PENDAHULUAN
2
mengkombinasikan kecerdasan inteligensi dengan emosi sehingga pasien
tidak hanya merasa puas tetapi menjadi terpikat. Bahkan pasien tersebut
akan memberitahukan kesan baiknya dan mempromosikan rumah sakit
kepada keluarga atau teman-teman (Widajat, 2009).
Psychological well-being yang tinggi pada individu dapat meningkatkan
kesuksesan hubungan pernikahan, pertemanan, kesehatan, dan performa
kerja (Roberts & Cooper, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian Usman
(2017) individu dengan psychological well-being yang tinggi dapat
berfungsi secara penuh dalam mengoptimalkan potensi diri dan berpengaruh
terhadap pengoptimalan performa kerja.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
psychological well-being adalah keadaan dimana individu memiliki keadaan
psikologis yang positif setelah individu tersebut dapat menerima dirinya,
mempunyai hubungan positif terhadap orang lain, mengembangkan potensi
dirinya, memiliki tujuan hidup, memaknai kejadian dalam hidupnya,
mampu mengatur lingkungan sesuai dengan dirinya dan mampu mengambil
tindakannya sendiri. Faktor yang dapat mempengaruhi psychological well-
being adalah usia, jenis kelamin, budaya, religiusitas, dukungan sosial,
pengalaman hidup, pendidikan, pendapatan, pernikahan, dan kepuasan
kerja.
3
instalasi rawat inap RSUD. Banggai Laut harus rela meninggalkan keluarga
serta waktu untuk beristirahat menjadi berkurang.
Hasil wawancara sebelumnya yang dilakukan di diperoleh bahwa
psychologicall well being belum sepenuhnya baik salah satunya terlihat
pada dimensi psychologicall well being yaitu hubungan positif dengan
orang lain. Kondisi tersebut terlihat bahwa hubungan antar perawat tidak
hangat di buktikan dengan adanya konflik antar perawat seperti berdeda
pendapat serta adanya saling mengucilkankan yang di lakukan antar perawat
satu dan lainnya hal tersebut dapat menjadi suatu masalah, mengingat
psychologicall well being sesuatu hal yang penting bagi seorang perawat
dalam menjalankan pekerjaannya. Berdasarkan uraian masalah di atas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara
Emotional Labor dengan Psychological Well-Being pada perawat RSUD.
Banggai Laut ”.
Rumusan Masalah
Banggai Laut.
1. Bagi Mahasiswa
Hasil tersebut dapat menjadi acuan bagi Rumah sakit untuk lebih
bekerja.
5
penelitian yang lebih luas, misalnya dengan menambah faktor-faktor
6
BAB II
1. Definisi
hubungan positif dengan orang lain yang di kaitkan dengan rasa senang
dan suasana hati yang positif, seperti halnya dalam proses komunikasi
dari emotional labor ini tidak terbatas hanya pada tempat kerja saja, ini
7
emotional labor yaitu surface acting merupakan kemampuan individu
perusahaan.
8
(Grandey, 2013) menyebutkan emotional labor sebagai segala usaha,
yang meliputi pengawasan dari atasan dan rekan kerja serta gaji,
a. Kualitas pelayanan
mencapai keberhasilan.
b. Kepuasan kerja
prosesnya.
c. Komitmen organisasi
d. Kesejahteraan psikologis
a. Surface Acting
10
Surface acting sering juga disebut dengan berpura-pura
b. Deep Acting
c. Frequence
d. Variety
11
sesuai dengan aturan dari perusahaan.
e. Intensity
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada individu yang hampir
sangat emosional.
masa kerja lebih lama dan bekerja dengan waktu yang lama.
memiliki bentuk ekspresi wajah, gerak isyarat, nada, suara dan bahasa
12
manajemen emosi walaupun tidak di tuntut perusahaan. Pengaturan
pasien.
bekerja. Hal itu di tunjang oleh pendapat dari Schulz 2010 (dalam sheila
13
1. Definisi
functioning milik rogers dan konsep individuasi dari Jung. Selain itu
juga ada beberapa konsep lain yang di ambil dari teori perkembangan
14
dan keadaan kesehatan seseorang terkait kualitas kerja seseorang
diri yang normal. Ketika kita percaya bahwa kita dapat berhenti untuk
merasa buruk dan tidak bernilai, kita akan baik-baik saja (Karbalaei &
Shirvani, 2015).
Dimensi yang kedua yaitu dimensi fisik yang terdiri atas makanan,
selain bebas dari kondisi kronis yang melelahkan, atau alergi, atau
melihat seseorang yang kita sayangi bebas dari sakitnya. Dimensi yang
aspek yang ada dalam dirinya, baik yang positif maupun negatif,
17
orang lain, dan juga memiliki rasa afeksi dan empati yang kuat
c. Kemandirian (Autonomy)
18
memiliki kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan
yang sesuai dengan kondisi fisik dan mental pada dirinya. Dengan
disekitarnya.
19
untuk mengembangkan potensi dalam diri dan berkembang sebagai
20
diterima oleh orang lain. Individu yang semakin diterima baik
cinta dari orang lain. Cinta atau kasih sayang yang berkurang
c. Prestasi (achievement)
faktor tersebut, antara lain: latar belakang budaya, kelas sosial, tingkat
kesehatan dan fungsi fisik, serta faktor kepercayaan dan emosi, jenis
b. Dukungan sosial
21
Dukungan sosial sendiri di artikan sebagai rasa nyaman, perhatian,
sosial.
psikologi.
being ).
pekerjaan yang terlewatkan, turnover, tidak ada jaminan cuti saat sakit,
tetapi tidak ada tanggung- jawab pokok dari organisasi (Karbalaei &
Shirvani, 2015).
22
Well-being memiliki dampak signifikan pada performansi dan
fisik, job security, organisasi kerja, worklife benefits, dan upah (Schulte
dan kuantitas) dan juga berdampak pada hasil yang dicapai oleh
23
siswa pada penelitian ini berdasarkan dimensi-dimensi yang telah
2.3. Perawat
1. Definisi
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu kata Nutrix
dan melindungi, yang merawat orang sakit, luka dan usia lanjut
(Priharjo, 2008).
24
pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk
2. Karakteristik perawat
a. Usia
b. Jenis kelamin
lebih sabar, lemah lembut, dan peduli (Warsito & Yanti, 2013).
c. Masa kerja
25
terhadap pasien yang sedang memeriksa sehingga pasien merasa
pasien agar pasien tersebut termotifasi dan merasa akan lebih baik
Aspek-Aspek
Emotional Labor
menurut Robbin dan
Judge (2012) ;
Surface Acting Dimensi-dimensi
Psychological well- being
Deep Acting
:
Frequency
Penerimaan diri
Variety
Intensity Hubungan positif
dengan orang lain
Kemandirian
Penguasaan
lingkungan
Tujuan hidup
26
Mengembangkan
potensi
(Grandey, 2013 ; Brunetto et al, 2013 ; Judge, 2012)
Psychological well-
Emotional Labor being
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
2.4 Hipotesis
27
Emotional Labor dengan Psychological Well-Being pada perawat RSUD.
Banggai Laut.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
2020.
bebas dan variabel terikat akan di kumpulkan dan di ukur dalam waktu yang
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
29
3.3.1 Variabel Independen
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini yang
3.5.1 Populasi
seluruh perawat yang bekerja di RSUD. Banggai Laut sejumlah 119 orang.
3.5.2 Sampel
Dari data tentang populasi di atas akan di seleksi kriteria sampel yang
terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel yaitu karakteristik
umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan
(Sugiyono, 2013).
31
3.6 Teknik Pengumpulan Data
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
1. Data Primer
2. Data Sekunder
32
3.7 Teknik Pengolahan Data
Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh
dalam pengisiannya.
kuisioner.
4. Tabulasi (Tabulating)
dimiliki sesuai tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk narasi dan
1. Analisis univariat
menggunakan rumus :
33
F
P= x 100%
N
Keteragan :
P : Presentase
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat yaitu yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Teknik analisis data
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan salah satu uji Chi
permohonan izin yang ditujukan ke RSUD. Banggai Laut dalam hal ini
34
1. Informed consent
dilaksanakan.
2. Anonymity
3. Confidentiality
Data berupa usia, jenis kelamin, dan pengetahuan dari pasien dijamin
35
DAFTAR PUSTAKA
Brunetto, Y., Xerri, M., Shriberg, A., Farr-Wharton, R., Shacklock, K., Newman,
S., & Dienger, J. 2013. The impact of workplace relationships on
engagement, well-being, commitment and turnover for nurses in australia
and the USA. Journal of Advanced Nursing.
Danna, K & Griffin, R.W. 1999. Health and well-being in the workplace: A
review and synthesis of the literature. Journal of Management, 25(3),
357-384.
Diefendorf, J. M., Levy, P.E., Dahling, J.J., & Chau, S.L. 2009. A
predictive study of emotional labour and turn over. Journal of
Organization Behavior. 30, 1151-1163.
Grandey, A. A. 2009. When the show must go on: Surface and deep acting
as determinants of emotional exhaustion and peer-rated service
delivery. Academy of Management Journal, 46, 86-96.
Grant, A.M., Christianson, M.K., & Price, R.H. 2007. Happiness, health, or
relationships? Managerial practices and employee well-being
tradeoffs. Academy of Management Perspective, 51-63.
Harmon, K., Sey.R., Hiner, J., Faron, S., & McAdam, A. 2010. Successful
nurse.
36
Hochschild, A. R. 1983. The managed heart: The commercialization of
human feeling.Berkeley: Univ. of California Press.
Robertson, I.T & Cooper, C.L. 2010. Full engagement: The integration of
employee engagement and psychological well-being. Leadership and
Organization Development Journal, 31(4), 324-335.
Sholihah, Q., & Fauzia, R. 2013. Relationship work fatigue related to work
stress on circadian rythm night shift operator employee PT. Indonesia
Bulk Terminal, South Kalimantan. The European Journal of Social &
Behavioural Sciences.
Wright, T.A., Cropanzano, R., Bonett, D.G., & Diamond, W.J. 2009. The
role of employee psychological well-being in cardiovascular health:
When the twain shall meet. Journal of Organizational Behavior.
Zizek, S.S., Treven, S., Cancer,V. 2014. Employees in slovenia and their
psychological well-being based on ryff’s model of psychological well-
being. Social Indicators Research.
38
LAMPIRAN
39