Anda di halaman 1dari 7

JIKKHC Vol. 02/No.

02/Juni-2018

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUANG INTENSIVE
CARE DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Alfrida
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Graha Edukasi Makassar
Email: alfrida@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan beban kerja dengan stress kerja
perawat di ruangan intensive care. Metode: Pada penelitian ini menggunakan Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik suatu penelitian dimana variabel yang termasuk
hubungan dan variabel yang termasuk efek diobservasi pada waktu yang sama. Adapun besarnya
sampel pada penelitian ini 34 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa beban kerja
yang cukup sebanyak 61,8% responden, dan sebanyak 38,2% responden yang beban kerja kurang.
Dan stress kerja sebanyak 55,9% responden yang stress kerja cukup, dan sebanyak 15 (44,1%)
responden yang stress kerja kurang. Dan ada hubungan beban kerja kerja dengan beban kerja kerja
(p=0,020). Diskusi: Beban kerja merupakan kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.
Dari sudut pandang, ergonomic setiap beban kerja yang di terima harus sesuai dan seimbang
terhadap kemampuan fisik maupun psikologis pekerja yang menerima beban kerja tersebut. Saran :
Hasil penelitian ini dapat memberikan perhatian dan pemecahan masalah yang tepat terhadap
perawat yang memperlihatkan gejala stress kerja.

Kata Kunci: Beban, Stress, Kerja, Perawat

ABSTRACT
Research Objectives: The purpose of this study to look at the relationship workload with work stress
nurses in intensive care room. Method: In this study using the research design used in this study is
an analytical survey of a study where variables that include relationships and variables that include
effects observed at the same time. The sample size in this study 34 respondents who match the
inclusion criteria. The data were collected by using questionnaires. Result: The result of the research
shows that there are enough workload of 61,8% of respondents, and 38,2% of respondents with less
work load. And stress work as much as 55,9% respondents who stress enough work, and as many as
15 (44,1%) respondents who stress less work. And there is a working load relation with work load
work (p = 0,020). Discussion: Workload is the body's ability to work in the job. From the point of view,
the ergonomics of each workload received must be appropriate and balanced to the physical and
psychological ability of workers who receive the work load. Suggestion: The results of this study can
give attention and proper problem solving to nurses who show symptoms of work stress.

Keywords: Load, Stress, Work, Nurse

PENDAHULUAN tenaga kesehatan serta untuk penelitian


Menurut Undang-Undang RI Nomor 36 biososial (WHO, 2012)
dan 44 tahun 2010, rumah sakit adalah Institusi Rumah sakit adalah suatu organisasi yang
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kompleks menggunakan gabungan alat ilmiah
pelayanan kesehatan perorangan secara khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagai
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Citra menghadapi dan menangani masalah medic
Umbara, 2010) modern yang semuanya terikat bersama-sama
Rumah sakit oleh WHO (2012) diberikan dalam maksud yang sama untuk pemulihan dan
batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar,
(Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi 2010).
memberikan pelayanan kesehatan lengkap Pelayanan keperawatan adalah suatu
kepada masyarakat baik kuratif maupun upaya penyelenggaraan kegiatan dalam
rehabilitatif, dimana output layanannya mengakomodir ketersediaan praktik keperawatan
menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, yang benar dan baik berupa kegiatan
rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan menajemen kepemimpinan dan pengendalian
mutu praktik keperawatan ditatanan pelayanan

14
JIKKHC Vol. 02/No.02/Juni-2018

kesehatan, selain itu praktik keperawatan adalah serta tekanan – tekanan dari teman sejawat
tindakan mandiri perawat yang di berikan melalui (Schutz, 2010).
kolaborasi dengan sistim klien dengan tenaga Hasil penelitian serupa serupa oleh
kesehatan lain dalam memberikan asuhan Schutz, menyatakan bahwa perawat di instalasi
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan peraawatan intensif memiliki tingkat stress yang
tanggung jawabnya termasuk praktek lebih tinggi di bandingkan dengan perawat di unit
keperawatan individual dan berkelompok (Budi, lain (Schutz, 2010).
2010). Seperti halnya stress pada umunya, stress
Perawat professional memberikan pada perawat di sebabkan oleh berbagai factor,
pelayanan keperawatan sesuai dengan standar diantaranya beban kerja, hal tersebut didukung
keperawatan. Standar keperawatan menguraikan oleh hasil penelitian ilmiah (2012) bahwa
tingkat kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas terdapat lima besar urutan stressor pada
struktur, proses, dan hasil dapat dinilai. Standar perawat. Pertama di karenakan beban kerja yang
asuhan keperawatan berarti kualitas yang berlebihan sebanyak (82,8%), selanjutnya
diinginkan dan dapat dinilai berupa pemberian dikarenakan pemberian upah tidak adil (57,9%),
asuhan keperawatan terhadap pasien atau klien kondisi kerja (52,3%), beban kerja yang kurang
(Suharti, 2010). (48,6%), dan tidak diikuti dalam pengambilan
Pelayanan yang berkualitas didapatkan keputusan (44,9%). ( schutz, 2010).
dengan sumber daya manusia yang handal Penelitian yang di lakukan di rumah sakit
sesuai dengan visi dan misi rumah sakit, karena islam Surakarta tentang hubungan beban kerja
hal ini dapat mempengaruhi kinerja rumah sakit dan stress kerja proses pendokumentsian
dan sarana pelayanan kesehatan lainya (Budi, keperawatan, juga ditemukan adanya hubungan
2010). yang signifikan antara stress kerja dan
Dalam menjalankan profesinya perawat pendokumentasian proses keperawatan di
rawan terhadap stress. Menurut survey di rumah sakit Surakarta (Astuti, 2011).
perancis (dalam frasser, 2011) di temukan Stress yang dihadapi perawat didalam
bahwa presentase kejadian stress sekitar 74% bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas
dialami perawat. Sdangkan di Indonesia menurut pelayanan keperawatan yang di berikan kepada
hasil penelitian yang di lakukan oleh persatuan pasien. Stress yang berkelanjutan dan individu
perawat nasional Indonesia (2010) terdapat tidak dapat beradaptasi dengan baik akan
50,9% perawat mengalami stress kerja (Frasser menjadi stress yang dapat menyebabkan
2011). gangguan fisik, mental, social, dan spiritual
Dalam suatu rumah sakit unit pelayanan (Utomo, 2010).
intensive care merupakan tempat perawatan Beberapa dampak negative yang dapat
yang kritis, oleh karena itu banyak ketegangan ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa :
yang dapat menyebabkan beban dan terjadinya kekacauan dan hambatan baik dalam
menimbulkan stress kerja dan mempengaruhi menajemen maupun operasional kerja,
produktivitas kerja perawat, di banding perawat mengganggu kenormalan aktivitas kerja,
di unit lain, perawat di ruangan intensive care menurunkan tingkat produktivitas, menurunkan
lebih banyak waktu berkontak langsung dengan pemasukan dan keuntungan rumah sakit
pasien sehingga meningkatkan terjadinya (Haryani, 2010).
kesalahan karena ada banyak prosedur invasive Berdasarkan data direktorat jendral bina
di lakukan di ruangan tersebut yang berpotensi pelayanan medic depkes, pada tahun 2010
membahayakan keselamatan pasien (Helm, jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319
2010). yang terdiri dari 1.033 RSU dengan jumlah
Penelitian dari Schultz (2010) dan Selye kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000,
(2012) dalam National institute for occupational sementara data kunjungan ke ruang intensive
safety and health ( NIOSH), menetapkan sebanyak 4.402.205 (13,3% dari total seluruh
perawat sebagai profesi yang beresiko sangat kunjungan di RSU), dari jumlah seluruh intensive
tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. terdapat 12,0% berasal dari pasien rujukan
Selain itu, penelitian tersebut juga (Kepmenkes, 2010).
mengungkapkan bahwa pekerjaan perawat Pasien yang masuk ke ruangan intensive
mempunyai beberapa karakteristik yang dapat antara lain ruangan, tentunya butuh pertolongan
menciptakan tuntutan kerja yang tinggi dan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya
menekan. Karakteristik tersebut adalah otoritas standar dalam memberikan pelayanan gawat
bertingkat ganda, heterogenitas, personalia, darurat sesuai dengan kompetensi dan
ketergantungan dalam pekerjaan dan kemampuanya sehingga dapat menjamin suatu
spesialisasi, budaya kompetitif di rumah sakit, penanganan gawat darurat dengan response
jadwal kerja yang ketat dan harus siap kerja saat time yang dapat menjamin suatu penanganan
yang tepat, semua itu dapat dicapai antara lain

15
JIKKHC Vol. 02/No.02/Juni-2018

dengan meningkatkan sarana, prasarana, kerja perawat di ruang CVCU dan ICU RSUD
sumber daya manusia dan menajemen intensive Labuang baji Makassar. Pengumpulan data di
care rumah sakit sesuai dengan standar lakukan sekaligus pada suatu saat (point time
(kepmenkes, 2010). approach) artinya tiap subjek penelitian hanya
Berdasarkan data tahun 2015 dari rumah diobservasi sekali dalam pengukuran di lakukan
sakit umum daerah labuang baji, jumlah perawat terhadap status karakter atau variable subjek
di Ruangan ICU berjumlah 15 orang, perawat pada saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2010).
yang terdiri dari perawat pelaksana yang latar Populasi dalam penelitian ini yaitu
belakang pendidikan Ners = 9 perawat, S1= 2 semua perawat pelaksana di ruang ICU yang
perawat, D3 = 4 perawat. berjumlah 15 perawat, CVCU berjumlah 12, dan
Rata – rata pasien yang di rawat di ICU RPK berjumlah 12 perawat RSUD Labuang Baji
RSUD Labuang baji Makassar per minggu Makassar jadi jumlah populasi keseluruhan
sebanyak 30- 60 orang Jumlah Pasien yang di sebanyak 37 orang.
rawat paling banyak dari kelompok usia dewasa, Teknik sampel menggunakan purposive
dan anak. sampling. Sampel yang di teliti adalah perawat
Di ruangan CVCU RSUD Labuang baji pelaksana di ruang intensive care RSUD
Makassar, jumlah perawat di ruangan CVCU Labuang baji Makassar dengan jumlah sampel
RSUD Labuang baji Makassar yaitu berjumlah sebanyak 34 perawat yang di dapatkan sesuai
12 Orang perawat yang terdiri dari perawat dari rumus (Slovin, 2011)
pelaksana yang latar belakang pendidikan Ners Penelitian ini telah di laksanakan di
= 8 orang , S1= 1 orang, D3 = 3 orang. ruangan CVCU, ICU dan RPK RSUD Labuang
Rata – rata pasien dirawat di ruang CVCU baji Makassar. Waktu penelitian ini telah di
RSUD Labuang baji Makassar per minggu laksanakan pada tanggal 06 Juli- 06 Agustus
sebanyak 25- 50 orang. Pasien gawat paling 2015
banyak dari kelompok usia dewasa. Instrument dalam penelitian ini berupa
Sedangkan di ruangan RPK RSUD kuisioner untuk menilai variabel beban kerja,
Labuang baji Makassar, jumlah perawat yaitu peneliti menggunakan kuisioner terhadap beban
berjumlah 12 orang perawat yang terdiri dari kerja perawat ICU, dan ruang intensive lain yang
perawat pelaksana yang latar belakang di ambil dari buku dan referensi lain yang
pendidikan ners = 4 orang, S1 = 2 orang, D3 = 4 berjumlah 10 pertanyaan dalam bentuk skala
orang. likert, dengan jawaban tertinggi adalah 4 dan
Rata – rata pasien yang di rawat di ruang jawaban terendah 1 sedangkan untuk menilai
RPK RSUD Labuang baji Makassar per minggu stress kerja perawat ICU dan ruang intensive
sebanyak 40 orang, pasien paling bnyak dari lain, peneliti menggunakan lembar kuisioner
kelompok orang dewasa. yang berjumlah 10 pertanyaan dalam bentuk
Selain itu pemerintah Sulawesi selatan skala likert dengan jumlah tertinggi adalah 4 dan
(SULSEL) menunjuk RSUD Labuang baji jumlah terendah adalah 1.
sebagai rumah sakit rujukan bagi masyarakat Analisa ini digunakan untuk melihat
Sulawesi selatan serta menerima rujukan dari hubungan antara beban kerja dengan stress
rumah sakit lain dan di luar provinsi, Sulawesi kerja perawat pelaksana dengan menggunakan
selatan, sehingga jumlah pasien yang masuk ke uji statistik Chi Square dengan menggunakan
rumah sakit tersebut cukup banyak dan program computer SPSS.
memungkinkan beban kerja perawat menjadi
tinggi. Lingkungan kerja yang penuh tekanan, HASIL
beban kerja yang tinggi, dan kebisingan di Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa terdapat
ruangan Dapat memicu stress perawat dalam 34 jumlah responden, sebanyak 18 (52,9%)
bekerja yang pada akhirnya akan menurunkan responden yang umur dewasa muda, dan
kinerja perawat dalam memberikan asuhan sebanyak 16 (47,1%) responden yang dewasa
keperwatan. tua.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Dari tabel 4.2 menunjukan bahwa terdapat
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian 34 jumlah responden, sebanyak 2 (8,8%)
tentang hubungan beban kerja dengan stress responden yang jenis kelamin laki-laki, dan
kerja pada perawat ICU,CVCU, dan RPK RSUD sebanyak 32 (94,1%) responden yang jenis
Labuang baji (Kepmenkes 2012). kelamin perempuan.
Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa terdapat
METODE 34 jumlah responden, sebanyak 4 (5,9%)
Jenis penelitian ini adalah survey analitik responden yang pendidikan DIII, sebanyak 29
dengan menggunakan desain cross sectional (85,2%) responden yang pendidikan S1+Ners,
yang bertujuan untuk mengetahui dinamika dan sebanyak 1 (2,9%) responden yang
hubungan antara beban kerja dengan stress pendidikan S2.

16
JIKKHC Vol. 02/No.02/Juni-2018

Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa terdapat Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
34 jumlah responden, sebanyak 6 (17,6%) bahwa dari 34 jumlah responden terdapat 21
responden yang lama kerja <3 tahun, dan responden yang beban kerja cukup, sebanyak
sebanyak 28 (82,4%) responden yang lama kerja 15 (71,4%) responden yang stress kerja cukup,
>3 tahun. dan sebanyak 6 (28,6%) responden yang stress
Dari tabel 4.5 menunjukan bahwa kerja kurang. Sedangkan dari 13 responden
terdapat 34 jumlah responden, sebanyak 21 yang beban kerja kurang, sebanyak 4 (30,8%)
(61,8%) responden yang beban kerja cukup, dan responden yang stress kerja cukup, dan
sebanyak 13 (38,2%) responden yang beban sebanyak 9 (69,2%) responden yang stress kerja
kerja kurang. kurang.
Dari tabel 4.6 menunjukan bahwa Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
terdapat 34 jumlah responden, sebanyak 19 antara variabel beban kerja dan stress kerja,
(55,9%) responden yang stress kerja cukup, dan diperoleh p = 0,020 (α=0,05) yang artinya ada
sebanyak 15 (44,1%) responden yang stress hubungan antara beban kerja dengan stress
kerja kurang. kerja.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Perawat Di RSUD Labuang Baji Makassar

Umur N %
Dewasa Muda 18 52,9
Dewasa Tua 16 47,1
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Perawat Di RSUD Labuang Baji Makassar

Jenis Kelamin N %
Laki-laki 2 5,9
Perempuan 32 94,1
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Perawat Di RSUD Labuang Baji Makassar

Pendidikan N %
DIII 4 5,9
S1+Ners 29 85,3
S2 1 2,9
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Perawat Di RSUD Labuang Baji Makassar

Lama Kerja N %
<3 tahun 6 17,6
>3 tahun 28 85,3
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat di RSUD Labuang Baji Makassar

Beban Kerja N %
Cukup 21 61,8
Kurang 13 38,2
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

17
JIKKHC Vol. 02/No.02/Juni-2018

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Stress Kerja Perawat di RSUD Labuang Baji Makassar

Stress Kerja N %
Cukup 19 55,9
Kurang 15 44,1
Total 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

Tabel 4.7 Hubungan antara Beban Kerja dengan Stress Kerja Di RSUD Labuang Baji Makassar

Stress Kerja
Beban Kerja
Cukup Kurang Jumlah

n % n % n % Nilai p
Cukup 15 71,4 6 28,6 21 100,0
Kurang 4 30,8 9 69,2 13 100,0 0,020
Total 19 55,9 15 44,1 34 100,0
Sumber : Data Primer 2015

DISKUSI Karakteristik lama kerja dalam penelitian


Karakteristik umur dalam penelitian ini ini terlihat bahwa beban kerja yang selalu
terlihat bahwa rata-rata perawat yang selalu diberikan kepada perawat biasanya diberikan
dibebankan kerja biasanya paling banyak kepada perawat yang sudah lama bekerja di
perawat yang sudah senior yang berumur ditas Rumah Sakit tersebut. Perawat yang sudah lama
30 tahun dimana pada umur tersebut rata-rata bekerja di Rumah Sakit memiliki tingkat
perawat yang banyak pengalaman dan kinerja kemampuan dalam melakukan tindakan asuhan
sudah professional sehingga selalu dibebankan keperawatan kepda pasien selalu terlihat baik
kerjanya untuk melakukan tindakan keperawatan dan professional.
kepada pasien yang sedang menjalani Dari hasil analisa data dengan
perawatan di Rumah Sakit, hal ini sejalan menggunakan uji statistik chi-square antara
dengan teori Manuaba (2010) mengatakan variabel beban kerja terhadap stress kerja
bahwa beban kerja adalah kemampuan tubuh diperoleh nilai p=0,020 lebih kecil dari nilai
pekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut α=0,05. Hasil tersebut memberikan makna
pandang, ergonomic setiap beban kerja yang di bahwa hipotesis alternatif diterima yang berarti
terima harus sesuai dan seimbang terhadap bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan
kemampuan fisik maupun psikologis pekerja stress kerja.
yang menerima beban kerja tersebut. Beban Berdasarkan hasil penelitian terdapat 34
kerja dapat berupa beban kerja fisik, dan beban jumlah responden terdapat 21 responden yang
kerja psikologis. beban kerja cukup, sebanyak 15 (71,4%)
Karakteristik jenis kelamin dalam responden yang stress kerja cukup, hal ini
penelitian ini terlihat bahwa beban kerja yang disebabkan karena beban kerja yang diberikan
diberikan pada jenis kelamin di RSUD Labuang oleh perawat berupa pelaksanaan
Baji Makassar, rata-rata dibebankan pada pendokumentasian keperawatan sangat banyak
perawat yang berjenis kelamin perempuan hal ini sehingga dampak stress sering timbul pada
terlihat bahwa jumlah perawat yang bekerja di perawat tersebut. dan sebanyak 6 (28,6%)
Rumah Sakit tersebut, rata-rata lebih banyak responden yang stress kerja kurang, hal ini
perempuan daripada laki-laki. disebabkan karena beban kerja yang diberikan
Katrakteristik pendidikan dalam penilitian oleh perawat terkait dengan tindakan
ini terlihat bahwa beban kerja yang diberikan keperawatan selalu dikerjakan dengan baik
pada perawat di RSUD Labuang Baji Makassar, sehingga stress kerja tidak meningkat.
rata-rata diberikan kepada perawat yang Sedangkan dari 13 responden yang beban kerja
pendidikan S1+Ners dan DIII yang selalu kurang, sebanyak 4 (30,8%) responden yang
melakukan tindakan keperawatan yang stress kerja cukup, hal ini disebabkan karena
professional kepada pasien yang sedang perawat yang selalu dibebankan kerja oleh
menjalani perawatan di Rumah Sakit. kepala ruangan sehari-hari sehingga stress

18
JIKKHC Vol. 02/No.02/Juni-2018

kerjanya selalu timbul pada dirinya dan sebanyak 2. Perawat


9 (69,2%) responden yang stress kerja kurang, Hasil penlitian ini dapat
hal ini disebabkan karena beban kerja yang meningkatkan motivasi dan melakukan
diberikan kepada perawat tidak terlalu banyak pembinaan terhadap perawat dengan tingkat
sehingga stress kerja terlihat kurang. stress kerja yang rendah, misalnya dengan
Hasil penelitian ini tersebut menetapkan target-target tertentu untuk
menggambarkan bahwa ada kecenderungan pencapaian tugas yang diberikan, serta
pada beban kerja. Dimana beban kerja mengetahui dan mengenali strsssor yang
merupakan kemampuan tubuh pekerja dalam mengganggu dan mendiskusikan segera
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang, dengan pimpinan agar dapat segera
ergonomic setiap beban kerja yang di terima ditanggulangi sehingga stress dapat
harus sesuai dan seimbang terhadap dimanfaatkan sebagai tantangan untuk
kemampuan fisik maupun psikologis pekerja meningkatkan kinerja.
yang menerima beban kerja tersebut. Beban
kerja dapat berupa beban kerja fisik, dan beban REFERENSI
kerja psikologis. Beban kerja fisik dapat berupa Aminah, S. (2010). Hubungan beban kerja
beratnya pekerjaan seperti mengangkat, perawat dengan
merawat dan mendorong. Sedangkan beban pendokumentasian asuhan keperawatan di
kerja psikologis dapat berupa sejauh mana RS Syeh Yuauf Makassar. Skripsi tidak di
tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki terbitkan. PSIK FK UNHAS : Makassar.
individu dengan individu lainya (Manuaba 2010).
Berdasarkan hasil pengamatan Anonim, (2010) Emergency Departement.
pembahasan beban kerja di Rumah Sakit http://id. Pakguruonline .pendidikan. net/
Labuang Baji rata-rata sebagian perawat merasa buku. Diakses 12 April 2015.
pekerjaannya selalu dibebankan ketika dilakukan
tindakan keperawatan kepada pasien. beban As’ad, M. (2010).Psikologi industry. PT Liberty.
kerja selalu mempengaruhi tingkat aktivitas, Yogyakarta
kinerja stress seseorang dimana beban kerja
yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan Brunner & suddart.2010.Buku ajar keperawatan
stress kerja baik fisik maupun psikis dan reaksi- Medikal Bedah edisi 8 vol 3.. EGC. Jakarta
reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Beban kerja Budi, LS. (2010).sistim pemberian pelayanan
yang berat dapat mempengaruhi seseorang keperawatan professional di rumah
menjadi tidak nyaman ketika melakukan tindakan sakit.bina keperawatan.surabaya.
keperawatan kepada pasien, akibat tingkat
stress yang tinggi dan tingkat kelelahan yang Chomaria, N. (2010). Tips jitu & praktis mengusir
tinggi sehingga proses tindakannya terlihat stress. Diva Press. Jogjakarta.
kurang baik.
Citra Umbara (2010). Kesehatn dan Rumah
SIMPULAN Sakit. Undang-Undang RI No. 36 dan 44.
1. Terdapat (61,8%) responden yang memiliki Bandung.
beban kerja cukup
2. Terdapat (55,9%) responden yang memiliki Faizin, A. (2010). Hubungan tingkat pendidikan
stress kerja cukup Dan Lama Kerja Dengan kinerja
3. Ada hubungan antara beban kerja dengan perawat di RSUD Pondan, Bayulali
stress kerja perawat diruangan intensive http:/id.eprints,umsc.id//04/pdf di akses 16
care RSUD Labuang baji Makassar april 2015
(p=0,020). Hidayat,. A.A (2010). Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba
SARAN Medika. Jakarta
1. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat Hariyanti H. (2014). Hubungan pemberian
memberikan perhatian dan pemecahan reward dan beban kerja dengan
masalah yang tepat terhadap perawat yang pelaksanaan asuhan keperawatan di
memperlihatkan gejala stress kerja. Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Tesis.
Penanggulangan yang tepat dapat
mengurangi pengaruh buruk dari stress Haryani, T. (2010). Hubungan Antara Beban
sehingga stress dapat dimanfaatkan dalam Kerja Dengan stress kerja perawat di
pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD RS,Islam Surakarta. PROGDI Keperawatan
Labuang Baji Makassar; FIK Unismu: Surakarta

19
JIKKHC Vol. 02/No.02/Juni-2018

Related stress,
Ilyas, Y ( 2010). Menajemen tim kerja. Kiat <http/:www,cdc,gov/niosh/home page.html>
sukses, P.T. Gramedia. Jakarta Di akses april 2015.
J.P. Siregar, Charle (2010) Rumah Sakit. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan
Leka S.(2010). Work Organizing beban dan metodeologi penelitian ilmu Keperawatan,
stress http/www.who.int/occupational healt/ edisi 2. Ssalemba Medika. Jakarta
publication/endoenstres/pdf>diakses april
2015. Potter dan perry . (2011). Buku ajar Fundamental
Munandar, A. S. (2010) Psikologi dan beban ekeperawatan. EGC. Jakarta
kerja. Diva Press. Jogjakarta
Suliswati. ( 2010). Konsep dasar kesehatan
Notoatmojdo, S (2011). Metodologi penelitian keperawatan jiwa, EGC. Jakarta
kesehatan edisi revisi, Rineka cipta. Jakarta
Tim penyusun ”Prodi Studi S1 Keperawatan”
National Institute For Occupational safety and 2015. Pedoman penyusun skripsi FIK UIM :
Health (NIOSH). (2010). Research on Work Makassar.

20

Anda mungkin juga menyukai