PROPOSAL
OLEH :
KARMILA (16142010065)
2019
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melindungi
dan menyertai Saya sehingga dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan waktu
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
1. Bapak Dr. H. Mustofa Haris., S.Kep., Ns., M.Kep sebagai Ketua Yayasan STIKes
2. Ibu Ulva Noviana., S.Kep., Ns., M.Kep sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah
3. Bapak Dr. M. Suhron., S.Kep., Ns., M.Kep sebagai pembimbing kami dan
Madura yang telah menberikan ilmu kepada saya selama mengikuti pendidikan .
5. Teman sejawat yang telah memberikan dukungan baik materi dan ilmu sehingga
6. Untuk Kedua Orangtua kami yang penuh semangat dalam memberikan semangat
dan dukungan untuk kami dalam menjalani perkuliahan hingga akhir semester ini.
7. Perawat di RSUD Bangkalan yang telah memberi semangat dan bantuan kepada
tesis ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Stres adalah kondisi fisik dan psikologis yang disebabkan karena adaptasi
seseorang pada lingkungannya. Selain itu, stres adalah “persiapan yang tidak
fisik yang bersifat mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan
tugas tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber daya, atau keinginan pekerja
seseorang dapat di kategorikan mengalami stres kerja, apabila stres yang dialami
bekerja. Stres kerja dapat berdampak buruk pada kondisi kejiwaan apabila tidak
suatu penyakit. Tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan atau
kerja dapat merupakan penyebab timbulnya stres. Misalnya kerja shift malam
yang menyebabkan gangguan fisik dan emosi. Selain kerja shift hal lain yang
dapat menimbulkan stres adalah beban kerja dan lingkungan kerja. Dampak
buruk lain yang dapat ditimbulkan jika seorang perawat mengalami stres ialah
dapat mengganggu interaksi sosialnya, baik itu dengan rekan kerja, dokter
maupun pasien. Efektivitas kerja dapat pula menjadi terganggu, karena pada
umumnya apabila seseorang mengalami stres, maka akan terjadi gangguan baik
menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal tidak saja datang dari satu
terdapat 50,9% perawat mengalami stres kerja. Stres kerja pada perawat juga
Rumah Sakit Husada mengalami stres kerja dan 51,2% perawat di Intensive
Care Unit (ICU) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Mitra
mengalami stres kerja ringan. Profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial
menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami stres, yaitu sekitar
sebanyak 50,9% perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja, sering
merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu
tinggi serta penghasilan yang tidak memadai (Pongoh, 2013). Jika hal ini
(2014), indikator stres kerja terdiri dari tiga faktor yaitu psikologis seperti cemas,
tegang, sensitif, bosan, tertekan, tidak konsentrasi dan komunikasi tidak efektif.
Gejala fisik seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, gangguan
dan penggunaan minuman keras. Banyak hal yang menyebabkan stres kerja,
menurut Kuswanti (2011), salah satu pemicu stres kerja adalah konflik peran
ganda pada wanita. Ahmad (2008) mengatakan bahwa konflik peran ganda
konflik peran ganda sebagai bentuk konflik peran dimana tuntutan peran
pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa
hal. Jadi perawat akan mengalami stres kerja jika tidak mampu mensejajarkan
antara tuntutan peran pekerjaan dengan peran di rumah. Stres yang biasa dialami
oleh perawat bisa disebabkan oleh banyaknya tekanan. Saat di rumah perawat
dituntut untuk mengurus semua kebutuhan yang diperlukan suami dan anak
jika memang sudah memiliki anak dan kadang mengurus keperluan orang tua
baik orang tua wanita ataupun orang tua pria atau suami (Namayandeh, 2010).
Kondisi tersebut dapat menimbulkan konflik pada diri perawat. Stres kerja
berperan yaitu faktor sosial, faktor individu dan faktor di luar organisasi. Faktor
yang paling berhubungan yaitu faktor sosial (Tantra & Larasati, 2015). Dukungan
sosial memberikan kontribusi bagi seseorang dalam menghadapi stres.
kesehatan mental. Individu yang memiliki dukungan sosial yang lebih kecil, lebih
2012). Oleh karena itu untuk mengurangi stres kerja, maka seseorang perlu
Stres yang terjadi pada perawat tersebut apabila tidak ditangani dengan
kinerja perawat terhadap pelayanan kepada pasien. Oleh karena itu berdasarkan
beban kerja dan stres kerja perawat di ruang rawat inap (anak, bersalin, bedah,
a. Bagaimana gambaran beban kerja pada perawat di ruang rawat inap (anak,
b. Bagaimana gambaran stres kerja pada perawat di ruang rawat inap (anak,
c. Bagaimana hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di ruang
1.5 Tujuan
ruang rawat inap (anak, bersalin, bedah, penyakit dalam) di RSUD Bangkalan
1.6 Manfaat
sebagai berikut :
1.6.1 Teoritis
dengan stres kerja pada perawat di ruang rawat inap (anak, bersalin, bedah,
1.6.2 Praktis
b. Untuk Instansi
keperawatan.
c. Bagi Perawat
mengelole
TINJAUAN PUSTAKA
atau proses psikologis secara langsung terhadap tindakan, situasi dan kejadian
mengancam kondisi fisik dan psikis atau gejala psikologis yang mendahului
menjelaskan bahwa stres kerja sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh
persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya
malas dan merasa cepat bosan. Sebaliknya stres yang berlebihan dapat
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah respon
adaptif, tanggapan, penyesuaian diri pada suatu kondisi antara individu dan
lingkungan. Stres yang rendah dan berlebihan akan menyebabkan lesu, malas,
Phychiatric, Quarterly : XXXII:4) bahwa ada tiga fase atau tahapan stres
a. Tahap reaksi waspada, pada tahap ini dapat terlihat reaksi psikologis”
fight or flight syndrome ” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu
mempengaruhi denyut nadi dan ketegangan otot. Pada saat yang sama
daya tahan tubuh akan berkurang dan bahkan bila stressor sangat besar
waspada untuk sedapat mungkin kembali keadaan normal dan pada waktu
Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala- gejala stres akan
ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stressor tidak dapat
diatasi atau terkontrol maka ketahanan tubuh beradaptasi akan habis dan
c. Tahap kelelahan, tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap
awal stres yang tubuh individu terbiasa. Energi penyesuaian terkuras dan
penyakit arteri koroner, bisul, kolitis. Tanpa ada usaha untuk melawan
terekspos pada stressor yang sama pada waktu yang lama secara terus
menerus, maka tubuh yang semula telah terbiasa menyesuaikan diri akan
tidak dapat dianggap dapat bertahan selamanya karena suatu saat energi
untuk adaptasi itu akan habis. dapat dianggap dapat bertahan selamanya
1) Tahap pertama : reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya
beberapa gejala atau tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme
pertahanan diri.
pada masa tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stres ini terus
berlanjut terus dan mekanisme pertahanan diri tidak sanggup berfungsi lagi
maka berlanjut ke
seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit tetapi dari
beberapa pembangkit stres. Sebagian dari waktu manusia adalah untuk bekerja,
pembangkit stres yang besar terhadap kurang berfungsinya atau jatuh sakitnya
kategori, yaitu ;
a. Faktor intrinsik dalam pekerjaan
dan tuntutan tugas, tuntutan fisik : kondisi fisik misalnya faktor kebisingan,
kerja malam. Beban kerja dan penghayatan dari resiko bahaya. Tuntutan
fisik yaitu kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan
shift kerja atau kerja malam merupakan sumber stres bagi perawat. Beban
kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres.
harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan
yang diharapkan oleh atasannya, namun demikian tenaga kerja tidak selalu
c. Pengembangan karir
yang kurang.
d. Hubungan dalam pekerjaan
Faktor stres yang dikenali dalam katagori ini adalah terpusat pada
sejauh mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada support
keputusan
kerja.
keselamatan.
yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti
lingkungan kerja yaitu kondisi, fisik, manajemen atau hubungan sosial dan
faktor personal yaitu tipe kepribadian. Serta beban kerja yang berlebih,
pekerjaan yang berisiko tinggi, status perkawinan, umur, pendidikan dan jarak
tempat tinggal.
e. Jantung berdebar-debar
1) Gejala psikologis
a) Kecemasan, ketegangan
c) Memendam perasaan
diri
2) Gejala fisik
3) Gejala perilaku
d) Perilaku sabotase
Menurut Lubis (2006) stres kerja dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
a. Penyakit fisik yang di induksi oleh stres seperti penyakit jantung koroner,
bekerja bergiliran
c. Absensi kerja
d. Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja
e. Gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan sampai ketidak mampuan yang
berat. Gangguan jiwa yang ringan misalnya mudah gugup, tegang, marah-
marah, apatis dan kurang konsentrasi. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat
stres akan lebih sensitif terhadap hilangnya percaya diri, menarik diri dan
lain-lain
tertunda
d. Membentuk lingkungan sosial yang sehat yaitu antara pekerja yang satu
dengan yang lain, supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi.
kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang
diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik
mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat
keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya.
(Manuaba,2000)
adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan
pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban
kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul
karena tugas –tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif
jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau tugas tidak
menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja. Beban kerja fisikal atau
Rodahl (1989) dan Manuaba (2000) (dalam Prihatini 2007) menyatakan bahwa
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti ;
1) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
b. Faktor internal :
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut Strain
Akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat
Hal ini didukung oleh penelitian Suciari (2006) bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain yang dialami
pramu kamar. Presentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari perawat
dengan kategori beban kerja berat sekali mencapai 100 %, sedangkan beban
fisik atau mental dan reaksi –reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit
dan beban kerja mental dapat dinilai melalui pengukuran denyut nadi. Hal ini
dengan pembebanan kerja mental dari suatu pekerjaan. Kekuatan komponen ini
nadi berkurang pada level pembebanan tinggi. Pengukuran beban kerja mental
dapat secara obyektif dan subyektif, pengukuran dengan cara obyektif dapat
seseorang.
min
sekali
60% dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis
pekerja kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung
asuhan kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas
tambahan dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya. Tenaga
jam terus menerus. Perawat di rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat
inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat. (Hamid,2001)
Fungsi perawat adalah membantu individu yang sakit atau sehat dalam
24 jam. Salah satu dari sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah unit
pelayanan ruang rawat inap. Menurut Depkes RI (1987) ruang rawat inap adalah
ruang pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur
penanganan kesehatan pasien. Ruang rawat inap terdiri dari perawatan anak,
Beban kerja di perawatan rawat inap adalah perawat dituntut harus tetap
ada di sisi pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan
pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun
berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Azwar (1993) bahwa beban perawat pada pasien adalah
jam dan bekerja secara bergiliran/shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan
jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah
ada.
Beban kerja perawat pada setiap ruang rawat tidak sama. Perawat bekerja
sesuai dengan pedoman uraian tugas yang telah di tetapkan oleh Depkes ( 1994)
alat-alat atau obat-obat yang dibutuhkan pasien sebelum dan sesudah operasi
dan merawat pasien sesudah operasi dan melaksanakan administrasi. Pada ruang
penyakitnya dan bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk
tubuh dan gangguan kesehatan. Reaksi terhadap stress dapat berupa reaksi psikis
perilaku. Usaha perilaku berupa melawan stress atau berdiam diri, dalam
kehidupan sehari-hari reaksi ini berlaku bergantian tergantung situai dan bentuk
stres. ( Fraser.1992).
Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) dan Manuaba (2000) salah satu
faktor penyebab stres kerja adalah beban kerja, faktor-faktor pekerjaan yang
dapat menimbulkan stres adalah dalam kategori beberapa faktor intrinsik dalam
pekerjaan adalah fisik dan tugas, tugas mencakup beban kerja, kerja malam dan
yang efektif hal ini merupakan beban kerja Perawat. Menurut Charles, A dan
keterbatasan tenaga.
dengan teman sejawat, gagal membentuk tim kerja dengan staf yang lain.
tindakan baru, bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan
yang cepat.
dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien,
5) Merawat pasien yang gagal untuk membaik. Misalnya merawat pasien lansia,
perawat, beban kerja akan menjadi sumber stress bila banyaknya beban kerja
tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu
Dalam setiap ruang rawat inap terdapat perbedaan jenis pasien yang
berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda. Untuk itu perawat
harus peran sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif
serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras, cerdas, iklas
dan kerja berkualitas. Jenis pasien yang dirawat di ruangan rawat inap rumah
tidak dikelola dengan baik maka akan berakibat terjadinya stres kerja (Ed
penyebab stres yang potensial di rumah sakit , karena stres akan selalu
beda dalam menahan stres, hal tersebut bergantung jenis,lama dan frekuensi
stres yang dialami perawat. Menurut Dantzer dkk dalam Widyastuti (1999)
makin kuat stressor, makin lama dan sering terjadi sangat berpotensi
Naiknya jumlah
pasien
Psikis: bertanggung jawab
Beban kerja memperbaiki kesehatan pasien
Fisik : membantu pasien
dalam memenuhi KDM,
mendorong brankat,
Tuntutan memandikan pasien,
membereskan bed
Pekerjaan yang
Mendesak
Lelah, letih,
Peran Ganda Stres kerja
lesu, cemas, bosan
Keterangan :
: tidak diteliti
: diteliti
naiknya jumlah pasien, beban kerja, tuntutan pekerjaan yang mendesak, dan
peran ganda. Faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah beban kerja dimana
seorang perawat dituntut untuk selalu profesional dalam setiap pekerjaan yang
mereka lakukan, beban kerja yang mereka hadapi terdapat dua yaitu beban kerja
psikis yakni perawat bertanggung jawab memperbaiki kesehatan pasien (agar
tidak parah, atau bahkan meninggal), dan beban kerja fisik yakni perawat
pasien membereskan bed, menyeka, mendorong brankat dan lain-lain, dari kedua
faktor tersebutlah perawat rentan terhadap stres kerja yang mereka alami ketika
bertugas sehingga mereka menyebabkan lelah, lesu, letih dan bosan yang pada
H1 : Ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada perawat di ruang
METODE PENELITIAN
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian adalah
cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan (Suryana 2010). Dalam bab akan
operasional, populasi dan sampel, tempat dan waktu penelitian, alat pengumpul data,
validitas dan reabilitas, cara pengumpulan data, pengolahan data dan etika penelitian
pekerjaan perawat ditiap unit bagian tersebut mempunyai beban kerja yang
berbeda
3.1.2 Waktu
Pengambilan data dilakukan selama 1 (satu) bulan yaitu bulan Juni – Juli
penelitian juga mencari hubungan antara variabel beban kerja dengan stress
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di ruang rawat inap
3.3.2 Sampel
teknik purposive sampling yaitu teknik dengan tujuan atau pertimbangan tertentu
yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut ; Jenis kelamin wanita, lama
bekerja minimal 1 (satu ) tahun, mempunyai status gizi yang baik, tidak sedang
hamil, tidak sedang menyusui, tidak sedang sakit waktu penelitian, umur
tersebut adalah dari ruangan bedah 6 orang, ruangan anak 9 orang, ruangan
kebidanan 7 orang dan ruangan penyakit dalam 8 orang, total sampel sebanyak 30
orang.
3.4 Metode dan ALat Pengumpulan Data
dengan cara ;
Melakukan pengukuran terhadap beban kerja fisik dan stres kerja mental dengan
mengukur denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja secara manual memakai
Stopwatch. Data ini untuk memberikan gambaran berat ringannya beban kerja
Beehr dan Newman (1978), yang membagi gejala stres menjadi tiga aspek
yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. (1) Gejala psikologis terdiri
percaya diri. (2) Gejala fisik seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan
lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migrain, kanker,
ketegangan otot dan problem tidur. (3) Gejala perilaku: menunda atau
menghindari pekerjaan atau tugas, penurunan prestasi dan produktivitas,
b. Sebelum dilakukan pengambilan data stres kerja, kuisoner stres kerja terdiri
angka 2, sering angka 3 dan sering kali angka 4 dan diuji cobakan di lapangan
(try out) untuk menguji kelengkapan pertanyaan disamping itu untuk menguji
validitas dan reliabilitas daftar pertanyaan tersebut. Setelah diuji coba jumlah
item yang gugur atau tidak valid sebanyak 35 item, sehingga jumlah item
menjadi 65 item. Item tersebut terdiri dari 27 item tentang gejala psikologis,
21 item tentang gejala fisik dan 17 item tentang gejala perilaku. Cara
terbesar = 260. Kategori stress terdiri dari ringan 65 - 130 , sedang 131- 195
dan berat 196 - 260. Data ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
validity dan Internal Consistency . Content validity yaitu validitas yang diperoleh
melalui penyusunan alat ukur berdasarkan konsep teoritis dari variabel yang akan
diukur. Semakin skala itu mendekati konsep teoritis dari variabel, maka akan
Internal Consistency, yaitu hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes
analisis item- item, penghitungan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini
Cronbach’.
a. Uji Statistik
diamati, diuji, dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012)
Mengukur berat ringan beban kerja secara fisik dan mental dengan mengukur
denyut nadi. Setiap obyek dilakukan 3 (tiga) kali pengukuran pada shift pagi
yaitu sebelum bekerja pada pukul 8.00 wib dan sesudah bekerja pada pukul
Ringan 75-100
Sedang 101-125
Berat 126-150
Pengolahan Data :
Counting
Skorting
tabulating
Uji Statistik
a. Statistic Deskriptif : Gambaran
Karakteristik
b. Statistic Inferensial : Product
Moment Pearson
Penyajian Hasil
kesimpulan