Anda di halaman 1dari 83

BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG PATUHA

A. Kajian Situasi Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi


1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi
Rumah Sakit Tingkat II Dustira merupakan rumah sakit kebanggaan prajurit di
wilayah Kodam III/Siliwangi yang dibangun pada pada tahun 1887 di masa
penjajahan Hindia-Belanda sebagai rumah sakit Militer (Militare Hospital) dengan
luas tanah 14 hektar untuk keperluan militer Hindia-Belanda yang bertugas di daerah
cimahi dan sekitarnya. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), rumah sakit ini
dipergunakan sebagai tempat perawatan tawanan tentara Belanda dan perawatan
tentara Jepang dan pada tahun 1945-1947 dikuasai kembali oleh NICA. Setelah
pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949, Militare
hospital diserahkan oleh militer Belanda kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI)
yang diwakili oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata dan sejak saat itu namanya
diganti namanya menjadi Rumah Sakit Territorium III dengan Letkol Dokter Kornel
Singawinata sebagai kepala rumah sakit yang pertama. Tetapi pada tanggal 19 Mei
1956 pada saat perayaan hari ulang tahun Territorium III/Siliwangi yang ke-10,
Panglima Territorium III/Siliwangi, Kolonel Kawilarang, menetapkan nama rumah
sakit ini dengan nama Rumah Sakit Dustira.
Pada perkembangan selanjutnya Rumah Sakit Dustira, bukan saja menerima
pasien dari kalangan militer tetapi juga masyarakat umum. Saat ini Rumah Sakit
Dustira mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang
terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif sehingga
menjadi rumah sakit rujukan tertinggi.
Pada tahun 2014, Rumah Sakit Dustira telah lulus akreditasi rumah sakit dan
dinyatakan lulus dengan tingkat paripurna. Kemudian kembali dilakukan akreditasi
pada tahun 2017 dan dapat dipertahankan dan lulus dengan tingkat paripurna oleh
Komite Akreditasi Rumah Sakit berlaku hingga tahun 2020. Rumah Sakit Tingkat II
Dustira juga memenangkan penghargaan dari Gubernur Jawa Barat pada tahun 2015
kategori Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Selain itu, Rumah Sakit Dustira

1
pada tahun 2017 memenuhi standar menjadi rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit
Dustira mendapatkan predikat “The Best Hospital Service Excellent of the Year
2018” oleh Indonesian Entrepeneur Education Award.

2. Falsafah, Motto, Visi, Misi dan Tujuan


a. Falsafah
“Visi tanpa aksi hanya mimpi, aksi tanpa visi buang waktu, visi dengan aksi
bangun perubahan”.
b. Motto
TeRPESoNA: Tertib, Ramah, Professional, Empati, Solid, Nyaman dan Aman.
c. Visi
- Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan paripurna
- Memberikan dukungan kesehatan yang handal
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan yang bermutu dalam rangka pelaksanaan Rumah Sakit
Pendidikan
d. Misi
1) Menjadikan rumah sakit kebanggan prajurit, PNS dan keluarganya serta
masyarakat umum di wilayah Kodam III/Siliwangi yang bermutu dalam
pelayanan, pendidikan dan penelitian.

3. Kedudukan, Tugas dan Fungsi


a. Kedudukan
Kedudukan Rumah Sakit TK II Dustira sebagai Rumah Sakit Militer tingkat II
yang sudah terakreditasi Paripurna.
b. Fungsi
- Penyelenggaraan pelayanan umum
- Pelaksanaan tugas teknis operasional bidang pelayanan umum yang meliputi
keuangan, pelayanan medis dan keperawatan, penunjang medis serta program
dan pemasaran.

2
c. Tugas
- Memberikan pelayanan kesehatan yang prima khususnya kepada satuan-
satuan dan personel TNI AD, PNS dan Keluarganya, umumnya kepada
anggota TNI lainnya serta masyarakat umum dan peserta BPJS
- Menjadi rumah sakit rujukan tertinggi dari rumah sakit dibawahnya
4. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1) Instalasi Gawat Darurat dengan dokter jaga dan tenaga paramedik
professional serta didukung oleh dokter spesialis
2) Ambulan sesuai standar akreditasi
3) Radiologi
4) Laboratorium
5) Bank Darah
6) Farmasi/Apotek
b. Instalasi Rawat Jalan
1) Poli Anak
2) Poli Tumbuh Kembang
3) Poli Penyakit Dalam
4) Poli Bedah:
- Bedah Umum
- Bedah Urologi
- Bedah Orthopedi
- Bedah Syaraf
- Bedah Plastik
5) Poli Obstetric dan Gynaecology
6) Poli Penyakit Jantung
7) Poli Penyakit Gigi dan mulut
8) Poli Penyakit Mata
9) Poli Jiwa
10) Poli Penyakit Syaraf
11) Poli Penyakit THT
12) Poli Penyakit Kulit dan Kelamin
13) Poli VCT

3
c. Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Dustira memiliki Unit Perawatan Intensif dan 20 ruang perawatan
dengan kapasitas 536 tempat tidur
1) R.1 Guntur
2) R.2 Galunggung
3) R.3 Ciremai
4) R.4 Salak
5) R.5/6 Burangrang
6) R.Perina Kencana
7) R.7 Pangrango
8) R.9 Patuha
9) R.10 Malabar
10) R.11 Talaga bodas
11) R.12 Halimun
12) R.13 Cakrabuana
13) R.14 Haruman
14) Cikuray ( Dok Mil )
15) ICU / ICCU
16) HCU
17) PICU
18) NICU
19) Paviliun Siliwangi
20) Paviliun Pelangi :
- Pav.Anggrek
- Pav.Bugenvil
- Pav.Dahlia
- Pav.Flamboyan
- Pav.Mawar
- Pav.Melati
- Pav.Teratai
d. Penunjang Perawatan
1) Poli Gizi
2) Instalasi Rehabilitasi Medik

4
3) Fisioterapi
4) Laboratorium
5) Klinik Akupuntur dan Nyeri
6) Hemodialisa
7) Radiologi (USG, CT-Scan, Rontgen)
8) Endoskopi dan Colonoscopi

B. Kajian Situasi di Ruang Perawatan Patuha


Ruang Perawatan Patuha adalah ruang rawat penyakit dalam wanita yang
berkapasitas 36 tempat tidur, dengan rincian 13 kamar, satu kamar untuk 2 tempat
tidur, 2 kamar untuk pasien observasi. Ruang perawatan Patuha merupakan ruang
perawatan kelas 1,2 dan 3. Ruang kelas 1 terdapat 3 kamar.
1. Manajemen Unit
a. Tenaga dan Pasien (M1 - Man)
1) Perhitungan kebutuhan tenaga SDM perawat
a) Jumlah dan Kualifikasi Ketenagaan
Jumlah tenaga keperawatan maupun non keperawatan di Ruang Patuha
Rumah Sakit Dustira terdapat 1 kepala ruangan, perawat pelaksana
berjumlah 16 orang, administrasi 1 orang.
1. MAN (Sumber Daya Manusia)
a. Tenaga dan Pasien M1-Man (Ketenagaan)
1) Struktur Organisasi
Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus - menerus
guna mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama (Robbins dan Judge,
2008).

Menurut Handoko, 2003 Struktur organisasi (disain organisasi) dapat


didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana
organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan
perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-
bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan
kedudukan, tugas wewenang dan tangggung jawab yang berbeda-beda

5
dalam suatu organisasi. struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi
kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam
pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
Menurut (Hasibuan, 2011) Struktur organisasi adalah suatu gambar
yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi
kedudukan dan jenis wewenang penjabat, bidang dan hubungan pekerjaan,
garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan system pimpinan
organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
struktur organisasi adalah penggambaran bagian-bagian, posisi-posisi, tugas
serta tanggungjawab dari perorangan dalam suatu organisasi yang
berbentuk bagan atau kerangka.
Ruang Patuha merupakan ruang penyakit dalam wanita kelas I,II, dan
III di Rumah Sakit Dustira. Ruang Patuha dibagi menjadi 13 ruang
perawatan ditambah 2 ruang observasi yang di pimpin oleh kepala ruangan.
Dalam mengelola ruang perawatan tersebut kepala ruangan dibantu oleh 2
orang perawat sebagai ketua tim (tim 1 dan tim 2). Tim 1 mengelola 8
ruang perawatan (kamar 1-7 ditambah 1 ruang observasi), tim 2 mengelola
7 ruang perawatan (kamari 8-13 ditambah 1 ruang observasi)

6
Struktur Organisasi Ruang Patuha Sebagai Berikut :

Kepala Ruang IX
Zr. Teti Kartini, S.Kep.

Ketua Tim I
Zr. Novia Triariani, S.Kep.Ners Ketua Tim II
Zr. Yuli Angraeni, Amd.Kep

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
- Zr. Linda Hidayanti, Amd.Kep
- Zr. Putri, Amd.Kep
- Zr. Oktaviana Utami, Amd.Kep
- Zr. Dewi Prasetiawati, Amd.Kep
- Zr. Nita Rukmawati, Amd.Kep
- Zr. Rani Dwi Ariani, Amd.Kep
- Zr. Lismardiyani, Amd.Kep
- Zr. Tintin Siti, Amd.Kep
- Zr. Septi Mega Yunita, Amd.Kep
- Zr. Zaza Maulika, Amd.Kep
- Zr. Vidya Octavianty S., S.Kep., Ners
- Zr. Tina Juliana, S.Kep,. Ners
- Zr. Nurul Islam Hermawan,Amd.Kep
- Zr. Heni
- Zr. Risma Setia, Amd.Kep
- Zr. Lingga
- Zr. Ayu

Administrasi
Lilis

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Ruang Patuha

7
2) Jumlah Dan Kualifikasi Ketenagaan
Jumlah tenaga di Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira keperawatan
dan non keperawatan :

a) Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Keperawatan

Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira

No Kualifikasi Jumlah Presentase

1. S1 Keperawatan 1 5%%

2. DIII Keperawatan 17 81%

3. Ners 3 14%

Total 21 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat diinterpretasikan bahwa sebagian


besar (81%) perawat diruang Patuha berpendidikan DIII keperawatan dan
(5%) berpendidikan S1 Keperawatan dan Ners (14%).

b) Tenaga Non Keperawatan


Tabel 2.2. Kualifikasi Tenaga Non Keperawatan Ruang
Patuha Rumah Sakit Dustira Cimahi

No Kualifikasi Jumlah Presentase

Dokter 2 50%
1.
Gizi 1 25%
2.
Administrasi 1 25%
3.
Total 4 100%

Berdasarkan tabel 2.2. di interpretasikan bahwa tenaga non


keperawatan diruang Patuhaadalah tenaga dokter 50 % Gizi 25 %,
administrasi 25%.

8
9
3) Kualifikasi Tenaga
JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT KLINIK RUANG PATUHA RUMAH SAKIT DUSTIRA

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2017

Tabel 2.3 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira
PRA PERAWAT KLINIS PERAWAT KLINIS PERAWAT KLINIS PERAWAT KLINIK PERAWAT KLINIS
PERAWAT KLINIS I II III IV V
- DIII Keperawatan - DIII keperawatan - DIII keperawatan - DIII keperawatan - Ners dengan - Ners spesilis I
atau ners atau Ners dengan dengan pengalaman kerja dengan pengalaman
- Pengalaman kerja - Pengalaman kerja pengalaman kerja pengalaman ≥13 tahun kerja≥4 tahun
0 tahun ≥1 tahun ≥4 tahun kerja≥10 tahun dan - Ners spesia;is I mempunyai
- Mempunyai - Mempunyai - Ners dengan mempunyai dengan sertifikat PK IV
sertifikat BHD sertifikat pra klinik pengalaman kerja sertifikat PKII pengalaman kerja - Ners spesialis II
≥3 tahun - Ners dengan ≥2 tahun (konsutan) dengan
- Mempunyai pengalaman kerja - Mempunyai pengalaman kerja 0
sertifikat PK I ≥7 thun dan sertifikat PK III tahun
mempunyai
sertifikat PK II
- Ners spesialis I
dengan
pengalaman kerja 0
tahun

10
11
PROSES MAPPING PERAWAT

1. Unit Ruang Rawat : Ruang IX Patuha


2. Jenis Pelayanan : Ruang Rawat Inap
3. Jumlah Perawat : 18 Perawat + 1 Kepala Ruangan

Tabel 2.4 Proses Mapping Perawat

Lama Sertifikat
Usia Pangkat/ Pendidikan Area
NO NAMA Kerja Kualifikasi
(Tahun) Golongan Terakhir Praktik Jenis Tahun
(Tahun)

1 Teti Kartini 51 PNS-IIIC 32 S.Kep Ruang Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life 2015 PK III
Patuha Support

Dissarter Managemen Training 2016

Seminar Komunikasi Efektif Dalam 2017


Mendukung Peningkatan Pelayanan
Rumah Sakit

2 Novia Tri Ariyani 41 PNS-IID NERS Ruang Pelatihan Insersi Kateter Intravena Perifer 2016
Patuha dengan Baik dan Benar

Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan 2017


Kebakaran

Asesor Kompetisi Perawat

12
3 Vidya Octavianty 28 KHL 4 S.Kep,. Ners Ruang Pelatihan Bantuan Hidup Dasar 2017 PK I
Saefullah Patuha
Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2107
dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional

Pelatihan Pengguanaan APAR 2017

Seminar Service Excellent dalam 2018


Keperawatan

Pelatihan Preceptorship 2016

Pelatihan Post Operative Management of 2017


Patient with Respiratory Disorders

4 Tina Juliana 27 KHL 3 NERS Ruang Pelatihan Bantuan Hidup Dasar 2016 PK I
Patuha
Pelatihan Pengguanaan APAR 2016

5 Yuli Anggraeni 30 KHL 7 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2018 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional

Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018

6 Putri Nirmalasari 30 KHL 9 DIII Ruang PK I


- -
Patuha

13
7 Zaza Maulika 25 KHL 4 DIII Ruang Seminar Komunikasi Efektif Dalam 2017 PK I
Patuha Mendukung Peningkatan Pelayanan
Rumah Sakit

Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life 2015


Support

8 Nita Rukmawati 28 KHL 4 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional

Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018

9 Lismardiyani 30 KHL 4 DIII Ruang PK I


- -
Patuha

10 Rani Dwi Ariani 28 KHL 6 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional

Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018

11 Oktaviana Utami 29 KHL 8 DIII Ruang PK II


- -
Patuha

12 Tintin Siti 28 KHL 36 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK II
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional

Seminar Pencegahan dan Pengendalian 2018

14
Infeksi

13 Septi Mega Yunita 29 KHL 6 DIII Ruang Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018 PK I
Patuha
Seminar Service Excellent dalam 2018
Keperawatan

14 Dewi Prasetiawati 37 KHL 7 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional

Pelatihan Post Operative Management of 2017


Patient with Respiratory Disorders

Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life 2015


Support

Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018

15 Linda Hidayanti 29 KHL 7 DIII Ruang Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life 2015 PK I
Patuha Support

Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018

16 Heniawati DIII Ruang PK I


KHL 6 - -
35 Patuha

17 Risma Setia 28 DIII Ruang 2017 Pra PK


KHL <1 BTCLS
Patuha

18 Nurul Islam 22 KHL <1 DIII Ruang BTCLS 2017 Pra PK

15
Hermawan Patuha

19 Anistya Ayu DIII Ruang 2015 Pra PK


24 KHL 3 BTCLS
Lustrianingrum Patuha

20 Susi Dwi Lestari DIII Ruang PK I


35 KHL 3 - -
Patuha

21 Lingga KHL DIII Ruang 2017 Pra PK


31 <1 BTCLS
Paramedis Patuha

TMT MASUK DUSTIRA Tahun Kelulusan/ Universitas


NO NAMA KET
RUANGAN POLI SPK D3 KEP S1 KEP S,KEP.,NERS

1 Teti Kartini Ruang Patuha 2004/ Poltekes Bandung 2016/


1987/SPK
- STIKes Budi -
Dustira
Luhur

2 Novia Tri Ariyani Ruang Patuha 1999/ AKPER Notokusuma 2017/STIKes 2018/STIKes
- -
Budi Luhur Budi Luhur

3 Vidya Octaviany Saefullah Ruang Patuha 2014/ 2015/UNPAD


- -
UNPAD

4 Tina Juliana Ruang Patuha 2014/STIKes 2015/STIKes


- - -
PPNI PPNI

16
5 Yuli Anggraeni Ruang Patuha - - 2011/ STIKes Unjani - -

6 Putri Nirmalasari Ruang Patuha - - 2009/AKPER DUSTIRA - -

7 Zaza Maulika Ruang Patuha - - 2014/ AKPER DUSTIRA - -

8 Nita Rukmawati Ruang Patuha - - 2014/ AKPER DUSTIRA - -

9 Lismardiyani Ruang Patuha - - 2010/STIKES Budi Luhur - -

10 Rani Dwi Ariyani Ruang Patuha - - 2012/ STIKes Unjani - -

11 Oktaviana Utami Ruang Patuha - - 2010/AKPER Dustira - -

12 Tintin Siti Fatimah Ruang Patuha 2012/ AKPER Pemda Sumedang


- - - -

13 Septi Mega Yunita Ruang Patuha - - 2012/ STIKes Budi Luhur - -

14 Dewi Prasetiawati Ruang Patuha - - 2004/ AKPER Suyoto - -

16 Linda Hidayanti Ruang Patuha - - 2011/ AKPER Dustira - -

16 Heniawati Ruang Patuha - - 2005/ AKPER Bina Ihsan - -

17 Risma Setia Ruang Patuha 2013/ Budi Luhur RS Habibi


- - - -

17
18 Nurul Islam Hermawan Ruang Patuha - - 2017/AKPER Dustira - -

19 Anistya Ayu Ruang Patuha 2015/AKPER Dustira


- - - -
Lustrianingrum

20 Susi Dwi Lestari Ruang Patuha 2004/AKPER Satria Bhakti


- - - -
Nganjuk

21 Lingga iin P Ruang Patuha - - 2010/STIKes Setiabhakti - -

Dari tabel 2.4 diatas didapatkan bahwa di Ruang PatuhaRumah Sakit Dustira terdapat 2 tingkat pendidikan S1 Keperawatan,
serta DIII Keperawatan. Dilihat dari pelatihan yang diikuti perawat,seluruh perawat memiliki ilmu yang terbilang up to date serta
sesuai dengan tugas yang akan dilakukan di ruangan dan sebagian besar masa kerja dan jenjang karir PK yang di dapat sudah sesua.

18
c) Tenaga Mahasiswa Praktik
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Mahasiswa Praktek

Kualifikasi Jumlah

Profesi Ners STIKes


13 Mahasiswa
Dharma Husada Bandung

Mahasiswa Keperawatan
STIKes Dharma Husada 7 orang
Bandung

KEBUTUHAN SDM BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA


PERAWAT RUANG PATUHA RUMAH SAKIT DUSTIRA

Tabel 2.6 Jumlah Pasien Dan Rata-Rata Ketergantungan Pasien

Jumlah Pasien Per Shift Rata-rata Ketergantungan Pasien


No. Tanggal
Pagi Siang Malam Minimal Partial Total

1 18/02/2019 34 14 20 17 15 2

2 19/02/2019 21 28 30 21 7 2

3 20/02/2019 14 20 22 15 7 0

19
1. Metode Douglas
Tabel 2.7 Hasil Penghitungan Taksiran Perawat Metode Douglas

Shift
Ketergantungan
Pagi Siang Malam

Minimal 0,17 x 17 = 2,89 0,14 x 17 = 2,38 0,07 x 17 = 1,19

Partial 0,27 x 15 = 4,05 0,15 x 15 = 2,25 0,1 x 15 = 1,5

Total 0,36 x 2 = 0,72 0,3 x 2 = 0,6 0,2 x 2 = 0,4

Jumlah 7,66 5,23 3,09

 Jumlah Taksiran Perawat Shift (Pagi+Siang+Malam)


7,66 + 5,23 + 3,09 = 15,98 ~ 16 Perawat
 Cadangan
20% x 15,98 = 3.19 ~ 3 Perawat
 Total Perawat
TP = 15,98 + 3,19 + 1 (KaRu) = 20,17 ~ 20 Perawat
 Proporsi Perawat
Profesional : Vokasional = (55% x 20) : (45% x 20)=
11 : 9
Didapatkan bahwa proporsi perawat Ners sebanyak 11
orang dan perawat DIII sebanyak 9 orang.
2. Metode Departemen Kesehatan (Depkes)
Tabel 2.8 Hasil Perhitungan Taksiran Perawat Metode Depkes

No Rata-rata Jml Jam Total Jml


. Kategori Pasien Perwatan Perawatan

1 Askep Minimal 17 2 34

2 Askep Sedang 15 3,08 46,2

3 0 4,15 0
Askep Agak

20
Berat

4 Askep Maksimal 2 03.50 12,32

Jumlah Total 92,52

 Kebutuhan Tenaga
= Jml Total Jam Perawatan : Jam Efektif Perawat
= 92,52 : 7,5= 12,34
 Loss Day
= (Jml Hari + Cuti + Hari Besar) x jml Perawat tersedia
Jml Hari Kerja Efektif
= 86 x 12,34 = 3,57

2
9
7
 Tugas Non Keperwatan
= (kebutuhan Tenaga + Loss Day) x 25%
= (12,34 + 3,57) x 25%
= 15,91 x 25%= 3,97
 Taksiran Perawat
= 12,34 + 3,57 + 3,97 + 1 (KaRu)
= 20,88 ~ 21 Perawat
 Proporsi
 Proporsi Perawat :
= Profesional : Vokasional
= (55% x 21) : (45% x 21)
= 11,55 : 9,45= 12 : 9

Didapatkan bahwa proporsi perawat Ners


sebanyak 12 orang dan perawat D3 sebanyak 9 orang.

21
 Proporsi dinas Menurut Warstler :
Pagi : 47% x 21 = 9,87 ~ 9 Perawat
Siang : 36% x 21 = 7,56 ~ 8 Perawat
Malam : 17% x 21 = 3,57 ~ 4 Perawat

3. Metode Gillies
TP = A X B X 365
(365-C) x jam kerja/hari
Dimana :
A : jam efektif/24 jam (watu perawatan yg
dibutuhkanpasien)
B : sensus harian (jml pasien)  BOR x TT
C : jml hari libur
365 : jml hari selama setahun

 Menghitung A (Jam Efektif / 24 Jam)


 Perawatan Langsung :
Minimal Care = Self Care = 17x1 Jam = 17 Jam
Partial Care = 15 X 3 Jam = 45 Jam
Totl Care = 2 X 5 Jam = 10 Jam
Jumlah = 17 + 45 + 10 = 72 / 34 = 2.12 Jam
 Perawatan Tidak Langsung
60 menit = 1 jam/pasien
 Penkes
15 menit = 0.25 jam/pasien
Maka:
Jam perawatan = 2.12 + 1 (karu) + 0.25 = 3.37 jam

 Menghitung B (BOR x TT)

22
 Senin 18/02/2019 = 34 pasien
 Selasa 19/02/2019 = 30 pasien
 Rabu 20/02/2019 = 22 pasien
BOR = ∑ Tempat Tidur Terpakai x 100%

∑ Tempat Tidur x ∑ hari

= (34+30+22) x 100%

36 x 3

= 83 x 100%

108

= 76.85% =77%

B = BOR x TT = 77% x 36 = 27.72 = 28 bed

 TP = A x B x 365
(365-C) x jml kerja/hari
= 3.37 x 28 x 365
(365-86) x 7.5
= 34.44
2.09
= 16.48 = 16
Cadangan = 20% x 16.48 = 3.29
Maka :
- Total = 16.48 + 3.29 + 1 (karu) = 20.77 = 21
Perawat
- Proporsi Professional : Vokasional = (55% x 21) :
(45% x 21)
= 11.55 : 9.45
= 12Ners : 9 D.Kep

23
 Proporsi Dinas menurut Warstler :
Pagi = 47% x 21 = 9.87 = 10 perawat
Siang = 36% x 21 = 7.56 = 7 perawat
Malam = 17% x 21 = 3.57 = 4 perawat

Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Jumlah Perawat


Metode Total Ners D.Kep
Douglas 20 11 9
Depkes 21 12 9
Gillies 21 12 9

Dari hasil kajian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah


kebutuhan tenaga peawat di Ruang Patuha dari hasil perhitungan
selama tiga hari Menurut Douglas adalah 20 perawat yang terdiri
dari 11 Ners dan 9 D.Kep. menurut hasil perhitungan Depkes
adalah 21 perawat yang terdiri dari 12 Ners dan 9 D.Kep, dan
Menurut perhitungan Gillies adalah 21 perawat yang terdiri dari 12
Ners dan 9 D.Kep. Kenyataan yang didapat bahwa terdapat 18
perawat yang bertugas di Ruang Patuha.Maka kebutuhan tenaga
perawat di Ruang Patuha masih belum sesuai dengan kebutuhan
dan masih membutuhan 2 perawat tambahan menurut hasil
hitungan Douglas, 3 Depkes, dan 3 perawat tambahan menurut
hasil hitungan Gillies.

24
Tabel 2.10Pemetaan Tim Perawat

Shift
Metode
Pagi Siang Malam
Tim 1 Katim Katim
Katim
3 pp 1 pp
Tim 2 Katim Katim
Katim
3 pp 1 pp
PJ Shift 0 1 1

Analisis : Berdasarkan tabel 2.6 didapatkan bahwa proporsi


pembagian shift untuk pagi berjumlah 8 perawat,m shift siang 5
perawat dan shift malam 3 perawat, ditambah perawat cadangan
berjumlah 3 perawat. Dari tabel 2.9 mengenai Pemetaan jadwal
shift yang disesuaikan dengan pembagian TIM (tim 1 dan tim 2)
didapatkan untuk shift pagi tim 1 terbagi atas 1 katim dan 3
perawat pelaksana, tim 2 terbagi atas 1 katim dan 3 perawat
pelaksana. Untuk shift siang tim 1 terbagi atas 1 katim, dan 1
perawat pelaksana, tim 2 terbagi atas 1 katim dan 1 perawat
pelaksanam, serta 1 pj shift. Untuk shift malam tim 1 terbagi atas 1
katim, tim 2 terbagi atas 1 katim dan pj shift 1 perawat.

2. Money

1. Sumber Pembiayaan Pasien

A. Sumber Pembayaran Pasien

25
Sumber pembayaran pasien Rumah Sakit Dustira Tingkat II
Cimahi berasal dari pasien umum, pasien BPJS dan pasien
Jamkesmas.

a. Pasien Umum
Pembayaran yang dilakukan sepenuhnya oleh pasien
b. Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6


(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi :

I. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan


orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
II. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri
dari Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya:
1. Pegawai Negeri Sipil;
2. Anggota TNI;
3. Anggota Polri
4. Pejabat Negara;
5. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
6. Pegawai Swasta; dan
Pekerja yang tidak termasuk point ke 1 sampai dengan poin ke 6
yang menerima upah, termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan.

Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri

Pekerja yang tidak termasuk point 1 yang bukan penerima upah. Termasuk
WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

Bukan pekerja dan anggota keluarganya

1. Investor;

26
2. Pemberi Kerja;
3. Penerima Pensiun, terdiri dari :
4. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
5. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
6. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
7. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun
8. Penerima pensiun lain
9. Veteran
10. Perintis Kemerdekaan
11. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
12. Bukan Pekerja yang tidak termasuk point 1 sd 5 yang mampu
membayar iuran.

c. Pasien Jamkesmas

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah program bantuan


sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu yang diselenggarakan secara nasional, agar terjadi subsidi silang
dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi
masyarakat miskin. Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan
perwujudan pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang–
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), dan merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia. Namun karena hingga saat ini
peraturan pelaksana dan lembaga yang harus dibentuk berdasarkan
Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) belum terbentuk, Departemen Kesehatan mengeluarkan
kebijakan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin sebagai
wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan

27
kebijakan Jamkesmas dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

B. Tata Cara Pembayaran Pelayanan


Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien akan
meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran rumah sakit untuk pasien
umum. Sedangkan untuk pasien BPJS pasien datang kemudian dilakukan
pemeriksaan setelah itu muncul diagnosa dan di coding lalu pasien memiliki
lampiran Surat Eligibilitas Peserta (SEP) untuk mempermudah memperoleh
pelayanan. Pembayaran dilakukan dengan melengkapi persyaratan BPJS
seperti fotokopi KK, KTP, kartu BPJS. Sedangkan untuk pasien jamkesmas
peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari
Puskesmas di loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit
(PPATRS). Kelengkapan berkas peserta diverifikasi kebenarannya oleh
petugas PT Askes (Persero). Bila berkas sudah lengkap, petugas PT Askes
(Persero) mengeluarkan SKP dan peserta selanjutnya memperoleh
pelayanan rawat inap.

C. Sumber Penggajian Perawat

Jumlah perawat di ruang Patuha yaitu sebanyak 18 orang, perawat dengan


tenaga Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2 orang dan 16 lainnya
merupakan pegawai Non-PNS. Sumber penggajian RS Dustira TK II
Cimahi didapatkan dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara)
melalui sistem pengajuan RBA (Rencana Bisnis Anggaran).

Adapun jaminan kesehatan karyawan bagi tenaga PNS melalui Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan),
Tabungan dan Asuransi Pensiun (TASPEN). Sedangkan untuk Non-PNS
hanya mendapatkan jaminan kesehatan BPJS kesehatan dan
ketenagakerjaan.

28
BPJS kesehatan merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan
jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk
Pegawai Negeri Sipil, penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, veteran,
perintis kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha lainnya ataupun
rakyat biasa.

TASPEN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di


bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun Pegawai Negeri Sipil.
Askes adalah jenis asuransi yang membantu ketersediaan dana jika peserta
asuransi kesehatan terserang gangguan kesehatan atau penyakit.

PNS dan non PNS, alur penggajian PNS yaitu pemberian upah diberikan
oleh pemerintah, yang dibedakan jumlahnya sesuai pangkat dan golongan.
Sedangkan untuk pegawai non PNS diberikan upah oleh bagian rumah sakit
itu sendiri, menurut standar rumah sakit yang dibedakan sesuai lama
bekerja, dan pendidikan terakhir.

D. Insentif/Remunerasi

Pegawai dengan tenaga PNS mendapatkan dana intensif dan remunerasi


setiap bulannya, kemudian pegawai tenaga Non-PNS juga mendapatkan
dana intensif setiap bulannya. Pegawai PNS dan Non-PNS mendapatkan
dana tambahan jasa yang di nilai dari asuhan keperawatan dan tindakan
yang sudah di lakukan kepada pasien. Selain itu pegawai juga mendapatkan
tunjangan pada hari raya idul fitri.

Pemberian jasa pelayanan atau insentif disesuaikan dengan tindakan yang


sudah dilakukan, dan untuk remunerisasi hanya didapatkan oleh pegawai
PNS sesuai dengan pangkat dan golongannya.

E. Sumber Pembiayaan Rumah Sakit

Sumber dana RS Dustira TK II Cimahi didapatkan dari APBN (Anggaran


Pendapatan Belanja Negara) melalui sistem pengajuan RBA (Rencana

29
Bisnis Anggaran). Setelah RBA keluar dituangkan kedalam anggaran
diberikan akun dan MAP sebagai data akuntansi laporan keuangan.
Rancangan Anggaran Belanja Rumah Sakit yang meliputi :

• Operasional (kegiatan pelayanan)


• Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon dll)
• Pengembangan (sarana, prasarana dan sumber daya manusia)
Untuk pendanaan bahan habis pakai (bahan untuk kebutuhan sehari-hari
memakai dana yang diambilkan dari pemasukan rumah sakit, melalui bagian
pengadaan barang rumah sakit). Kepala ruangan terlibat dalam penyusunan
anggaran untuk pengajuan kebutuhan bahan habis pakai tersebut.

F. Sistem anggaran ruangan (Bottom up)


1) Bottom up
Buttom Up adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan,
keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama
dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan
atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian
dibidang pemerintahan, buttom up atau perencanaan bawah adalah
perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan
pemerintah hanya sebagai fasilitator.

Dari bawah ke atas (bottom-up), pendekatan ini merupakan upaya


melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil
dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong
keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya.
Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaa,
diperlukan pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.

2) Kelebihan bottom up
Peran masyarakat dapat optimal dalam mmberikan masukan atau ide- ide
kepada pemerintah dalam melanjankan suatu program

• Tujuan yang diinginkan akan berjalan sesuai dengan keinginan

30
• Atasan tidak perlu bekerja secara optimal karena ada peran yang lebih
banyak
• masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang akan
digunakan dalam penyusunan anggaran
3) Kelemahan botton up
 Atasan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu benar
 Hasil dari suatu program tersebut belum tentu baik karena adanya
perbedaan tingkat pendidikan dan bisa dikatakan cukup rendah bila
dibandingkan pegawai pemerintahan
 Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan lebih baik karena
adanya silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan
menyebabkan kerancuan bahkan salah faham antara masyarakat dengan taan
dikarenakan kurng jelasnya masing-masing tugas dan pemerintah dan juga
masyarakat.
3. Metode

1. Metode penugasan keperawatan

1) Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau

grup yang terdiri dari tenaga professional, teknikal dan pembantu

dalam satu grup kecil yang saling membantu.

a. Konsep metode tim


1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpnan
2) Pentingnya komunikasi efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin

31
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua
tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model
ini akan berhasil baik bila didukung oleh kepala tim
b. Tanggungjawab anggota tim
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah
tanggungjawabnya
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
c. Tanggungjawab ketua tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarkan konferensi
d. Tanggungjawab Kepala Ruangan
 Perencanaan
1) Menunjukkan ketua tim akan bertugas diruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pada shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama
ketua tim, mengatur penjadwalan, atau penugasan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti vsite dokter
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan ,
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan asuhan keperawatan, dan menilai

32
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri
9) Membantu terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit
 Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas
3) Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
4) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari
5) Mengatur dan mengendalikan logistic
6) Mengatur dan mengenalikan situasi tempat praktik
7) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak
berada ditempat, kepada ketua tim
8) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien
9) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
a. Kelebihan metode tim
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antara tim sehingga
konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan
kepada anggota tim
b. Kekurangan metode tim

33
Komunikasi antar anggota TIM terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang
bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara sipembuat rencana asuhan dan
pelaksanaan. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
a. Konsep dasar keperawatan primer
1) Ada tanggungjawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Keterlibatan pasien dan keluarga
b. Tugas perawat primer
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif
2) Melaksanakan tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama
dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

34
8) Melakukan rujukan kepada pekerja social,
kontak dengan lembaga sosisal dimasyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah

c. Peran Kepala Ruang/Bangsal metode primer


1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu
perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusun jadwal dinas dan member penugasan
pada perawat asisten
4) Evaluasi kerja

d. Ketenagaan metode primer


1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
2) Beban kasus 4-6 orang untuk satu perawat
3) Penugasan ditentukan oleh Kepala Bangsal
4) Perawat primer dibantu oleh perawat
professional lain maupun non professional
sebagai perawat asisten
e. Kelebihan metode primer
1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit
f. Kekurangan metode primer
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
berpengalaman dan pengetahuan yang memadai
dengan criteria assertive, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat , menguasai

35
keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
3) Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk stiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.
a. Kelebihan metode kasus
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) System evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah
b. Kekurangan metode kasus
1) Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggungjawab\
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
4) Metode Fungsional

Menurut Nursalam (2015), model fungsional adalah

pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang

didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan

yang dilakukan, mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-

tugas bila jumlah staff sedikit, namun pasien selalu tidak

mendapat kepuasan dari asuhan keperawatan yang diberikan.

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada

36
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat

ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilakukan

kepada semua pasien yang dirawat disuatu ruangan. Model ini

digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada

tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada

setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2

intervensi keperawatan kepada semua pasien dibangsal

misalnya seorang perawat bertanggungjawab untuk pemberian

obat, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka,

seorang lagi mengatur pemberian intravena. Seorang perawat

bertanggungjawab kepada manajer perawat. Perawat senior

menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat

pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang

dilakukan pada model ini berdasarkan criteria efisiensi, tugas

didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-

masing perawat.

Dalam metode fungsional, perawat akan melaporkan tugas

yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala

ruangan tersebut bertanggungjawab dalam pembuatan laporan

klien. Metode fungsional ini efisien dalam menyelesaikan

tugas-tugas apabila jumlah perawatnya sedikit.

a. Kelebihan metode fungsional

1) Sederhana dan efisien

37
2) Perawat terampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu

3) Mudah memperoleh kepuasaan kerja bagi perawat

setelah selesai tugas

4) Lebih mudah menyesuaikan tugas

b. Kekurangan metode fungsional

1) Tidak efektif

2) Membosankan

3) Pelayanan terputus-putus

4) Komunikasi minimal

Hasil analisa:

Setiap perawat melakukan satu atau beberapa tugas untuk

dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat diruangan.

Beberapa perawat yang berdinas terlihat mengerjakan tugas

yang sama seperti jika mengambil darah maka yang

mengambil darah masih dengan satu orang perawat yang sama

kepada beberapa pasien, saat pemberian obat juga dilakukan

oleh perawat yg sama pada seluruh pasien yang ada di

ruangan, selain itu timbang terima dilakukan secara bersamaan

tanpa adanya pembagian tim A dan tim B di ruangan, perawat

mengerjakan pekerjaan bisa berbeda dan tidak selalu sama

tergantung situasional. Beberapa perawat yang lain juga

terlihat cenderung melakukan tugas yang sama ketika

berdinas. Makaberdasarkan kajian situasional yang dilakukan

38
selama 3 hari di Ruangan Patuha RS DUSTIRA Bandung pada

tanggal 18 Februari 2019 bahwa metode yang digunakan di

ruangan adalah metode fungsional.

1. Efektifitas dokumentasi

Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis

sehingga perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan

secara benar (Handayaningsih, 2007). Perawat memerlukan

standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam

pemeliharaan pencatatan atau dokumentasi kegiatan serta

petunjuk dalam membuat pola/format pencatatan yang tepat.

Dokumentasi yang baik harus mengikuti karakteristik standar

keperawatan (Ali, 2009).

Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang

kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan

secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya

standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas

dokumentasi keperawatan (Martini, 2007).

Dokumentasi asuhan keperawatan

1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,

39
kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana
yang telah ditentukan dalam standa praktik keperawatan
dari ANA (American Nurses Association)
(Handayaningsih, 2007).
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
mengenai pengalaman/respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA
(North American Nursing Dianosis Association), 2012).
3) Rencana keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada
perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk
merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan
(Asmadi, 2008).
4) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk

40
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
5) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil,
klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment)
(Asmadi, 2008).

Hasil analisa:

Di Ruang Patuha Rumah Sakit DUSTIRA pendokumentasian

status pasien didokumentasikan oleh perawat penanggung

jawab dari tiap shift. Berdasarkan hasil studi dokumentasi

selama 3 hari didapatkan hasil sebagai berikut:

a. Pengkajian Keperawatan

Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah

sakit sehingga mempermudah perawat dalam melakukan

pengkajian pada pasien. Pengkajian format dokumentasi

dilakukan secara observasi, studi dokumentasi dan

41
wawancara kepada perawat. Pengkajian pasien dilakukan

sesuai format yang telah disediakan rumah sakit dan

pengkajian fisik dilakukan oleh perawat.

b. Diagnosa Keperawatan

Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan

Patuha RS DUSTIRA dalam status pasien terdapat

diagnosa dan rencana asuhan keperawatan yang ditentukan

langsung setelah dilakukan pengkajian pasien. Persentase

yang didapatkan selama 3 hari kajian situasi adalahsemua

perawat mencatat diagnosa keperawatan kedalam

dokumentasi.

c. Rencana Keperawatan

Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status

pasien rencana asuhan keperawatan langsung dicantumkan

setelah penentuan diagnosa keperawatan hasil dari

pengkajian. Lembar rencana asuhan keperawatan sudah

tersedia diRuangPatuha RS DUSTIRA berupa lembar

check list yang didalamnya terdapat beberapa kolom :

tanggal/jam, rencana tindakan atau pemberian terapi

obat/infus/dll, serta tanda tangan dan nama perawat.

Persentase yang didapatkan selama 3 hari kajian situasi

adalah semua perawat yang mencatat rencana keperawatan

kedalam dokumentasi.

42
d. Implementasi

Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi

sudah tersedia di format RuangPatuha Rumah Sakit

DUSTIRA format lembaran: tanggal/waktu, pengkajian

(assessment), instruksi dan pelaksanaan (order and

implementation) dan nama jelas dan tanda tangan petugas.

e. Evaluasi (SOAP)

Berdasarkan kajian situasi yang dilakukan selama 3

hari di Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira didapatkan

hasil semua perawat menulis Evaluasi SOAP dengan

lengkap.

Dapat disimpulkan, pendokumentasian askep diruang

Patuha Rumah Sakit Dustira 100% lengkap.

2. Efektifitas komunikasi terapeutik

Menurut Supriyanto (2010), komunikasi terapeutik adalah

komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan

kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan

kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan

empati. Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk

memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara

komunikasi teknik SBAR. Komunikasi SBAR adalah

43
komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk

mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang

lain secara akurat dan efisien (Nursalam, 2008).

Menurut Nursalam (2008), konsep SBAR yaitu :

1) S (Situation). Merupakan kondisi terkini yang sedang

terjadi pada pasien.

a) Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.

b) Nyatakan masalah secara singkat : apa, kapan dimulai,

dan tingkat keparahan.

2) B (Background).

Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan

situasi, meliputi:

a) Daftar pasien

b) Nomor medical record

c) Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan

d) Daftar obat terkini, alergi, dan hasil laboratorium

e) Hasil terbaru TTV pasien

f) Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu

pengambilan serta hasil dari tes laboratorium sebagai

pembanding

g) Informasi klinik lainnya. Background merupakan

informasi penting tentang apa yang berhubungan

dengan kondisi pasien terkini.

44
3) A (Assessment/pengkajian)

Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien

yang terkini.

4) R (Recommendation)

Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu

dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini.

Hasil analisa:

Berdasarkan kajian situasi yang dilakukan pada tanggal 18

Febuari 2019 didapatkan hasil perawat diruangan melakukan

komunikasi terapeutik saat timbang terima dengan perawat

yang berdinas selanjutnya. Perawat juga perawat diruangan

melakukan timbang terima dengan metode SBAR tetapi tidak

semua pasien saat melakukan timbang terima memakai

metode SBAR, hanya beberapa pasien diruangan dengan

kondisi tertentu saja yang disampaikan dengan metode SBAR.

3. Efektifitas universal prechation

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu

upaya yang ditujukan untuk mencegah transmisi penyakit

menular di semua tempat pelayanan kesehatan (Minnesota

Department of Health, 2014). Cakupan pelaksanaan

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan

45
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya menurut Kemenkes RI

(2011) yaitu:

a. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

b. Penempatan/isolasi pasien

c. Hygiene respirasi/etika batuk

d. Praktik menyuntik yang aman

Berdasarkan hasil kajian situasi selama 3 hari diruang

Patuha RS DUSTIRA belum pernah melihat perawat ruangan

mengajarkan etika batuk atau cara batuk yang baik dan benar.

Berdasarkan hasil kajian situasi yang dilakukan selama 3 hari,

didapatkan hasil untuk penggunaan APD pada saat melakukan

tindakan invasive yaitu pada saat melakukan tindakan

pemasanganinfus, 2 orang perawat tidak memakai handscoon,

selain itu juga pada saat melakukan pengambilan darah

terdapat 3 orang perawat yang tidak menggunakan handscoon.

Di ruangan Patuha terdapat 2 ruangan observasi yang berada

di sebelah kanan dan kiri dari nurse station serta tidak terdapat

ruangan isolasi. Kemudian untuk pencegahan penyakit

menular seperti TB perawat menggunakan masker, akan tetapi

terlihat jika penempatan pasien dengan diagnosa on TB

ditempatkan diruangan biasa bukan di ruang isolasi contonya

pasien ditempatkan diruangan 11 bukan di ruang isolasi

padahal seharusnya pasien dengan penyakit menular harus

46
ditempatkan di ruangan isolasi dan tidak satu ruangan dengan

pasien lain yang tidak memiliki riwayat penyakit menular,

sebagian perawat belum melakukan edukasi kepada pasien

atau keluarga pasien tentang etika batuk.

4. Efektivitas patient dan staff safety

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu

sistem di mana Rumah Sakit membuat asuhan lebih aman.

Sistem tersebut meliputi:

a. Ketepatan identifikasi pasien

Ketepatan identifikasi meliputi nama, tanggal lahir, dan

nomor rekam medik pasien. Petugas harus melakukan

identifikasi pasien saat :

1) Pemberian obat

2) Pemberian darah/produk darah

3) Pengambilan darah dan specimen lain untuk

pemeriksaan klinis

4) Sebelum memberikan pengobatan

5) Sebelum memberikan tindakan

b. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high

alert)

Kewaspadaan terhadap obat dengan NORUM/LASA

(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip/Look alike sound alike).

47
c. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

dengan cara cuci tangan 6 langkah.

d. Pengurangan risiko jatuh

Dengan penggunaan gelang khusus atau papan risiko jatuh

berwarna kuning(Menteri Kesehatan RI Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011).

Hasil analisa:

Berdasarkan analisa situasi selama tiga hari juga didapatkan

bahwa perawat di RuangPatuha RS DUSTIRA Bandung,

didapatkan pada pemberian obat menggunakan baki obat

untuk membagikannya, hanya tercantum nama dan kamar

rawat yang di tulis menggunakan spidol dan kertas namun

dihari berikutnya pemberian obat menggunakan etiket (nama,

nomer rekam medis, tanggal lahir, jam dan keterangan untuk

meminum obatnya) walaupun salah satu dari obat tersebut

masih ada yg menggunakan kertas dan hanya ditulis oleh

spidol saja. Pada saat mengganti cairan infus atau mengganti

plabot didapatkan hasil bahwa tidak adanya pemasangan

etiket. Saat pemberian obat perawat hanya memvalidasi nama

pasien saja,perawat di ruangan mencuci tangan 6 langkah

sebelum melakukan tindakan invasif pemasangan infus

sebanyak 2 orang sedangkan pada tindakan pemberian O2 dan

pemberian injeksi iv tidakada yang melakukan cuci tangan dan

48
untuk cuci tangan 6 langkah setelah. Untuk pengurangan

resiko jatuh didapatkan bahwa ada beberapa tempat tidur yang

tidak memiliki bed plang, serta penerapan untuk tanda resiko

jatuh dipakai pada pasien yang mengalami penurunan

kesadaran dan tidak diterapkan pada resiko jatuh ringan.

6) Struktur organisasi

KA INSTAL RAWAT INAP

ASEP SETIAWAN, AMK. SE


LETKOL CKM NRP: 24034

KA RUANG 9

ZR. TETI KARTINI, S.Kep


NRP: 196802151988032010

KA TIM 2
KA TIM 1
ZR. YULI ANGGRAENI,
ZR. NOVIA TRIARIANI, Amd.Kep
Amd.Kep
ZR. OKTAVIANA,
ZR. MEGA ZR. ZR. YANTI ZR. PUTRI, ZR. D
Amd.Kep
LINDA,Ammd Amd.Kep
ZR. HERNIAWATI
ZR. NITA, ZR. SEPTI, ZR. TI
Amd.Kep Amd.Kep ZR. DEWI, Amd
ZR. RIKE Amd.Kep ZR. RANI,
ZR. TINA , Amd.Kep
ZR. LISMA,
S.Kep.,Ners
Amd.Kep
49
ZR. ZR. ZA
VIDYA,S.Kep.,Ner Amd.K
s

Hasil analisa:

Struktur organisasi yang terdapat dinurse station tidak


memakai gelar dengan lengkap, hanya tercantum nama dan
nama-nama perawat yang tercantum juga masih nama perawat
yang lama, selain itu juga foto yang ada didalam struktur
organisasi belum lengkap, beberapa nama ada yang tidak
memakai foto. Terdapat perawat yang sudah banyak keluar
namun namanya masih tercantum.

7) SOP

Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan

untukmendorong dan menggerakkan suatu kelompok

untuk mencapai tujuanorganisasi. Standar operasional

prosedur merupakan tatacara atau tahapanyang dibakukan

dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu

proseskerja tertentu (Perry dan Potter (2005).

Tujuan SOP :

a) Petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat


kinerja petugas atau pegawai atau tim dalam
organisasi atau unit kerja.
b) Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap
posisi dalam organisasi
c) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung
jawab dari petugas atau pegawai terkait.

50
d) Melindungi organisasi atau unit kerja dan
petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
e) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan,
duplikasi dan inefisiensi.
SOP sebagai berikut:
1. SOP memberi oksigen

Berdasarkan kajian situasi yang dilakukan didapatkan

hasil bahwa di ruangan Patuha. Hasilnya analisa situasi

didapatkan bahwa tindakan sudah sesuai dengan yang

ada pada SOP untuk pemberian oksigen, perawat yang

ada diruangan melakukan verifikasi data dengan

menanyakan identitas pasien sebelum tindakan,

menyiapkan alat, medekatkan alat, menjelaskan tujuan

dan cuci tangan sebelum serta sesudah tindakan.

2. SOP mencuci tangan

Berdasarkan hasil kajian situasi pada perawat di

ruangan Patuha Rumah Sakit Dustira, didapatkan

bahwa cuci tangan yang dilakukan sudah sesuai

dengan prosedur pada SOP yang terdapat diruangan,

terdapat 5 orang yang mencuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan, dilakukan dengan cara 6

langkah mencuci tangan, tetapi terdapat 4 orang yang

tidak mencuci tangan pada sebelum dan sesudah

tindakan.

51
3. SOP pengambilan darah
Berdasarkan analisa situasi yang dilakukan didapatkan
hasil bahwa di ruangan Patuha Rumah Sakit
Dustira,didapatkan bahwa tindakan sudah sesuai
dengan yang ada pada SOP untuk pengambilan darah,
perawat yang ada diruangan melakukan verifikasi data
dengan menanyakan identitas pasien sebelum tindakan,
menyiapkan alat, medekatkan alat, menjelaskan tujuan
dan cuci tangan sebelum serta sesudah tindakan namun
terdapat 2 orang perawat tidak memakai sarung tangan
ketika melakukan pengambilan darah.

4. Timbang Terima
Berdasarkan kajian situasi yang dilakukan selama 3
hari di Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira bahwa
perawat di ruang patuha melakukan serah terima
pasien sesuai dengan SOP yang ada.

8) Standar Asuhan Keperawatan

Menurut Ali (2009), mengatakan bahwa standar asuhan ke


perawatan adalah pedoman terperinci yang menunjukan
perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang
spesifik. Standar asuhan keperawatan harus menunjukan
asuhan yang menjadi tanggungjawab perawat dalam
pemberiannya, dan bukan tingkat ideal asuhan.Standar asuhan
keperawatan mengacu kepada tahapan proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaa,
implementasi, dan evaluasi.

52
HasilAnalisa:

Hasil observasi pada tanggal 18 Februari 2019 SAK yang ada


di ruangan sudah lengkap.Perawat melakukan tindakan sesuai
SAK. SAK yang digunakan di ruanganPatuha adalah SAK
ketentuan dari rumah sakit.

9) Visi Misi Ruangan

Dari hasil kajian situasi bahwa ruang Patuha RS Dustira


sudah memiliki Visi dan Misi yang terpasang pada ruangan
Ners station, adapun Visi dan Misi ruang Patuha adalah sebagai
berikut:

1. Visi
Menjadi ruang perawatan kebanggan prajurit, PNS
dan keluarga serta masyarakat umum dengan
berlandarkan asuhan keperawatan yang professional.
2. Misi
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan secara
komperhensif (bio-psiko-sosial-kultural) dengan
melibatkan klien dan keluargnya.
b. Melindung klien, pengunjung dan tenaga
kesehatan dari resiko infeksi Nosokomial.
c. Membudayakan kerjasama, komunikasi aktif
terapeutik antar petugas, pasien dan
keluarganya.
d. Menciptakan suasana lingkungan kerjasama
yang nyaman, aman dan harmonis bagi pasien
dan keluarganya

53
10) Instruksi Kerja Alat

Tabel 1.KualitasdanKuantitasAlatKedokteran di Ruang PATUHA


RUMAH SAKIT DUSTIRA

Jumlah Kondisi
No NamaAlat yang Rusakberat
Bagus Rusakringan
tersedia
1 Monitor 1 - -
2 Timbanganbesar 1 - -
3 Timbangankecil 2 - -
4 Dorongantabungoksigen 1 - -
5 Steril 1 - -
6 Ligthar 0 - - -
7 EKG 1 - -
8 Baskom plastic 10 - -
9 Tabungoksigenkecil 1 - -
10 Standarinfus 36 - -
11 Tensimeter 2 - -
12 Stetoskop 2 - -
13 Nebulizer 1 - -
14 Kursirodapasien 4 - -
15 Brankar 1 - -
16 Korentang 1 - -
17 Bakikecil 2 - -
18 Guntingperban 1 - -
19 Manometer oksigen 4 - -
20 Pispot 10 - -
21 Tromol 3 - -
22 Komkecil 0 - - -
23 Kupetsedang 0 - - -
24 Tong spatel 1 - -
25 Thermometer digital 1 - -
26 Mayo 1 - -
27 Amubag 1 - -
28 Saturasioksigen 1 - -
29 Troly emergency 1 - -
30 Trollyobat 1 - -
31 Tourniquet 1 - -
32 Syringe Pump 1 - -
33 Infus pump 1 - -

54
34 Kursipenunggu 2 - -
35 Pinset 2 - -
36 Guntingjaringan 3 - -
37 Termometer scan 1 - -
38 Pinsetanatomis 2 - -
39 Pinsetcirurgis 2 - -
40 Bengkok 2 - -
41 Bak instrument 2 - -
42 Gerusanobat 0 - -
43 Arteriklem 2 - -

11) Alur Pasien Rawat Inap

Alurpasienrawatinappada jam kerja sebagai berikut:

Datangsendiri

Dr. Praktek

Ruj. RS lain

Ruj.Puskesmas PENDAFTARAN
Pengantardarikesa
tuan

Poliklinik yang
Instalasirawatinap dituju

Dirawat Pulang

Ruang perawatan
rawatinap

55
Ya Perluberobatjala Tidak
n
1. PasienMasuk

Menurut pedoman pelayanan Instalasi Rawat Inap

adalah pasien yang datang pada jam kerja, melakukan

pendaftaran kemudian menuju poliklinik yang dituju,

petugas akan memastikan terlebih dahulu pasien pernah

berobat di rumah sakit ini atau baru pertama kali berobat

atau pasien rujukan membawa surat rujukan atau tidak.

Kemudian akan di buat nomor rekam medis, kemudian

setelah disepakati ruangan mana yang akan dipakai,

pasien atau keluarga pasien mengisi surat pernyataan

dirawat terhadap pasien dan mengisi identitas pasien pada

berkas rekam medis. Pasien akan diantar keruang rawat

inap.Setiap pasien yang masuk ruang rawat ini akan

dilakukan pengkajian awal, tatalaksana penerimaan

pasien baru sebagai berikut:

56
a. Pasien datang

1) Pasien datangsendiri atau pasien rujukan;

2) Pasien akan didaftarkan terbih dahulu;

3) Menuju poliklinik yang dituju;

4) ACC untuk dirawat.

b. Perawat ruang rawat inap menerima pasien

1) Perawat ruangan menanyakan keadaan pasien;

2) Perawat ruangan melakukan pengkajian awal.

Alur pasien rawat inap luar jam kerja sebagai berikut:

Datang sendiri

Dr. Praktek

Ruj. RS lain

Ruj.Puskesmas PENDAFTARAN
Pengantardarikesa
tuan

Kontrole UGD

Dirawat Pulang

Ruangperawatanr
awatinap

Ya Perluberobatjala Tidak
n

57
Bendahara
2. Pasien Masuk

Menurut pedoman pelayanan Instalasi Rawat Inap

adalah pasien yang datang diluar jam kerja, pasien datang

ke IGD, kemudian daftar di pendaftaran IGD untuk

selajutnya dilakukan pemeriksaan di TRIAGE. Setiap

pasien yang datang ke IGD akan dilakukan pengkajian

untuk menentukan keluhan pasien, mulai saat pasien

datang, rencana tindakan keperawatan. Tatalaksana

penerimaan pasien baru sebagai berikut :

a. Pasien datang

1) Pasien datang sendiri atau pasien rujukan;

2) Pasien akan dibawa keruang TRIASE;

3) Pasien akan dilakukan tindakan sesuai keluhan;

4) Pasien didaftarkan di pendaftaran IGD.

58
b. Perawat ruang rawat inap menerima pasien

1) Perawatruanganmenanyakankeadaanpasien;

2) Perawat ruangan melakukan pengkajian awal.

4. Material

59
5. Market

1. Promosi kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dalam Pasal 1 menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa Pelayanan
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.Mengacu kepada peraturan perundang-
undangan tersebut di atas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap rumah
sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan, salah satunya
melalui kegiatan promosi kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes
/ SK / VII / 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta

60
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Departemen kesehatan, 2012)
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat
melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah
sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi
rumah sakit promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian
pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup
hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh pasien dan keluarganya
untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh
penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk
berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan
penyakit. Karena itu penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit dan
bukan merupakan bagian tambahan yang terlepas (fizran, 2013).Selain itu,
bagi Rumah sakit kegiatan promosi kesehatan dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, meningkatkan citra rumah sakit, meningkatkan
angka hunian rumah sakit Board Occupancy Rate (BOR).

Hasil Analisa :

Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting dalam


penyelenggaraan Sistem kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN, baik
yang disusun tahun 2009 maupun yang disusun tahun 2010, disebutkan
bahwa salah satu subsistemnya adalah Subsistem pemberdayaan
Masyarakat. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat adalah tatanan yang
menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat
umum dibidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setingi-
tingginya (Departemen kesehatan, 2010).

61
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah
kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).

Hasil observasi di ruang patuha sudah tersedia beberapa poster di


setiap hand rup 6 langkah cuci tangan,etika batuk, dan penggunaan APAR
serta leaflet juga sudah tersedia di ruang Patuha.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada bagian PKMRS


(Promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit), kegiatan promosi
kesehatan di rumah sakit Dustirasudah dijadwalkan ke setiap
ruangan.Kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan yang dilakukan
di lingkungan rumah sakit dilaksanakan di ruang rawat inap, dan
penyuluhan ditujukan bagi semua pasien dan keluarga pasien baik dari
pasien umum maupun BPJS.

Saat dilakukan wawancara dengan petugas di Patuha menyatakan


bahwa dilakukannya penkes sesuai jadwal dari PMKRS. Dan berdasarkan
pengamatan selama 3 hari yaitu tgl 18-20 februari 2019 perawat belum
melakukan edukasi tentang cuci tangan 6 langkah kepada pasien dan
keluarga pasien.

2. HAIs (Health-Care Associated Infections)Tabel 2.14 bulan November –


Januari Tahun 2018 di ruang PATUHA di Rumah Sakit Dustira
HAIs

Menurut World Health Organization (WHO) (2010),HAIs adalah


infeksi yang terjadpada pasien dan tenaga medis di rumah sakit yang
terjadi selama proses perawatan ataupun selama bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

62
129/MenKes/SK/II/2008 standar angka kejadian HAIs rumah sakit adalah
< 1,5%. Angka kejadian health-care associated infections (HAIs) di ruang

No DATA November Desember Januari

Patuha pada bulan Desember tahun 2018 adalah 0. Kejadian HAIs


dijadikan sebagai indikator mutu pelayanan kesehatan yang ada di rumah
sakit, tinggi atau rendahnya angka HAIs secara akurat merupakan bukti
konkrit dari kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan di rumah sakit.

63
1 Infeksi Decubitus

Jumlah pasien tirah baring 219 214 270

Infeksi nosocomial 0 0 0

2 Infeksi Phlebitis

Jumlah pasien memakai jarum suntik 219 214 270

Infeksi nosocomial 0 0 0

3 Jumlah kasus infeksi aliran darah


perifer

Jumlah lama hari pemakaian kateter 0 0 0


vena

Infeksi nosocomial 0 0 0

4 Infeksi Saluran Kemih

Jumlah pasien terpasang kateter 4 7 11

Infeksi nosocomial 0 0 0

5 Jumlah pasien dirawat 219 214 270

Jumlah HAIs/infeksi nosocomial 0 0 0

Infeksi rate HAIs 0 0 0

3. Kajian Indikator Mutu di Ruangan Mawar (BOR, AVLOS, TOI, BTO)

64
Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan di Ruang
Patuha adalah ruang perawatankelas I, II, dan III penyakit dalam wanitayang
berasal dari keluarga besar anggota TNI dan masyarakat umum, dengan
klasifikasi tipe pembayaran pasien Umum, BPJS Non PBI dan BPJS PBI.

Secara Umum RuangPatuha di RS Dustira memiliki beberapa hal


pendukung marketing untuk ruangan

a. BOR (Bed Occupation Ratio)


Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah presentase
pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur Rumah Sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85
% sedangkan dalam Nursalam (2012) standar nasional BOR adalah
antara 75-80%.

Rumus :

Jumljumlah hari perawatan RS X 100%

Jumlah TT X jumlah hari dalam 1 periode

Jumlah TT X jumlah hari dalam 1 periode


Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan
November – Januari 2018 di Ruang Patuhadi RS Dustira didapatkan hasil
BOR pasien sebagai berikut :

Tabel 2.15. Hasil BOR Bulan Oktober –Desember 2019 Ruang Patuha

RS Dustira

65
No Bulan Jumlah BOR (%)
Hari
rawat

1. Oktober 858 76,9%

2. November 985 91,2%

3. Desember 971 87%

Berdasarkan hasil kajian situasi angka BOR yang sudah dilakukan


dan berdasarkan data yang diperoleh, indikator kinerja di ruangan Patuha
pada bulan Oktober – Desember 2019 menurut Depkes dan Nursalam
adalah ideal dan sudah sesuai standar.

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilkukan oleh kelompok 4


pada tanggal 18 februari – 20 februari 2019 di Ruang Patuha RS Dustira
didapatkan hasil BOR pasien sebagai berikut :

No Tanggal Jumlah Bed Yang


Bed Terisi

1. 18 februari 36 31
2019

2. 19 februari 36 30
2019

3 20 februari 36 22
2019

Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan nilai BOR di Ruang


Patuha RS Dustira selama 3 hari sebesar 76,85%.

66
b. AvLOS (Average Length of Stay)
AvLOS (Average Length of Stay) menurut depkes RI adalah rata-
rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan.Secara umum nilai AvLOS yang ideal menurut Kemenkes
adalah 6-9 hari.Menurut Nursalam (2012) standar nasional AVLOS
adalah 1 – 10 hari.

Rumus :
Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar hidup dan mati

Hasil AvLOS 18 Februari – 20 Februari 2019 Patuha

Jumlah pasien keluar hidup dan mati


RS Dustira

No Tanggal Jumlah AVLOS


Hari (hari)
rawat

1. 18-21 Februari 83 2
2019

Penjelasan :

Jumlah lama dirawat 83

= = 2,37 = 2

Jumlah pasien keluar hidup dan mati 35

67
Berdasarkan hasil AvLOS yang diperoleh di Ruang Patuha pada 3
hari menurut standar nasional dalam Nursalam (2012)sudah ideal atau
sudahsesuai dengan standar.

c. TOI (Turn Over Internal)


TOI (Turn Over Interval) menurut Depkes RI (2005) adalah rata-
rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur, idealnya menurut kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :
(Jumlah tempat tidur X periode) – (hari perawatan)

Jumlah pasien keluar hidup + mati

Hasil TOI 18 Februari – 20 Februari 2019 Patuha

RS Dustira
Jumlah pasien keluar hidup + mati

No Tanggal Jumlah Hari TOI (hari)


rawat

1. 18-20 Februari 83 1
2019

Penjelasan :

(Jumlah tempat tidur X periode) – (hari perawatan)

68
Jumlah pasien keluar hidup + mati

(36 x 3) – (83) 25

= = 0,71 = 1

35 35

Berdasarkan hasil TOI yang diperoleh di Ruang Patuha pada 3 hari


menurut standar nasional Depkes RI 2005sudah ideal atau sesuai dengan
standar.

d. BTO (Bed Turn Over)


BTO (bed Turn Over) adalah angka perputaran tempat tidur atau
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat
tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI).

Rumus :

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

Hasil BTO 18 Februari – 20 Februari 2019 Patuha

RS Dustira
Jumlah tempat tidur

No Tanggal Jumlah pasien BTO


keluar (hidup (hari)
dan mati)

69
1. 18-20 Februari 2019 35 1

Penjelasan :

Jumlah pasien keluar (hidup + mati) 35

= = 0,97 = 1

Jumlah tempat tidur 36

Berdasarkan hasil BTO yang diperoleh di Ruang Patuha pada 3 hari


menurut standar nasional dalam Depkes RI sudah ideal atau sesuai
dengan standar.

4. Indikator mutu
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif sesuai standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2015).
Jenis-jenis insiden keselamatan pasien (Depkes, 2008) :

a. Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD)


Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien.
b. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak mengakibatkan
cedera.

70
c. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Kejadian nyaris cedera adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelem obat
diberikan kepada pasien.
d. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tetpi belum terjadi
insiden.Misalnya obat-obatan LASA (Look, Alike, Sound, Alike) disimpan
berdekatan.

e. Kejadian Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti : operasi pada tubuh yang salah.

Berdasarkan observasi selama 3 hari diruangan Patuha tidak terdapat


KTD, KTC, KNC dan Kejadian sentinel di Ruang Patuha RS Dustira.

5. Patient safety
Keselamatan pasien (pasien safety) RS adalah suatu sistem dimana
RS membuat asuhan pasien lebih aman (Depkes, 2008).Meliputi : asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tidak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan resiko
(peraturan menteri kesehatan indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2012
tentang keselamatan pasien RS.

Menurut Nursalam (2015), keselamatan pasien merupakan suatu


variable untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien
adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan
(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit.

71
KTD bisa disebabkan oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat
yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang
tepat dan sebagainya (Nursalam, 2015).

a. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


1) Hand hygine
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa
dan air (Depkes RI, 2009). Menurut Susiati (2008), tujuan
dilakukannya cuci tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisasi
yang ada ditangan, membuat kondisi tangan steril sehingga infeksi
silang bisa dicegah.Praktek membersihkan tangan adalah upaya
mencegah infeksi yang disebarkan melalui tangan dengan
menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat dan
membunuh mikroorganisme pada kulit.Menjaga kebersihan tangan ini
dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja, sebelum kontak
dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama
melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan
setelah kontak atau melakukan tindakan untuk pasien (Kemenkes RI,
2011).

Laporan audit kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi


perawat di RS Dustira

72
No Bulan Presentase
1. Agustus 83%
2. September 83,5%
3. Oktober 84%
4. November 85%
5. Desember 86%

Laporan audit kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi tenaga


kesehatan lain di RS Dustira

No Bulan Presentase
1. Agustus 82,5%
2. September 83%
3. Oktober 83,5%
4. November 84%
5. Desember 84,5%

Hasil Analisa tanggal 18 s/d 20 februari 2019 :


Budaya hand hygiene maupun hand washing oleh perawat telah
dilakukan dan ada sebagian perawat yang belum maksimal melakukan 5
moment cuci tangan. Selain itu dari hasil pengamatan yang dilakukan dari
tanggal 18 s/d 20 Februari 2019 bahwa sebagian perawat tidak
menggunakan APD (handscoon) saat akan pengambilan darah. Hal
tersebut dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi nosokomial dari
pasien terhadap petugas kesehatan.

b. IPSG
Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

73
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh) (Aprilia, 2011)

Hasil Analisis :

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 18–20


februari didapatkan hasil :

a. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)


Berdasarkan hasil pengamatan, perawat di Ruang Patuhabelum
menerapkan identifikasi secara tepat dikarenakan saat pemberian obat
perawat langsung menyapa pasien tanpa menanyakan kembali nama
pasien dan tanggal lahir. Selain itu, beberapa perawat tidak memberikan
informasi mengenai obat yang diberikan beserta kegunaanya, perawat
hanya memberikan informasi jika pasien menanyakannya.
b. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
c. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan
dari pengobatan resiko tinggi)
d. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
e. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)

74
Hasil observasi yang dilakukan didapatkan hasil bahwa perawat
sudah melakukan cuci tangan dengan benar tetapi sayangnya tidak
dilaksanakan 5 moment. Perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum
tindakan dilakukan tetapi ketika tindakan telah dilakukan perawat mencuci
tangannya.Dalam penggunakan APD belum maksimal diterapkan
.perawatjarang menggunakan handscoon dalam penanganan pasien.
f. the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh) (Aprilia, 2011).
1) Terdapat 6 kasur tempat tidur yang tidak mempunyai bed plang.
2) Sudah terdapat format untuk penilaian pasien jatuh di buku status
pasien, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan ulang resiko jatuh setiap 3
hari atau sewaktu-waktu bila ada perubahan.
3) Semua pasien sudah memakai gelang identitas yang sesuai dengan
ketentuan dari kebijakan rumah sakit yang terdiri dari nama, no RM,
dan tanggal lahir.
4) Belum tersedianya penanda resiko jatuh pada bed pasien
Manajemen Pelayanan Keperawatan di Ruang Patuha RS Dustira

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kuesioner manajemen


pelayanan keperawatan di ruang Patuha, dapat disimpulkan bahwa dari
jumlah perawat/ responden (n)= 10 orang perawatdidapatkan perawat yang
kurang puas sebanyak 1 orang (10%) dan puas sebanyak 9 orang (90%).

Manajemen kepuasan pasien di Ruang Patuha RS Dustira

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kuesioner manajemen


kepuasan pasien di ruang Patuha, dapat disimpulkan bahwa dari jumlah

75
pasien/ responden (n)= 17 orang pasien didapatkan hasil pasien puas
sebanyak 11 pasien (64,7 %) dan sangat puas sebanyak 6 pasien (35,3%).

Indikator Mutu

a) Tingkat kepuasan kerja perawat


Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan kerja perawat.
Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi soal
berbentuk pertanyaan tertutup.. Adapun indikator kepuasan
kepuasan kerja perawat pelaksana dinilai berdasarkan kuesioner
berjumlah 20 pertanyaan, masing – masing pertanyaan diberi nilai
berdasarkan jawaban, kemudian di total tiap– tiap responden dan
dijumlahkan secara keseluruhan. Dengan kriteria mutu pelayanan
dan kinerja unit pelayanan yaitu “sangat puas”, “puas”, “Kurang
puas”, “Tidak puas”.

b) Tingkat Kepuasan Pasien


Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan
kuesioner yang berisi soal berbentuk pertanyaan tertutup.. Adapun
indikator kepuasan kepuasan kerja perawat pelaksana dinilai
berdasarkan kuesioner berjumlah 25 pertanyaan, masing – masing
pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban, kemudian di total
tiap– tiap responden dan dijumlahkan secara keseluruhan. Dengan
kriteria mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan yaitu “sangat
puas”, “puas”, “Kurang puas”, “Tidak puas”.

c) Keamanan dan Kenyamanan


Berdasarkan hasil observasi di ruangan Patuha pemasangan
gelang identitas sudah di terapkan secara optimal, yaitu gelang

76
untuk pasien perempuan berwarna pink. Kunjungan pasien
diruangan terdapat beberapa kamar yang dikunjungi sekitar ± 2-3
orang/pasien yang sesuai dengan jam besuk yang sudah ditentukan
yaitu dari 10.00-12.00 dan dari jam 16.00-18.00 WIB.

6. Kasus Ruangan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang dilakukan di Ruang
Patuha RS Dustira, 5 kasus terbesar yang terdapat di Ruang Patuhapada bulan
Februari tahun 2019adalah sebagai berikut :

1. DHF
2. Typoid
3. Diabetes mellitus
4. CKD
5. Anemia
6. Hepatitis
7. GEA
8. ISK
9. GERD
10. Gastritis

2. Manajemen Asuhan (Flow of care)

a. Methode
1) Pengkajian (Head to Toe/per system)
2) Diagnose (PES/PE)
3) Perencaan

77
4) Implementasi
5) Evaluasi
a) Nursing process
b) Catatan perkembangan pasien (SOAP/SOAPIER)
6) Dokumentasi asuhan keperawatn
7) LP dan LK

C. Analisa Masalah SWOT

Berdasarkan hasil implementasi yang sudah dilakukan di Ruang


PATUHA Rumah Sakit Dustira dari tanggal 18 Februari – 21 Februari
2019, didapatkan hasil Analisa SWOT sebagai berikut:

Tabel 2.36 Analisis SWOT kajian Situasional Ruang PATUHA Rumah


Sakit Dustira

Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating


MAN
Kekuatan (S)
1. Jenis ketenagaan diruangan : 0.3 3 0.9
D3 Keperawatan 17 orang
2. Terdapat uraian tugas peran dan wewenang pada 0.3 3 0.9
masing-masing tenaga keperawatan (karu,
katim, ketua shift, PP).

S–W
1.8– 2,1 =
-0.3
(IFAS)
Total 0.6 1.8
Kelemahan (W)
1. 81% perawat masih berlatar belakang 0.4 3 1.2
pendidikan D3 Keperawatan
2. Perawat Ners hanya terdapat 2 orang,masih 0.2 3 0.6
kurang dari hasil perhitungan menggunakan
metode douglas

78
Total 0,7 2.1
Peluang (O)
1. RS memberikan kebijakan untuk memberikan 0.3 3 0.9
kesempatan tugas belajar dan pelatihan bagi
perawat ruangan
2. Adanya mahasiswa praktikan diruang Patuha 0.3 3 0.9
O–T
1.8 – 2.7 =
-0,9
Total 0.6 1.8 (EFAS)
Ancaman (T)
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0.5 3 1.5
pelayanan profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan 0.4 3 1.2
pentingnya kesehatan.
Total 0.9 2.7
MATERIAL
Kekuatan (S)
1. Tersedianya nurse station 0.3 4 1.2
2. Adanya administrasi di ruangan 0.1 3 0.3
3. Tersedia APD di ruangan (handscoon, masker, 0.2 4 0.8
dan barack shoot)
4. Tersedia handsrub di ruang perawat dan pasien 0.1 3 0.3
5. Tersedia laci obat untuk masing-masing pasien 0.1 3 0.3
S – W = 3,8
6. Adanya tempat sampah benda tajam, non 0.1 3 0.3
– 1,8 =2
infeksius dan infeksius di area Nurse station
7. Ruang tindakan terpisah dengan Nurse station 0.1 3 0.3
8. Tersedia identitas pasien di laci obat
0.1 3 0.3

Total 3.8
Kelemahan (W)
1. Tidak terdapat pengalas untuk tindakan 0.1 3 0.3
2. Tidak ada sampah plebot dan farmasi di ruang 0.2 3 0.6
3. Tidak terdapat informasi papan jaga perawat 0.1 3 0.3
4. Struktur organisasi yang belum di perbaharui
0.2 3 0.6

79
Total 1.8
Peluang (O)
1. Adanya kesempatan untuk penggantian alat- 0.5 3 1.5
alat yang tidak layak pakai dari rumah sakit
2. Adanya penyediaan alat kesehatan dari TNI AD
0.2 2 0.4
Bagian HANKAM (Pertahanan Keamanan)
3. Dapat bersaing dengan rumah sakit lain dengan
sarana prasarana yang cukup lengkap dan layak 0.3 4 1.2
pakai
O – T = 3,1
– 3 = 0,1

Total 3.1
Ancaman (T)
1. 6 dari 36 bed pasien tidak terdapat Plang bed 1 3 3
yaitu kamar 12 sebelah kanan, kamar 7 sebelah
kiri, kamar 2 sebelah kanan patah, kamar 3 sebelah
kanan dan kiri tidak ada, kamar 4 bed 1 selah
kanan, kamar 4 bed 2 keduanya tidak ada
Total 3
MONEY
Kekuatan (S)
• Selain gaji pokok, pegawai RS. Dustira Tingkat II 0,5 2 1
Cimahi juga mendapat upah intensif dan
remunisasi S–W

• Sistem penggajian yang berlaku di Rumah 0,2 2 1 (2 – 0)


Sakit sudah sesuai dengan yang seharusnya
=2
Total 2
Kelemahan (W)
- - -
Total 1
Peluang (O) O-T
Adanya program BPJS yang dapat diikuti oleh 0.5 3 1.5 O–T
semua warga Indonesia
Total 4 (1,5 – 0)
Ancaman (T) - - -
1. Tidak Ada = 1,5
Total -
MARKET

80
Kekuatan (S)

1. RS dustira masih terakreditasi paripurna 0.2 3 0.6


2. Angka kejadian HAIs/infeksi Nasokomial 0.5 3 1.5
pada bulan November-Januari adalah 0
3. Nilai AVLOS diruang Patuha pada tanggal 0.1 3 0.3
18-20 febuari 2019 adalah 2
4. Angka BTO diruang Patuha tanggal 18- 0.2 3 0.6
20febuari 2019 adalah 2
0.2 3 0.6
5. Angka KTD,KPC,KNC, dan kejadian
sentinel druang Patuha bulan November-
Januari 2019

Total 3.6
Kelemahan (W)

1. Perawat belum memberikan edukasi tentang 0.2 3 0.6


6 langkah cuci tangan pada saat pasien baru
datang
2. Sebagian perawat tidak memakai APD 0.2 3 0.6
(handscoon) pada saat pengambilan darah
pasien

TOTAL 1.2
Peluang (O)
1. Adanya mahasiswa praktik dari 0.8 2 1.6
institusi dalam bandung dari
berbagai kota O-T
Total 1.6 (1.6-1.5)
Ancaman (T) 0.5 3 1.5 = 0.1
1. penyebaran infeksi nonsokomial
terutama pada perawat karna minimnya
memakai APD (handscoon)
Total -
MATERIAL
Kekuatan (S)

Total
Kelemahan (W)

81
TOTAL
TOTAL
Ancaman (T)

TOTAL
METHODE
Kekuatan ( S )
1. RS Dustira memiliki visi, misi, dan motto ruangan dalam 0,4 3 1,2 S-W
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Sudah ada pendokumentasian asuhan keperawatan . 2 4 0.8 (2,6-
3. Timbang terima sudah berjalan sesuai SOP. 10,7
2 3 0.6
=
-8,1)

TOTAL 2.6
Kelemahan ( W )
1. Metode yang dipakai masih fungsional. 0,8 6 4.8
2. Penggunaan APD belum sesuai. 0.7 5 3.5

3. Perawat jarang mencuci tangan pada saat sebelum dan


0,6 4 2.4
sesudah tindakan.

82
TOTAL 10.7
Peluang ( O )
Adanya mahasiswa Ners Keperawatan yang praktik 0,2 3 0,6 O-T
manajemen Keperawatan di ruang Patuha.
(0,6-
0,9=
-0,3)
TOTAL 0.6
Ancaman ( T )
Persaingan antar RS yang semakin kuat dalam menuju 0,3 3 0.9
rumah sakit internasional

TOTAL 0.9

D. Identifikasi Masalah

E. Prioritas Masalah

F. Rencana Strategis (POA)

83

Anda mungkin juga menyukai