Anda di halaman 1dari 4

2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit penting dalam operasional rumah sakit sebagai
pintu masuk untuk setiap layanan yang beroperasi selama 24 jam (Mariana et al., 2020). Perawat
gawat darurat merupakan perawat yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan,
secara bertahap maupun mendadak dapat mengatasi masalah pasien di ruang gawat daruat (Asih
& Trisni, 2015). Perawat IGD harus memberikan tindakan secara tepat dalam kondisi emergency
dan berhadapan langsung dengan resiko paparan bahan kimia atau infeksi penyakit menular
(Maulia et al., 2021). Tanggung jawab dari perawat cukup besar karena menyangkut nyawa
seseorang, siap siaga menangani pasien yang jumlah dan tingkat keparahannya tidak dapat
diperkirakan (Marmi, 2015). Kegiatan tersebut jika dilakukan berulang-ulang setiap harinya akan
menyebabkan kejenuhan kerja (burnout) pada perawat.
Burnout dapat diartikan sebagai keadaan emosional ketika seseorang merasa lelah dan jenuh
secara fisik maupun mental, akibat tuntutan pekerjaan yang tinggi (Fanani et al., 2020). Burnout
terbagi menjadi tiga dimensi yaitu : kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi
(depersonalization), rendahnya prestasi diri (low personal accomplishment) (Nursalam, 2017).
Burnout dapat terjadi karena perawat di IGD dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik dan
tingginya profesionalitas yang harus dilakukan menyebabkan perawat mengalami burnout
(Maulia et al., 2021).Penyebab burnout adalah faktor personal dan lingkungan. Faktor personal
terdiri dari kepribadian, harapan, demografi, kontrol fokus, dan tingkat efisiensi. Sedangkan
faktor lingkungan terdiri dari beban kerja, penghargaan, kontrol, kepemilikan, keadilan, dan nilai
(Nursalam, 2017). Faktor lain yang dapat memengaruhi burnout adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari karakterisitik demografi, karakteristik pribadi, dan sikap
kerja. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari karakteristik pekerjaan, karakteristik jabatan, dan
karakteristik organisasi (Maslach et al., 2001). Dari penelitian yang dilakukan oleh Mariana et al.
(2020) mengatakan penyebab perawat mengalami burnout adalah stres kerja yang tinggi.
Burnout syndrome sudah menjadi perhatian global yang berhubungan dengan stress di tempat
kerja karena berpotensi negatif terhadap kesehatan fisik dan psikologis individu serta berdampak
pada efektifitas suatu organisasi. Kleiber & Ensman dalam publikasi tentang burnout di Eropa
menunjukkan 43% burnout dialami pekerja kesehatan (perawat) dan sosial, 32% dialami guru
(pendidik), 9% dialami pekerja administrasi dan manajemen, 4% pekerja di bidang hukum dan
kepolisian, dan 2% dialami pekerja lainnya. Dari persentase di atas dapat dilihat bahwa profesi
perawat menempati urutan tertinggi sebagai profesi yang paling banyak mengalami burnout
(Prestiana & Purbandini, 2012).Jauh sebelum itu, pada tahun 1997 World Health Organization
3
(WHO) telah menyatakan bahwa perawat-perawat yang bekerja di rumah sakit di Asia Tenggara
termasuk Indonesia memiliki beban kerja berlebihan akibat dibebani tugas-tugas non perawat.
Perawat yang diberi beban kerja berlebihan berdampak kepada penurunan tingkat kesehatan,
motivasi kerja, kualitas pelayanan keperawatan, dan kegagalan melakukan tindakan pertolongan
terhadap pasien (Hendianti dkk, 2013). Al-Turki, et al (2010) melakukan penelitian terkait
burnout syndrome pada perawat yang berjudul “Burnout Syndrome among Multinational Nurses
Working in Saudi Arabia” menunjukkan hasil 89% perawat mengalami kelelahan emosional ,
42% perawat mengalami depersonalisasi, dan 71,5% mengalami penurunan pencapaian prestasi
diri. Di Indonesia, Muhammad (2015) dalam penelitiannya tentang “Hubungan Antara Burnout
dengan self efficacy pada Perawat di ruang rawat inap” yang dilakukan di Rumah Sakit Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto terhadap 100 perawat didapatkan hasil tingkat burnout yang
dialami perawat sebagai berikut sangat rendah 17%, rendah 71%, sedang 9%, tinggi 3 %. Selain
itu, Puspa Ayu dkk, (2011) dari hasil wawancara terhadap 15 orang perawat di Instalasi Rawat
Inap (IRNA) Rumah Sakit Baptis Kediri yang dipilih secara acak menunjukkan bahwa 4 orang
perawat (26,67 %) memiliki kejenuhan kerja tinggi, 5 orang perawat (33.34 %) memiliki
kejenuhan kerja sedang, 4 orang perawat (26,67 %) memiliki kejenuhan kerja ringan, dan 2 orang
perawat (13,34 %) memiliki respon normal atau tidak mengalami kejenuhan kerja (Puspa &
Akde, 2012).
Ketika perawat mengalami burnout syndrome maka akan mempengaruhi professional
perawat. Profesionalisme perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni pendidikan, pelatihan,
lama kerja, motivasi dan efikasi diri perawat. Efikasi diri menjadi kunci penting yang
mempengaruhi indikator profesionalisme perawat (Attri & Devi, 2017). Perawat yang tidak
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu dalam memberikan pelayanan dan perawatan yang
baik kepada pasiennya akan menimbulkan ketidakpuasan pada pasiennya karena efikasi diri yang
rendah serta cenderung merasa bergantung saat ada, akibatnya terdapat perawat yang mengalami
stres dalam pekerjaannya dan kinerja perawat semakin menurun (Kurra, 2015). Dari latar
belakang di atas peneliti tertarik menganalisis kejenuhan kerja pada perawat igd sehingga
terrangku dalam program penelitian yang berjudul “Hubungan Kejenuhan Kerja (Burnout)
Perawat IGD terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di IGD RSUD Besuki”.
4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Hubungan Kejenuhan Kerja (Burnout) pada Perawat IGD Terhadap Tingkat
Kepuasan di IGD RSUD Besuki?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Menganalisis Hubungan Kejenuhan Kerja (Burnout) pada Perawat IGD Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien di IGD RSUD Besuki.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi kejenuhan kerja (Burnout) pada perawat IGD di IGD RSUD Besuki
2. Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Besuki
3. Menganalisis kejenuhan kerja (Burnout) pada perawat IGD dengan tingkat kepuasan
pasien di IGD RSUD Besuki.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menguji secara empiris apakah ada hubungan antara kejenuhan kerja (Burnout) perawat
IGD dengan tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Besuki.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi profesi keperawatan

Penelitian ini dapat eberikan masukan engenai permasalahan yang ungkin dihadapi
perawat yang berhubungan dengan kejenuhan kerja perawat IGD dengan tingkat
kepuasan sehingga dapat meberikan pelayanan yang maksial kepada pasien.
5

2. Bagi lahan penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi Rumah sakit untuk melakukan upaya
penurunan kejenuhan kerja (Burnout) pada perawat IGD di IGD RSUD Besuki sehingga
terjadi peningkatan tingkat kepuasan pasien yang berdapak pada mutu pelayanan dirumah
sakit.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi memberi inforasi dan referensi dalam melakan
penelitian yang berhubungan dengan kejenuhan kerja ( Burnout) Perawat IGD terhadap
tingkat kepuasan pasien di IGD RSUD Besuki.

Anda mungkin juga menyukai