Selama masa Pandemi COVID-19 RSUD X Jakarta mengalami peningkatan jumlah pasien yang
dibuktikan Bed Occupancy Rate (BOR), membuat beban kerja para perawat semakin bertambah, bertambahnya
beban kerja maka semakin bertambah tingkat kelelahan yang dirasakan perawat dan jika terus berlanjut akan
terjadi penurunan produktivitas kerja.
Kelelahan kerja yaitu Kelelahan tubuh akibat dari perpanjangan suatu kegiatan atau aktivitas untuk
melakukan kerja dalam waktu yang ditentukan. Terdapat dua jenis kelelahan,yaitu: kelelahan otot atau
kelelahan kerja gejala objektif yang diukur dengan menggunakan reaction time baik rangsang suara maupun
rangsang cahaya yang ditampilkan secara digital pada alat pemeriksaan dan kelelahan umum atau kelelahan
mental merupakan kelelahan kerja gejala subjektif yang diukur dengan menggunakan kuesioner alat ukur
perasaan kelelahan kerja (KAUPK2)
Sumber daya manusia yang dibutuhkan di rumah sakit memberikan perawatan kepada pasien. Perawat
tenaga kerja. Perawat merupakan sumber daya manusia yang menemati urutan teratas dalam hal jumlah pesanan
meskipun di luar rumah sakit. Salah satu masalah yang di kerjakan pada setiap pekerja yaitu kelelahan. Masalah
dalam pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pekerja seorang pekerja. Dengan kinerja penilaian kita dapat
mengetahui tingkat kinerja yang dihasilkan pada setiap pekerja perawat di rumah sakit.
Kata Kunci : Kelelahan, RSUD, Kinerja
1
PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja dituntut untuk melakukan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3). Menurut America Sociaty of Safety and Engineering (ASSE) Kesehatan dan Keselamatan Kerja
merupakan suatu bidang kegiatan untuk mencegah semua jenis kecelakaan (Tarwaka, 2010.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diterapkan diseluruh tempat kerja yang memiliki
Data Dari Occupational Safety And Health Administration (OSHA) PADA TAHUN 2011, rumah
sakit Amerika Serikat tercata 58.860 kecelakaan kerja dan penyakit yang menyebabkan karyawan
kehilangan pekerjaan. Dalam hal ini tingkat kasus kehilangan waktu, lebih berbahaya untuk bekerja di
rumah sakit dari pada di konstruksi atau manufaktur. (OSHA, 2011). The joint Comission pada tahun 2008
juga melaporakan 300 % lebih perawat membuat kesalahan karena kelelahan dan berujung kepada
Kelelahan kerja tidak hanya dialami oleh tenaga kerja yang bekerja di bidang industry, namun juga
dibidang pelayanan kesehatan, contohnya perawat. Penelitian ini serupa menunjukkan Sebagian besar
perawat di Ruang Rawat Inap RSUD X Jakarta mengalami kelelahan. Bahwa perawat sebagian di RS
mengalami kelelahan kerja yang sama dengan tingkat sedang dan tinggi.
RSUD X Jakarta Kelas B merupakan Rumah Sakit Daerah yang banyak menerima rujukan dari
Rumah Sakit tipe C dan termasuk Rumah Sakit tipe C dan termasuk rumah sait B Pendidikan. Visi dari
RSUD X adalah menjadi rumah sakit Pendidikan yang berkualitas daan mandiri untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan paripurna menuju masyarakat Jakarta yang sehat. Dalam dua tahun terakhir ini RSUD
X Jakarta mengalami peningkatan jumlah pasien yang dibuktikan dengan Bed Occupancy Rate (BOR) atau
Bed Occupancy Rate (BOR) menggambarkan tingkat rata-rata tempat tidur. Angka BOR idealya
yaitu 60%-80%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakuan, capaian BOR pada tahun 2016 dari ruang
rawat inap 79,42% dan IGD 75,08%. Sementara pada tahun 2017 di ruang rawat cenderung
mengalami 85% dan Igd 78,28% data ini menunukkan adanya peningkatan capaian BOR dilihat dari dua
2
tahun terakhir. Data dari Laporan tahunan Instalasi rawat inap dan IGD RSUD X Kelas B Jakarta (2018),
diperoleh umlaj kunjungan pasien rawat inap dair bulan januari sampai April 1.123 pasien dan IGD 1.152
pasien. Bed Occupancy Rate (BOR) tahun 2018 di Instalasi Rawat Inap 84,52% dan IGD 85%. Hal ini
membuat beban kerja para perawat semakin bertambah, semakin bertambahnya beban para perawat
semakin bertambah tingkat kelelahan yang dirasakan perawat dan jika hal ini terus berlanjut akan terjadi
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya diantaranya penelitian tentang hubungan antara beban
kerja dengan kelelahan kerja pada perawat RSUD Bhayangkara TK. II Jakarta dan RSU X Jakarta.
Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat
Penelitian ini dilaksanakan di IGD dan Instalasi Rawat Inap RSUD X Kelas B Jakarta pada bulan
Desember 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
Populasi pada penelitian ini adalah perawat sebanyak 89 orang yang bekerja di ruang perawatan
bedah (Zaal B), Anak (Zaal Anak), Interna (Zaal C), ICU dan Ruang IGD RSUD X Kelas B Jakarta. Sampel
dalam penelitian ini adalah 65 orang karena pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
Teknik purposive sampling yaitu Teknik dengan tujuan atau pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut: lama bekerja minimal 1 (satu) tahun, tidak memiliki riwayat penyakit, tidak
menderita dan memiliki risiko, tidak merokok, responden wanita tidak haid, mempunyai status gizi yang
3
baik, tidak sedang hamil, tidak sedang menyusui, tidak sedang sakit waktu penelitian, umur tergolong usia
Committee (IFRC) untuk mengukur kelelahan kerja dan beban kerja dihitung dengan cara menghitung
denyut nadi kerja sebanyak 2 kali yaitu sebelum bekerja dan setelah bekerja dengan menggunakan stop
denga kelelahan kera pada perawat di RSUD X Kelas B Jakarta Tahun 2020 digunakan analisi univariat
Hasil
Karakteristik Responden
mayoritas merasakan kelelahan kategori sedang sebanyak 21 orang (32,3%) sisanya 14 orang (21,5%)
merasakan kelelahan kategori rendah, 9 orang (13,8%) merasakan kelelahan kategori tinggi. Dari 21 orang
(32,3%) responden dengan beban kerja sedang mayoritas merasakan kelelahan kategori tinggi sebanyak 19
Tabel 1 Distribusi Hubungan Beban Kerja. Pre dengan Kelelahan Kerja pada Perawat Berdasarkan
Kueisioner di RSUD X Kelas B Jakarta Tahun 2020
4
Beban Kerja Post
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 orang (38,5%) responden yang dengan beban kerja ringan
mayoritas merasakan kelelahan kategori rendah sebanyak 14 orang (21,5%) sisanya 9 orang (13,8%) merasakan
kelelahan kategori sedang dan 2 orang (3,1%) merasakan kategori tinggi. Dari 40 orang (61,5%) responden
dengan beban kerja sedang mayoritas merasakan kelelahan kategori tinggi sebanyak 26 orang (40,0%) sisanya
Tabel 2 Distribusi Hubungan Beban Kerja Post dengan Kelelahan Kerja pada Perawat Berdasarkan
Kelelahan Kerja
Rendah Sedang Tinggi Total Sig (p)
n % n % N % n %
Ringan 14 21,5 9 13,8 2 3,1 25 38,5
Pembahasan
Dalam penelitian ini terlihat bahwa ada menghubungkan beban kerja perawat melihat
beberapa variable yang secara signifikan keberagaman tugas yang dilakukan perawat
berhubungan dengan kelelahan kerja pada dan jam kerja yang melewati waktu standar jam
perawat kerja pada perawat yaitu beban kerja, kerja harian dan mingguan terutama denga
jenis kelamin, umur dan masa kerja. rotasi jaga yang tidak tetap. Perbedaan lama
produktif dan non produktif yang telah Kelelahan kerja terjadi karena faal
dijabarkan dalam hasil penelitian bahwa beban tubuh yang data berubah karena factor usia
kerja yang dimiliki oleh perawat cenderng mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas
tinggi, terutama pada masa pandemic COVID- kerja seseorang. Seseorang yang berumur
19 di RSUD X Kelas B Jakarta. Hal ini akan muda sanggup melakukan pekerjaan berat dan
5
sebaliknya jika seseorang berusia lanjut maka menyebabkan perempuan cenderung
akan menurun karena merasa cepat Lelah dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
tidak bergerak dengan gesit Ketika perempuan lebih cepat merasakan kelelahan
perawat wanita yang menyatakan bahwa Status gizi merupakan salah satu
kelelahan bukan karena faktor usia seseorang. factor individu yang dapat menyebabkan
Banyaknya kegiatan Mulfiyanti, dkk., 2019 9 terjadinya kelelahan pada pekerja. Berdasarkan
yang dilakukan pada umur 21– 34 tahun, pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan
meskipun secara teoritis kelelahan lebih bahwa jika dibandingkan antara kelompok
mudah dialami oleh umur yang lebih tua. dengan status gizi normal dengan gizi lebih,
Secara umum wanita hanya mempunyai yang memilki perbedaan presentase dari 39
kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau responden (52,6%) mengalami kelelahan
kekuatan otot laki-laki tetapi dalam hal tinggi, sedangkan dari 17 responden dengan
tertentu wanita lebih teliti daripada laki-laki. status gizi, 9 responden (13,8%) mengalami
Menurut Konz (1996), dalam Tarwaka., dkk kelelahan tinggi sejalan dengan ini.
untuk hiburan.
sebesar-besarnya kepada Ibu Dessy Laksyana memberikan ilmunya. Serta penulis mengucapkan
7
terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat
DAFTAR PUSAKA
Suarni. 2013. “Hubungan Faktor Psikologis Denga Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan
Syafrina Nova. 2017. “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Syariah
Mandiri”. Riau.
Mulfiyanti Dewi. 2019. “Hubungan Stres kerja dan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Perawat
Budi Cahyono Eko. 2015. “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Industri Kecil
Margaretha. 2018. “Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Literasi Kesehatan Menta Pada Perawat Yang
Indrianti Rullyta. 2012. “Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja pada Perawat di