalam menyesuaikan jam kerja yang
sudah ada. Tentu ini akan berpengaruh pada performa perawat yang berakibat juga
terhadap kepuasan pasien. Rasa semangat dalam bekerja akan menurun, keinginan
untuk bekerja pun menurun, dan hal-hal yang merujuk dengan pekerjaan menjadi
tidak membahagiakan. Kinerja menjadi menurun sehingga hasil yang diberikan
menjadi tidak memuaskan. (Henri, 2017). Kinerja merupakan suatu ukuran
keberhasilan pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja pegawai dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti beban kerja,dan kejenuhan kerja. Dengan
kinerja pegawai yang meningkat ini juga memberikan kontribusi bagi perusahaan.
Setiap perusahaan berupaya untuk meningkatkan kinerja pegawainya agar tecapainya
tujuan perusahaan. Salah satu upaya untuk meningkat kinerja pegawai yaitu
memberikan beban kerja yang tidak berlebihan. “Beban kerja adalah sejumlah
kegiatan yang membutuhkan keahlian dan harus dikerjakan dalam jangka waktu
tertentu dalam bentuk fisik maupun psikis.” (Dhania dalam ).
Beban kerja yang tinggi juga akan mempengaruhi kinerja perawat hal ini
sejalan dengan penelitian menurut Muslimah (2015) menunjukkan bahwa 67.4%
responden memiliki kinerja kurang dan 65.2% responden mempersepsikan beban
kerja berat, hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja
dengan kinerja perawat. Namun hal ini bertentangan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Waryantini & Maya (2020), hasil penelitiannya menggunakan uji rank
spearman dengan hasil p = 0,884 > (0,05) sehingga Ho diterima, hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat.
Selain beban kerja yang tinggi penelitian lain juga menyebutkan bahwa kinerja
perawat berhubungan dengan kelelahan fisik/ Burnout Syndrome (Shinta & Laely,
2020). Penelitian (Wati, Mirayanti, & Juanamasta, 2019) menunjukkan bahwa 84,2%
perawat di Ruangan Rawat Inap mengalami kejenuhan kerja. Hasil penelitian (Suharti
& Daulima, 2013) di Jakarta menunjukkan bahwa 89% perawat mengalami burnout.

2
Burnout Syndrome merupakan kondisi tubuh yang benar-benar lelah baik secara
fisik maupun mental. Gejala dari burnout ini dapat muncul tanpa adanya gangguan
psikologis sebelumnya dan pertama yang dirasakan seorang individu ialah munculnya
perasaan emosional berupa stress dan tidak dapat melakukan suatu apapun terkait
pekerjaan yang dijalaninya (Saleh,2018). Burnout terbentuk akibat dari
ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dengan ketidakmampuan individu untuk
menciptakan koping yang efektif terhadap stresor di tempat bekerja (Widhiastuti et al
dalam Liliandari 2020). Konteks burnout seringkali ditemui dalam pekerjaan bidang
pelayanan kemanusiaan atau human service seperti tenaga perawat. Perawat dituntut
untuk dapat beradaptasi dengan berbagai stresor di tempat bekerja seperti upaya
penyelamatan pasien, mengerjakan rutinitas, jumlah pasien yang banyak, dan harus
bertindak cepat dalam memenuhi kebutuhan pasien tanpa kekeliruan (Andarini dalam
Liliandari 2020).
Burnout ini disebabkan beberapa faktor atau dimensi antara lain kelelahan
emosional, depresonalisasi, dan penurunan pencapaian prestasi pribadi. Menurut
Moeira et al dalam Alimah dkk (2016), pada penelitiannya di rumah sakit besar
Brazil Selatan menunjukan angka prevalensi perawat mengalami burnout sebanyak
35,7% dari 151 responden. Menurut American Thoracic Society dalam Saleh (2018),
faktor risiko burnout syndrome diklasifikasikan atas dua yaitu ada faktor internal
dimana terdapat usia, jenis kelamin, dan masa kerja yang dapat mempengaruhi
burnout, dan faktor eksternal dimana beban kerja yang berat, konflik dengan sesama
rekan kerja, sumberdaya yang kurang serta pekerjaan yang monoton bisa
mempengaruhi burnout pada perawat. Faktor resiko perawat yang mengalami
burnout menurut American Thoracic Society dalam Saleh (2018) diklasifikasikan atas
dua, yakni faktor individu atau internal meliputi usia, jenis kelamin dan masa kerja,
dan faktor lingkungan atau eksternal (Saleh, 2018).
Burnout pada perawat dapat mengakibatkan efek jangka panjang terhadap
kualitas pelayanan kesehatan. Perawat yang mengalami burnout akan berperilaku
menarik diri dari pekerjaan, tingginya angka ketidakhadiran, adanya keinginan untuk
meninggalkan pekerjaan, berkurangnya produktivitas saat bekerja, berkurangnya

3
kepuasan bekerja dan adanya konflik personal dengan rekan kerja (Nelma, 2019).
Terdapat pengaruh negatif dan signifikan variabel kelelahan kerja terhadap kinerja
karyawan (Risnawati, 2016) hal ini selaras dengan penelitian Hidayat (2016) yang
menyatakan bahwa adanya pengaruh kelelahan kerja yang negatif terhadap kinerja
karyawan. Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian Mehmet Mete (2014) yang
menyatakan bahwa kelelahan kerja dan kinerja memiliki hubungan yang positif dan
signifikan. Tingkat kinerja karyawan dapat menurun jika mereka merasa kelelahan,
dalam konteks ini atasan mereka perlu menunjukkan perhatian kepada karyawan yang
lebih rendah.
Kinerja perawat di sebuah rumah sakit sangat berhubungan dengan sumber
daya manusia yang sudah terampil, handal dan profesional. Oleh karena itu,
keterampilan, kehandalan, dan keprofesionalan kerja dari seorang perawat akan
mampu menciptakan iklim kinerja rumah sakit yang lebih baik didukung manajemen
rumah sakit itu sendiri serta unsur-unsur manajerial yang melingkupinya (Andi dalam
Hernika, 2016). Kinerja perawat yang kurang dapat disebabkan karena adanya unsur
dari luar diri tenaga perawat yang mempengaruhi psikologis sehingga menurunkan
semangat kerja. Aspek yang berasal dari luar ini mencakup hubungan interpersonal
dengan teman sejawat di tempat kerja, adanya konflik internal keorganisasiaan rumah
sakit, kurangnya aspek motorik dari rumah sakit dalam rangka pemberian motivasi
kepada tenaga perawat sehingga dapat melaksanakan tindakan asuhan keperawatan
yang lebih berkualitas dan menjawab tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan
(Andi dalam Hernika, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasnita & Sanusi dalam (Hernika,2016)
di Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Parepare tentang ciri-ciri, Iklim
Organisasi dan Kinerja Tenaga Perawat, disimpulkan bahwa umur, pendidikan dan
pelatihan tidak berhubungan secara signifikan terhadap kinerja, yang berarti ada
faktor lain yang mempengaruhi kinerja perawat. Penelitian lain menyebutkan bahwa
kinerja perawat di RSUD Dr. Rasidin Padang, didapatkan hasil bahwa kepala ruang
mempersepsikan kinerja perawat pelaksana kurang baik (55 %). Sedangkan penelitian
Windisari (2015), mengatakan kepala ruang di RSUD Panembahan Senopati Bantul

4
menilai kinerja perawat pelaksana termasuk kategori cukup 75 % (Ramadini dalam
Widayanti, 2017). Penurunan kinerja berakibat pada rasa kepuasan pasien dan
keluarga, dimana hal tersebut akan berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko penurunan kinerja salah satunya adalah
beban kerja. Peningkatan beban kerja dapat terjadi, jika jumlah perawat tidak sesuai
dengan tingkat kebutuhan perawatan pada pasien (Gillies 1994 dalam Widayanti,
2017).
RSUD Kota Bandung merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan di kota
bandung, menurut hasil penelitian dari Liliandari (2021) hampir seluruhnya atau
mayoritas perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Bandung (60.0%) memiliki beban
kerja tinggi serta hampir seluruhnya sebanyak 70.0% mengalami burnout dengan
kategori sedang. Dari hasil studi pendahuluan, penulis juga telah melakukan studi
pendahuluan pada 5 orang perawat yang bekerja di RSUD Kota Bandung dan perawat
tersebut juga sedang melanjutkan pendidikan jenjang S1 Keperawatan dan sudah
mulai menyusun proposal skripsi, 3 perawat mengatakan konsentrasi mulai terbagi
antara kerja dan kuliah, perbandingan jumlah perawat dan pasien tidak seimbang
sehingga menyebabkan beban kerja meningkat, selain mengakibatkan kelelahan fisik
hal tersebut juga mengakibatkan kelelahan psikis dan emosional apalagi ketika pasien
yang dirawatnya sulit untuk diajak kerjasama, hal ini berefek pada kinerja yang
menurun, 2 perawat lain mengatakan tidak terlalu memikirkan terlalu berat masalah-
masalah dalam hidupnya, cukup dijalani sesuai alurnya.
Selain wawancara dengan perawat, peneliti juga mewawancarai beberapa
pasien dan keluarga pasien yang sedang dirawat. Peneliti mewawancarai kepada 10
orang pasien dan keluarga pasien mengenai kinerja perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan didapatkan data bahwa 2 orang menyatakan kurang puas terhadap
kinerja perawatnya dalam hal tindakan dan komunikasi perawat, 2 orang menyatakan
puas terhadap pelayanan perawat dan 6 orang menyatakan cukup dan sedang terhadap
kinerja perrawat. Dari paparan dan hasil studi pendahuluan di atas peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih dalam tentang “Pengaruh Beban Kerja dan Burnout
Terhadap Kinerja Perawat Di RSUD Kota Bandung”.

5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Adakah pengaruh
beban kerja dan burnout terhadap kinerja perawat di RSUD Kota Bandung?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah


sebagai berikut :
a. Untuk mengukur pengaruh beban kerja terhadap kinerja perawat di RSUD Kota
Bandung.
b. Untuk mengukur pengaruh burnout terhadap kinerja perawat di RSUD Kota
Bandung
c. Untuk mengukur pengaruh beban kerja dan burnout terhadap kinerja perawat di
RSUD Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan dan sebagai sumber informasi yang
bermanfaat terutama tentang pengaruh beban kerja dan burnout terhadap kinerja
perawat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran terhadap pemecahan masalah bagi Staff manajemen terutama bagian
Mutu Pelayanan Rumah Sakit yang berkaitan dengan masalah beban kerja,
burnout serta kinerja perawat.

Anda mungkin juga menyukai