Anda di halaman 1dari 7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan


masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Selain itu, juga diuraikan mengenai
batasan masalah dan asumsi yang digunakan serta sistematika penulisan yang
digunakan dalam pembuatan tugas akhir.
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan saat ini merupakan sarana yang banyak dibutuhkan
oleh masyarakat. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan dan kaitannya
dengan manusia diharapkan menyediakan fasilitas pelayanan yang baik bagi tiap
individu. Di rumah sakit, selain profesi dokter, juga terdapat perawat yang
memegang peranan penting dalam hal melayani dan merawat orang yang sakit
secara langsung. Salah satu petugas kesehatan yang memiliki peranan penting
yang ada di rumah sakit adalah perawat, hal ini disebabkan profesi perawat
memiliki proporsi yang relatif besar yaitu hampir melebihi 50% dari seluruh
Sumber Daya Manusia (SDM) rumah sakit (Arifuddin & Napirah, 2015).
Ketika menjalankan pekerjaannya juga, seorang perawat tidak hanya
berhadapan dengan pasien yang sedang dirawatnya, tetapi juga dengan dokter,
keluarga pasien, sesama perawat, dan bagian-bagian lain dalam rumah sakit
(seperti bagian laboratorium, radiologi, dan sebagainya). Tingkat interaksi dengan
orang lain (pasien, dokter, rekan kerja, dan sebagainya) yang tinggi, beban kerja
(workload) yang berat, menjadi tekanan tersendiri bagi perawat rumah sakit
(Saribu, 2012). Beban kerja dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
kemampuan karyawan dengan tuntutan pekerjaan (Hancock & Meshkati, 1988).
Tak hanya merawat dan memenuhi kebutuhan fisik pasien, seorang
perawat juga diharapkan mampu memenuhi kebutuhan psikologis, sosial, dan
spiritual (Lailani, 2012). Pasien yang secara fisik sedang sakit pun, memiliki
berbagai macam karakteristik (penyakit yang dialami memengaruhi keadaan
emosional dan psikologis pasien), ada yang optimis dan bersemangat untuk
sembuh (kooperatif dengan perawatan yang diberikan) dan ada yang tidak.
Perawat juga harus menanganicommit to user
keluarga pasien. Selain itu, perawat juga

I-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berhadapan dengan tugas yang monoton dan rutin (seperti memeriksa suhu tubuh
pasien, memeriksa tekanan darah, dan sebagainya), serta berhadapan dengan
usaha penyelamatan nyawa seseorang (Tawale, Budi, & Nurcholis, 2011).
Begitu banyak tanggung jawab dan tuntutan yang harus dijalani oleh
perawat menunjukkan bahwa profesi perawat rentan sekali mengalami burnout
akibat beban kerja yang diterima. Menurut Maslach, Schaufeli, & Leiter (2001)
mendefinisikan burnout sebagai sindrom psikologis yang melibatkan respon
berkepanjangan terhadap stressor interpersonal yang kronis dalam pekerjaannya
memiliki tiga dimensi yaitu kelelahan, sinis dan rendahnya penghargaan terhadap
diri sendiri (Maslach et al., 2001).
Berdasarkan hasil observasi awal, salah satu unit kerja yang memiliki
beban kerja yang cukup kompleks adalah perawat pada Instalasi Bedah Sentral
(IBS). Pada unit ini dikatakan cukup berat karena melibatkan aktivitas mental dan
fisik perawat dalam menangani pasien-pasien yang akan dioperasi. Perawat IBS
dituntut untuk memiliki keahlian,pengetahuan dan konsentrasi yang tinggi dalam
semua aspek perawatan perioperative (Eriawan, Wantiyah, & Ardiana, 2013).
Dari hasil wawancara dan observasi juga didapatkan, bahwa perawat RSUD
Kabupaten karanganyar memiliki jumlah perawat IBS yang sangat terbatas, yaitu
berjumlah 17 perawat. Pasien pada IBS juga menunjukkan peningkatan dari tahun
ke tahun, yaitu tahun 2014 berjumlah 2284 pasien dan tahun 2015 mencapai 3613
pasien. Hal ini menyebabkan perawat memiliki tugas ganda yang mereka jalani
dan overtime dalam bekerja. kondisi tugas berganda sehingga cenderung
meningkatkan beban kerja, apalagi jika ada tekanan waktu. Oleh karena itu, tugas
berganda dianggap sebagai karakter tugas yang dominan dalam mempengaruhi
beban kerja mental. Tugas berganda sebagai salah satu kegiatan yang sarat dengan
beban kerja mental (Wulanyani, 2013). Kemudian dari hasil wawancara
didapatkan bahwa perawat mengalami keluhan fisik selama menjalankan tugasya
di IBS antara lain merasakan sakit dibagian kaki, pinggang, tengkuk, leher, mata,
dan tangan, sedangkan keluhan secara mental tergantung lingkungan kerja
(partner kerja, pasien, kritis atau tidaknya, dan jobdesk yang diterima). Hal ini
menyebabkan perawat IBS cenderung merasa sangat lelah dalam melakukan
tugasnya. commit to user

I-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa perawat menunjukkan


perilaku yang mengarah pada salah satu tanda-tanda burnout, yakni merasa
kewalahan dan terjadi overtime dalam bekerja. Hal ini dikarenakan jumlah
perawat tidak sebanding dengan pasien yang ditangani dan pekerjaan yang harus
dilakukan (membantu dokter di dalam ruangan dan melakukan tugas ganda).
Gejala terjadinya stres dan burnout pada perawat akibat beban kerja perawat
ditunjukkan dengan tingginya kelelahan emosional pada perawat IBS RSUD
Karanganyar, yaitu sebesar 55%. Apabila beban yang diberikan berlebihan maka
akan menyebabkan kelelahan baik secara fisik maupun mental yang berakibat
menurunnya produktivitas (Prabawati, 2012). Hal ini ditandai dengan perasaan
seperti sangat lelah di akhir jam kerja, perasaan emosi dalam melaksanakan
tugasnya sebagai perawat, dan perasaan bahwa hidupnya tidak akan berubah
apabila bekerja sebagai perawat. Selain itu, terjadinya ketidaksesuaian diagnosis
pre dan post operasi pada bulan januari sampai Agustus 2016 sebesar 2%.
Kejadian ketidaksesuaian diagnosis terjadi paling banyak di bulan juni, yaitu
sebesar 0,008 dari total pasien 380, hal ini juga diakibatkan karena banyaknya
pasien di bulan juni.
Untuk mengetahui seberapa besar beban kerja yang diterima oleh perawat
dalam menjalankan tugasnya di IBS, dilakukan evaluasi beban kerja, baik beban
kerja secara fisik,mental, dan emosional untuk mencegah kelelahan dan kesalahan
dalam bekerja. Menurut Young, Zavelina, & Hooper (2008) untuk melakukan
evaluasi beban kerja mental, metode yang paling banyak digunakan adalah NASA
Task Load Index (TLX) dan Subjective Workload Assesment Technique (SWAT).
Pada penelitian ini digunakan metode NASA TLX, karena metode ini merupakan
prosedur rating multidimensional, yang membagi workload atas dasar rata-rata
pembebanan 6 dimensi, yaitu Mental Demand, Physical Demand, Temporal
Demand, Effort, Own Performance, dan Frustation. (Simanjuntak & Situmorang,
2010 ; Purba, 2015).
Metode NASA-TLX ini diaplikasikan pada bidang psikologis untuk
mengetahui beban yang diterima dengan kemampuan seseorang. NASA-TLX juga
digunakan untuk menganalisis di industri penerbangan, seperti komunikasi antara
commit
pilot dengan pemantauan lalu lintas to user
udara, dimana kewaspadaan menjadi faktor

I-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

utama persyaratan dalam keselamatan. Seperti pilot, perawat juga bekerja pada
lingkungan yang menegangkan dan berteknologi maju. Pada industri penerbangan
evaluasi stres dan beban kerja rutin dilakukan. Begitu juga pada rumah sakit,
dapat mengevaluasi dan mengadopsi kebijakan-kebijakan yang dapat membantu
perawat dalam membantu mengatasi kelelahan dan beban kerja manajemen. Pada
pelayanan kesehatan, perawat juga melakukan tugas-tugas penjagaan untuk
kewaspadaan, seperti pilot serta penerimaan beban yang diberikan baik dari
internal maupun eksternal. Selain itu perawat juga dihadapkan pada keputusan
yang berpotensi mengancam nyawa dan pembuatan keputusan diagnostik dibawah
tekanan. Oleh karena itu, metode NASA-TLX ini juga digunakan sebagai alat
untuk mengevaluasi kognitif keperawatan (Young, Zavelina, & Hooper, 2008 ;
Neill, 2008).
Pada pelayanan kesehatan metode NASA-TLX ini telah digunakan untuk
mengetahui tingkat beban kerja perawat IGD di RSPAU dr.S. Harjo Lukito,
karena beban kerja yang dirasa berat, dan bervariasi, kebutuhan waktu yang
dituntut cepat dan tepat dengan hasil yang baik karena berkaitan dengan
keselamatan pasien, serta keterbatasan perawat IGD. Perawat IGD ini memiliki
tingkat beban kerja tinggi hingga sangat tinggi. Sehingga hasil dari pengukuran
beban kerja dengan NASA-TLX ini dilakukan juga penentuan jumlah perawat
tambahan untuk menjaga produktivitas (Achmad, 2015).
Sebuah perkembangan utama dalam kepentingan ilmiah, yaitu pengenalan
pada stimulasi burnout yang mudah dilakukan dengan menggunakan laporan
kuesioner di awal tahun delapan puluhan. Maslach Burnout Inventory (MBI)
khususnya yang paling popular, yaitu diperkirakan bahwa MBI digunakan lebih
dari 90% dari publikasi empiris burnout sejak pertengahan tahun delapan puluhan.
Dalam hal kehandalan, MBI-HSS digunakan dalam berbagai sampel (misalnya
sarjana, administrator di dinas Kesehatan, guru, pelayanan sosial dan pekerja
kesehatan mental, polisi, perawat dan pelayanan publik karyawan). Maslach
Burnout Inventory (MBI) diciptakan oleh Maslach dan Jackson pada tahun 1981
untuk mengukur burnout pada pekerja bidang layanan sosial, dan dikenal sebagai
MBI – Human Service Survey (MBI – HSS). MBI ini terdiri dari 22 item
commit
pertanyaan dengan mengelompokkan to user
tiga variabel pertanyaan, yaitu kelelahan

I-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

emosional, depresional, dan pencapaian personal (Maslach et al., 2001 ; &


Rothmann, 2004).
Penelitian pada perawat UGD RSU Haji Surabaya juga dilakukan untuk
mengetahui tingkat burnout yang dialami. Perawat pada unit ini memiliki beban
kerja yang cukup kompleks, beban kerja yang diberikan kepada perawat UGD
sangat fluktuatif tergantung kondisi pasien yang ditangani serja jenis kasus yang
dihadapi. Beragamnya tugas keperawatan yang harus dilakukan serta tekanan dan
tuntutan untuk selalu siap siaga menangani pasien yang jumlah dan tingkat
keparahannya tidak dapat diprediksi mengakibatkan beban kerja perawat UGD
dianggap berat. Dari segi keluhan fisik, hal yang dikeluhkan oleh perawat adalah
mengalami sakit kepala (pusing), mengalami nyeri punggung, nyeri otot saat
mengangkat beban atau mendorong pasien, merasakan kelelahan setelah bekerja,
mengalami insomnia akibat pola tidur yang tidak teratur, kaku pada leher, serta
cedera akibat peralatan kerja (tertusuk jarum suntik dll). Sementara dari segi
kondisi non fisik perawat mengeluhkan akan merasa cepat tersinggung saat
melayani pasien jika sedang lelah dan beban kerja tinggi, mudah panik,
merasakan kejenuhan dan susah mengontrol emosi. Penggunaan Maslach Burnout
Inventory (MBI) digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat burnout perawat
dan dapat membantu mengurangi tingkat burnout (Handini & Sri, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat beban kerja mental dan fisik yang dialami oleh perawat
Instalasi Bedah sentral RSUD Kabupaten Karanganyar menggunakan metode
NASA-TLX dan mengetahui tingkat burnout yang terjadi pada perawat
menggunakan Maslach Burnout Inventory (MBI).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan
penelitian ini adalah bagaimana menentukan besarnya beban kerja mental dan
fisik serta tingkat burnout yang dialami perawat instalasi bedah sentral untuk
mencegah menurunnya produktivitas.

commit to user

I-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian adalah mengetahui besarnya beban kerja
mental dan fisik serta tingkat burnout yang dialami perawat instalasi bedah sentral
untuk menjaga produktivitas perawat.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah dengan mengetahui besar beban kerja
yang dialami oleh perawat instalasi bedah sentral RSUD Kabupaten Karanganyar
dapat memberikan masukan kepada kepala unit instalasi bedah sentral, serta
penanganan untuk tetap menjaga produktivitas perawat dan mencegah timbulnya
kelelahan mental dan fisik berlebih yang dapat menimbulkan burnout.

1.5 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan-batasan terhadap
permasalahan sebagai berikut:
a. Perawat yang dijadikan responden adalah perawat dengan jobdesk
asisten anastesi, asisten operator,scrub nurse, dan onloop.
b. Responden diambil dari 17 perawat yang ada di IBS .
c. Data pasien operasi yang digunakan adalah data tahun 2014,2015, dan
bulan Januari-Agustus 2016.

1.6 Asumsi
Asumsi yang digunakan, yaitu responden dianggap memiliki kondisi yang
sehat, perawat dianggap sudah mengetahui dan paham terhadap prosedur kerja
yang dilakukan.

1.7 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan penelitian ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan pemahaman mengenai hasil penelitian tugas akhir bagi pembaca,
adapun sistematika yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
commit to user

I-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang mengenai pemilihan tema
yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan
terkait langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, jurnal
penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai tahapan pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian masalah secara umum secara terstruktur dan sistematis yang
digambarkan dalam bentuk flowchart yang disertai dengan penjelasan
lebih rinci dalam melakukan penelitian dari awal sampai penelitian selesai.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini diuraikan mengenai proses pengumpulan data yang
diperlukan untuk menganalisis dan penyelesaian masalah yang ada serta
proses pengolahan data dengan menggunakan metode yang telah
ditentukan.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis hasil perhitungan dan interpretasi
hasil pengolahan data yang dilakukan untuk memperoleh ringkasan
singkat atau kesimpulan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari
pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang
diberikan untuk perbaikan.

commit to user

I-7

Anda mungkin juga menyukai