Di Susun Oleh :
SUCI TENAR, Amd. Kes
NIP:
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara berkembang dan masih menghadapi berbagai
masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah penyakit kecacingan yang
ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,
gizi, kecerdasan, produktifitas penderita dan secara ekonomi menyebabkan banyak
kerugian (Ditjen PP dan PL, 2012). Pemerintah telah berusaha melakukan upaya
pemberantasan penyakit kecacingan dengan pemberian obat massal, promosi gaya
hidup sehat dan sanitasi yang bersih. Namun, masyarakat Indonesia masih banyak
menderita penyakit ini, terutama anak-anak. Oleh sebab itu, perlu dilakukan terus
upaya untuk memberantas penyakit kecacingan (Beritasatu, 2015).
Penyakit kecacingan adalah salah satu penyakit endemik yang disebabkan
oleh infeksi satu atau lebih jenis cacing (Zulkoni, 2011). Prevalensi penyakit
kecacingan masih tinggi terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis. Hal ini
disebabkan telur dan larva cacing dapat berkembang dengan baik di tanah yang
basah dan hangat. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan penyebab
penyakit kecacingan terbanyak di dunia, terutama spesies cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duuodenale),
dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Data dari World Health Organization (WHO)
pada tahun 2016, lebih dari 1,5 milyar orang atau sekitar 24% penduduk dunia
terinfeksi STH. Angka kejadian terbesar berada di sub-Sahara Afrika, Amerika,
China dan Asia Timur.
Anak usia sekolah adalah calon generasi penerus bangsa yang sangat
diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas dan potensial untuk masa depan. Hal ini menyebabkan kesehatan anak
sangat perlu diperhatikan dan dipersiapkan agar dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik secara fisik dan intelektual. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak sekolah adalah kelompok usia yang paling sering menderita penyakit
kecacingan (Anwar, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Andini (2015)
menunjukkan bahwa prevalensi terbanyak siswa yang positif terinfeksi telur STH
adalah kelas I, II, dan III. Hal ini disebabkan anak-anak banyak berinteraksi dengan
tanah saat bermain. Selain itu, pengetahuan yang masih kurang pada anak
mengenai cara infeksi penyakit kecacingan adalah faktor dasar yang mempengaruhi
perilaku anak dalam menjaga kebersihan tubuh. Data dari Ditjen PP dan PL pada
tahun 2009, sebanyak 31,8% siswa-siswi sekolah dasar menderita penyakit
kecacingan.
Penyakit kecacingan dapat menyebabkan penurunan kesehatan, gizi dan
produktivitas pada penderita. Penyakit ini jarang menyebabkan kematian, namun
infeksi yang kronis bisa menimbulkan penurunan gizi, pertumbuhan terhambat,
anemia, defisiensi vitamin A dan penurunan daya tahan tubuh (Damayanti, 2009)
Morbiditas akibat penyakit kecacingan berhubungan dengan jumlah cacing yang
menginfeksi tubuh. Infeksi yang ringan belum menimbulkan gejala, sedangkan
infeksi yang lebih berat dapat menyebabkan beberapa gejala berupa diare, sakit
perut, lesu, kelemahan, gangguan kognitif dan perkembangan fisik (WHO, 2016).
Anak yang menderita penyakit kecacingan akan mengalami gangguan konsentrasi
belajar dan gangguan tumbuh kembang sehingga akan mempengaruhi kemampuan
anak dalam menerima pelajaran sekolah (Supali dkk, 2008).
Pelaksanaan pemberian obat cacing pada anak umur 1 s/d 12 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Ngulak pada tahun 2018 mencapai 100 % yang dilaksanakan di
Sembilan desa wilayah kerja puskesmas. Pada tahun 2016 sasaran pemberian obat
cacing pada anak usia 1 s/d 12 tahun sebanyak 7374 anak dengan capaian sebesar
7432 anak yang mendapatkan obat cacing. Obat cacing di berikan melalui
posyandu, sekolah, dan pondok pesantren serta sweeping pada anak usia 1 s/d 12
tahun yang tidak tercover pada tempat – tempat tersebut
Oleh karenanya, pemberian obat cacing secara tepat dan berkesinambung setiap
2 kali dalam setahun selama 5 tahun harus dilakukan. Agar angka kejadian
kecacingan dapat ditekan semaksimal mungkin.
B. Dasar Hukum
1. Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. PMK no 15 tahun 2017 tentang penanggulangan cacingan
3. PP nomor 40 tahun 1991 tentang penanggulanagn wabah penyakit menular
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan program pada anak usia sekolah dasar / MI dan
anak usia dini sehingga menurunkan angka kecacingan dan tidak menjadi
masalah kesehatan di masyarakat.
2. Tujuan khusus
Meningkatkan cakupan program pengendalian kecacingan sampai 75%
sasaran anak sekolah usia sekolah dan pra sekolah di semua daerah
endemis pada tahun 2020
Meningkatkan kemitraan dalam pengendalian kecacingan di masyarakat
dengan pemangku kebijakkan, lintas sector, pengusaha dan organisasi
masyarakat
D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Program kecacingan meliputi pengumpulan data sasaran
kecacingan anak usia 1 tahun sampai dengan 12 tahun yang dilakukan oleh
penanggung jawab program kecacingan. Yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian obat cacing pada anak usia 1 sampai dengan 12 tahun melalui kerja
sama lintas sektor dan lintas program yang dilakukan secara berkelanjutan selama 1
tahun sejak tahun 2021 sampai tahun 2022.
E.Sasaran Pelayanan
Sasaran Program kecacingan adalah anak usia 1 sampai dengan 12 tahun yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Ngulak.
BAB II
GAMBARAN ADMINISTRATIF PROGRAM
4. Tata Nilai
Amanah :
Memberikan pelayanan secara jujur dan dapat dipercaya serta tidak
membedakan status pasien.
Senyum :
Memberikan pelayanan dengan penuh senyum dan ikhlas.
Ramah :
Melayani dengan baik hati, manis tutur kata dan ramah sikapnya.
Inovatif :
Memiliki kompetensi dan kemampuan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang terbaik dan penuh inovasi.
B. Kelembagaan dan Struktur Organisasi
1. Kelembagaan
KEPALA PUSKESMAS NGULAK
Kelembagaan
dr. BAYU MURDALIN
berdasarkan
Surat Penetapan
Surat PENANGGUNG JAWAB UKM PENGEMBANG Keputusan
Kepala dr. RIA ENJELLIA Puskesmas
No.
2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah bagan yang memperlihatkan tata hubungan kerja
antar bagian dan garis kewenangan diantara Kepala Puskesmas,Penanggung
Jawab koordinator UKM Essensial / pengembangan, Koordinator Program dan
pelaksana.
D. Alur Pelayanan
Mekanisme alur pelayanan dalam program kecacingan di Puskesmas Ngulak,
petugas melakukan pengumpulan data sasaran anak usia 1 sampai dengan 12
tahun by name by age di posyandu, PAUD, TK/RA, dan SD/MI. Setelah data
terkumpul, dilakukan penghitungan kebutuhan obat cacing yang akan diberikan.
Obat cacing diberikan pada bulan februari dan agustus setiap tahunnya
Evaluasi hasil kegiatan dilakukan setelah semua hasil kegiatan tercatat, maka
akan dilakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan tersebut yang selanjutnya akan
dibahas dalam minilokarya bulanan Puskesmas Ngulak.
BAB III
PEMETAAN PROGRAM KECACINGAN
PUSKESMAS NGULAK TAHUN 2019
A. Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Ngulak
BAB IV
ANALISIS PROGRAM
A. Identifkasi Masalah
N Capai Kesenjan
JENIS KEGIATAN Target
O an gan
B. Prioritas Masalah
Tingkat urgensi
1 1 1 1
( U)
Tingkat keseriusan
1 1 1 1
(S)
Tingkat
1 1 1 1
Perkembangan (G)
TOTAL 3 3 3 3
D. Rumusan Masalah
Tidak terdapat masalah
E. Pemecahan masalah
Melakukan pertemuan evaluasi setiap selesei melaksanakan pemberian obat cacing
BAB V
PENUTUP
MANUSIA METODE
TARGET 100%
PENCAPAIAN 100%
BOK 2018