Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut (Robert.H.Brook, 2017) kesehatan adalah sebuah sumber

daya yang dimiliki semua manusia dan bukan merupakan suatu tujuan

hidup yang perlu dicapai. Kesehatan tidak terfokus kepada fisik yang

bugar tetapi meliputi jiwa yang sehat dimana individu dapat bersikap

toleran dan dapat menerima perbedaan. Dalam mewujudkan pelayanan

kesehatan yang bermutu, maka diperlukan adanya manajemen

kesehatan. Manajemen kesehatan merupakan suatu kegiatan atau suatu

seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan

guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.

Dalam pelayanan kesehatan disamping pelayanan medis juga ada

pelayanan kefarmasian.Peraturan Menteri Kesehatan no 3 tahun 2020

dimana pada pasal Pasal 25 berbunyi “Kefarmasian merupakan

pelayanan kefarmasian yang menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,

bermanfaat, dan terjangkau”. Maka menurut PMK no 3 tahun 2020,

pelayanan Farmasi Klinis tidak termasuk pelayanan kefarmasian.

Menurut Permenkes No 3 tahun 2020 pasal 1 Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

1 KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


2

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Kepuasan pasien merupakan indikator penting bagi kualitas

pelayanan dan memiliki implikasi bagi pelayanan penyelanggaraan

pelayanan lebih efisien dalam memenuhi kebutuhan pasien. Ketidak

puasan pasien yang paling sering di sampaikan oleh pasien adalah

ketidakpuasan terhadap sikap, perilaku keramahan petugas,

keterlambatan pelayanan dokter, prawat, apoteker, petugas kurang

komunikatif dan informatif, lamanya proses penebusan resep dan

peracikan obat, serta kebersihan dan ketirtiban lingkungan. Hal tersebut

akan berdampak negatif pada kepuasan pasien dan mengakibatkan minat

pasien untuk berobat kembali di rumah sakit itu menjadi berkurang

sehingga akan menyebabkan turunnya citra rumah sakit. Akibatnya akan

berdampak pada citra rumah sakit jika pasien mengalami ketidak puasan

hal yang dapat terjadi adalah kekecewaan.

a. Ketanggapan (responsiveness) merupakan keinginan petugas

membantu pelanggan untuk memberikan pelayanan dengat cepat.

b. Kehandalan (reliability) merupakan tingkat kemampuan dan

kehandalan petugas dalam peningkatan pelayanan.

c. Jaminan (assurance) terkait dengan pengetahuan petugas dan

kelengkapan lain dari obat guna menghindari terjadinya medication

error.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


3

d. Kepedulian (empaty) merupakan suasana dan kondisi di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit

Bukti fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi

keputusan konsumen untuk menggunakan produk atau jasa yang di

tawarkan.

Dalam hal ini ini peningkatan mutu pelayanan di bidang kesehatan

dianggap penting oleh RSUD. Sawerigading Palopo karena merupakan

salah satu wujud dan bentuk tanggung jawab untuk turut serta dalam

tugas meningkatkan derajat kesehatan yang optimal sehingga berbagai

upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

salah satu faktor penunjang pelayanan Rumah Sakit adalah Instalasi

Farmasi Rumah Sakit. Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya

unit di Rumah Sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya

pada pengelolaan obat atau lebih tepatnya kegiatan kefarmasian.

Berdasrkan observasi langsung yang di lakukan, belum ada peneliti yang

melakukan penelitian di RSUD. Sawerigading Palopo tentang kepuasan

pasien terhadap mutu pelayanan kefarmasian, maka penting untuk

melihat seberapa besar gambaran pelayanan kefarmasian yang diberikan

di instalasi farmasi RSUD. Sawerigading Palopo.

Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti merasa tertarik ingin

mengetahui seberapa puas pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang

diberikan di instalasi farmasi RSUD. Sawerigading Palopo.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


4

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dan mengetahui gambaran ” GAMBARAN TINGKAT

KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA

PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD. SAWERIGADING PALOPO” apakah

sudah memenuhi standar pelayanan kefarmasian atau tidak.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

kefarmasian pada pasien rawat jalan di RSUD. Sawerigading Palopo?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien

terhadap pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan di RSUD.

Sawerigading Palopo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Sebagai syarat Program Studi D III Farmasi Stikes Bhakti Pertiwi

Luwu Raya Palopo dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

b. Untuk mengetahui bagaimana kepuasan pasien terhadap pelayanan

kefarmasian pada pasien rawat jalan di rumah sakit

2. Bagi Institusi

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


5

Sebagai bahan referensi untuk mahasiswa yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

3. Bagi Intansi/RSUD

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

farmasi di instalasi Farmasi rawat jalan di RSUD. Sawerigading palopo.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

Menurut Permenkes No 3 tahun 2020 pasal 1 Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit umum

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit umum paling

sedikit terdiri atas :

a. pelayanan medik dan penunjang medik

b. pelayanan keperawatan dan kebidanan

c. pelayanan nonmedik.

Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan

kesehatan secara berdaya dan berhasil guna dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya

rujukan.
7

Fungsi rumah sakit adalah :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

seuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

pelayanan kesehatn.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang

kesehatan

Dalam upaya menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit

umum menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


8

f. Administrasi umum dan keuangan

Profil Rumah Sakit

RSUD Sawerigading merupakan rumah sakit umum daerah yang

berlokasi di Bara, Kota Palopo. RSUD Sawerigading Kota Palopo

sebelumnya adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten Luwu yang

dibangun pada masa pemerintahan Belanda pada tahun 1920. Merupakan

salah satu bangunan bersejarah yang ada pada pusat Pemerintahan

Kerajaan Luwu, dalam perjalanan telah mengalami dua kali renovasi yakni

renovasi pertama dilaksanakan pada tahun 1981 dann 1982, di masa

pemerintahan Bupati Luwu Drs. Abdullah Suara dan peresmiannya

dilakukan oleh Gubernur Sulawesi Selatan Andi Oddang. Rumah Sakit

yang sebelumnya memiliki status Rumah Sakit Tipe D,dan tahun 1994

ditingkatkan statusnya menjadi Rumah Sakit kelas C.

VISI dan MISI RSUD. Sawerigading palopo

VISI :

Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terpercaya Di Sulawesi Selatan Tahun

2023

MISI:

1. Menyelenggarakan pelayanan yang terjangkau , berkeadilan dan

sesuai standar akreditasi rumah sakit.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


9

2. Menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola Klinis yang

baik.

3. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

pelayanan kesehatan.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya rumah sakit secara

berkelanjutan.

B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan no 3 tahun 2020 dimana pada pasal

Pasal 25 berbunyi “Kefarmasian merupakan pelayanan kefarmasian yang

menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.Maka

menurut PMK no 3 tahun 2020, pelayanan Farmasi Klinis tidak termasuk

pelayanan kefarmasian.

Pelayanan kefarmasian dilaksanakan di instalasi farmasi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peralatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) meliputi peralatan medis

dan peralatan nonmedis yang memenuhi standar pelayanan, persyaratan

mutu, keamanan, keselamatan, dan layak pakai.

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai meliputi:

a. Pemilihan

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


10

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan

kebutuhan.Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada

Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat

yang disepakati staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi

yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.

b. Perencanaan kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk

menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan

efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat

dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

c. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan

yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


11

dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode

pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,

pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

d. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua

dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

e. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus

dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan

kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

f. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


12

dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi

yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit

pelayanan.

g. Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi

standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik

izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)

atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)

dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.

h. Pengendalian

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus

bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan

pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai adalah untuk:

a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


13

b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi

c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan

serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

i. Administrasi.

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan

untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.

Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus

didukung oleh ketersediaan sumber daya kefarmasian, pengorganisasian

yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur

operasional,Sumber daya kefarmasian meliputi:

a. sumber daya manusia

b. sarana dan peralatan.

Pengorganisasian harus menggambarkan uraian tugas, fungsi, dan

tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar

Pelayanan Kefarmasian yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.

Untuk menjamin mutu Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, harus

dilakukan Pengendalian Mutu Pelayananan Kefarmasian yang meliputi:

a. monitoring

b. Evaluasi.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


14

Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit melalui sistem satu pintu.

Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai penanggung

jawab. Dalam penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakitdapat dibentuk satelit farmasi sesuai dengan kebutuhan yang

merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Instalasi farmasi Rumah Sakit (IFRS) suatu bagian dari:

a. Unit/divisi atau fasilitas rumah sakit

b. Tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan

kefarmasian.

pekerjaan kefarmasian termasuk pengendalian mutu sediaan

farmasi, pengamanan pengandaan, penyimpanan dan distribusi 30 obat,

pengelolan obat, atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat tradisional (Siregar.2019)

Pelayanan farmasi yang dilakukan meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan Resep

Pengkajian Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah

terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan

kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian

Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan

persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


15

a. nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien

b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

c. tanggal Resep

d. ruangan/unit asal Resep

Persyaratan farmasetik meliputi:

a. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan

b. dosis dan Jumlah Obat

c. stabilitas

d. aturan dan cara penggunaan

Persyaratan klinis meliputi:

a. ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat

b. duplikasi pengobatan

c. alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)

d. kontraindikasi

e. interaksi Obat.

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan

ketersediaan, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan

disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep

dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat

(medication error).

2. penelusuran riwayat penggunaan Obat

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


16

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk

mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain

yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh

dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat

pasien.

3. Rekonsiliasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi

pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi

dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error)

seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi

Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan

pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang

perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan

kesehatan primer dan sebaliknya.

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan

dan pemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat,

tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada

dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan

pihak lain di luar Rumah Sakit.

PIO bertujuan untuk :

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


17

a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai, terutama bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi

c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan PIO meliputi :

a. Menjawab pertanyaan

b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter

c. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan

dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit

d. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap

e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan

tenaga kesehatan lainnya

f. Melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO :

a. sumber daya manusia

b. tempat

c. perlengkapan

5. Konseling

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


18

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau

saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau

keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di

semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan

dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang

efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap

Apoteker. Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan

hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki

(ROTD), dan meningkatkan costeffectiveness yang pada akhirnya

meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).

6. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan

untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji

masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak

Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan

informasi Obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang

mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan

rasional bagi pasien.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


19

8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan

pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang

terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi Obat

yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi

penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara

kualitatif dan kuantitatif.

10. dispensing sediaan steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi

dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan

melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari

terjadinya kesalahan pemberian Obat.

11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan

interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari

dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan

dari Apoteker kepada dokter.

C. Kepuasan Pasien

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


20

Kepuasan pasien merupakan indikator penting bagi kualitas

pelayanan dan memiliki implikasi bagi pelayanan penyelanggaraan

pelayanan lebih efisien dalam memenuhi kebutuhan pasien. Ketidak

puasan pasien yang paling sering di sampaikan oleh pasien adalah

ketidakpuasan terhadap sikap, perilaku keramahan petugas,

keterlambatan pelayanan dokter, prawat, apoteker, petugas kurang

komunikatif dan informatif, lamanya proses penebusan resep dan

peracikan obat, serta kebersihan dan ketirtiban lingkungan. Hal tersebut

akan berdampak negatif pada kepuasan pasien dan mengakibatkan minat

pasien untuk berobat kembali di rumah sakit itu menjadi berkurang

sehingga akan menyebabkan turunnya citra rumah sakit. Akibatnya akan

berdampak pada citra rumah sakit jika pasien mengalami ketidakpuasan

hal yang dapat terjadi adalah kekecewaan (Depkes RI, 2018).

Standar kepuasan pasien di pelayanan kesehatan ditetapkan

secara nasional oleh Departemen Kesehatan. Menurut Peraturan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Minimal untuk kepuasan pasien yaitu diatas 95% (Kemenkes,

2016). Bila ditemukan pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasaan

pasien berada dibawah 95%, maka dianggap pelayanan kesehatan yang

diberikan tidak memenuhi standar minimal atau tidak berkualitas.

Kepuasan pasien dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek

pelayanan kesehatan dan aspek pelanggan. Aspek pelayanan kesehatan

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


21

terdiri dari beberapa faktor diantaranya yaitu aspek non medis mencakup

seperti keyamanan, kebersihan ruang tunggu, biaya yang murah, serta

mencakup layanan petugas kesehatan. Sedangkan aspek pelanggan

diantranya yaitu dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, pendidikan, umur

dan lain-lain (Yuniar. 2016).

Kepuasan pasien merupakan inti dari pemasaran yang berorientasi

kepada pasien atau pelanggang, pelayanan yang memuaskan dan

berkualitas akan membentuk loyalitas pasien atau pelanggang dan

kepuasan sangat erat hubungannya denga “Word Of Mount” maka

pelayanan yang memuaskan tersebut juga akan mendatangkan

pelanggang baru (Kuntoro. 2017). Salah satu masalah penting dari survey

kepuasan pasien adalah bahwa hasilnya akan menimbulkan sedikit

perbedaan jika sebagian besar responden menyatakan benar-benar

merasa puas. Banyak faktor yang dapat menjelaskan kecenderungan ini.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah biasanya pasien

atau responden segan mengemukakan kritik dan ini disebut normatife

atau normative effect antara lain :

a. Jumlah pemilihan dalam kuesioner

b. Cara penempatan butir-butir kepuasan pasien dalam kuesioner

c. Menghindari bias

d. Memelihara kebiasaan (Kuntoro. 2017).

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


22

Mengukur kepuasan pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan

tidak mudah, karena tidak semua perlakuan dalam layanan kesehatan

tidak didapatkan oleh beberapa pasien. Dalam layanan kesehatan

terdapat beberapa pilihan ekonomis meskipun demikian pasien tidak

mungkin atau sulit mengetahui apakah fasilitas layanan kesehatan yang

didapatkan optimal atau tida oleh produsen, maka dalam layanan tersebut

terdapat sarana dan prasaranan seperti obat, tenanga kesehatan,

kebijakan direktur, struktur organisasi, fasilitas umum dan sebagainya

yang akan menjadi penilaian terhadap kepuasan pasien (Pohan. 2017).

Untuk melihat tingkat kepuasan pasien dapat dilakukan dengan

berbagai cara, tapi umunya dilakukan melalui sebagai berikut :

1. Lingkungan fisik gedung : peralatan, petugas, obat, kebijaksanaan.

2. Rekan medik yang akurat dan lengkap.

3. Keluaran atau hasil layanan kesehatan efektif.

4. Hubungan antar manusia: saling menghargai tepat waktu, nyaman,

bersih.

5. Memberi informasi yang lengkap dan dimengerti, selalu diberi

kesempatan unruk bertanya (Pohan. 2017).

Manfaat pengukuran kepuasan pasien

a. Mengetahui kekurangan masing-masing tingkat kelemahan

penyelenggaraan pelayanan.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


23

b. Mengetahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah

dilaksanakan oleh unit pelayanan.

c. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya

yang perlu dilakukan.

d. Mengetahui indeks kepuasan masyarakat secara pelayanan publik

pada lingkup pemerintahan pusat dan daerah.

e. Memacu persaingan positif antar unit penyelenggara pelayanan

dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan.

f. Bagi masyarakat dapat mengetahui gambaran tentang kinerja

pelayanan unit yang bersangkutan.

D. Kerangka Konsep

a. Variable independen

Menurut Sugiyono dalam Zulfikar (2016), bahwa variabel independen

yaitu variabel yang menjadi penyebab timbulnya atau adanya perubahan

variabel dependen, dan di sebut juga sebagai variael yang

mempengaruhi.

b. Variablel dependen

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


24

Variabel dependenadalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari

adanya variabel bebas.Dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel

terikat dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel

Despenden disebut juga dengan variabel terikat, variabel output,

Konsekuen, variabel tergantung, kriteria, variabel terpengaruh, dan

variabel efek.

Kerangka Konsep

Kualitas pelayanan Kriteria objektif:


Pelayanan pasien : 1.Sangat puas
kefarmasian 1. 1. Daya tanggap 2. Puas
2. 2. Kehandalan 3. Cukup puas
3. 3. Jaminan 4. Tidak puas
4. 4. Kepedulian 5. Sangat tidak puas
5. 5. Bukti fisik

keterangan:
 Independent
 Dependent

E. Definisi Operasional dan kriteria objektif

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


25

No Variabel Kriteria
dependen objektif

1. Pelayanan a. SP (sangat puas) = 5 = 86-100% dari skor


kefarmasian maksimal: pasien sangat puas.

b. P (puas) = 4= 76-85 % dari skormaksimal:


pasien puas.

c. CP (cukup puas) = 3= 56-75 % dari skor


maksimal : pasien cukup puas.

d. TP (tidak puas) = 2 = 40-55 % dari skor


maksimal : pasien tidak puas.

e. STP (sangat tidak puas) = 1 ≤ 40 % dari skor


maksimal :Pasien sangat tidak puas

NO. Variabel Kriteria


Independen Objektif

1. Daya tanggap a. SP (sangat puas) = 5 = 86-


100% dari skor maksimal:
pasien sangat puas.

b. P (puas) = 4= 76-85 %
dari skor maksimal:
pasien puas.

c. CP (cukup puas) = 3=
56-75 % dari skor
maksimal : pasien
cukup puas.

d. TP (tidak puas) = 2 =
40-55 % dari skor
maksimal : pasien tidak

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


26

puas.

e. STP(sangat tidak puas)


= 1 ≤ 40 % dari skor
maksimal : Pasien
sangat tidak puas

2. Kehandalan a. SP (sangat puas) = 5 = 86-


100% dari skor maksimal:
pasien sangat puas.

b. P (puas) = 4= 76-85 %
dari skor maksimal:
pasien puas.

c. CP ( cukup puas) = 3=
56-75 % dari skor
maksimal : pasien
cukup puas.

d. TP (tidak puas) = 2 =
40-55 % dari skor
maksimal : pasien tidak
puas.

e. STP (sangat tidak puas)


= 1 ≤ 40 % dari skor
maksimal : Pasien
sangat tidak puas
3. Jaminan a. SP (sangat puas) = 5 = 86-
100% dari skor maksimal:
pasien sangat puas.

b. P (puas) = 4= 76-85 %

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


27

dari skor maksimal:


pasien puas.

c. CP ( cukup puas) = 3=
56-75 % dari skor
maksimal : pasien
cukup puas.

d. TP (tidak puas) = 2 =
40-55 % dari skor
maksimal : pasien tidak
puas.

e. STP(sangat tidak puas)


= 1 ≤ 40 % dari skor
maksimal : Pasien
sangat tidak puas

4. Kepedulian a. SP (sangat puas) = 5 = 86-


100% dari skor maksimal:
pasien sangat puas.

b. P (puas) = 4= 76-85 %
dari skor maksimal :
pasien puas.

c. CP (cukup puas) = 3=
56-75 % dari skor
maksimal : pasien
cukup puas.

d. TP (tidak puas) = 2 =

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


28

40-55 % dari skor


maksimal : pasien tidak
puas.

e. STP (sangat tidak puas)


= 1 ≤ 40 % dari skor
maksimal :Pasien
sangat tidak puas

5. Bukti fisik a. SP (sangat puas) = 5 = 86-


100% dari skor maksimal:
pasien sangat puas.

b. P (puas) = 4= 76-85 %
dari skor maksimal:
pasien puas.

c. CP (cukup puas) = 3=
56-75 % dari skor
maksimal : pasien
cukup puas.

d. TP (tidak puas) = 2 =
40-55 % dari skor
maksimal : pasien tidak
puas.

e. STP (sangat tidak puas)


= 1 ≤ 40 % dari skor
maksimal : Pasien
sangat tidak puas

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


29

Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Pasien :

Seseorang yang berobat jalan dan mendapatkan pelayanan farmasi di

Instalasi Farmasi RSUD. Sawerigading Palopo

b. Pelayanan :

Semua jenis pelayanan farmasi yang diberikan oleh petugas farmasi di

Instalasi Farmasi RSUD. Sawerigading Palopo kepada pasien yang

mendapat pelayanan.

c. Kepuasan :

Tingkat keadaan yang dirasakan pasien yang merupakan hasil dari

membandingkan penampilan atau hasil produk yang dirasakan dalam

hubungannya dengan harapan pasien.

d. Tingkat Kepuasan :

Jika penampilan pelayanan sangat kurang dari harapan, pasien tidak

puas maka diberi skor 1. Jika penampilan pelayanan kurang dari

harapan, pasien kurang puas maka diberi skor 2. Jika penampilan

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


30

pelayanan cukup dari harapan, pasien cukup puas maka diberi skor 3.

Jika penampilan pelayanan sesuai dengan harapan, pasien puas maka

diberi skor 4. Dan jika penampilan pelayanan melebihi harapan, pasien

sangat puas maka diberi skor 5.

KTI Stikes Bhakti Pertiwi Luwu Raya Palopo


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang mencakup

tentang survey dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner.

Teknik pengambilan sampel purposive sampling berjumlah 25 responden

yang menggambarkan tingkat kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian

pada pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sawerigading

Palopo.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD. Sawerigading Palopo

C.Populasi dan sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang

mengambil obat di Instalasi farmasi rawat jalan Di RSUD. Sawerigading

Palopo pada bulan juni sebanyak 455 pasien.

Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah bagian dari seluruh

pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan pada RSUD.

Sawerigading Palopo yaitu sebanyak 25 pasien. Teknik pengambilan

sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling.

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


32

Kriteria sampel sebagai berikut:

a. Pasien atau keluarga pasien rawat jalan di RSUD. Sawerigading palopo

yang menebus obat instalasi farmasi sebanyak 445 pasien.

b. Dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia

Jumlah sampel menggunakan Rumus (Notoatmodjo, 2018) sebagai

berikut :

N
n=
1+ N (d) ²

Keterangan:

N : besar sampel

n : besar populasi

d : penyimpangan terhadap populasi yang dikehendaki sebesar 1 % atau

0,1. Berdasarkan rumus slovin tersebut maka besar sampel pada bulan

Juni selama 7 hari sebanyak 455 pasien, pada penelitian ini

menggunakan n = 0,1 dengan perhitungan sebagai berikut :

455
n= 2
1+ 455 ( 0,1 )

455
n=
5.55

n=82 %

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


33

D. Jenis dan Metode pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti.Data

dikumpulkan dari lembaran laporan yang berupa kuesioner yang diberikan

kepada responden yang berisi pertanyaan dan memilih jawaban yang

telah di persiapkan.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari RSUD. Sawerigading kota palopo

Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini cara pengumpulan data adalah kuesioner

(angket). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara member seperangkat atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Kuesioner yang diberikan berisis kepuasan

pasien terhadap pelayanan kefarmasian Di RSUD. Sawerigading kota

palopo.

Instrument yang untuk mengukur variabel penelitian ini dengan

menggunakan skala likert 5 poin:

a. SP (sangat puas) =5

b. P (puas) =4

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


34

c. CP ( cukup puas) =3

d. TP (tidak puas) =2

e. STP (sangat tidak puas) = 1

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan tahapan sebagai berikut :

a. Editing

Langkah ini bertujuan untuk memperoleh data yang baik agar di peroleh

informasi yang benar.Kegiatan ini dilakukan dengan melihat dan

memeriksa apakah semua jawaban telah berisi.

b. Coditing

Pemberian kode agar proses pengolahan data lebih mudah

pengkodean didasari oleh jawaban yang diberi skor atau nilai tertentu.

c. Entry data

Yakni mengisi kolom kolom atau kotak kotak lembar kode atau kartu

kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Cleaning

Yakni tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry

dan melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.

e. Tabulating

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


35

Yakni tahapan kegiatan peroganisasian data sedemikian rupa agar

dengan mudah dapat dijumlahkan disusun dan data ditata untuk

disajikan dan di analisis.

2. Analisis Data

Dengan menganalisis data yang dikumpul dengan menggunakan

kuesioner langsung kepada Responden, pengolahan data dilakukan

dengan bantuan table distribusi frekuensi yang diuraikan dari jumalh

pertanyaan.

F. Metode pengukuran variable

Tingkat kualitas pelayanan kefarmasian pada pasien diukur

berdasarkan lima variable yaitu: ketanggapan, kehandalan, jaminan,

empati, dan bukti fisik. Penilaian variable diukur dengan menggunakan

skala likert, skala likert digunakan untuk mengukur kualitas pelayaan di

RSUD. Sawerigading Kota Palopo.

Bobot untuk setiap pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. SP (sangat puas) = bobot 5

2. P (puas) = bobot 4

3. CP ( cukup puas) =bobot 3

4. TP (tidak puas) = bobot 2

5. STP (sangat tidak puas) = bobot 1

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


36

Skoring untuk penarikan kesimpulan di tetntukan dengan membandingkan

skor maksimal.

skoryangdicapai
skor= × 100%
skormaksimal

Data yang terkumpul kategori menurut skala ordinal, dengan

memperhatikan jumlah bobot dengan ketentuan sebagai berikut :

a). ≤ 40 % dari skor maksimal : pasien sangat tidak puas

b). 40-55 % dari skor maksimal : pasien tidak puas

c). 56-75 % dari skor maksimal : pasien cukup puas

d). 76-85 % dari skor maksimal : pasien puas

e). 86-100% dari skor maksimal : pasien sangat puas

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian dan

tetap memperhatikan masalah etika meliputi :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan yang diberikan pada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Anomymity

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


37

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confedentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya

melaporkan data tertentu.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Analisis deskriptif dalam penelitian ini di lakukan untuk mengetahui

frekuensi dan presentase penelitian yang mengcakup tingkat kepuasaan

pasien terhadap pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan di

RSUD Sawerigading Palopo terhadap 25 responden yang dating pada

bulan juni 2021 untuk menebus obat di instalasi farmasi selama 3 hari di

peroleh data mengenai tingkat kepuasan pasien yang meliputi Daya

Tangkap, Kehandalan, jaminan, Kepedulian dan Bukti Fisik yang

menunjang proses pelayanan obat. Adapun presentase yang di peroleh

dapat dilihat pada tabel- tabel di bawah ini :

4.1 Karakteristik Pasien

Karakteristik pasien di bagi berdasarkan jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, dapat dilihat berdasarkan karakteristik pasien dan

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


38

merupakan gambaran kunjungan di instalasi farmasi di RSUD.

Sawerigading Palopo sebagai berikut :

Tabel 4.1.1

Distribusi Sampel responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki-laki 11 44
Perempuan 14 56
Total 25 100
Berdasarkantabel 4.1.1 dapat di lihat bahwa banyaknya responden

untuk karakteristik berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak

14 responden dengan presentase 56% sedangkan laki-laki sebanyak 11

responden dengan presentase 44%.

Tabel 4.1.2

Distribusi sampel responden berdasarkan umur

Umur Frekuensi Presentase (%)


22-30 12 48
31-40 7 28
41-54 6 24
Total 25 100

Berdasarkan tabel 4.1.2 dapat di lihat bahwa banyaknya

responden untuk karakteristik umur yaitu dengan umur 22-30 tahun

sebanyak 12 responden dengan presentase 48%, umur 31-40 tahun

sebanyak 7 responden dengan presentase 34% dan di umur 41-54 tahun

paling rendah jumlah responden sebanyak 6 dengan presentase 24%.

Tabel 4.1.3

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


39

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan Frekuensi Presentase (%)


SMP 1 4
SMA/SMK 15 60
Mahasiswa 4 16
S1 5 20
Total 25 100

Berdasarkaan tabel 4.1.3 dapat di lihat banyaknya responden untuk

karakteristik berdasarkan pendidikan yaitu SMA/SMK sebanyak 15

responden dengan presentase 60%, S1 sebanyak 5 responden dengan

presentase 20%, Mahasiswa sebanyak 4 responden dengan presentase

16% dan SMP jumlahnya paling sedikit sebanyak 1 responden dengan

presentase 4%.

Tabel 4.1.4

Distribusi sampel responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)


IRT 7 28
Wiraswasta 9 36
Nelayan 1 4
Honor 3 12
PNS 5 20
Total 25 100

Berdasarkan tabel 4.1.4 dapat di lihat banyaknya jumlah responden

untuk karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu Wiraswasta sebanyak 9

responden dengan presentase 28%, PNS sebanyak 5 responden dengan

presentase 36%, IRT sebanyak 7 responden dengan presentase 28%,

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


40

Honor sebanyak 3 responden dengan presentase 12%, dan yang paling

rendah yaitu Nelayan 1 responden dengan presentase 4%.

4.2 . Dimensi Tingkat Kepuasan Pasien

Pada dasarnya pengertian kepuasan mencakup rasio atau

perbandingan antara tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang

dirasakan.

4.2.1. Dimensi Daya Tanggap

Daya Tanggap adalah hasil penilaian pasien terhadap kecepatan

atau ketepatan dari Instalasi Farmasi RSUD. Sawerigading Palopo dalam

meberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien pada saat kunjungan

Tabel 4.2.1
Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dimensi Daya Tanggap
Daya Tanggap Frekuensi Presentase (%)
Sangat Puas 15 60
Puas 10 40
Cukup Puas 0 0
Tidak Puas 0 0
Sangat Tidak Puas 0 0
Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.2.1 dapat di lihat hasil penilain pasien terhadap

daya tanggap dari Intalasi RSUD. Sawerigading Palopo mulai dari

penerimaaan resep sampai pelayanan dan penyerahan obat kepada

pasien, dari 25 pasien terdapat 15 pasien sangat puas dan 10 pasien

yang merasa puas dengan pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi.

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


41

4.2.2. Dimensi Kehandalan

Kehandalan adalah hasil penilain pasien terhadap daya tanggap

dari staf Intalasi Farmasi dalam menangani kebutuhan pasien,

menanggapi keluhan dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

pasien pada saat kunjungan..

Tabel 4.2.2

Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dimensi Kehandalan

Frekuensi
Kehandalan Presentase (%)

Sangat Puas 11 44

Puas 5 20

Cukup Puas 7 28

Tidak Puas 2 8

Sangat Tidak Puas 0 0

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.2.2. pada dimensi kehandalan diketahui bahwa

tingkat kehandalan di Instalasi Farmasi RSUD. Sawerigading Palopo

mulai dari penerimaaan resep pasien sampai pelayanan dan penyerahan

obat kepada pasien, dari hasil penelitian 11 pasien sangat puas, 5 pasien

merasa puas, 7 pasien merasa cukup puas, dan 2 pasien merasa tidak

puas terhadap pelayanan yang di berikan.

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


42

4.2.3. Dimensi Jaminan

Jaminan adalah hasil penilaian pasien terhadap pengetahuan dan

keterampilan termasuk sikap sopan dan keramahan dari staf instalasi

farmasi dalam memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien pada saat

kunjungan.

Tabel 4.2.3

Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dimensi Jaminan

Jaminan Frekuensi Presentase (%)

Sangat Puas 7 28

Puas 13 52

Cukup Puas 4 16

Tidak Puas 0 0

Sangat Tidak Puas 1 4

Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel 4.2.3 di atas dapat diketahui bahwa tingkat

kepuasan pasien terhadap dimensi jaminan di instalasi farmasi RSUD.

Sawerigading Palopo mulai dari penerimaaan resep pasien sampai

pelayanan dan penyerahan obat kepada pasien, dari hasil penelitian 7

pasien merasa sangat puas, 13 pasien merasa puas, 4 pasien merasa

cukup puas dan 1 pasien merasa sangat tidak puas dengan pelayanan

yang diberikan.

4.2.4. Dimensi Kepedulian

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


43

Dimensi kepedulian adalah hasil penilaian pasien terhadap rasa

simpatik dan perhatian staf instalasi farmasi RSUD. Sawerigading Palopo

dalam memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien pada saat

kunjungan.

Tabel 4.2.4
Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dimensi Kepedulian

Kepedulian Frekuensi Presentase (%)

Sangat Puas 7 28

Puas 11 44

Cukup Puas 7 28

Tidak Puas 0 0

Sangat Tidak Puas 0 0

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.2.4. di atas dapat diketahui bahwa tingkat

kepuasan pasien terhadap dimensi kepedulian di instalasi farmasi RSUD.

Sawerigading Palopo mulai dari penerimaaan resep pasien sampai

pelayanan dan penyerahan obat kepada pasien, dari 25 pasien terdapat 7

pasien merasa sangat puas, 11 pasien merasa puas, dan 7 pasien

merasa cukup puas terhadap pelayanan yang di berikan.

4.2.5 Dimensi Bukti Fisik

Bukti fisik adalah hasil penilaian pasien terhadap kerapian,

kebersihan dan kenyamanan seluruh fasilitas Instalasi RSUD.

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


44

Sawerigading Palopo dalam memberi pelayanan kefarmasian kepada

pasien pada saat kunjungan.

Tabel 4.2.5
Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Dimensi Bukti Fisik
Bukti Fisik Frekuensi Presentase (%)
Sangat Puas 5 20
Puas 12 48
Cukup Puas 5 20
Tidak Puas 3 12
Sangat Tidak Puas 0 0
Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel 4.2.5. Pada dimensi bukti fisik dapat dilihat

bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap penampilan atau bukti langsung

di lingkungan instalasi farmasi mulai dari luas ruang tunggu sampai

dengan tersedianya poster dan lemflet di instalasi farmasi dari 25 pasien

terdapat 5 pasien yang merasa sangat puas, 12 pasien merasa puas, 5

pasien merasa cukup puas, dan 3 pasien merasa tidak puas dengan

pelayanan yang di berikan.

B. Pembahasan

Pengukuran karakteristik tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan di RSUD. Sawerigading

palopo dengan menggunakan kuesioner dapat di lihat bahwa banyaknya

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


45

responden untuk karakteristik berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan

sebanyak 14 responden dengan presentase 44% sedangkan laki-laki

sebanyak 11 responden dengan presentase 56%. Untuk karakteristik

umur yaitu dengan umur 22-30 tahun sebanyak 12 responden dengan

presentase 48%, umur 31-40 tahun sebanyak 7 responden dengan

presentase 28% dan di umur 41-54 tahun paling rendah jumlah responden

sebanyak 6 dengan presentase 24%. Untuk karakteristik berdasarkan

pendidikan yaitu SMA/SMK sebanyak 15 responden dengan presentase

60%, S1 sebanyak 5 responden dengan presentase 20%, Mahasiswa

sebanyak 4 responden dengan presentase 16% dan SMP jumlahnya

paling sedikit sebanyak 1 responden dengan presentase 4%. Untuk

karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu Wiraswasta sebanyak 9

responden dengan presentase 36%, IRT sebanyak 7 responden dengan

presentase 28%, PNS sebanyak 5 responden dengan presentase 20%,

Honor sebanyak 3 responden dengan presentase 12%, dan yang paling

rendah yaitu Nelayan 1 responden dengan presentase 4%.

Pengukuran hasil dimensi tingkat kepuasan pasien terhadap

pelayanan kefarmasian pada pasien rawat jalan di RSUD. Sawerigading

Palopo dapat di lihat hasil penilain pasien terhadap daya tanggap dari

Intalasi RSUD. Sawerigading Palopo mulai dari penerimaaan resep

sampai pelayanan dan penyerahan obat kepada pasien dari 25 pasien

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


46

terdapat 15 pasien sangat puas dan 10 pasien yang merasa puas dengan

pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi, pada dimensi kehandalan

diketahui bahwa tingkat kehandalan dari hasil penelitian 11 pasien sangat

puas, 5 pasien merasa puas, 7 pasien merasa cukup puas, dan 2 pasien

merasa tidak puas terhadap pelayanan yang di berikan, tingkat kepuasan

pasien terhadap dimensi jaminan dari hasil penelitian 7 pasien merasa

sangat puas, 13 pasien merasa puas, 4 pasien merasa cukup puas dan 1

pasien merasa sangat tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, di

atas dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap dimensi

kepedulian dari 25 pasien terdapat 7 pasien merasa sangat puas, 11

pasien merasa puas, dan 7 pasien merasa cukup puas terhadap

pelayanan yang di berikan, Pada dimensi bukti fisik dapat dilihat bahwa

tingkat kepuasan pasien terhadap penampilan atau bukti langsung di

lingkungan instalasi farmasi mulai dari luas ruang tunggu sampai dengan

tersedianya poster dan lemflet di instalasi farmasi dari 25 pasien terdapat

5 pasien yang merasa sangat puas, 12 pasien merasa puas, 5 pasien

merasa cukup puas, dan 3 pasien merasa tidak puas dengan pelayanan

yang di berikan.

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang

mengambil obat di instalasi farmasi di RSUD. Sawerigading palopo

dengan mengetahui tingkat kepuasan terhadap pelayanan kefarmasian

pada kategori

1. Daya tanggap yaitu 15 pasien merasa sangat puas dan 10 pasien

merasa puas.

2. Kehandalan yaitu 11 pasien merasa sangat puas, 5 pasien merasa

puas, 7 pasien merasa cukup puas, dan 2 pasien merasa tidak puas.

3. Jaminan yaitu 7 pasien merasa sangat puas, 13 pasien merasa puas, 4

pasien merasa cukup puas, dan 1 pasien merasa sangat tidak puas.

4. Kepedulian yaitu 7 pasien merasa sangat puas, 11 pasien merasa

puas, dan 7 pasien merasa cukup puas.

5. Kategori bukti fisik yaitu 5 pasien merasa sangat puas, 12 pasien

merasa puas, 5 pasien merasa cukup puas, dan 3 pasien merasa tidak

puas terhadap pelayanan yang di berikan.

B. Saran

Untuk tetap menjaga tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

kefarmasian pada pasien rawat jalan di RSUD. Sawerigading palopo di

harapkan untuk mempertahankan kualitas pelayanan ketingkat sangat

puas.
48

DAFTAR PUSTA

Brook,H,R,. 2017. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Oleh Koperasi


Simpan Pinjam Sebagai Upaya Mewujudkan Kesejahteraan
Ekonomi di Koperasi Serba Usaha Mandiri Kasemen, Kota
Serang. Vol. 5(2): 205 - 212.

Kuntoro, Wahyu., Istiono, Wahyudi. Kepuasan Pasien Terhadap Kualitas


Pelayanan Di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Puskesmas
Kretk Bnatul Yogyakarta. Vol 2, No 1. Jurnal Kesehatan Vokasiona.
Universitas Gadja Mada. 2017.

Peraturan Menteri Kesehatan no. 3 . 2020. Tentang Kefarmasian


Pasal 25. file:///C:/Users/user.user-PC/Downloads/PMK-No.-3-
Th-2020-ttg-Klasifikasi-dan-Perizinan-Rumah-Sakit
%20(1)%20(3).pdf. Diakses tanggal 03 April 2021.

Peraturan Menteri Kesehatan no. 3. 2020. Tentang Rumah Sakit


Pasal 1. file:///C:/Users/user.user-PC/Downloads/PMK-No.-3-
Th-2020-ttg-Klasifikasi-dan-Perizinan-Rumah-Sakit
%20(1)%20(3).pdf. Diakses tanggal 03 April 2021.

Pohan, S. Imbolo. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan Dasar-Dasar


Pengertian Dan Terapan. Buku kedokteran EGC: Jakarta. 2017.

Putranto, T.A. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.
file:///C:/Users/user.user-PC/Documents/New
%20folder/119%20(1).pdf. Diakses tanggal 02 April 2021.

Siregar. J.P. Charles. Farmasi Rumah Sakit Teori Dan Terapan. Buku
kedokteran EGC: Jakarta. 2019.

Sugiyono. Metote Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta:


Bandung. 2016..

Yuniar. Kepuasan Pasien Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional


Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Vol 6, No 1, Hal: 39-
48. 2016.

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


49

LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


50

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


51

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo


52

STIKES Bhakti Pertiwi Luwu Raya Kota Palopo

Anda mungkin juga menyukai