Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan peradaban manusia seharusnya memberikan

kebahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam

hidupnya.namun fakta yang terjadi malah sebaliknya bahwa

sebagian ketenteraman itu ternyata semakin jauh.hidup semakin

sulit.kesulitan material ternyata berubah menjadi beban mental dan

psikis.jiwa semakin berat.kegelisahan,ketegangan, dan tekanan.

Tragedi ini muncul disebabkan beberapa faktor di antaranya

adalah kebutuhan hidup semakin menigkat,perasaan individualistic

dan egois,persaingan dalam hidup,dan keadaan lingkungan yang

tidak stabil.

Seiringi dengan perkembangan gerak kehidupan dan

dinamika masyarakat,kondisi dan realitas telah menarik perhatian

yang serius,baik kalangan psikologi,spiritual,budayawan,maupun

para ahli yang bergerak dalam masalah-masalah kejiwaan.

Hospitalisasi merupakan sebuah krisis akibat adanya

perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri Pasien.Perubahan-

perubahan tersebut dapat berasal dari dalam diri pasien (misalnya;

perubahan status fisik, psikis, spiritual) maupun lingkungan yang

baru (misal lingkungan Rumah sakit, dokter, perawat, atau tenaga

1
2

medis lainnya) yang dapat menyebabkan pasien menjadi stres dan

mudah tertekan.

Perubahan akan lingkungan yang baru merupakan salah satu

penyebab utama adanya stress pada pasien, dengan adanya

lingkungan yang ramai, orang yang baru, tempat yang sempit,

maupun sebagainya memberikan suatu tekanan pada pasien untuk

mencoba untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Padahal,

pasien juga mengalami kondisi yang berbeda dari biasanya akibat

suatu penyakit, dan ditambah pasien harus meninggalkan lingkungan

dimana ia berada yang mudah sekali menjadikan diri pasien merasa

terasingk.

Hubungan antara pikiran ( mind) dan tubuh (body) telah

menjadi topik perdebatan sejak dahulu kala.sudahdipastikan,fungsi

mental selalu tergantung pada otak.

Dalamtulisannya,Jeffey,SpencerA.Rathus, dan Beverly dari

St.John’s University & New York University menceritakan tentang

pemahaman stress ini dari sejarah yang diterangkan pengaruh

filsufprancisabadke-17, Rene Deskartes (1596-1650),yang

memengaruhi pemikiran modern dengan keyakinannya tentang

dualism atau keterpisahan antara pikiran dan tubuh.istilah stres,

menurut Jeffey, Specer A.Rathus, dan Beverly, menunjukkan adanya

tekanan atau kekuatan pada tubuh,dalam psikologi di kenal sebagai

istilah stress.
3

Diperkirakan jumlah penderita stres diseluruh dunia

mencapai hampir 450 juta orang, dimana sepertiganya berdomisili

negara- negara berkembang.menurut data dari organisasi kesehatan

dunia ( WHO ), setidaknya ada 8 dari 10 orang penderita stres ini tdk

mendapatkan perawatan. Dan jumlah penderita stres di jakarta

selatan meningkat dari 2010 sampai 2012, jumlah penderita stres

yang dijaring suka dinas sosial jakarta selatan naik 50 %. Pada 2010

jumlah penderita stres mencapai 67 orang dan pada tahun 2011

jumlah tersebut itu naik 50 % dibandingkan setahun sebelumnya

yaitu 133 orang dan pada tahun 2012 sampai agustus jumlah orang

stres yang terjaring mencapai 89 orang.

Berdasarkan data yang penulis dapat di rumah sakit plamonia

Makassar di ruangan seruni yang mengalami steres akibat

hospitalisasi pada tahun 2011 sebanyak 49 orang dan tahun 2012

sebanyak 50 orang, dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun

2013sebanayak 202 orang

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, calon peneliti tertarik

untuk meneliti “ Hubungan hospitalisasi dengan kejadian stress di

ruangan perawatan internal melati Rumah Sakit Pelamonia

Makassar.
4

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan sikap perawat terhadap hospitalisasi

dengan kejadian stres di ruang perawatan interna di rumah sakit

pelamonia makassar.?

2. Apakah ada hubungan lingkungan terhadap hospitalisasi dengan

kejadian stres di ruang perawatan interna di rumah sakit

pelamonia makassar.?

3. Apakah ada hubungan pasien dan perawat terhadap hospitalisasi

dengan kejadian stres di ruang perawatan interna di rumah sakit

pelamonia makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui hubunganhospitalisasi dengan kejadian stres di ruang

interna di rumah sakit Pelamonia Makassar

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hubungan sikap perawat terhadap hospitalisasi

dengan kejadian stres di ruang interna di rumah sakit

pelamonia makassar.?

b. Diketahui hubungan lingkungan terhadap hospitalisasi

dengan kejadian stres di ruang interna di rumah sakit

pelamonia makassar.?
5

c. Diketahui hubungan pasien dan perawat terhadap

hospitalisasi dengan kejadian stres di ruang interna di rumah

sakit pelamonia makassar.?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu wadah untuk memperluas wawasan,

pengetahuan dan pengalaman dalam bidang kesehatan.

2. Bagi Institusi

Sebagai sumber informasi dan dokumentasi bagi institusi bagi

institusi dalam mengembangkan ilmu pengatahuan dalam bidang

kesehatan.

3. Bagi Profesi Perawat

Dengan hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat menjadikan

salah satu sumber bacaan bagi mahasiswa dan mahasiswi

khususnya ilmu keperawatan.

4. Bagi tempat Penelitian

Dengan hasil penelitian ini sangat diharapkan untuk dapat

menjadikan sumber informasi bagi Petugas Kesehatan di

Rumah Sakit pelamonia Makassar.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan hasil penelitian ini dapat menjadikan sala satu sumber

informasi atau menjadikan perbandinagn untuk peneliti

selanjutny
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Tentang HubunganHospitalisasi Dengan Kejadian stress

Stres adalah kondisi ketika individu berada dalam situasi yang

penuh tekanan atau ketika individu merasa tidak sanggup

mengatasi tuntutan yang dihadapinya (Marks, Murray, Evans,

dkk, 2010)

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap

stresorpsikososial (tekanan mental/beban kehidupan).Stres

dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan

berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai

berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres;

konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan

stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO,

2013).

Menurut DadangHawari, Istilah stress dan depresi sering

kali tidak dapat di pisahkan satu dengan lainya. Sedangkan

depresi adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap strees yang di

alaminya. Oleh karna dalam diri manusia itu antara fisik dan

psikis (kejiwaan) itu tidak dapat di pisahkan satu dengan

lainya(saling mempengaruhi), Stres adalah tanggapan atau reaksi

6
7

tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya bersifat

nonspesifik.namun,disamping itu stres dapat juga merupakan

factor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan

atau penyakit.

Menurut Hans Selye, Seseorang ahli fisiologi dan tokoh

di bidang stresmerumuskanstres sebagai berikut Stres adalah

tangapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan

atasnya.

Stres adalah reaksi dari tubuh (respons) terhadap

lingkungan yang dapat memproteksi diri kita yang juga

merupakan bagian dari system pertahanan yang membuat kita

tetap hidup.Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan

dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi

sebagai beban atau di luar batasan kemampuan mereka untuk

memenuhi tuntutan tersebut.

Pandangan dari Patel (2014), Stres merupakan reaksi

tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh

berbagai tuntutan misalnya ketika manusia menghadapi

tantangan-tantangan (challenge) yang penting ketika di hadapkan

pada ancaman (threat) atau ketika harus berusaha mengatasi

harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya.

2. Jenis-Jenis Stres
8

Quick dan Quick (2010) dan Hans Selye dalam Girdano

(2010) mengatakan bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu

eustresdandistres.

Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat

sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun).Hal tersebut

termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang

diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan

adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.Ini adalah semua

bentuk stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan

meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi.Ketika tubuh

mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu

melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres

tersebut bersifat positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2010).

Di sisi lain, distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres

yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat

merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu terhadap

penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang

tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan

kematian.Distresadalah semua bentuk stres yang melebihi

kemampuan untuk mengatasinya, membebani tubuh, dan

menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang

mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara


9

berlebihan, bingung, dan tidak dapat berperforma secara

maksimal (Walker.J, 2009).

3. Sumber Stres

Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai

stresor.Antara penyebabnya adalah, fisik, psikologis, dan

sosial.Stresorfisik berasal dari luar diri individu, seperti suara,

polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan

latihan fisik yang terpaksa. Pada stresorpsikologis tekanan dari

dalam diri individu biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi,

kecemasan (anxiety), rasa bersalah, kuatir berlebihan, marah,

benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa

rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar

disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya.

Banyak stresorsosial yang bersifat traumatic yang tak dapat

dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan

pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah

dan lain-lain.(Nasution I. K., 2013).

4. Reaksi Psikologi Stres

Atkinson dkk (2014), menjelaskan secara umum reaksi

stress atau gejala-gejala stress dapat dibedakan ke dalam dua

kelompok besar, yaitu reaksi psikologis dan reaksi fisiologis.

Namun pada penelitian, peneliti lebih memfokuskan kepada

gejala dan reaksi psikologi yang muncul akibat


10

stress. Reaksi psikologi diantaranya adalah :

a. Anxiety (kecemasan/ kegelisahan)

Merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai

dengan munculnya khawatir (worry), ketegangan/ tekanan

(tension), ketakutan pada sesuatu hal yang akan terjadi

(apprehension) dan ketakutan (fear) yang pada tanda-tanda

tersebut dialami dalam derajat yang berbeda pada tiap-tiap

orang.

b. Anger dan Agression (kemarahan dan agresi)

Berupa reaksi marah yang mengarah pada perilaku agresi

(baikberupa tindakan fisik maupun verbal) ketika individu

dalam kondisi frustasi. Perilaku ini bisa ditujukan langsung

pada sumber stress atau pada orang yang tak bersalah dan

obyek yang berada di sekitar.

c.      Apathy dan Depression (ketidakberdayaan dan depresi)

menghadapi suatu peristiwa yang tidak terkontrol. Ketika

seorang individu tidak mampu untuk melakukan koping,

maka individu tersebut akan masuk ke dalam tahapan yang

dalam yaitu depresi.

d.      Cognitive Impairment(penurunan fungsikognitif)

Reaksi yang berupa kesulitan untuk berkonsentrasi, dan

berpikir secara logis. Individu akan mudah teralihkan pada


11

pemikiran-pemikiran untuk melakukan suatu tugas seperti

tugas-tugas yang kompleks.

5. Stres Pada Pasien

Stres dapat dialami oleh semua orang, baik muda maupun tua,

kaya maupun miskin, tanpa memandang status dari seseorang.

Begitu juga pasien, Pasien juga dapat mengalami stress karena

adanya suatu kondisi. Kondisi-kondisi yang dapat membuat

pasien menjadi stress diantaranya adalah segala sesuatu yang

berada di sekitar lingkungan pasien, respon tuntutan yang

berpotensi menimbulkan stress pada pasien. Dan gejala stress

pada pasien memang sulit untuk dikenali,

gejala-gejala awal stress pada pasien. Gejala-gejala tersebut

diantaranya adalah :

a. Perasa dan mudah tersinggung

b. Mudah protes dan mengeluh

c. Mudah memberontak, tidak mau menurut

d. Mood berubah-ubah

e. Tampak selalu sedih

f. Menolak untuk makan

g. Hilang minat dan gairah

h. Tidak mau untuk bekerja sama

i. Berperilaku destruktif

j. Membuang barang-barang yang berada di sekitarnya


12

k. Berteriak atau berbicara keras

l. Penuh ketakutan

m.Insomnia dan sering mimpi buruk

n. Mual-mual dan muntah

Berikut merupakan tanda gejala stress pada pasien. Diharapkan

kepada orang tua ataupun tenaga kesehatan dapat mengenali

tanda dan gejala stress yang dialami pasien. Karena dengan

adanya pasien menjadi stress dapat mengganggu perkembangan

pasien, dan dapat berdampak buruk pada psikologi sang pasien.

6. Stres pada Pasien akibat Hospitalisasi

Hospitalisasi atau rawat inap seringkali dapat membuat pasien

menjadi stress, karena adanya perubahan lingkungan yang terjadi

dalam diri pasien, dan susah bagi pasien untuk beradaptasi pada

lingkungan yang baru untuk mengenal individu yang baru serta

susah untukspasien dilakukan kerja sama untuk pemenuhan

asuhan keperawatan yang akan diberikan.

Dan penting bagi seorang perawat yang memiliki tugas

memberikan asuhan keperawatan khususnya bagi pasienuntuk

dapat bekerja sama dalam proses asuhan keperawatan tanpa

membuat pasien mengalami salah satu gejala stress saat

dilakukan proses asuhan keperawatan secara menyeluruh.


13

B. Pelayanan

Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut diupayakan

dalam mengelola pasien sesuai dengan standar masing-masing

profesi yang dalam hal ini standar praktik asuhan keperawatan yang

telah ditetapkan.semakin patuh semua tenaga profesiona kepada

standar yang diakui oleh masing-masing profesi, maka akan semakin

tinggi pula mutu asuhan kesehatan / keperawatan terhadap pasien.

Yang berarti bahwa kinerja tenaga professional kesehatan

keperawatan semakin menigkat (Wijono, 2009,hal ;239-290)

Kurangnya atau tidak bermutunya layanan kesehatan bukan

merupakan suatu keselahan, tetapi system layanan kesehatan itu

sendiri yang menjadikannya kurang atau tidak bermutu (Pohan,

2006: 244). Sehingga dari masalah diatas menimbulkan suatu

dampak yang mempengaruhi jumlah kunjungan pasien diantaranya

system pelayanan perawatan yang kurang bermutu.Disini peran

petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan

mutu pelayanan perawatan.

Pelayanan secara umum merupakan bentuk

perhatian.Menurut kamus bahasa Indonesia “ pelayanan merupakan

prihal cara melayani dan usaha untuk memenuhi kebutuhan orang

lain dengan memperoleh imbalan uang jasa’’

Menurut Kasmir (2013) bahwa ciri pelayanan yang baik yang

kepada pelanggan adalah:


14

a. Tersedianya kariyawan yang baik

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik

c. Tersedianya ragam produk yang diinginkan

d. Bertanggungjawab kepada setiap karyawan dari awal

hingga selesai

e. Mampu melayani secara tepat

f. Mampu berkomunikasi dengan jelas

g. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi

h. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik tentang

produk yang dijual dan pengetahuan umum lainnya

i. Mampu memberikan kepercayaan kepada anggota

C. Mutu Pelayanan

1. Pengertian

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat

kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar

pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia

di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, effisien, dan efektif serta

diberikan secara danmenuaska secara norma, eika, hukum dan social

udaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan

pemerintah, serta masyarakatkonsumen.

Beberapa pengertian tentang mutu pelayanan kesehatan:


15

a. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta

penyelengaraannya sesuai dengan standard an kode etik profesi

( AzhrulAswar,2014 )

b. Mutu pelayanan kesehatan adalah memenuhi dan melebihi

kebutuhan serta harapan pelanggan melalui penigkatan yang

berkelanjutan atas seluruhproses.pelanggan meliputi

pasien,keluarga,danlainya yang datang untuk mendapatkan

pelayanan dokter,karyawan (Mary R. Zimmerman )

2. Hubungan Antara Kepuasan ,Harapan Dan Persepsi Pasien Terhadap

Pelayanan Kesehatan Yang Diterima Kepuasan terhadap pelayanan

kesehatan akan dinyatakan melalui hal-hal berikut:

a. Komunikasi dari mulut ke mulut informasi yang diperoleh dari

pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang

memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat

digunakan untuk sebagai referensi untuk menggunakan atau

memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.

b. Kebutuhan pribadi pasien atau masyarakat selalu membutuhkan

pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi

yang tersedia pada waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan.

c. Pengalaman masa lalu atau masyarakat yang pernah

mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan.


16

d. Komunikasieksternal sosialisasi yang luas dari system pelayanan

kesehatan mengenai fasilitas,sumber daya manusia,serta

kelebihan – kelebihan yang dimiliki suatu konstitusi pelayanan

kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan jasa

oleh masyarakat atau pasien

3. Dimensi mutu yang digunakan untuk mengevaluasi mutu yang

digunakan Mutu suatu organsisasi pemberi pelayanan yang sulit

diukur dan lebih bersifat subjektif sehingga aspek mutu

menggunakan beberapa dimensi karakeristik :

a. Communication,yaitu komunikasi atau hubungan antara

penerima jasa dengan pemberi jasa.

b. Credibility adalah kepercayaan pihak penerima jasa terhadap

pemberi jasa.

c. Sekurity,yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan.

d. Knowing The Custoer, yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa

pada penerima jasa atau pemahaman atau pemberi jasa terhadap

kebutuhan dengan harapan pemakai jasa.

e. Tounglbie, yaitu dalam memberikan pelayanan terhadap

pelanggan harus diukur atau dibuat standarnya.

f. Reabilitily, yaitu konsistensi pemberi jasa dan kemampuan

pemberi jasa.

g. Responsivenss, yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap

kebutuhan dan penerima jasa.


17

h. Competence, yaitu kemampuan atau keterampilan pemberi jasa

yang dibutuhkan setiap orang dalam perusahan untuk

memberikan jasanya.

i. Acces, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh

pihak pelanggan

j. Courtessy,kesopanan,aspekperhatin,kesamaan dalam hubungan

personal.

4. Manfaat Program Jaminan Mutu Pelayanan

Jaminan mutu pelayanan kesehatan atau Quality Assurance in

Healthcare merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang

sangat mendasar dalam memberikan pelayanan

D. Tinjauan variabel yang di teliti

1. Sikap perawat

a. Defenisi

Perawat merupakan unsur penting guna mewujudkan

masyarakat sehat, baik secara fisik maupun psikis. Tugas utama

perawat adalah melakukan perawatan terhadap orang yang

membutuhkan sehingga orang tersebut dapat memperoleh derajat

kesehatan yang diinginkan. Dengan tugas berat tersebut, seorang

perawat dituntut memilki kompetensi yang baik dalam praktek

keperawatan. Perawat harus mampu menyesuaikan dengan

kebutuhan dan tuntutan masyarakat.


18

Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental

yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman,

yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap

orang, obyek, dan keadaan.

Menurut Sukidjo sikap adalah keadaan mental dan saraf dan

kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan

pengaruh dinamis atau terarah terhadap respon individu pada semua

obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.Sikap merupakan

penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek. Setelah orang

mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya akan menilai

atau bersikap terhadap stimulus atau obyek tersebut.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai adalah suatu sikap yang menghormati apa sesuatu,

tetapi tidak untuk merubah perilaku sendiri. Misalnya ketika

ketika seorang pasien meminta sesuatu yang bertentangan


19

dengan kodisi keadaannya. Maka yang harus perawat lakukan

adalah mengatakan kepada pasien bahwa : permintaan tersebut

bisa terpenuhi ketika kondisi pasien sudah normal kembali.

4. Bertanggung Jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah adalah merupakan sikap yang

paling tinggi

b. Komponen Sikap

Kognisi seseorang berada dalam tahap mempelajari yaitu

tahap mengenal masalah dan tahap mencari informasi yang

dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.

Kepercayaan dari pengirim berita, berita itu sendiri, dan

keadaan.semakin besar prestise sang komonikator akan semakin

besar pula perubahan sikap yang ditimbulkan.

Kecenderungan berprilaku. Menyukai sang komunikator

menghasilkan perubahan sikap, sebab orang mencoba untuk

mengenal komunikator yang disukai dan cenderung untuk

mengadopsi sikap dan perilaku orang yang disukai.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaruh sikap :

a. Adanya imbalan dan hukuman dimana individu

mengasosiasikan reaksinya yang disertai imbalan dan hukuman.

b. Stimulasi mengandung harapan bagi individu sehingga dapat

terjadi perubahan dalam sikap


20

c. Stimulasi mengandung prasangka bagi individu yang mengubah

sikap semula.

2. Lingkungan

a. Pengertian

Lingkungan merupakan kumpulan dari semua kondisi atau

kekuatan dan luar (eksternal) yang mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan dari suatu organisme hidup

(manusia).Lingkungan eksternal manusia seperti lingkungan

fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial, kesehatan

dengan lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi

derajat kesehatan manusia. Organisasi kesehatan dunia (WHO)

menyatakan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu ilmu dan

keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha

yang tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan

perkembaganfisiknya, kesehatannya atau keselamatan hidupnya.

b. Kesehatan lingkungan hidup di Indonesia masih merupakan

masalah utama dalam usaha peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.

3. Pasien perawat

1. Pengertian

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata

Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Tylor C Lillis C

Lemone (1989) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat


21

yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi seseorang karena sakit, luka dan

proses penuaan (Depkes RI, 2002).

Menurut UU RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

mendefinisikan perawat yaitu mereka yang memiliki

kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan perawatan

Sedangkan menurut International Council of Nurses

(1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan

pendidikan keperawatan, berwenang dinegara bersangkutan

untuk memberi pelayanan dan bertanggung jawab dalam

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan

terhadap pasien.

Perawat Profesional adalah Perawat yang

bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan

keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan

tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya. (Depkes

RI, 2013).

2. Peran Perawat

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas

perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan

formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah


22

untuk menjalankan tugas .

Sedangkan peran perawat meliputi : pemberi Asuhan

Keperawatan, praktek Keperawatan atau pelaksana, pendidikan

klien, pengelola serta kegiatan penelitian dibidang Keperawatan.

a.       Peran sebagai pelaksana

Peran ini di kenal dengan Care Giver, peran Perawat dalam

memberikan Asuhan Keparawatan secara langsung atau tidak

langsung kepada klien sebagai Individu, Keluarga dan

Masyarakat, dengan metode pendekatan pemecahan masalah yang

disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini

perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate,

communicator serta rehabilitator

b.      Peran sebagai pendidik

Sebagai pendidik Perawat berperan dalam

medidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta

tenaga kesehatan yang berada dibawah tanggungjawabnya. Peran

ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desimilasi

ilmu kepada peserta didik keperawatan.

c.       Peran sebagai pengelola

Dalam hal ini Perawat mempunyai peran dan

tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun pendidikan


23

Keperawatan sesuai dengan Manajemen Keperawatan dalam

kerangka paradigma Keperawatan. Sebagai pengelola Perawat

dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan

Keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem

pelayanan Keperawatan, karena pengetahuan pemahaman

Perawat yang kurang sehingga pelaksana Perawat pengelola

belum maksimal, mayoritas posisi, lingkup kewenangan dan

tanggungjawab Perawat hampir tidak berpengaruh dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan.

d.      Peran sebagai peneliti

Sebagai peneliti dibidang Keperawatan, Perawat diharapkan

mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip

dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk

meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan

Keperawatan.Penelitian di dalam bidang Keperawatan berperan

dalam mengurangi kesenjangan penguasaan tehnologi di bidang

kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan

terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan Tehnologi, selain

itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan

memajukan profesi Keperawatan. (Asdi, 2008)

3. Fungsi Perawat.

Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat


24

maupun sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna

untuk pemulihan kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di

miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara untuk

mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam

bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian,

Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan,

Implementasi dan Evaluasi (Asdi, 2008)

a.       Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,

dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara

sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan untuk

memenuhi KDM.

b.      Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas

pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai tindakan

pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh

perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer

kepada perawat pelaksana.

c.       Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Dapat


25

terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim

dalam pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak bisa diatasi oleh

tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

E. Kerangka Konsep

penelitian ini akan di uraikan mengenai pengaruh antara variable

independen dengan variable depnden pada bagian di bawah ini.

Independen Dependen

Sikap perawat

Kejadian STRES
Lingkungan

Pasien perawat

kesejahtraan

Keterangan:

: = Variabel independen

: = Variabel dependen

= Variabel yang tidak di teliti

= Variabel yang di teliti


26

F. Defenisi Operasional

1. Sikap

Yang dimaksud dengan sikap dalam penelitian ini adalah

respon positif atau negatif dari seorang responden terhadap apa

yang diketahui tentang pelaksanaan imunisasi balita.

Kriteria Objektif :

Menerima (Positif) : Apabila responden mampu menjawab

dengan benar > 50% dari pertanyaan

yang berhubungan dengan sikap.

Menolak (Negatif) : Apabila responden mampu menjawab

dengan benar ≤ 50% dari pertanyaan

yang berhubungan dengan sikap.

2. Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan

penting dalam menentukan kesehatan anak.Faktor lingkungan ini

dapat meliputi lingkungan bersih atau tidak.

Kriteria Objektif :

Baik : Bila responden menjawab dengan benar > 50%

Kurang : Bila responden menjawab dengan benar ≤50%

3. Perawatdan dan pasien

seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses

penuaan
27

Kriteria Objektif :

Baik : Bila responden menjawab dengan benar > 50%

Kurang : Bila responden menjawab dengan benar ≤50%


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat analitik

dengan metode Cross Sectional, dimana peneliti melakukan

pengukuran variable pada saat yang bersamaan yang tujuannya

adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang Hubungan

dampak hospitalisasi dengan stress pasien di ruang perawatan

interna di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

B. Populasi Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Popolasi adalah keseluruhan sobjek yang akan di teliti

populasi di rumuskan sebagai populasifinility( Terbatas) dan

Infinty tidak terbatas.populasi adalah wilaya generalisasi yang

terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan krakteristik

tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan di

tarik kesempulanya dalam penelitian ini yang menjadi populasi

adalah seluruh pasien di ruang perawatan Interna sebanyak 43

responden.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di

teliti atau sebagian jumlah dari krakteristik yang di miliki oleh

populasi sebanyak 43 orang dengan sampel 36 orang.

28
29

3. Sampling

Teknik sampling adalah proses seleksi sampel,sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada

Untuk menetukan besarnya jumlah sampel, krecjie dan

morgan (1970)danumaskarang ( 1992) membuat daftar yang

biasa di pakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai

berikut :

Tabel : 1 TABEL KRECJIE

Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel

(N) (n) (N) (n) (N) (n)

10 10 220 140 1200 291

15 14 230 144 1300 297

20 19 240 148 1400 302

25 24 250 152 1500 306

30 28 260 155 1600 310

35 32 270 159 1700 313

40 36 280 162 1800 317

45 40 290 165 1900 320

50 44 300 169 2000 322

55 48 320 175 2200 327

60 52 340 181 2400 331

65 56 360 186 2600 335


30

70 59 380 191 2800 338

75 63 400 196 3000 341

80 66 420 201 350 346

85 70 440 205 4000 351

90 73 460 210 4500 354

95 76 480 214 5000 357

100 80 500 217 6000 361

110 86 550 226 7000 364

120 92 600 234 8000 367

130 97 650 242 9000 368

140 103 700 248 10000 370

150 108 750 254 15000 375

160 113 800 260 20000 377

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 380

190 127 950 274 50000 381

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 1000000 384

Sumber : Materi Kuliah, Praktis Metode Riset Umum, 2011;17


31

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Waktu Penelitian dilakukan pada Bulan Mei 2014

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di Rumah Sakit PelamoniaMakassar.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa kuisioner

secara tertulis yang akan dibagikan kepada responden untuk diisi

atau dijawab. Ada tiga jenis data yang akan diteliti yaitu

pengetahuan, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja.

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara

secara langsung menggunakan pedoman wawancara kuesioner

tentang bagaimana Hubungan Hospitalisasi dengan kejadian

stres di ruang perawatan interna rumah sakit

pelamoniamakassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang dicatat di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar yang relevan dengan tujuan penelitian,

seperti profil Kesehatan Rumah Sakit Pelamonia Makassar.


32

F. Pengolahan Data

1. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan

kelengkapan data, kesinambungan dan kesenjangan data.

2. Koding

Dilakukan untuk mempermudah data yaitu memberikan simbol-

simbol dari setiap jawaban responden.s

3. Tabulasi

Mengelompokan data dalam bentuk tabel yaitu hubungan antara

variable dependen dan independen.

G. Analisa Data

Analisa data univariat digunakan untuk memperlihatkan distribusi


frekuensi serta presentase dari tiap-tiap variable yang diteliti
sedangkan bivariatadalah analisis secara simultan dari dua
variabel.
H. Etika Penelitian
1. Informed Consent (lembaran persetujuan menjadi responden)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

peneliti dengan memberikan lembaran persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembaran tersebut diberi kode tertentu.

3. Confidentially (kerahasiaan)
33

Kerahasiaan informasi respoden dijamin peneliti, dan hanya

kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan dengan hasil

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai