ABSTRAK
Kata Kunci: Stres kerja telah menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian penting di
perawat puskesmas, banyak negara. Berdasarkan hasil survei awal dengan 8 orang perawat yang
stres, ada menggunakan alat ukur kuesioner Depression Anxiety Stres Scale (DASS 21),
beban kerja, didapatkan hasil bahwa 7 perawat mengalami stres ringan (87,5%) dan 1 orang
lingkungan kerja tidak mengalami stres (12,5%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor yang memengaruhi stres kerja perawat puskesmas di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Simeulue. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 56
orang dan sampel yang diambil dengan cara total sampling yaitu sebanyak 56
Daftar Singkatan :
orang. Metode pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Analisa
data yang digunakan yaitu uji regresi binary logistic. Hasil, penelitian menunjukkan
bahwa beban kerja memiliki nilai sig-p 0,010 < 0,05, lingkungan kerja sig-p 0,016
< 0,05 dan konflik peran memiliki nilai sig-p 0,002 < 0,05, yang menunjukkan
bahwa memiliki pengaruh terhadap stres kerja perawat puskesmas di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue. Kesimpulan, ada pengaruh beban
kerja, lingkungan kerja dan konflik peran terhadap stres kerja perawat puskesmas.
Keywords: Job stress has become one of the issues that has received significant attention in many
Affecting Factors, countries. Based on the results of the initial survey with 8 nurses using the Depression
Job Stress, Anxiety Stress Scale questionnaire (DASS 21), it was found that 7 nurses experienced
Health Center mild stress (87.5%) and 1 person did not experience stress (12.5%). The aim of
Nurses this study was to determine the factors that influence the work stress of nurses in the
Puskesmas in the Simeulue District Health Office Working Area. The research design
used in this study was Cross Sectional. The population in this study were 56 people
and the samples taken by total sampling were as many as 56 people. Data collection
methods are primary data and secondary data. Data analysis used is binary logistic
Abbreviation:
regression test. Results, that the workload had a sig-p value of 0.010 <0.05, the
work environment sig-p 0.016 <0.05 and role conflict had a sig-p value of 0.002
<0.05, indicating that it had an influence on the stress of nurses' work puskesmas in the
Simeulue District Health Office Working Area. Conclusion, this study are the influence
of workload, work environment and role conflict on the stress of nurses working in the
puskesmas.
PENDAHULUAN
tenaga kesehatan utama yang berperan dalam
P
elayanan keperawatan merupakan komponen memberikan pelayanan kesehatan adalah perawat.2
terbesar dari sistem pelayanan kesehatan Stres merupakan masalah yang umum terjadi
yang secara integral. Karena itu, maka profesi pada kehidupan modern, termasuk stres yang
keperawatan harus mampu memberikan pelayanan berhubungan dengan pekerjaan seperti bidang
yang paripurna, baik dari aspek kualitas maupun keperawatan. Stres kerja adalah respon fisik dan
kuantitas. Banyaknya beban pekerjaan tersebut emosional yang berbahaya dan dapat terjadi ketika
menimbulkan beban yang berdampak munculnya stres tuntutan pekerjaan yang ada melebihi kemampuan
dengan sejumlah dampak yang tidak menguntungkan, atau kontrol kerja yang dimiliki oleh pekerja.3. Stres
seperti kepuasan kerja yang menurun, meningkatnya kerja menjadi hal yang berisiko bagi kesehatan dan
keluhan psikologis dan fisik. Secara umum, kondisi ini keselamatan pekerja ketika pekerjaan yang dilakukan
berkeitan dengan tuntutan pelayanan maksimal yang melebihi kapasitas, sumber daya, dan kemampuan
kontinu dan sistematik.1 pekerja dilakukan secara berkepanjangan.4 Stres
Stres kerja telah menjadi salah satu isu yang kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan
mendapat perhatian penting di banyak Negara. seperti rasa letih/lelah, kehabisan tenaga, pusing,
Sebelumnya, stres kerja dianggap sebagai masalah dan gangguan pencernaan.5,6
pribadi yang diselesaikan secara personal, tetapi Menurut survei dari PPNI tahun 2006, sekitar
saat ini telah berkembang menjadi fenomena global 50,9% perawat yang bekerja di 4 provinsi di indonesia
yang berdampak pada kesehatan setiap pekerja mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah,
dari berbagai jenis pekerjaan. Stres terjadi disemua tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu
pekerjaan termasuk dalam bidang pelayanan tinggi, dan menyita waktu. 1,6 Stres dalam profesi
kesehatan seperti puskesmas, dimana salah satu keperawatan adalah masalah di seluruh dunia yang
Beban Kerja f %
Rendah 27 48,2
Tinggi 29 51,8
Lingkungan Kerja f %
Baik 26 46,4
Tidak Baik 30 53,6
Konflik Peran f %
Ada 25 44,6
Tidak Ada 31 55,4
Pola Ketenagaan f %
Baik 27 48,2
Tidak Baik 29 51,8
Stres Kerja f %
Tidak Stres 21 37,5
Stres 35 62,5
kemaknaan 95% dengan perhitungan statistik α = sebanyak 27 responden (48,2%) menyatakan pola
0,05. ketenagaan dalam kondisi baik dan 29 responden
(51,8%) menyatakan pola ketenagaan dalam kondisi
tidak baik. Selanjutnya dari 56 responden, sebanyak
HASIL PENELITIAN
21 responden (37,5%) tidak mengalami stres kerja
Selama penelitian berlangsung, yaitu dari bulan dan 35 responden (62,5%) mengalami stres kerja.
November tahun 2018 sampai dengan bulan Maret Berdasarkan tabulasi silang antara beban
tahun 2019, telah terkumpul data dari 56 responden, kerja dengan stres kerja perawat, diketahui bahwa
yaitu perawat yang bekerja di puskesmas dalam sebanyak dari 29 responden (51,8%) memiliki
wilayah Kabupaten Simeulue. Data tersebut berupa: beban kerja tinggi, sebanyak 23 responden (41,1%)
beban kerja, lingkungan kerja, konflik peran, pola mengalami stres kerja dan sebanyak 6 responden
ketenagaan dan stres kerja (Tabel 1). (10,7%) tidak mengalami stres kerja. Selanjutnya dari
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 27 responden (48,2%) memiliki beban kerja yang
bahwa dari 56 responden, sebanyak 27 responden rendah, sebanyak 12 responden (21,4%) mengalami
(48,2%) memiliki beban kerja yang rendah dan 29 stres kerja dan sebanyak 15 responden (26,8%)
responden (51,8%) memiliki beban kerja yang tinggi. mengalami tidak stres kerja. Berdasarkan hasil uji
Dari 56 responden, sebanyak 26 responden (46,4%) chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan
menyatakan lingkungan kerja dalam kondisi baik probabilitas beban kerja adalah sig-p = 0,012
dan 30 responden (53,6%) menyatakan lingkungan atau < nilai-α = 0,05. Hal ini membuktikan beban
kerja dalam kondisi tidak baik. Dari 56 responden, kerja memiliki hubungan dengan stres kerja perawat
sebanyak 25 responden (44,6%) ada terdapat konflik puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
peran dan 31 responden (55,4%) tidak ada terdapat Kabupaten Simeulue tahun 2018.
konflik peran. Berdasarkan tabulasi silang antara lingkungan
Berdasarkan hasil penelitian dari 56 responden, kerja dengan stres kerja perawat, diketahui bahwa
| J. Kes Cehadum | VOL. 1 | NO. 4 | Desember 2019 | 13
Tabel 2. Tabulasi Silang antara Beban Kerja, Lingkungan Kerja, Konflik Peran, Pola Ketenagaan dengan Stres
Kerja Perawat
Stres Kerja
Total
Beban Kerja Stres Tidak Stres p
f % f % f %
Tinggi 23 41,1 6 10,7 29 51,8 0,012
Rendah 12 21,4 15 26,8 27 48,2
Stres Kerja
Total
Lingkungan Kerja Stres Tidak Stres p
f % f % f %
Baik 19 33,9 7 12,5 26 46,4 0,170
Tidak Baik 16 28,6 14 25,0 30 53,6
Stres Kerja
Total
Konflik Peran Stres Tidak Stres p
f % f % f %
Baik 10 17,9 15 26,8 25 44,6 0,002
Tidak Baik 25 44,6 6 10,7 31 55,4
Stres Kerja
Total
Pola Ketenagaan Stres Tidak Stres p
f % f % f %
Baik 19 33,9 8 14,3 27 48,2 0,279
Tidak Baik 16 28,6 13 23,2 29 51,8
sebanyak dari 26 responden (46,4%) menyatakan konflik peran baik, sebanyak 10 responden (17,9%)
lingkungan kerja dalam kondisi baik, sebanyak mengalami stres kerja dan sebanyak 15 responden
19 responden (33,9%) mengalami stres kerja dan (26,8%) tidak mengalami stres kerja. Selanjutnya
sebanyak 7 responden (12,5%) tidak mengalami dari 31 responden (55,4%) memiliki konflik peran
stres kerja. Selanjutnya dari 30 responden (53,6%) yang tidak baik, sebanyak 25 responden (44,6%)
menyatakan lingkungan kerja dalam kondisi tidak mengalami stres kerja dan sebanyak 6 responden
baik, sebanyak 16 responden (28,6%) mengalami (10,7%) tidak mengalami stres kerja. Berdasarkan
stres kerja dan sebanyak 14 responden (25,0%) hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai
tidak mengalami stres kerja. Berdasarkan hasil uji signifikan probabilitas konflik peran adalah sig-p =
chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikan 0,002 atau < nilai-α = 0,05. Hal ini membuktikan
probabilitas lingkungan kerja adalah sig-p = 0,170 konflik peran memiliki hubungan dengan stres kerja
atau > nilai-α = 0,05. Hal ini membuktikan lingkungan perawat puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
kerja tidak memiliki hubungan dengan stres kerja Kabupaten Simeulue tahun 2018.
perawat puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Berdasarkan tabulasi silang antara pola
Kabupaten Simeulue tahun 2018. ketenagaan dengan stres kerja perawat, diketahui
Berdasarkan tabulasi silang antara konflik bahwa sebanyak dari 27 responden (48,2%)
peran dengan stres kerja perawat, diketahui bahwa menyatakan pola ketenagaan dalam kondisi baik,
sebanyak dari 25 responden (44,6%) memiliki sebanyak 19 responden (33,9%) mengalami stres
kerja dan sebanyak 8 responden (14,3%) tidak 3. Konflik peran memiliki nilai sig-p 0,002 <
mengalami stres kerja. Selanjutnya dari 29 responden 0,05 artinya konflik peran memiliki pengaruh
(51,8%) menyatakan pola ketenagaan dalam secara signifikan terhadap stres kerja perawat
kondisi tidak baik, sebanyak 16 responden (28,6%) puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
mengalami stres kerja dan sebanyak 13 responden Kabupaten Simeulue tahun 2018.
(23,2%) tidak mengalami stres kerja. Berdasarkan
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa faktor
hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa nilai
(beban kerja, lingkungan kerja dan konflik peran)
signifikan probabilitas pola ketenagaan adalah sig-p
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stress
= 0,279 atau > nilai-α = 0,05. Hal ini membuktikan
kerja perawat puskesmas, sedangan pola ketenagaan
pola ketenagaan tidak memiliki hubungan dengan
tidak memiliki pengaruh terhadap stres kerja perawat
stres kerja perawat puskesmas di Wilayah Kerja
puskesmas serta tidak memenuhi kriteria syarat (p <
Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue tahun 2018.
0,25) untuk masuk dalam analisis mulitivariat dengan
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan pada
menggunakan uji regresi logistik.
penelitian ini menggunakan α = 0,05, variabel bebas
(independent) yang mempunyai pengaruh secara
signifikan dengan variabel terikat (dependent) adalah PEMBAHASAN
sebagai berikut : Pengaruh Beban Kerja
a. Apabila Sig < α (0,05) maka terdapat pengaruh Beban kerja memiliki pengaruh secara signifikan
antara varibel independen terhadap variabel terhadap stres kerja perawat puskesmas di Wilayah
dependen. Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue tahun
b. Apabila Sig > α (0,05) maka tidak terdapat 2018 (p = 0,010). Hasil OR pada variabel beban
pengaruh antara varibel independen terhadap kerja menunjukkan nilai OR 7,471 maka beban kerja
variabel dependen. Pada hubungan masing-masing yang tinggi, memiliki pengaruh terhadap terjadinya
variabel bebas. stres kerja sebanyak 7 kali lipat di bandingkan beban
1. Beban kerja memiliki nilai sig-p 0,010 < kerja yang rendah. Nilai B = Logaritma Natural dari
0,05 artinya beban kerja memiliki pengaruh 7,471 = 2,011. Oleh karena nilai B bernilai positif,
secara signifikan terhadap stres kerja perawat maka beban kerja mempunyai pengaruh positif
puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan terhadap stres kerja perawat.
Kabupaten Simeulue tahun 2018. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti
2. Lingkungan kerja memiliki nilai sig-p 0,016 < tahun 2012 tentang Hubungan Beban Kerja dan
0,05 artinya lingkungan kerja memiliki pengaruh Kondisi Penyakit dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana
secara signifikan terhadap stres kerja perawat di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Polewali Mandar,
puskesmas di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja
Kabupaten Simeulue tahun 2018. dengan stres kerja perawat pelaksana di Intensive