Anda di halaman 1dari 6

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Millennium Development Goals (MDGs) adalah Komitmen Negara

terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia yang merupakan suatu

kesepakatan dan kemitraan global untuk memperbaiki kesejahteraan

masyarakat,  berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur.

Indikator proses dari setiap langkah program percepatan pencapaian target

MDGs secara lintas sektor dilakukan oleh instansi-instasi . Tujuan

pembangunan kesehatan yang telah tercantum pada Sistem Kesehatan

Nasional adalah suatu upaya penyelenggaraan kesehatan yang dilaksanakan

oleh bangsa Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap

masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang

mana dikatakan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu lingkungan,  pelayanan kesehatan, perilaku serta

bawaan ( Notoatmodjo, 2002:108).

Hidup sehat merupakan hak yang diperoleh oleh setiap manusia yang

ada didunia ini, akan tetapi diperlukan berbagai cara untuk mendapatkannya

(Anonim, 2007;109). Upaya pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan

yang optimal dilakukan melalui pos terdepan pelayanan kesehatan yang

disebut Puskesmas, yang merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional dan

merupakan suatu kesatuan organisasi fungsional dan merupakan pusat

1
2

pengembangan kesehatan yang juga membina peran serta masyarakat, di

samping memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam  bentuk kegiatan pokok (Refelina Widja, 2009;110). Badan

penelitian kesehatan World Health Organitation (WHO) tahun 2012 insiden

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Negara berkembang dengan angka

kematian balitadi atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun

pada golongan usia balita. ISPA lebih banayak di Negara  berkembang

dibandingkan di Negara maju dengan persentase masing-masing sebesar 25%-

30% dan 10%-15%. Kematian balita di Asia Tenggara sebanyak 2,1  juta

balita. India, Bangladesh, Indonesia, dan Myanmar merupakan negara dengan

kasus kematian balita akibat ISPA terbanyak. (Usman, 2012;103)

Kematian balita akibat ISPA di Indonesia mengalami peningkatan

sebesar 20.6% dari tahun 2010 hingga tahun 2011 yaitu 18.2% menjadi 38.8%

. Data yang didapatkan di Dinas kesehatan Kota Padang dimana balita yang

menderita ISPA  pada tahun 2011-2012 menempati urutan pertama dari 10

penyakit terbanyak di Kota Padang dengan angka kejadian pada tahun 2011

sebanyak 41.462 kasus. Pada tahun 2012 kejadian ISPA di Kota Padang

sebanyak 29.725 kasus.

Infeksi Saluran pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli) (saluran bawah) yang ditandai dengan gejala

batuk, sesak nafas, dan bisa juga mengakibatkan demam. Secara anatomik,
3

ISPA dikelompokkan menjadi ISPA atas misalnya batuk pilek, faringitis,

tonsilitis dan ISPA bawah seperti bronchitis, brinkilitis, pneumonia, ada 3

faktor yang  behubungan dengan kejadian ISPA, yaitu faktor anak,

lingkungan, dan perilaku. Pada umur anak sejumlah studi besar menunjukkan

bahwa insiden penyakit  pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia

dini anak-anak dan tetap menurun pada terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi

balita pada umur 6-12 bulan dan pada usia 1- 4 tahun. Pada status imunisasi

bayi dan balita yang pernah diserang campak akan selamat jika mendapatkan

kekebalan terhadap pneumoni sebagai komplikasi campak. Bayi dan anak

balita yang yang mempunyai status imunisasi lengkap bila menderita ISPA

dapat diharapkan perkembangan  penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat.

Cara yang terbukti paling efektif saat ini adalah pemberian imunisasi campak

dan defteri perfusi tetanus (DPT). Faktor lingkungan yang berhubungan

dengan kejadian ISPA pertama adalah pencemaran udara dalam rumah,

dimana asap rokok dan asap hasil pembakaran untuk memasak dengan

konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan

memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah dalam

keadaan ventilasinya kurang, dan dapur terletak didalam rumah, bersatu

dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita bermain. Hal ini lebih

dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada didalam rumah

bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari medical record di Rumah

sakit Syekh yusuf kabupaten GOWA pada tahun 2013 jumlah total pasien di
4

ruang Poli Interna sebanyak 1015 pasien dan yang menderita penyakit Infeksi

saluran Pernapasan Akut sebanyak 19 orang (1,88%) sedangkan pada bulan

januari sampe dengan bulan April 2014 jumlah pasien diruang poli interna

sebanyak 350 pasien dan yang menderita penyakit ISPA 15 ( 2,45%)

Untuk mengetahui hal tersebut diatas maka pertulis tertarik

melakukan penelitian dengan mengangkat judul “faktor yang berhubungan

kejadian ISPA pada balita yang dirawat diruang inap di Rumah sakit Syekh

yusup Makassar.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan urain pada latar belakang diatas penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan keberadaan anggota keluaraga yang penyakit ISPA

terhadap kejadian ISPA pasien yang dirawat di ruang poli interna di

Rumah Sakit Syekh Yusup kabupaten Gowa?

2. Adakah hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap kejadian ISPA pasien

yang dirawat diruang poli interna di Rumah Sakit Syekh Yusup kabupaten

Gowa?

3. Adakah hubungan pengaruh status imunisasi terhadap kejadian ISPA

pasien yang dirawat di ruang poli interna di Rumah Sakit Syekh Yusup

kabupaten Gowa?
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui faktor yang berhubugan dengan kejadian ada balita yang

di rawat di ruang poli intenal di Rumah Sakit Syekh Yusup kabupaten

Gowa

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui hubungan keberadaan anggota keluaraga yang penyakit

ISPA terhadap kejadian ISPA pasien yang dirawat di ruang poli interna

di Rumah Sakit Syekh Yusup kabupaten Gowa

b. Diketahui hubungan pemberian ASI ekslusif terhadap kejadian ISPA

pasien yang dirawat diruang poli interna di Rumah Sakit Syekh Yusup

kabupaten Gowa

c. Diketahuihu bungan pengaruh status imunisasi terhadap kejadian ISPA

pasien yang dirawat di ruang poli interna di Rumah Sakit Syekh Yusup

kabupaten Gowa

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagian proses Pebelajaran untuk menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan peneliti dalam mengembangkan kemampuan dalam melaukan

kajian-kajian imiah di bdang kerawatan.

2. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar

bagi institusi pendidikan


6

3. Bagi Pihak Rumah sakit

Jika tingkat pengetahuan tentang infeksi saluran pernapasan akut pada

penderita infeksi saluran pernapasan Akut, pihak Rumah Sakit atau dokter

dapat memberikan atau melakukan sosialisasi kepada pasien,keluaraga dan

masyarakat mengenai segalah sesuatu tentang Infeksi Saluran pernapasan

Akut dan dapat menurunkan faktor infeksi saluran pernapasan akut

sehingga diharapkan angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut tidak

meningkat tajam.

4. Bagi profesi keperawatan

Memberikan sumber pengetahuan yang luas dibidang asuhan keperawatan

dalam pembangunan dan kemandirian profesi keperawatan.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian

khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil

penelitian ini guna meningkatkan dalam pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai