Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Beban Kerja denga Kelelahan Kerja pada Perawat di masa

pandemic COVID-19 di RSUD X Jakarta, Tahun 2020

Nur Hasan Muhtadi,Dessy Laksyana Utami


Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat,Universitas Respati Indonesia
Jl.Bambu Apus 1 No.3 Rt.7/Rw.5,Bambu Apus,Jakarta Timur
E-mail: nurhasanmuhtadi17@gmail.com,echieksp@gmail.com

Selama masa Pandemi COVID-19 RSUD X Jakarta mengalami peningkatan jumlah pasien yang
dibuktikan Bed Occupancy Rate (BOR), membuat beban kerja para perawat semakin bertambah, bertambahnya
beban kerja maka semakin bertambah tingkat kelelahan yang dirasakan perawat dan jika terus berlanjut akan
terjadi penurunan produktivitas kerja.
Kelelahan kerja yaitu Kelelahan tubuh akibat dari perpanjangan suatu kegiatan atau aktivitas untuk
melakukan kerja dalam waktu yang ditentukan. Terdapat dua jenis kelelahan,yaitu: kelelahan otot atau
kelelahan kerja gejala objektif yang diukur dengan menggunakan reaction time baik rangsang suara maupun
rangsang cahaya yang ditampilkan secara digital pada alat pemeriksaan dan kelelahan umum atau kelelahan
mental merupakan kelelahan kerja gejala subjektif yang diukur dengan menggunakan kuesioner alat ukur
perasaan kelelahan kerja (KAUPK2)
Sumber daya manusia yang dibutuhkan di rumah sakit memberikan perawatan kepada pasien. Perawat
tenaga kerja. Perawat merupakan sumber daya manusia yang menemati urutan teratas dalam hal jumlah pesanan
meskipun di luar rumah sakit. Salah satu masalah yang di kerjakan pada setiap pekerja yaitu kelelahan. Masalah
dalam pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pekerja seorang pekerja. Dengan kinerja penilaian kita dapat
mengetahui tingkat kinerja yang dihasilkan pada setiap pekerja perawat di rumah sakit.
Kata Kunci : Kelelahan, RSUD, Kinerja

1
PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja dituntut untuk melakukan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3). Menurut America Sociaty of Safety and Engineering (ASSE) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

merupakan suatu bidang kegiatan untuk mencegah semua jenis kecelakaan (Tarwaka, 2010.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diterapkan diseluruh tempat kerja yang memiliki

pekerja, termasuk Rumah Sakit (Wagiu dkk, 2017).

Data Dari Occupational Safety And Health Administration (OSHA) PADA TAHUN 2011, rumah

sakit Amerika Serikat tercata 58.860 kecelakaan kerja dan penyakit yang menyebabkan karyawan

kehilangan pekerjaan. Dalam hal ini tingkat kasus kehilangan waktu, lebih berbahaya untuk bekerja di

rumah sakit dari pada di konstruksi atau manufaktur. (OSHA, 2011). The joint Comission pada tahun 2008

juga melaporakan 300 % lebih perawat membuat kesalahan karena kelelahan dan berujung kepada

kematian pasien (Suwandi dkk, 2017)

Kelelahan kerja tidak hanya dialami oleh tenaga kerja yang bekerja di bidang industry, namun juga

dibidang pelayanan kesehatan, contohnya perawat. Penelitian ini serupa menunjukkan Sebagian besar

perawat di Ruang Rawat Inap RSUD X Jakarta mengalami kelelahan. Bahwa perawat sebagian di RS

mengalami kelelahan kerja yang sama dengan tingkat sedang dan tinggi.

RSUD X Jakarta Kelas B merupakan Rumah Sakit Daerah yang banyak menerima rujukan dari

Rumah Sakit tipe C dan termasuk Rumah Sakit tipe C dan termasuk rumah sait B Pendidikan. Visi dari

RSUD X adalah menjadi rumah sakit Pendidikan yang berkualitas daan mandiri untuk mewujudkan

pelayanan kesehatan paripurna menuju masyarakat Jakarta yang sehat. Dalam dua tahun terakhir ini RSUD

X Jakarta mengalami peningkatan jumlah pasien yang dibuktikan dengan Bed Occupancy Rate (BOR) atau

angka penggunaan tempat tidur.

Bed Occupancy Rate (BOR) menggambarkan tingkat rata-rata tempat tidur. Angka BOR idealya

yaitu 60%-80%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakuan, capaian BOR pada tahun 2016 dari ruang

rawat inap 79,42% dan IGD 75,08%. Sementara pada tahun 2017 di ruang rawat cenderung

mengalami 85% dan Igd 78,28% data ini menunukkan adanya peningkatan capaian BOR dilihat dari dua

2
tahun terakhir. Data dari Laporan tahunan Instalasi rawat inap dan IGD RSUD X Kelas B Jakarta (2018),

diperoleh umlaj kunjungan pasien rawat inap dair bulan januari sampai April 1.123 pasien dan IGD 1.152

pasien. Bed Occupancy Rate (BOR) tahun 2018 di Instalasi Rawat Inap 84,52% dan IGD 85%. Hal ini

membuat beban kerja para perawat semakin bertambah, semakin bertambahnya beban para perawat

semakin bertambah tingkat kelelahan yang dirasakan perawat dan jika hal ini terus berlanjut akan terjadi

penurunan produktivitas kerja dan dapat memicu terjadinya stress kerja.

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya diantaranya penelitian tentang hubungan antara beban

kerja dengan kelelahan kerja pada perawat RSUD Bhayangkara TK. II Jakarta dan RSU X Jakarta.

Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat

di masa pandemic COVID-19 di RSUD X, Jakarta.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IGD dan Instalasi Rawat Inap RSUD X Kelas B Jakarta pada bulan

Desember 2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional (potong lintang).

Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah perawat sebanyak 89 orang yang bekerja di ruang perawatan

bedah (Zaal B), Anak (Zaal Anak), Interna (Zaal C), ICU dan Ruang IGD RSUD X Kelas B Jakarta. Sampel

dalam penelitian ini adalah 65 orang karena pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

Teknik purposive sampling yaitu Teknik dengan tujuan atau pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria

inklusi sebagai berikut: lama bekerja minimal 1 (satu) tahun, tidak memiliki riwayat penyakit, tidak

menderita dan memiliki risiko, tidak merokok, responden wanita tidak haid, mempunyai status gizi yang

3
baik, tidak sedang hamil, tidak sedang menyusui, tidak sedang sakit waktu penelitian, umur tergolong usia

produktif (18-65 tahun), dan bersedia mengikuti penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) untuk mengukur kelelahan kerja dan beban kerja dihitung dengan cara menghitung

denyut nadi kerja sebanyak 2 kali yaitu sebelum bekerja dan setelah bekerja dengan menggunakan stop

watch atau jam tangan.

Analisis Bivariat Beban Kerja


Data dianalisa dengan statistic dengan menggunakan SPSS, untuk menguji hubungan bebna kera

denga kelelahan kera pada perawat di RSUD X Kelas B Jakarta Tahun 2020 digunakan analisi univariat

dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.

Hasil

Karakteristik Responden

Beban Kerja Pre


Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 44 orang (67,7%) responden yang dengan beban kerja ringan

mayoritas merasakan kelelahan kategori sedang sebanyak 21 orang (32,3%) sisanya 14 orang (21,5%)

merasakan kelelahan kategori rendah, 9 orang (13,8%) merasakan kelelahan kategori tinggi. Dari 21 orang

(32,3%) responden dengan beban kerja sedang mayoritas merasakan kelelahan kategori tinggi sebanyak 19

orang (29,2%) sisanya 2 orang (3,1%) merasakan kelelahan kategori sedang.

Tabel 1 Distribusi Hubungan Beban Kerja. Pre dengan Kelelahan Kerja pada Perawat Berdasarkan
Kueisioner di RSUD X Kelas B Jakarta Tahun 2020

Beban Kerja Kelelahan Kerja


Perawat Rendah Sedang Tinggi Total Sig (p)
n % n % N % n %
Ringan 14 21,5 21 32,3 9 13,8 44 67,7

Sedang 0 0 2 3,1 19 29,2 21 32,3 P=0,001

Total 14 21,5 23 35,4 28 43,1 65 100,0

4
Beban Kerja Post

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 orang (38,5%) responden yang dengan beban kerja ringan

mayoritas merasakan kelelahan kategori rendah sebanyak 14 orang (21,5%) sisanya 9 orang (13,8%) merasakan

kelelahan kategori sedang dan 2 orang (3,1%) merasakan kategori tinggi. Dari 40 orang (61,5%) responden

dengan beban kerja sedang mayoritas merasakan kelelahan kategori tinggi sebanyak 26 orang (40,0%) sisanya

14 orang (21,5%) merasakan kelelahan kategori sedang.

Tabel 2 Distribusi Hubungan Beban Kerja Post dengan Kelelahan Kerja pada Perawat Berdasarkan

Kuesioner di RSUD X Kelas B Jakarta, Tahun 2020

Kelelahan Kerja
Rendah Sedang Tinggi Total Sig (p)
n % n % N % n %
Ringan 14 21,5 9 13,8 2 3,1 25 38,5

Sedang 0 0 14 21,5 26 40,0 40 61,5 P=0,001

Total 14 21,5 23 35,4 28 43,1 65 100,0

Pembahasan

Dalam penelitian ini terlihat bahwa ada menghubungkan beban kerja perawat melihat

beberapa variable yang secara signifikan keberagaman tugas yang dilakukan perawat

berhubungan dengan kelelahan kerja pada dan jam kerja yang melewati waktu standar jam

perawat kerja pada perawat yaitu beban kerja, kerja harian dan mingguan terutama denga

jenis kelamin, umur dan masa kerja. rotasi jaga yang tidak tetap. Perbedaan lama

kerja juga menentukan tingkat kelelahan kerja.


Berdasarkan pembagian waktu

produktif dan non produktif yang telah Kelelahan kerja terjadi karena faal

dijabarkan dalam hasil penelitian bahwa beban tubuh yang data berubah karena factor usia

kerja yang dimiliki oleh perawat cenderng mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas

tinggi, terutama pada masa pandemic COVID- kerja seseorang. Seseorang yang berumur

19 di RSUD X Kelas B Jakarta. Hal ini akan muda sanggup melakukan pekerjaan berat dan

5
sebaliknya jika seseorang berusia lanjut maka menyebabkan perempuan cenderung

kemampuan untuk melakukan pekerjaan berat mengalami kelelahan kerja. Berdasarkan

akan menurun karena merasa cepat Lelah dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

tidak bergerak dengan gesit Ketika perempuan lebih cepat merasakan kelelahan

melaksanakan tugasnya sehingga daripada laki-laki. Penelitian ini sesuai

mempengaruhi kinerjanya. dengan yang dilakukan oleh Perwitasari

(2013) menunjukkan bahwa terdapat


Penelitian tersebut sesuai dengan
hubungan antara jenis kelamin dengan
penelitian Mayasari (2011) dalam Pesik
kelelahan kerja.
(2016) tentang perbedaan tingkat kelelahan

perawat wanita yang menyatakan bahwa Status gizi merupakan salah satu

kelelahan bukan karena faktor usia seseorang. factor individu yang dapat menyebabkan

Banyaknya kegiatan Mulfiyanti, dkk., 2019 9 terjadinya kelelahan pada pekerja. Berdasarkan

yang dilakukan pada umur 21– 34 tahun, pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan

meskipun secara teoritis kelelahan lebih bahwa jika dibandingkan antara kelompok

mudah dialami oleh umur yang lebih tua. dengan status gizi normal dengan gizi lebih,

Secara umum wanita hanya mempunyai yang memilki perbedaan presentase dari 39

kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau responden (52,6%) mengalami kelelahan

kekuatan otot laki-laki tetapi dalam hal tinggi, sedangkan dari 17 responden dengan

tertentu wanita lebih teliti daripada laki-laki. status gizi, 9 responden (13,8%) mengalami

Menurut Konz (1996), dalam Tarwaka., dkk kelelahan tinggi sejalan dengan ini.

(2010), untuk kerja fisik, wanita mempunyai


Masa kerja merupakan akumulasi
volume oksigen maksimal 15-30% lebih
waktu dimana pekerja telah memegang
rendah dibandingkan laki-laki. Kondisi ini
pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi
disebabkan presentase lemak tubuh
yang kita simpan makan semakin banyak
perempuan lebih tinggi dan kadar Hb darah
keterampilan yang kita pelajari dan akan
lebih rendah dari laki-laki. Hal ini yang
6
semakin banyak hal yang kita kerjakan. Kesimpulan dan Saran

Kelelahan kerja berkaita dengan takanan yang


Berdasarakan hasil penelitian dapat
terjadi pada saat bekerja yang dapat berasal
disimpulkan bahwa, ada hubungan yang signifikan
dari tugas kerja. Tekanan yang konstan terjadi
beban kerja denga kelelahan kerja pada perawat.
dengan bertambahnya masa kerja seiring
Pada karakteristik perawat terdapat variable yang
dengan proses adaptasi. Proses adaptasi
memiliki hubungan yang signifikan dengan
memberikan efek positif yaitu menurunkan
kelelahan kerja pada perawat yaitu; umur, jenis
ketegangan dan peningkatan aktivitas atau
kelamin, dan masa kerja.
performasi kerja, sedangkan efek negatifnya
Adapun saran yang perlu dilakukan yaitu
batas ketahanan tubuh yang berlebihan pada
perlunya penjadwalan dan jumlah perawat yang
proses kerja. Kelelahan ini membawa kepada
diatur secara baik agar perawat dapat meringankan
pengurangan fungsi psikologis dan fisiologis
beban kerja yang bisa menimbulkan kelelahan pada
yang dapat dihilangkan dengan upaya
perawat dan bagi pihak rumah sakit agar dapat
pemulihan. Pada masa kerja dengan periode
memberikan pelatihan untuk meningkatkan
decade, kelelahan berasal dari kelebihan usaha
kemampuan dan pengalaman agar dapat
selama decade dan dapat dipulihkan dengan
menjalankan tugas dengan baik pada perawat UGD
pension, sedangkan untuk masa kerja yang
dan Rawat Inap di RSUD X Kelas B, Jakarta.
masih dalam periode tahun kelalahan berasal

dari kelebihan usaha selama beberapa tahun

yang dapay dipulihkan dengan liburan.

untuk hiburan.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih Utami,SKM,MKKK selaku Psikologi Industri telah

sebesar-besarnya kepada Ibu Dessy Laksyana memberikan ilmunya. Serta penulis mengucapkan
7
terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

di sebutkan satu per satu yang terlibat dalam proses

membuat artikel jurnal.

DAFTAR PUSAKA

Suarni. 2013. “Hubungan Faktor Psikologis Denga Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit TK II Pelamonia. Makassar.

Syafrina Nova. 2017. “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Syariah

Mandiri”. Riau.

Mulfiyanti Dewi. 2019. “Hubungan Stres kerja dan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Perawat

di RSUD Tenriawaru Kelas”. Bone.

Budi Cahyono Eko. 2015. “Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Industri Kecil

Kerajinan Batik Sidomukti”. Magetan.

Margaretha. 2018. “Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Literasi Kesehatan Menta Pada Perawat Yang

Bekerja di Rumah Saki Jiwa”. Surabaya.

Indrianti Rullyta. 2012. “Hubungan Antara Modal Psikologis Dengan Keterikatan Kerja pada Perawat di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menut”. Surabaya.

Jawad Mukhamad. 2018. “ https://url.unair.ac.id/3cb97dc0 “ (di akses tanggal 05 Desember 2020)

Anda mungkin juga menyukai