Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 2, Juli 2020: 71-79

ii
Hubungan Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari

Hubungan Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis pada Perawat


di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari

Iva Noviyanti1, Supriyadi2


STikes Surya Global Yogyakarta
Jl. Ringroad Selatan Blado, Potorono, Kec. Bangntapan, Bantul, DIY 55194
Email: ivanoviyanti24@gmail.com (087736010769)

ABSTRAK
Latar Belakang: Lingkungan kerja yang nyaman, aman, tenang, sarana dan prasarana yag baik, waktu kerja
yang cukup, pembagian shift maupun pelimpahan tugas dan tanggung jawab yang sesuai akan dapat membantu
mengurangi kejenuhan dan kelelahan bagi perawat apabila lingkungan kerja baik. Kondisi kerja yang buruk
akan membuat perawat beresiko mudah sakit, kelelahan, dan menurunya produktivitas kerja perawat.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kondisi kerja dengan kelelahan kronis pada perawat diruang
rawat inap RSUD Wonosari.
Metode: Desain ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan jenis penelitian ini non-eksperimen.
Populasi dalam penelitan ini perawat diruag rawat inap RSUD Wonosari sebanyak 135 perawat.Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi
dengan jumlah 57.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan kelelahan
kronis pada perawat diruang rawat inap RSUD Wonosari dengan nilai korelasi kendall tau sebesar 0,917
dan p value sebesar p =0,000 (p<0,01).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kondisi kerja dengan kelelahan kronis pada perawat di ruang rawat
inap RSUD Wonosari.

Kata kunci : Perawat, Kondisi kerja, Kelelahan Kronis

PENDAHULUAN yang demikian berat belum ditunjang dengan


Tenaga keperawatan sebagai bagian dari sumber daya manusia yang memadai, sehingga
sistem tenaga kesehatan, diharapkan dapat kinerja perawat sering menjadi sorotan baik oleh
memenuhi tuntutan dan kebutuhan pelayanan profesi lain maupun pasien atau keluarganya.
kesehatan secara nasional dan global. Perawat juga Dengan demikian kualitas pelayanan kesehatan
memegang peranan yang sangat strategis, karena ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan
kebanyakan tenaga kesehatan adalah perawat. dengan peran perawat.
Perawat dalam fungsinya sebagai tenaga kesehatan Untuk memberikan pelayanan keperawatan
selalu ditempatkan pada semua bagian rumah yang baik perawat membutuhkan kondisi kerja
sakit, baik dalam sisi fungsional maupun struktural yang mendukung. Kondisi kerja yang buruk akan
(Yoediono, 2015 dalam Wahyu et al, 2015). mempengaruhi pelayanan dalam memberikan
Peran perawat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawata, kondisi atau keadaan ruangan
pelayanan dirumah sakit sangat penting. Mutu yang tidak rapi, ventilasi(sirkulasi) udara kurang
pelayanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh baik, serta pendingin ruangan yang sering tidak
pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan menyala, jumlah pasien yang masuk tidak seimbang
(Depkes. RI, 1992). Perawat sebagai pemberi jasa dengan perawat yang bertugas, sedangkan perawat
keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan dituntut kerja lebih cepat dan tepat dengan jumlah
di rumah sakit, sebab perawat berada dalam 24 jam pasien yang cukup banyak setiap harinya dengan
memberikan asuhan keperawatan. Tanggung jawab udara yang tidak steril serta ruangan yang terbatas

71
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 2, Juli 2020: 71-79

hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan kepada jenis kelamin, umur, pendidikan, beban kerja,
setiap perawat yang bertugas. Kondisi ruangan masa kerja dan status gizi) dan faktor lingkungan
yang panas atau gerah, kebisingan ruangan, serta fisik (kebisingan, penerangan, suhu dan tekanan
keluarga pasien yang berisik, dan peralatan medik panas, vibrasi dan ventilasi) (Hestya, 2012 dalam
seperti mesin monitor, mesin penghisap (suction), Wijaya 2016). Pada dasarnya kelelahan perawat
dan bunyi telpon yang sering berdering karena saat bekerja juga dipengaruhi oleh lingkungan
adanya konsul ke dokter jaga dari ruangan rawat kerjanya. Suasana yang nyaman pada tempat kerja
inap manusia terpenting di rumah sakit karena sangat diperlukan bagi perawat agar tidak terlalu
selain jumlahnya pelayanan keperawatan sebagai lelah. (Prawidana dan Prabowo, 2015).
bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas Data dari ILO yang menunjukkan bahwa
mempunyai kontribusi yang sangat menentukan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja
kualitas pelayanan di rumah sakit sehingga setiap meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang
upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan disebabkan oleh faktor kelelahan. Peneliti tersebut
rumah sakit harus juga disertai upaya untuk menyatakan dari 58.155 sampel, sekitar 18.828
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan sampel menderita kelelahan yaitu sekitar 32,8%
(Nursalam dan Effendi, 2008 dalam Simanora et dari keseluruhan sampel peneliti (Baiduri, 2008
al, 2017). dalam Nurul Hijriani, 2017). Menurut survei
Kondisi kerja merupakan segala sesuatu nasional terbaru di Kanada, 56% perawat merasa
yang ada di lingkungan kerja karyawan yang hampir lelah secara permanen di tempat kerja,
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan 80% merasa hampir selalu lelah, setelah bekerja
tugas, seperti temperatur, kelembaban, ventilasi, (Asosiasi Perawat Kanada & Asosiasi Perawat
penerangan, kegaduhan, kebersihan tempat kerja, Terdaftar dari Ontario, 2010). Beban kerja
dan kondisi alat-alat kerja.Jika ruangan kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan keletihan,
tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang kelelahan. Hal tersebut terjadi apabila perawat
memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan bekerja lebih dari 80% dari waktu kerja mereka.
kurang bersih, berisik, akan mempengaruhi pada Dengan kata lain waktu produktif perawat adalah
kenyamanan kerja karyawan. (Salutondok et al, kurang lebih 80%, jika lebih maka beban kerja
2015). perawat dikatakan tinggi atau tidak sesuai dan
Kelelahan kerj a merupakan kriteria perlu dipertimbangkan untuk menambah jumlah
yang kompleks yang tidak hanya menyangkut tenaga perawat di ruang perawatan tersebut.
kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan (Ilyas,2011 dalam Nurul Hijriani,2017).
hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, Pada penelitian yang dilakukan Sri, (2014)
adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan didapatkan rata- rata posisi kerja perawat dengan
penurunan produktivitas kerja. Kerja fisik terus tingkat kelelahannya bahwa 94,7% dengan risiko
menerus dan memerlukan konsentrasi dapat sedang, dengan rata–rata tingkat kelelahan 63,
diukur dengan perubahan fisiologis dalam tubuh 1% dengan kelelahan ringan. Begitu juga hasil
yaitu penurunan waktu reaksi dan perubahan dari penelitian yang dilakukan Lilis, (2008 dalam
psikologis yaitu adanya perasaan lelah, khususnya Ritongga 2016) di Rumah Sakit Umum Daerah
bagi tenaga kerja Indonesia. Kelelahan dapat Sidikalang berdasarkan hasil wawancara peneliti
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rotasi bahwa perawat dirumah sakit tersebut mengalami
shift kerja, faktor individu (kesehatan/ penyakit, kelelahan kerja hal tersebut dilihat dari keluhan

72
Hubungan Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari

yang dirasakan perawat seperti mudah marah, mawar RSUD Wonosari, 1 perawat dibangsal
sulit konsentrasi serta perasaan lelah. Berdasarkan dahlia mengatakan sering mengalami lelah, letih,
survei di Perancis bahwa presentase kelelahan dan lesu dalam bekerja disebabkan karena ruangan
kerja pada perawat sekitar 74%, sedangkan di kerja perawat yang panas, sehingga tidak maksimal
Indonesia menurut survey PPNI tahun 2006 dalam bekerja.1 Perawat dibangsal mawar juga
sebesar 50.9 % perawat mengalami kelelahan mengatakan sering tidak nyaman dengan kondisi
kerja, keluhan yang dirasakan seperti capek atau atau keadaan ruangan karena ventilasi (sirkulasi)
lelah karena beban kerja yang terlalu tinggi. (Lilis, yang kurang baik , ac yang tidak menyala di
2008 dalam Ritongga, 2016). ruangan perawat, suara berisik akibat proses
Kelelahan kerja dapat menimbulkan pembangunan disebelah bangsal mawar yang
beberapa dampak diantaranya kelelahan emosi belum selesai, kurangnya kesadaran dari individu
seperti perawat merasa kesel, perawat mengalami dalam kerapian maupun kebersihan meja kerja
kelelahan eksternal seperti: marah kepada pasien, bersama. Selain wawancara peneliti menggunakan
serta mengalami kelelahan internal adanya metode observasi guna melihat kondisi lingkungan
keinginan untuk pindah kerja. (Ritongga, 2016). kerja perawat. Peneliti menemukan masih terdapat
Dampak akibat kelelahan kerja selain dialami sampah yang berserakan dibawah tempat yang
oleh perawat dapat juga berdampak terhadap biasa digunakan untuk cuci tangan, pencahayaan
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Komisi yang kurang, kondisi ruangan kerja yang kurang
akreditasi rumah sakit membagi dapak negatif menarik, dan kondisi ruangan kerja yang sempit
akibat kelalaian pelayanan menjadi 3 kategori, meja kerja yang kurang bersih, kurang rapi dan
antara lain kejadian nyaris cidera (KNC), kejadian suhu ruangan yang terasa cukup panas, membuat
tidak diinginkan (KTD) dan kejadian sentinel. perawat tidak nyaman dalam bekerja
Kejadian nyaris cidera merupakan kejadian Berdasarkan masalah yang di dapat dari data
akibat kelalaian pemberian intervensi tetapi tidak diatas penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan
menimbulkan efek terhadap pasien. Kejadian Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis Pada
tidak diinginkan merupakan kejadian yang dialami Perawat” diruang rawat inap RSUD Wonosari.
pasien akibat kelalaian intervensi dan berdampak
cidera pada pasien. Sedangkan kejadian sentinel METODE DAN BAHAN.
merupakan kejadian yang dialami pasien akibat Desain ini menggunakan desain penelitian
kelalaian intervensi dan menyebabkan kematian cross sectional dan jenis penelitian non-eksperimen.
pada pasien (Kars, 2015 dalam Wijaya, 2016). Populasi dari peneitian ini yaitu perawat yang ada
Dampak dari kelelahan kerja dapat menimbulkan di ruang rawat inap RSUD Wonosari sebanyak
penurunan efisiensi kerja, penurunan keterampilan, 135 perawat, Teknik pengambilan sampel yang
peningkatan kecemasan atau kebosanan, dapat pula digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
berpengaruh pada efektivitas dan produktivitas Purposive Sampling dengan menggunakan kriteria
serta keselamatan tenaga kerja pada umumnya. inklusi dan ekslusi peneliti adalah 57 responden.
Tingkat kelelahan yang tinggi dapat menyebabkan Uji statistk yang digunakan peneliti menggunakan
kecelakaan kerja yang disebabkan oleh human kendall tau, instrument yang digunakan yaitu
error (Astuti, 2017). kuesioner kondisi kerja dan kelelahan kronis.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti di bangsal cempaka, dahlia, dan

73
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 2, Juli 2020: 71-79

HASIL 3. Gambaran kelelahan kronis perawat


1. Karakteristik responden
Tabel 4.3 Kelelahan Kronis Perawat Di Ruang
Rawat Inap RSUD Wonosari.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Di Ruang Rawat Inap RSUD Kelelahan Kronis N %
Wonosari. Ringan 51 89.5
Sedang 6 10.5
Karakteristik Frekuensi Presentase Tinggi 0 0
Jenis kelamin Total 57 100,0
Perempuan 44 77,2% Sumber: 21 januari 2020.
Laki-laki 13 22,8%
Pendidikan
S1 4 7,0% Berdasarkan tabel 4.3 kelelahan kronis
D3 51 89,5%
D4 1 1,8%
perawat di ruang rawat inap RSUD Wonosari
Spk 1 1,8% menunjukan bahwa yang masuk dalam kategori
Masa kerja
lelah ringan 51 responden (89.5%), dan yang
<5 tahun 36 63,2%
>6 tahun 21 36,8% masuk dalam kategori lelah sedang 6 responden
Total 57 100,0 (10.5%).
Sumber: data primer januari 2020.

4. Hubungan kondisi kerja dan kelelahan


Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden
kronis.
menurut jenis kelamin menunjukan bahwa dari 57
perawat mayoritas adalah perempuan 44 (77,2%)
Tabel 4.4 Analisis hubungan kondisi kerja
sedangkan Laki-laki sebanyak 13 (22,8%). dengan kelelahan kronis pada perawat di ruang
Pendidikan dari kelompok S1 sebanyak 4 (7,0%) rawat inap RSUD Wonosari.
di ikuti oleh pendidikan D3 51 (89%) D4 1 (1,8%) Variabel
Koefisien Nilai
Keterangan
Korelasi Signifikan
SPK 1 (1,8%). Distribusi berdasarkan masa kerja Kondisi kerja 0.917** 0,000 Signifikan
<5 tahun sebanyak 36 (62,2%) dan paling sedikit Kelelahan kronis
Sumber: 21 januari 2020.
masa kerja >6 tahun (36,8%).

2. Gambaran kondisi kerja perawat. Berdasarkan tabel 4.5 di dapatkan hasil


yaitu koefisien korelasi sebesar 0.917** dan pada
Tabel 4.2 Kondisi Kerja Perawat Di Ruang signifikan 0.000 hal ini menunjukan bahwa nilai
Rawat Inap RSUD Wonosari. p value <0.01 maka Ha diterima dan Ho ditolak,
Kondisi Kerja N % yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
Baik 50 87.7
Cukup 7 12.3
antara kondisi kerja dengan kelelahan kronis pada
Kurang 0 0 perawat di ruang rawat inap RSUD Wonosari.
Total 57 100,0
Sumber: Data primer 21 januari 2020.
PEMBAHASAN.

Berdasarkan tabel 4.2 kondisi kerja perawat 1. Kondisi kerja pada perawat di ruang rawat
di ruang rawat inap RSUD Wonosari menunjukan inap RSUD Wonosari.
bahwa yang masuk dalam kategori kondisi kerja Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
baik 50 responden (87.7%), dan yang masuk dalam 4.2 dapat diketahui bahwa kondisi kerja dari
kategori kondisi kerja cukup 7 responden (12.3%). 57 responden perawat di ruang rawat inap

74
Hubungan Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari

RSUD Wonosari dengan hasil kondisi kerja baik tersebut berdasarkan kondisi kerja yang dirasakan
sebanyak 50 perawat (87.7%), kategori kondisi oleh responden. Pengukuran kondisi kerja
kerja cukup sebanyak 7 perawat (12.3%), dan meliputi penerangan di tempat kerja, suhu udara
tidak ada perawat dengan kategori kondisi kerja di tempat kerja, penggunaan warna di dinding
buruk. Menurut Komariyah, Anwar dan Edison ruangan, fasilitas perlengkapan kerja, hubungan
(2016 dalam Anggraeny 2017), lingkungan kerja antar karyawan, dan hubungan atasan dengan
merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan karyawan. Adanya teori Pareto yang menyebutkan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi aturan 80/20 yang berarti 80% masalah (cacat)
dapat juga menyebabkan suatu kegagalan dalam ditimbulkan oleh 20% penyebab (Chinchuluun,
pelaksanaan suatu pekerjaan karena pengaruhnya et al., 2008 dalam Widyacahya 2018). Maka
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, dengan hasil pengukuran menunjukkan sebesar
terutama lingkungan kerja fisik. Ketidaksesuaian 62,9% kategori cukup, pihak manajemen Rumah
l i ngkunga n ke rj a b e ra ki ba t t e rh a da p t i da k Sakit Mata Undaan Surabaya perlu memberikan
diperolehnya rancangan sistem kerja efisien. perhatian khusus pada kondisi kerja.(Widyacahya
Lingkungan kerja dipengaruhi beberapa faktor et al 2018).
yaitu kondisi penerangan atau cahaya, suhu udara, Dari hasil penelitian yang dilakukan
kelembapan, sirkulasi udara, kebisingan, getaran Ridwanudin (2012) di dapatkan gambaran
mekanis, bau tidak sedap, tata warna, dekorasi di kondisi kerja responden di IGD RS PMI Bogor
tempat kerja, musik dan keamanan di tempat kerja, 52,2%menyatakan kondisi kerja menyenangkan,
dimana faktor-faktor ini berdampak pada kinerja 43,5% kondisi kerja kurang menyenangkan,
karyawan (Mathis dan Jackson dalam Kaswan, 4,3 % atau 1 orang menyatakan kondisi tidak
2015). Lingkungan kerja nyaman dibutuhkan menyenangkan. Kondisi kerja adalah meliputi
oleh karyawan agar semangat melaksanakan situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan
pekerjaan (Mardiana, 2009). Dalam penelitian yang diterapkan, hubungan sosial kerjasama
ini lingkungan kerja didefinisikan sebagai kondisi antar petugas yang dapat mengakibatkan
kerja yang meliputi suhu udara, pencahayaan, ketidaknyamanan bagi pekerja. (Davis &
suara, penghawaan ruangan, kebersihan dan sikap Newstron, 2001 dalam Ridwanudin 2012).
kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian 2. kelelahan kronis pada perawat di ruang
yang dilakukan oleh Lumingkewas (2015) dari rawat inap RSUD Wonosari.
31 responden (100%), kondisi kerja tidak nyaman Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat diketahui
dengan stres sebanyak 9 responden (20.0%), bahwa kelelahan kronis dari 57 responden diruang
dan kondisi kerja yang nyaman dengan sters rawat inap RSUD Wonosari dengan hasil lelah
sebanyak 22 responden (71.0%). Karakteristik sedang 6 responden (10,5%), kemudian diikuti
variabel kondisi kerja dengan stres kerja memiliki oleh lelah ringan 51 responden (89,5%) dan
hubungan yang signifikan karena (p=0.001) lebih tidak terdapat responden yang mengalami lelah
kecil dari nilai α 0.05.(Lumingkewas et, al 2015). berat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Dari hasil penelitian Widyacahya ( 2018) yang diakukan oleh Sheyeda Konsareh dan
mayoritas responden menilai bahwa kondisi kerja Sutarto Wijono (2018), karakter kepribadian
di Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya dalam juga merupakan salah satu faktor yang dapat
kategori cukup sebesar 62,9%. Hasil penilaian memengaruhi tingkat kelelahan yang dimiliki

75
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 2, Juli 2020: 71-79

oleh individu. Sebagian perawat menganggap diketahui bahwa sebagian besar perawat 18
bahwa menjadi pribadi yang memiliki sikap yang (69,2%) mengalami kelelahan pada tingkat yang
positif dan tegar dalam menghadapi permasalahan rendah. Sedangkan perawat yang mengalami
menjadi hal penting untuk dapat eksis dalam tingkat kelelahan sedang sebanyak 6 (23,1%) dan
organisasi, sehingga membuat mereka tetap perawat yang mengalami tigkat kelelahan tinggi
tegar dalam menghadapi tugas-tugas yang berat, 2 (7,7%) orang. Pada penelitian ini, tidak ada
sehingga mereka memiliki tingkat kelelahan yang perawat yang mengalami kelelahan pada tingkat
rendah. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. yang sangat tinggi. Dari hasil penelitian yang
Pada susunan saraf pusat terdapat sistem aktivasi dilakukan oleh Hengky Ardian (2019), di dapatkan
bersifat simpatis dan inhibisi bersifat parasimpatis. tingkat kelelahan kerja menunjukkan bahwa dari
Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi 61 responden berdasarkan tingkat kelelahan kerja,
kadang-kadang salah satunya lebih dominan. menunjukkan perawat yang tidak lelah berjumlah
Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan 18 orang (29,5%),mengalami kelelahan kerja
keseimbangan, kedua sistem tersebut harus ringan berjumlah 22 orang (36,1%), kelelahan
berada pada kondisi yang stabil pada tubuh kerja sedang berjumlah 16 orang (26,2%), serta
(Suma‟mur,2009 dalam Michael N. S. Marbun, kelelahan kerja berat berjumlah 5 orang (8,2%).
2019). Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Rizki
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmawati (2019), didapatkan dari 95 responden,
yang di lakukan oleh Cheryl Esther Majore (2018) 49 (51,6%) perawat tidak mengalami lelah dan
dengan hasil yang didapatkan bahwa dari 44 diikuti oleh 46 (48,4%) perawat mengalami lelah.
responden, ditemukan responden kelelahan kerja Mayoritas perawat di ruang rawat inap
terbanyak yaitu tidak lelah sebanyak 35 perawat RSUD Wonosari mengalami kelelahan kerja
(79,5%) dan responden kelelahan kerja lelah dengan kategori ringan, Perawat sedang mengalami
sebanyak 9 perawat (20,5%). Hasil dari penelitian dan menghadapi masalah kelelahan. Kelelahan
yang dilakukan oleh Ditya P. J. Lendombela kerja merupakan mekanisme perlindungan tubuh
(2017), kelelahan kerja di ruang rawat inap RSU supaya tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut
GMIM Kalooran Amurang didapati sebagian sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Van
besar responden tidak mengalami kelelahan yaitu Dijk FJH, 2003 dalam Angelina Candra Dewi,
sebanyak 52 responden (76,5%) dan sisanya 2016). Kelelahan kerja merupakan menurunnya
sebanyak 16 responden (23,5%) mengalami proses efisiensi, performa kerja dan berkurangnya
kelelahan. Hasil dari penelitian yang dilakukan kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus
oleh Michael N. S. Marbun (2019), kelelahan kerja melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan
rendah sebanyak 38 orang (67,9%), dan perawat (Wignjosoebroto, 2000 dalam Hariyati, 2011
yang mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak dalam Ditya P. J. Lendombela (2017).
56 orang (32,1%). . Berdasarkan penelitian yang K elelahan kerja pada perawat s angat
dilakukan oleh Deivy Tenggor (2019), ditunjukkan berpengaruh buruk pada pelayanan kesehatan di
bahwa kelelaha kerja pada perawat paling banyak rumah sakit karena oleh karena kelelahan perawat
tidak lelah yaitu 37 responden (68.5%) dan paling dapat membuat keselahan dalam memberikan
sedikit kelelahan yaitu 17 responden (31.5%). pelayanan sehingga pelayana yang dijalankan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh tidak efisien dan efektif lagi oleh karena bias
Viska Devintha Candra Kirana (2017), maka di sebabkan perawat yang tidak menggunakan

76
Hubungan Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari

waktu pelayanan dengan maksimal oleh karena Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
kelelahan bahkan bias berdampak lebih buruk lagi yang dilakukan oleh Lumingkewas (2015) dari
melakukan kesalahan yang berakibat malprekte 31 responden (100%), kondisi kerja tidak nyaman
kepada pasien (Toar A. Angouw, 2016). dengan stres sebanyak 9 responden (20.0%),
dan kondisi kerja yang nyaman dengan sters
3. Hubungan antar kondisi kerja dengan sebanyak 22 responden (71.0%). Karakteristik
kelelahan kronis pada perawat di ruang variabel kondisi kerja dengan stres kerja memiliki
rawat inap RSUD Wonosari. hubungan yang signifikan karena (p=0.001) lebih
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan kecil dari nilai α 0.05.(Lumingkewas et, al 2015).
dengan menggunakan uji korelasi kendall tau Karakteristik kondisi lingkungan kerja
dapat disimpulkan bahwa variabel kondisi kerja yang terbanyak adalah kondisi lingkungan kerja
berhubungan signifikan terhadap kelelahan kronis cukup nyaman yaitu 41.7%. Lingkungan kerja
pada perawat di ruang rawat inap RSUD Wonosari, mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan
hal ini ditunjukan dengan nilai correlational perusahaan dalam usaha untuk menyelesaikan
coefficient sebesar 0.917** dan angka signifikan tugas-tugas yang dibebankan kapadanya yang
0.000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value akhirnya berpengaruh terhadap produktivitas
0.000<0.01 maka Ha diterima (hipotesa diterima) kinerja perawat, lingkungan yang baik akan
dan Ho ditolak (hipotesa ditolak), yang berarti meningkatkan kerja, begitupula sebaliknya apabila
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja kurang tenang, akan dapat
kondisi kerja dengan kelelahan kronis pada mempertinggi tingkat kesalahan yang mereka
perawat di ruang rawat inap RSUD Wonosari. lakukan dan dapat menyebabkan kelelahan pada
Penelitian yang dilakukan Marsuqi et al perawat. ( Mukaromah, 2009 dalam Marsuqi
(2014) responden yang menyatakan kondisi 2014).
kurang baik sebanyak 4 (40%) responden. Data Penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al
lainnya menunjukkan dari 15 responden, yang (2020) Nilai koefisien regresi lingkungan kerja
menyatakan kondisi lingkungan kerjanya cukup adalah sebesar 0,446 dengan nilai signifikansi dari
nyaman, yang merasa memiliki produktivitas uji t sebesar 0,000 kurang dari nilai signifikansi
kurang baik sebanyak 3 (20.3%) responden. ketetapan sebesar 0,05. Hasil itu menunjukkan
Sedangkan dari 11 responden yang menyatakan bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh yang
kondisi lingkungannya nyaman tidak satupun yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,
memiliki produktivitas kurang baik sehingga dapat yang berarti bahwa apabila lingkungan kerja di PT.
menyebabkan kelelahan pada perawat, mayoritas Liku Telaga semakin baik, maka kinerja karyawan
responden memiliki produktivitas baik yaitu si perusahaan itu juga akan semakin baik, sehingga
sebanyak 10 (90.9%) responden. Berdasarkan uji hipotesis yang menyatakan bahwa lingkungan
statistik Spearman Rho (α = 0.05) diperoleh hasil kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT
p value = 0.000. Nilai tersebut < 0.05 sehingga H1 Liku Telaga telah terbukti dan diterima.
diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna Peneliti ini sejalan dengan penelitian yang
dalam kategori sedang antara kondisi lingkungan dilakukan Italina et al (2020) hasil pengujian untuk
kerja dengan produktivitas kerja perawat di ruang variabel lingkungan kerja diperoleh nilai koefisien
rawat inap kelas III RSUD Balung Jember. (p value regresi yang positif yaitu sebesar 0,588 dengan
= 0.000; α = 0.05; QR = 0.568). tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil

77
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 2, Juli 2020: 71-79

dari 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Marbun, M. N. (2019). Hubungan Beban Kerja
lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di
dan signifikan terhadap kepuasan kerja Rumah Unit Rawat Inap Rumah Sakit Harapan
Sakit Citra Husada Sigli. Pematang Siantar. Naskah Publikasi
Prabowo, S. et.al(2015). Pengaruh Musik Terhadap
KESIMPULAN DAN SARAN. K elelahan Kerja . F akultas P sikologi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Uni versita s Kat ol ik Soegi j apranata
yang dilakukan pada 57 responden perawat di Semarang Psikodimensia ISSN : 1411-6073
ruang rawat inap RSUD Wonosari, mengenai | Vol. 14.
hubungan kondisi kerja perawat dengan kelelahan Ritongga, I.N.(2016). Faktor-Faktor Yang
kronis pada perawat di ruang rawat inap RSUD Mempengaruhi Kelelahan Kerja Perawat
Wonosari dapat di tarik kesimpulan yaitu terdapat Baru Lulusan Psik Uin Jakarta. Skripsi.
hubungan antara kondisi kerja dan kelelahan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.
kronis dengan nilai correlational coefficient Salutondok,Y.(2015).PengaruhKepemimpinan,
sebesar 0.917** dan angka signifikan 0.000 hal Motivasi, Kondisi Kerja Dan Disiplin
ini menunjukan terdapat hubungan yang signifikan Te rha da p Kine rj a Pega wai Di Kant or
yaitu dilihat dari nilai signifikan <0.01. Sekretariat Dprd Kota Sorong. Fakultas
Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk Ekonomi dan Bisnis, Program Magister
melakukan penelitian dengan variabel dependent Manajemen Universitas Sam Ratulangi
yang berbeda dan memilih tempat penelitian yang Manado.
berbeda berdasarkan kondisi Rumah sakit yang Simamora, H .R. et.al(2017). Penguatan Kinerja
diteliti. Pe r awa t Da l am Pem ber i a n Asuhan
Keperawatan Melalui Pelatihan Ronde
RUJUKAN Keperawatan Di Rumah Sakit Royal Prima
Medan. Volume 23 No. 2.
Anggraeny, L.N.(2017). Hubungan Lingkungan
Widyacahya, F. et al (2018). Pengaruh Pengawasan
K erja P eraw at D engan P elaks anaan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Dan Kondisi Kerja Terhadap Keterlibatan
Kerja Karyawan Rumah Sakit Mata Undaan
Bangsal Dewasa Rsud Panembahan
Senopati Bantul. Skripsi. Sekolah Tinggi Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni
Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta 2018.
Lendombela, D. P., et al (2017). Hubungan Stres Wijaya, P.C. (2016). Pengaruh Burnout Syndrome
Kerja Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Terhadap Proses Asuhan Keperawatan
Ruang Rawat Inap Rsu Gmim Kalooran (Studi Pada Perawat Rumah Sakit Medika
Amurang. E-Journal Keperawatan, Volume Utama Blitar). Jurnal Revitalisasi Jurnal
Ilmu Manajemen Vol. 5, Nomor 3.
5.
Lumingkewas, M. et. al(2015). Hubungan Kondisi Italina, C. et al (2020). Pengaruh Kompensasi
Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Dirungan Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan
Intasalasi Gawat Darurat Medik Rsup Kerja Pegawai Rumah Sakit Umum Citra
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. ejournal Husada Sigli. Vol 2, No 1, Januari 2020,
ISSN:2685-1024
Keperawatan (e-Kp) Volume 3 Nomor .

78
Hubungan Kondisi Kerja dengan Kelelahan Kronis pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Wonosari

Marsuqi, Wafiq. Et. al (2014). Hubungan Kondisi Ridwanudin, I .(2012). Hubungan Beban Kerja
Lingkungan Kerja Dengan Produktivitas Dan Kondisi Kerja Perawat Dengan Stress
K erj a Per awat Dal a m Member i ka n Kerja Perawat. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu
Pelayanan Keperawatan Di Rsud Balung Kesehatan Indonesia Maju Jakarta
Jember. Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.

79
JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 2, Juli 2020: 116-122

80

Anda mungkin juga menyukai