Anda di halaman 1dari 28

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Dan Lokasi Penelitian

1. Profil Rumah Sakit Tk.II Pelamonia

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia merupakan Rumah Sakit TNI-AD

yang merupakan unsur pelaksana Kesehatan Angkatan Darat, dengan

tipe / tingkat II di lingkungan TNI-AD.

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia sebagai badan pelaksana di bidang

kesehatan di lingkungan Kodam VII/Wrb mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi prajurit TNI, PNS beserta

keluarganya yang berhak di jajaran Kodam VII/Wrb. Selain itu Rumkit

Tk.II Pelamonia juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap

penderita umum dengan memanfaatkan kapasitas lebih yang dimiliki

untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum yang

ada di sekitar Makassar dan Sulawasi selatan pada umumnya. Selain

Rumah Sakit Pelamonia juga sebagai pusat rujukan bagi penderita dari

Kawasan Timur Indonesia, diharapkan memilki kemampuan pelayanan

teknis lengkap dan memadai.

Untuk perwujudan pelayanan kesehatan yang lebih baik, perlu

dilakukan kegiatan yang terarah sesuai dengan kebijaksanaan pimpinan

Kesehatan Kodam VII/Wrb baik menyangkut pembinaan fungsi organik

maupun fungsi tehnis.

43
44

2. Sejarah Singkat.

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia dibangun oleh pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1917 dan disebut Militaire Hospital. Pada waktu

penyerahan kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1950 Militaire

Hospital diserahkan pada TNI-AD dan diubah namanya menjadi

Rumah Sakit Tentara Teritorium VII.

Pada tanggal 1 Juni 1957 dengan berubahnya TT VII menjadi

Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST)

yang kemudian berubah nama menjadi Kodam XIV Hasanuddin, maka

Rumah Sakit pun berubah nama dari RST TT. VII menjadi Rumkit

KDMSST kemudian menjadi Rumah Sakit Kodam XIV/Hn

“Pelamonia”. Dan kini dikenal dengan nama Rumkit Tk.II Pelamonia

Secara tehnis medis Rumkit Tk.II Pelamonia dibawah pembinaan

Kesehatan Daerah Militer (Kesdam). Kesdam dan Rumah Sakit sesuai

DSPP berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional

Indonesia Angkatan Darat nomor KEP / 76 / X / 1985 tanggal 28

Oktober 1985.

Pada tahun 2004 mengalami perubahan (validasi) organisasi

berdasarkan Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Darat nomor: Kep / 69 / XII / 2004 tanggal 24 Desember

2004 tentang Organisasi dan Tugas Kesehatan Komando Daerah Militer

(Orgas Kesdam).
45

3. Peranan Rumkit TNI-AD

Rumah Sakit TNI-AD adalah fasilitas kesehatan TNI-AD yang

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mendukung tugas pokok

TNI-AD dengan berperan sebagai berikut:

a. Membina kesehatan prajurit dan PNS serta membina aspek

kesehatan satuan-satuan TNI diwilayahnya sehingga selalu siap

tugas.

b. Membina kesehatan keluarga Prajurit dan PNS sehingga mencapai

derajat kesehatan yang optimal, terayomi.

c. Memberikan pelayanan kesehatan bagi prajurit, PNS dan

keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan personel.

d. Melaksanakan fungsi sosial dengan mengadakan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum,

dalam rangka pemanfaatan kapasitas lebih Rumkit , tanpa

mengabaikan pelayanan kesehatan bagi pasien yang berhak.

4. Tupok Rumah Sakit

Tugas pokok Rumkit adalah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan, dukungan kesehatan dan kesehatan matra dengan

memberikan pelayanan medis umum, gigi, dan spesialis kepada prajurit

TNI di wilayah dimana Rumah Sakit itu berada, sesuai dengan

tingkatan Rumah Sakit masing-masing.

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia memberikan pelayanan kesehatan

kepada personel Militer, Pns beserta keluarganya yang berhak, baik


46

personel Satpur, Banpur dan Banmin di jajaran Kodam VII/Wrb.

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia sebagai Badan pelaksana Kesdam

VII/Wrb mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan

kesehatan bagi Prajurit TNI dan Pns beserta keluarganya di jajajaran

Kodam VII/Wrb. Selain itu Rumah Sakit Tk.II Pelamonia juga

melayani penderita rujukan dari Kodam XVII/Trikora dan Kodam XVI

Pattimura, serta pelayanan kesehatan masyarakat umum bagi

masyarakat Makassar.

5. Fungsi Rumah Sakit

Guna mencapai tugas pokok kesehatan, Rumah Sakit TNI-AD

melaksanakan fungsi-fungsi:

a. Fungsi pelayanan Unit Gawat Darurat.

b. Fungsi pelayanan Medis/spesialistik.

c. Fungsi pelayanan Penunjang Medik.

d. Fungsi pelayanan Rahab Medik.

e. Fungsi pelayanan Rawat Inap.

f. Fungsi pelayanan Rawat Jalan.

g. Fungsi pelayanan Kefarmasian.

6. Lokasi

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia terletak dipusat kota, termasuk

dalam wilayah Kodim 1408/BS. Bangunan Rumkit Tk.II Pelamonia

yang digunakan saat ini mempunyai luas bangunan 20.955 M2

menempati areal seluas 28.544 M2 dan di operasionalkan sejak1986.


47

meliputi bangunan perkantoran dan penunjang umum, dan Komplek

perumahan anggota yang dihuni 12 KK, sedangkan bangunan rawat

jalan / Poliklinik, Laboratorium dan Apotik masih menggunakan

bangunan lama.

7. Kondisi Fisik

Bangunan Rumkit Tk.II Pelamonia terdiri dari bangunan untuk

perawatan mondok dengan kapasitas 420 tempat tidur yang meliputi

bangunan perkantoran dan penunjang umum. Sedangkan bangunan

rawat jalan/ poliklinik, Laboratorium dan apotik masih menggunakan

bangunan lama.

Bangunan Rumkit Tk.II Pelamonia terdiri dari :

Gedung utama, 4 lantai terdiri dari:

a. Ruang perawatan inap (Ruwatnap);

b. Ruang ICU/ICCU

c. Instalasi Kamar Bedah

d. Gedung V.V.I.P

e. Gedung VIP &(Ruwatnap VVIP)

f. Gedung Ruang IX

g. ruang anak :

h. Gedung Obsgyn & Radiologi

i. Ruwatnap Nifas

j. Ruang Radiologi (X-Ray)

k. Gedung Kebidanan :
48

l. Kamar Bersalin

m. Poliklinik

n. Ruang perawatan inap

o. Gedung: UGD

p. Gedung :Poliklinik

q. Gedung: Laboratorium

r. Gedung Instalasi Farmasi

s. Gedung Jangwat;

t. Instalasi Gizi

u. Laundry

v. Rumah Duka / kamar jenazah.


49

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan diruang Inap RS Pelamonia Makassar

pada tanggal juni sampai tanggal juli 2014. Penelitian ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang diinginkan peneliti dengan cara pengumpulan data

dilaksanakan melalui pengisian kuesioner dengan jumlah sampel 20 orang.

1. Distribusi Karakteristik

a. Umur

Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pasien
Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)

20-40 tahun 9 45,0

>40 tahun 11 55,0

Jumlah 20 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari

20 responden, dengan kelompok umur 20-40 tahun sebanyak 9

(45,0%) responden, sedangkan kelompok umur > 40 tahun sebanyak

11 (55,0%).
50

b. Pendidikan

Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien
Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

SD 3 15,0

SMP 5 25,0

SMA 7 35,0

Perguruan Tinggi 5 25,0

Jumlah 20 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari

20 responden, dimana jumlah pasien yang berpendidikan SD sebanyak

3 (15,0%) orang, pasien yang berpendidikan SMP sebanyak 5 (25,0%)

orang, pasien yang berpendidikan SMA sebanyak 7 (35,0%) orang,

dan pasien yang perguruan tinggi sebanyak 5 (25,0%) orang.

2. Analisa Univariat

a. Citra Tubuh

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Citra Tubuh Pasien
Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Citra Tubuh Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 11 55,0

Kurang 9 45,0

Jumlah (n) 20 100,0


Sumber : Data Primer 2014
51

Dari hasil penelitian pada tabel 4.2 diperoleh data bahwa dari 20

responden dengan citra tubuh baik sebanyak 6 (40,0%) responden,

dan yang citra tubuh kurang sebanyak 9 (45,0%) responden.

b. Reaksi Kemoterapi

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Reaksi Kemoterapi
Pasien Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Reaksi Kemoterapi Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 15 75,0

Kurang 5 25,0

Jumlah (n) 20 100,0


Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.3 diperoleh data bahwa dari 20

responden dengan reaksi kemoterapi baik sebanyak 15 (75,0%)

responden, dan yang reaksi kemoterapi kurang sebanyak 9 (25,0%)

responden.

c. Peran Pasen

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Peran pasien Di Rumah
Sakit Pelamonia Makassar
Peran Paien Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 12 60,0

Kurang 8 40,0

Jumlah (n) 20 100,0


Sumber : Data Primer 2014
52

Dari hasil penelitian pada tabel 4.4 diperoleh data bahwa dari 20

responden dengan peran pasien baik sebanyak 12 (60,0%) responden,

dan yang peran pasien kurang sebanyak 8 (40,0%) responden.

d. Sosial Ekonomi

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi pasien
Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Sosial Ekonomi Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 12 60,0

Kurang 8 40,0

Jumlah (n) 20 100,0


Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.5 diperoleh data bahwa dari 20

responden dengan sosial ekonomi baik sebanyak 12 (60,0%)

responden, dan yang sosial ekonomi kurang sebanyak 8 (40,0%)

responden.

e. Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pasien Kemoterapi
Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Cemas 2 10,0

Cemas Ringan 7 35,0

Cemas Sedang 7 35,0

Cemas Berat 3 15,0

Panik 1 5,0
53

Jumlah (n) 20 100,0

Sumber : Data Primer 2014

Dari hasil penelitian pada tabel 4.6 diperoleh data bahwa dari 20

responden dengan tingkat kecemasan tidak cemas sebanyak 2 (10,0%)

responden, dan tingkat kecemasan ringan 7 (35,0%) responden.

Sedangkan tingkat kecemasan sedang sebanyak 7 (35,0%), tingkat

kecemasan berat sebanyak 3 (15,0%) dan tingkat kecemasan panik

sebanyak 1 (5,0%).

1. Analisia Bivariat

a. Hubungan Faktor Citra Tubuh Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Tabel 4.8
Analisis Hubungan Faktor Citra Tubuh Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit
Pelamonia Makassar

Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara

Citra Tidak Total


Ringan Sedang Berat Panik
Tubuh Cemas

F % F % F % F % F % N %

Baik 1 5,0 2 10,0 7 35,0 1 5,0 0 0,0 11 55,0


Kurang 1 5,0 5 25,0 0 0,0 2 10,0 1 5,0 9 45,0
Jumlah (n) 2 10,0 7 35,0 7 35,0 3 15,0 1 5,0 20 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.7 menjelaskan bahwa dari 20 responden,

dan Citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi


54

kanker payudara tidak Cemas sebanyak 1 responden (5,0%). Citra

tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas ringan sebanyak 2 responden (10,0%). dan

responden yang citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas sedang sebanyak 7 responden

(35,0%), yang citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas Berat sebanyak 1 orang (5,0%).

Citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara yang panik sebanyak 0 (0,0). Sedangkan citra tubuh kurang

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara tidak

cemas sebanyak 1 responden (5,0%), citra tubuh kurang dengan

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas ringan

sebanyak 5 responden (25,0%), dan citra tubuh kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas sedang

sebanyak 0 responden (0,0%), citra tubuh kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas berat sebanyak

2 responden (10,0%), dan citra tubuh kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 1

responden (5,0%)
55

b. Hubungan Faktor Reaksi Kemoterapi Dengan Tingkat Kecemasan


Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia
Makassar

Tabel 4.9
Analisis Hubungan Faktor Reaksi Kemoterapi Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara

Reaksi Tidak Total


Ringan Sedang Berat Panik
Kemoterapi Cemas

F % F % F % F % F % N %

Baik 2 10,0 2 10,0 7 35,0 3 15,0 1 5,0 15 75,0


Kurang 0 0,0 5 25,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 5 25,0
Jumlah (n) 2 10,0 7 35,0 7 35,0 3 15,0 1 5,0 20 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.8 menjelaskan bahwa dari 20 responden,

dan reaksi kemoterapi baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara tidak Cemas sebanyak 2 responden

(10,0%). reaksi kemoterapi baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas ringan sebanyak 2 responden

(10,0%). dan responden yang reaksi kemoterapi baik dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas sedang

sebanyak 7 responden (35,0%), yang reaksi kemoterapi baik dengan

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas Berat

sebanyak 3 orang (15,0%). reaksi kemoterapi baik dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 1

(5,0). Sedangkan reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat kecemasan


56

pasien kemoterapi kanker payudara tidak cemas sebanyak 0 responden

(0,0%), reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas ringan sebanyak 5 responden

(25,0%), dan reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat kecemasan

pasien kemoterapi kanker payudara cemas sedang sebanyak 0

responden (0,0%), reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas berat sebanyak

0 responden (0,0%), dan reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 0

responden (0,0%)

c. Hubungan Faktor Peran Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Tabel 4.10
Analisis Hubungan Faktor Peran Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara

Tidak Total
Peran Ringan Sedang Berat Panik
Cemas

F % F % F % F % F % N %

Baik 2 10,0 0 0,0 6 30,0 3 15,0 1 5,0 12 60,0


Kurang 0 0,0 7 35,0 1 5,0 0 0,0 0 0,0 8 40,0
Jumlah (n) 2 10,0 7 35,0 7 35,0 3 15,0 1 5,0 20 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.9 menjelaskan bahwa dari 20 responden,

dan Peran baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara tidak Cemas sebanyak 2 responden (10,0%). Peran baik


57

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas

ringan sebanyak responden (0,0%). dan responden yang Peran baik

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas

sedang sebanyak 6 responden (30,0%), yang Peran baik dengan

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas Berat

sebanyak 3 orang (15,0%). Peran baik dengan tingkat kecemasan

pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 1 (5,0).

Sedangkan Peran kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi

kanker payudara tidak cemas sebanyak 0 responden (0,0%), Peran

kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas ringan sebanyak 7 responden (35,0%), dan Peran kurang dengan

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas sedang

sebanyak 1 responden (5,0%), Peran kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas berat sebanyak

0 responden (0,0%), dan Peran kurang dengan tingkat kecemasan

pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 0 responden

(0,0%)
58

d. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Tabel 4.11
Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat
Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di
Rumah Sakit Pelamonia Makassar

Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara

Sosial Tidak Total


Ringan Sedang Berat Panik
Ekonomi Cemas

F % F % F % F % F % N %

Baik 2 10,0 1 5,0 5 25,0 3 15,0 1 5,0 12 60,0


Kurang 0 0,0 6 30,0 2 10,0 0 0,0 0 0,0 8 40,0
Jumlah (n) 2 10,0 7 35,0 7 35,0 3 15,0 1 5,0 20 100

Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel 4.10 menjelaskan bahwa dari 20 responden,

dan sosial ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi

kanker payudara tidak Cemas sebanyak 2 responden (10,0%). sosial

ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas ringan sebanyak responden 1 (5,0%). dan responden

yang sosial ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas sedang sebanyak 5 responden

(25,0%), yang sosial ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas Berat sebanyak 3 orang (15,0%).

sosial ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi

kanker payudara yang panik sebanyak 1 (5,0). Sedangkan sosial

ekonomi kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara tidak cemas sebanyak 0 responden (0,0%), sosial ekonomi


59

kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas ringan sebanyak 6 responden (30,0%), dan sosial ekonomi

kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas sedang sebanyak 2 responden (10,0%), sosial ekonomi kurang

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas

berat sebanyak 0 responden (0,0%), dan sosial ekonomi kurang

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang

panik sebanyak 0 responden (0,0%)

C. Pembahasan

1. Hubungan Faktor Citra Tubuh Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Citra tubuh adalah bagaiman cara individu mempersepsikan

tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, yang meliputi ukuran,

fungsi, penampilan dan potensi tubuh. (Wahid Iqbal, 2008.hal:32)Pasien

kanker di paksa untuk menhdapi banyak serangan terhadap citra tubuh

sepanjang perjalan penyakit dan pengobatan. Memasuki sistem perawatan

kesehatan sering di sertai dengan depersonalisai. Ancaman terhadap

konsep diri sangat besar karena pasien menghadapi relisasi tentang

penyakit, kemungkinana kacacatan dan kematian. Banyak pasien kanker di

paksa untuk mengubah gaya hidup untuk mengakomodasi pengobatan atau

karena patologi penyakit.

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang Hubungan Faktor Citra

Tubuh Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara

Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar bahwa dari 20 responden, hubungan


60

faktor Citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi

kanker payudara tidak Cemas sebanyak 1 responden (5,0%). Disebabkan

karena pasien tidak merasa putus asa dan merasa puas dengan kemoterapi

karena dengan kemoterapi kemungkinan kanker payudara bisa di atasi,

hubungan faktor Citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas ringan sebanyak 2 responden

(10,0%). Di sebabkan karena pasien bisa menerima keadaan pada saat

kemoterapi akan tetapi pasien juga merasa takut akan pikiran sediri, dan

hubungan faktor citra tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas sedang sebanyak 7 responden

(35,0%), di sebabkan karena pasien tidak merasa terganggu dengan

kemoterapi akan tetapi pasien menalami banyak mimpi-mimpi yang tidak

baik sehngga menimbulkan kecemasan sedang. hubungan faktor citra

tubuh baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas Berat sebanyak 1 orang (5,0%). Sebab pasien tidak terlalu

memikirkan penampilannya tetapi dia lebih memikirkan kesehatanya akan

tetapi pasien juga mersaan perasaan selalu berubah-ubah dan psimis,

hilang semangat dalam melakukan aktivitas apapun sehingga

menimbulakan kecemasan berat. Hubungan faktor Citra tubuh baik

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik

sebanyak 0 (0,0). Sebab pasien selalu optimis meski apapun yang terjadi.

Sedangkan hubungan faktor citra tubuh kurang dengan tingkat kecemasan

pasien kemoterapi kanker payudara tidak cemas sebanyak 1 responden


61

(5,0%), di sebabkan karena dengan kemoterapi pasien merasa putus asa

dengan keadaannya, hubungan faktor citra tubuh kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas ringan sebanyak 5

responden (25,0%), karena dengan kemoterapi pasien merasa terganggu

dengan penampilannya dan membuat dirinya slalu merasa penampilannya

kurang menarik. dan hubungan faktor citra tubuh kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas sedang sebanyak 0

responden (0,0%), sebab dengan kemotrapi pasien merasa optimis bisa

sembuh, citra tubuh kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi

kanker payudara cemas berat sebanyak 2 responden (10,0%), di sebabkan

karena pasen tidak bisa menerima keadaan dan merasa ada yang salah

dalam dirinya, hubungan faktor citra tubuh kurang dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 1

responden (5,0%). Di sebabkan karena kemoterapi mengganggu

penampilannya dan membuat dia seperti orang lain sehingga merasa

gelisah dengan penampilannya.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji

statistik Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p=

0,049,oleh karena p<α (0,049<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima

yang yang berarti terdapat ada Hubungan Faktor Citra Tubuh Dengan

Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar. Di sebabkan karena Banyak pasien kanker di paksa

untuk mengubah gaya hidup untuk mengakomodasi pengobatan atau


62

karena patologi penyakit. Prioritas dan sistem nilai sering terpaksa harus di

ubah ketika citra tubuh terancam dan karakteristik fisik kurang penting.

Dimana dari tindakan pengobatan yang mnegubah bentuk tubuh,

kerontokan rambut, kakeksia, perubahan kulit, perubahan pola

komunikasi, dan disfungsi seksual adalah beberapa akibat yang

menyulitkan dari kanker dan pengobatannya yang dapat mengancam harga

diri dan citra tubuh pasien. (Suzane C Smeltzer, 2009)

2. Hubungan Faktor Reaksi Kemoterapi Dengan Tingkat Kecemasan


Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia
Makassar
Pasien yang menjalani pemeriksaan yang luas biasanya takut akan

prosedur-prosedur tersebut dan cemas akan kemungkinan hasil pilihan

pengobatan yang di tawarkan kapada pasien kaker harus berdasarkan pada

tujuan yang realistik yang dapat di capai untuk setiap tipe kanker yang

spesifik.

Berdasarkan hasil pengolahan data tentangHubungan Faktor

Reaksi Kemoterapi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi

Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar bahwa dari 20

responden, hubungan faktor reaksi kemoterapi baik dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara tidak Cemas sebanyak 2

responden (10,0%). hubungan faktor reaksi kemoterapi baik dengan

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas ringan

sebanyak 2 responden (10,0%). dan hubungan faktor reaksi kemoterapi

baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas sedang sebanyak 7 responden (35,0%), yang reaksi kemoterapi


63

baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas Berat sebanyak 3 orang (15,0%). hubungan faktor reaksi

kemoterapi baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara yang panik sebanyak 1 (5,0). Di sebabkan karena pasien merasa

ada perubahan setelah melakukan kemoterapi dan merasa optimis bisa

sembuh. Sedangkan hubungan faktor reaksi kemoterapi kurang dengan

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara tidak cemas

sebanyak 0 responden (0,0%),hubungan faktor reaksi kemoterapi kurang

dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas

ringan sebanyak 5 responden (25,0%), dan hubungan faktor reaksi

kemoterapi kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas sedang sebanyak 0 responden (0,0%), hubungan faktor

reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi

kanker payudara cemas berat sebanyak 0 responden (0,0%), dan

hubungan faktor reaksi kemoterapi kurang dengan tingkat kecemasan

pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 0 responden

(0,0%) di sebabkan karena pasien merasa pusing setelah melakukan

kemoterapi dan merasa nyeri bahkan terasa terbakar sehingga tidak

nyaman dengan kondisinya. Hal ini di dukung oleh (Suzane C Smeltzer,

2009) yang mengatakan bahwa Pasien yang menjalani pemeriksaan yang

luas biasanya takut akan prosedur-prosedur tersebut dan cemas akan

kemungkinan hasil pilihan pengobatan yang di tawarkan kapada pasien


64

kaker harus berdasarkan pada tujuan yang realistik yang dapat di capai

untuk setiap tipe kanker yang spesifik.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji

statistik Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p=

0,015,oleh karena p<α (0,015<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima

yang yang berarti terdapat ada Hubungan Faktor reaksi kemoterapi

Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di

Rumah Sakit Pelamonia Makassar. Di sebabkan karena akibat dari

malignansi yang mendasari atau berbagai mordalitas pengobatan pasien

yang menjalani kemoterapi dapat mengalami berbagai masalah sekunder

seperti infeksi, menurunnya jumlah sel darah putih, perdarahan, masalah

kulit, masalah nutrisi, nyeri, keletihan dan sters psikologis sehingga timbul

kecemasan. (Suzane C Smeltzer, 2002)

3. Hubungan Faktor Peran Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Peran adalah serangkaian harapan tentang bagaimana seseorang

bersikap atau berperilaku sesuai dengan posisinya. Ketidak sesuaian peran

dapat terjadi ketika individu beralih dalam peralihan dan mengubah nilai

serta sikapnya. Banyak faktor yang mempengaruhi peran seperti kejelasan

perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, konsistensi respon

orang yang berarti terhdap peran kesesuaian dan keseimbangan antara

peran yang dijalaninya di samping itu pemisahan situasi yang akan

menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran. . (Wahid Iqbal, 2008.hal;56)


65

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang Hubungan Faktor peran

Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di

Rumah Sakit Pelamonia Makassa bahwa dari 20 responden, hubungan

faktor Peran baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara tidak Cemas sebanyak 2 responden (10,0%). hubungan faktor

Peran baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas ringan sebanyak responden (0,0%). dan hubungan faktor Peran

baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas sedang sebanyak 6 responden (30,0%), hubungan faktor Peran

baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas Berat sebanyak 3 orang (15,0%). Peran baik dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 1

(5,0). Di sebabkan karena pasien masih mampu melakukan kegiatan

sehari-hari dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari bahkan selalu

semangat dengan peran yang di jalaninya. Sedangkan hubungan faktor

Peran kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara tidak cemas sebanyak 0 responden (0,0%), hubungan faktor

Peran kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas ringan sebanyak 7 responden (35,0%), dan hubungan

faktor Peran kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas sedang sebanyak 1 responden (5,0%), hubungan faktor

Peran kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas berat sebanyak 0 responden (0,0%), dan hubungan faktor


66

Peran kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara yang panik sebanyak 0 responden (0,0%). Di sebabkan karena

dengan penyakit yang di alami membuat pasien merasa membebani pihak

keluarga dan mengganggu hubungannya dengan orang lain bahkan

kesulitan dalam melakukan aktifitas apapun.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji statistik

Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p= 0,002,oleh

karena p<α (0,002<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima yang yang

berarti terdapat ada Hubungan Faktor peran Dengan Tingkat Kecemasan

Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia

Makassar. Sebab Pasien yang mempunyai peran ganda dalam keluarga

atau masarakat ada kecenderungan mengalami kecemasan yang berlebih di

sebabkan konsentrasi terganggu.

4. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien


Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar
Sosial ekonomi merupakan suatu komponen kelas sosial yang

mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan,

keluarga secara ekonomi bersifat adekuat dan tidak adekuat pendapatan

yang mencukupi kebutuhan-kebutuhan sebuah keluarga umumnya berasal

dari pekerjaan para anggota keluarga dan sumber-sumber pribadi seperti

pensiunan dan bantuan-bantuan (Nonpublik) sementara penghasilan yang

sebagian berasal dari bantuan-bantuan umum atau pengangguran

umumnya bersifat tidak stabil atau benar-benar tidak memadai. (Price

&Wilson, 2005.hal:81)
67

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang Hubungan Faktor

Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker

Payudara Di Rumah Sakit Pelamonia Makassar bahwa dari 20 responden,

hubungan faktor sosial ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara tidak Cemas sebanyak 2 responden (10,0%).

hubungan faktor sosial ekonomi sosial ekonomi baik dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas ringan sebanyak

responden 1 (5,0%). dan hubungan faktor sosial ekonomisosial ekonomi

baik dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara

cemas sedang sebanyak 5 responden (25,0%), hubungan faktor sosial

ekonomi sosial ekonomi baik dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas Berat sebanyak 3 orang (15,0%).

hubungan faktor sosial ekonomi sosial ekonomi baik dengan tingkat

kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 1

(5,0). Di sebabkan karena pendapatan pasien mencukupi kebutuhan sehari-

hari sehingga mampu mebayar kemoterapi yang dilakukan, biaya berobat

tidak menjadi masalah karena status ekonomi yang cukup untuk

membiayai itu semua. Sedangkan hubungan faktor sosial ekonomi sosial

ekonomi kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara tidak cemas sebanyak 0 responden (0,0%), hubungan faktor

sosial ekonomi sosial ekonomi kurang dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara cemas ringan sebanyak 6 responden (30,0%),

dan hubungan faktor sosial ekonomi sosial ekonomi kurang dengan


68

tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker payudara cemas sedang

sebanyak 2 responden (10,0%), hubungan faktor sosial ekonomi sosial

ekonomi kurang dengan tingkat kecemasan pasien kemoterapi kanker

payudara cemas berat sebanyak 0 responden (0,0%), dan hubungan faktor

sosial ekonomi sosial ekonomi kurang dengan tingkat kecemasan pasien

kemoterapi kanker payudara yang panik sebanyak 0 responden (0,0%) di

sebabkan karena minimya pendapatan pasien dan keluarga sehingga

pendapatan dan pengeluaran tidak sesuai bahkan kesulitan untuk

melakukan kemoterapi yang biayanya yang mahal membaut pasien dan

keluarga terbebani dengan itu semua.

Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan berdasarkan uji

statistik Chi-Square diperoleh hasil yang bermakna dimana nilai p=

0,033,oleh karena p<α (0,033<0,05) maka, Ho ditolak dan Ha diterima

yang yang berarti terdapat ada Hubungan Faktor sosial ekonomi Dengan

Tingkat Kecemasan Pasien Kemoterapi Kanker Payudara Di Rumah Sakit

Pelamonia Makassar. Sebab Pada umumnya masyarakat ada juga yang

terkena dampak kesulitan ekonomi, semua barang dan jasa serta biaya

pegobatan yang menjadi lebih mahal. Biaya hidup tidak seimbang

dibandingkan pendapatan sebulan.sehingga dengan adanya penghasilan

masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dapat

menimbulkan terjadinya kecemasan.


69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang “Faktor yang berhubungan

dengan tingkat kecemasan pada pasien kemoterapi kanker payudara di RS

Pelamonia Makassar”. maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan Faktor citra tubuh dengan tingkat kecemasan pada pasien

kemoterapi kanker payudara di RS Pelamonia Makassar. .Dengan nilai P

Value 0,049.

2. Ada hubungan Faktor Reaksi Kemoterapi dengan tingkat kecemasan pada

pasien kemoterapi kanker payudara di RS Pelamonia Makassar. .Dengan

nilai P Value 0,015

3. Ada hubungan Faktor Peran dengan tingkat kecemasan pada pasien

kemoterapi kanker payudara di RS Pelamonia Makassar. .Dengan nilai P

Value 0,002

4. Ada hubungan Faktor sosial ekonomi dengan tingkat kecemasan pada

pasien kemoterapi kanker payudara di RS Pelamonia Makassar. .Dengan

nilai P Value 0,033.

B. SARAN

1. Disarankan bagi pasien kemoterapi kanker payudara yang berada di

Ruang Anyelir Rumah Sakit Pelamonia makassar yang mengalami

kecemasan, baik kecemasan ringan,sedang, berat dan panik agar mengisi

69
70

waktu luang dengan kegiatan yang positif seperti belajar keterampilan

dan beribadah.

2. Bagi profesi keperawatan diharapkan agar memberikan pelayanan prima

kepada pasien dan senantiasa mengkaji kebutuhan dasar pasien supaya

diketahui perubahan kondisi yang dialami lanjutnya.

3. Perlu diadakan penelitian lanjut mengenai hubungan antara dengan

tingkat kecemasan pada pasien kemoterapi kanker payudara

Anda mungkin juga menyukai