1
pada tahun 2017 memenuhi standar menjadi rumah sakit pendidikan. Rumah Sakit
Dustira mendapatkan predikat “The Best Hospital Service Excellent of the Year
2018” oleh Indonesian Entrepeneur Education Award.
2
c. Tugas
- Memberikan pelayanan kesehatan yang prima khususnya kepada satuan-
satuan dan personel TNI AD, PNS dan Keluarganya, umumnya kepada
anggota TNI lainnya serta masyarakat umum dan peserta BPJS
- Menjadi rumah sakit rujukan tertinggi dari rumah sakit dibawahnya
4. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
1) Instalasi Gawat Darurat dengan dokter jaga dan tenaga paramedik
professional serta didukung oleh dokter spesialis
2) Ambulan sesuai standar akreditasi
3) Radiologi
4) Laboratorium
5) Bank Darah
6) Farmasi/Apotek
b. Instalasi Rawat Jalan
1) Poli Anak
2) Poli Tumbuh Kembang
3) Poli Penyakit Dalam
4) Poli Bedah:
- Bedah Umum
- Bedah Urologi
- Bedah Orthopedi
- Bedah Syaraf
- Bedah Plastik
5) Poli Obstetric dan Gynaecology
6) Poli Penyakit Jantung
7) Poli Penyakit Gigi dan mulut
8) Poli Penyakit Mata
9) Poli Jiwa
10) Poli Penyakit Syaraf
11) Poli Penyakit THT
12) Poli Penyakit Kulit dan Kelamin
13) Poli VCT
3
c. Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Dustira memiliki Unit Perawatan Intensif dan 20 ruang perawatan
dengan kapasitas 536 tempat tidur
1) R.1 Guntur
2) R.2 Galunggung
3) R.3 Ciremai
4) R.4 Salak
5) R.5/6 Burangrang
6) R.Perina Kencana
7) R.7 Pangrango
8) R.9 Patuha
9) R.10 Malabar
10) R.11 Talaga bodas
11) R.12 Halimun
12) R.13 Cakrabuana
13) R.14 Haruman
14) Cikuray ( Dok Mil )
15) ICU / ICCU
16) HCU
17) PICU
18) NICU
19) Paviliun Siliwangi
20) Paviliun Pelangi :
- Pav.Anggrek
- Pav.Bugenvil
- Pav.Dahlia
- Pav.Flamboyan
- Pav.Mawar
- Pav.Melati
- Pav.Teratai
d. Penunjang Perawatan
1) Poli Gizi
2) Instalasi Rehabilitasi Medik
4
3) Fisioterapi
4) Laboratorium
5) Klinik Akupuntur dan Nyeri
6) Hemodialisa
7) Radiologi (USG, CT-Scan, Rontgen)
8) Endoskopi dan Colonoscopi
5
dalam suatu organisasi. struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi
kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam
pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
Menurut (Hasibuan, 2011) Struktur organisasi adalah suatu gambar
yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi
kedudukan dan jenis wewenang penjabat, bidang dan hubungan pekerjaan,
garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan system pimpinan
organisasi.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
struktur organisasi adalah penggambaran bagian-bagian, posisi-posisi, tugas
serta tanggungjawab dari perorangan dalam suatu organisasi yang
berbentuk bagan atau kerangka.
Ruang Patuha merupakan ruang penyakit dalam wanita kelas I,II, dan
III di Rumah Sakit Dustira. Ruang Patuha dibagi menjadi 13 ruang
perawatan ditambah 2 ruang observasi yang di pimpin oleh kepala ruangan.
Dalam mengelola ruang perawatan tersebut kepala ruangan dibantu oleh 2
orang perawat sebagai ketua tim (tim 1 dan tim 2). Tim 1 mengelola 8
ruang perawatan (kamar 1-7 ditambah 1 ruang observasi), tim 2 mengelola
7 ruang perawatan (kamari 8-13 ditambah 1 ruang observasi)
6
Struktur Organisasi Ruang Patuha Sebagai Berikut :
Kepala Ruang IX
Zr. Teti Kartini, S.Kep.
Ketua Tim I
Zr. Novia Triariani, S.Kep.Ners Ketua Tim II
Zr. Yuli Angraeni, Amd.Kep
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
- Zr. Linda Hidayanti, Amd.Kep
- Zr. Putri, Amd.Kep
- Zr. Oktaviana Utami, Amd.Kep
- Zr. Dewi Prasetiawati, Amd.Kep
- Zr. Nita Rukmawati, Amd.Kep
- Zr. Rani Dwi Ariani, Amd.Kep
- Zr. Lismardiyani, Amd.Kep
- Zr. Tintin Siti, Amd.Kep
- Zr. Septi Mega Yunita, Amd.Kep
- Zr. Zaza Maulika, Amd.Kep
- Zr. Vidya Octavianty S., S.Kep., Ners
- Zr. Tina Juliana, S.Kep,. Ners
- Zr. Nurul Islam Hermawan,Amd.Kep
- Zr. Heni
- Zr. Risma Setia, Amd.Kep
- Zr. Lingga
- Zr. Ayu
Administrasi
Lilis
7
2) Jumlah Dan Kualifikasi Ketenagaan
Jumlah tenaga di Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira keperawatan
dan non keperawatan :
a) Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Keperawatan
1. S1 Keperawatan 1 5%%
3. Ners 3 14%
Total 21 100 %
Dokter 2 50%
1.
Gizi 1 25%
2.
Administrasi 1 25%
3.
Total 4 100%
8
9
3) Kualifikasi Tenaga
JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT KLINIK RUANG PATUHA RUMAH SAKIT DUSTIRA
Tabel 2.3 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira
PRA PERAWAT KLINIS PERAWAT KLINIS PERAWAT KLINIS PERAWAT KLINIK PERAWAT KLINIS
PERAWAT KLINIS I II III IV V
- DIII Keperawatan - DIII keperawatan - DIII keperawatan - DIII keperawatan - Ners dengan - Ners spesilis I
atau ners atau Ners dengan dengan pengalaman kerja dengan pengalaman
- Pengalaman kerja - Pengalaman kerja pengalaman kerja pengalaman ≥13 tahun kerja≥4 tahun
0 tahun ≥1 tahun ≥4 tahun kerja≥10 tahun dan - Ners spesia;is I mempunyai
- Mempunyai - Mempunyai - Ners dengan mempunyai dengan sertifikat PK IV
sertifikat BHD sertifikat pra klinik pengalaman kerja sertifikat PKII pengalaman kerja - Ners spesialis II
≥3 tahun - Ners dengan ≥2 tahun (konsutan) dengan
- Mempunyai pengalaman kerja - Mempunyai pengalaman kerja 0
sertifikat PK I ≥7 thun dan sertifikat PK III tahun
mempunyai
sertifikat PK II
- Ners spesialis I
dengan
pengalaman kerja 0
tahun
10
11
PROSES MAPPING PERAWAT
Lama Sertifikat
Usia Pangkat/ Pendidikan Area
NO NAMA Kerja Kualifikasi
(Tahun) Golongan Terakhir Praktik Jenis Tahun
(Tahun)
1 Teti Kartini 51 PNS-IIIC 32 S.Kep Ruang Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life 2015 PK III
Patuha Support
2 Novia Tri Ariyani 41 PNS-IID NERS Ruang Pelatihan Insersi Kateter Intravena Perifer 2016
Patuha dengan Baik dan Benar
12
3 Vidya Octavianty 28 KHL 4 S.Kep,. Ners Ruang Pelatihan Bantuan Hidup Dasar 2017 PK I
Saefullah Patuha
Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2107
dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional
4 Tina Juliana 27 KHL 3 NERS Ruang Pelatihan Bantuan Hidup Dasar 2016 PK I
Patuha
Pelatihan Pengguanaan APAR 2016
5 Yuli Anggraeni 30 KHL 7 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2018 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional
13
7 Zaza Maulika 25 KHL 4 DIII Ruang Seminar Komunikasi Efektif Dalam 2017 PK I
Patuha Mendukung Peningkatan Pelayanan
Rumah Sakit
8 Nita Rukmawati 28 KHL 4 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional
10 Rani Dwi Ariani 28 KHL 6 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional
12 Tintin Siti 28 KHL 36 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK II
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional
14
Infeksi
13 Septi Mega Yunita 29 KHL 6 DIII Ruang Seminar Pencegahan Pengendalian Infeksi 2018 PK I
Patuha
Seminar Service Excellent dalam 2018
Keperawatan
14 Dewi Prasetiawati 37 KHL 7 DIII Ruang Seminar Optimasi Efektivitas STR Online 2017 PK I
Patuha dalam Percepatan Pengangkatan Mutu
Keanggotaan PPNI Terstandar Nasional
15 Linda Hidayanti 29 KHL 7 DIII Ruang Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life 2015 PK I
Patuha Support
15
Hermawan Patuha
2 Novia Tri Ariyani Ruang Patuha 1999/ AKPER Notokusuma 2017/STIKes 2018/STIKes
- -
Budi Luhur Budi Luhur
16
5 Yuli Anggraeni Ruang Patuha - - 2011/ STIKes Unjani - -
17
18 Nurul Islam Hermawan Ruang Patuha - - 2017/AKPER Dustira - -
Dari tabel 2.4 diatas didapatkan bahwa di Ruang PatuhaRumah Sakit Dustira terdapat 2 tingkat pendidikan S1 Keperawatan,
serta DIII Keperawatan. Dilihat dari pelatihan yang diikuti perawat,seluruh perawat memiliki ilmu yang terbilang up to date serta
sesuai dengan tugas yang akan dilakukan di ruangan dan sebagian besar masa kerja dan jenjang karir PK yang di dapat sudah sesua.
18
c) Tenaga Mahasiswa Praktik
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Mahasiswa Praktek
Kualifikasi Jumlah
Mahasiswa Keperawatan
STIKes Dharma Husada 7 orang
Bandung
1 18/02/2019 34 14 20 17 15 2
2 19/02/2019 21 28 30 21 7 2
3 20/02/2019 14 20 22 15 7 0
19
1. Metode Douglas
Tabel 2.7 Hasil Penghitungan Taksiran Perawat Metode Douglas
Shift
Ketergantungan
Pagi Siang Malam
1 Askep Minimal 17 2 34
3 0 4,15 0
Askep Agak
20
Berat
Kebutuhan Tenaga
= Jml Total Jam Perawatan : Jam Efektif Perawat
= 92,52 : 7,5= 12,34
Loss Day
= (Jml Hari + Cuti + Hari Besar) x jml Perawat tersedia
Jml Hari Kerja Efektif
= 86 x 12,34 = 3,57
2
9
7
Tugas Non Keperwatan
= (kebutuhan Tenaga + Loss Day) x 25%
= (12,34 + 3,57) x 25%
= 15,91 x 25%= 3,97
Taksiran Perawat
= 12,34 + 3,57 + 3,97 + 1 (KaRu)
= 20,88 ~ 21 Perawat
Proporsi
Proporsi Perawat :
= Profesional : Vokasional
= (55% x 21) : (45% x 21)
= 11,55 : 9,45= 12 : 9
21
Proporsi dinas Menurut Warstler :
Pagi : 47% x 21 = 9,87 ~ 9 Perawat
Siang : 36% x 21 = 7,56 ~ 8 Perawat
Malam : 17% x 21 = 3,57 ~ 4 Perawat
3. Metode Gillies
TP = A X B X 365
(365-C) x jam kerja/hari
Dimana :
A : jam efektif/24 jam (watu perawatan yg
dibutuhkanpasien)
B : sensus harian (jml pasien) BOR x TT
C : jml hari libur
365 : jml hari selama setahun
22
Senin 18/02/2019 = 34 pasien
Selasa 19/02/2019 = 30 pasien
Rabu 20/02/2019 = 22 pasien
BOR = ∑ Tempat Tidur Terpakai x 100%
= (34+30+22) x 100%
36 x 3
= 83 x 100%
108
= 76.85% =77%
TP = A x B x 365
(365-C) x jml kerja/hari
= 3.37 x 28 x 365
(365-86) x 7.5
= 34.44
2.09
= 16.48 = 16
Cadangan = 20% x 16.48 = 3.29
Maka :
- Total = 16.48 + 3.29 + 1 (karu) = 20.77 = 21
Perawat
- Proporsi Professional : Vokasional = (55% x 21) :
(45% x 21)
= 11.55 : 9.45
= 12Ners : 9 D.Kep
23
Proporsi Dinas menurut Warstler :
Pagi = 47% x 21 = 9.87 = 10 perawat
Siang = 36% x 21 = 7.56 = 7 perawat
Malam = 17% x 21 = 3.57 = 4 perawat
24
Tabel 2.10Pemetaan Tim Perawat
Shift
Metode
Pagi Siang Malam
Tim 1 Katim Katim
Katim
3 pp 1 pp
Tim 2 Katim Katim
Katim
3 pp 1 pp
PJ Shift 0 1 1
2. Money
25
Sumber pembayaran pasien Rumah Sakit Dustira Tingkat II
Cimahi berasal dari pasien umum, pasien BPJS dan pasien
Jamkesmas.
a. Pasien Umum
Pembayaran yang dilakukan sepenuhnya oleh pasien
b. Pasien Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Pekerja yang tidak termasuk point 1 yang bukan penerima upah. Termasuk
WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
1. Investor;
26
2. Pemberi Kerja;
3. Penerima Pensiun, terdiri dari :
4. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
5. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
6. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
7. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun
8. Penerima pensiun lain
9. Veteran
10. Perintis Kemerdekaan
11. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
12. Bukan Pekerja yang tidak termasuk point 1 sd 5 yang mampu
membayar iuran.
c. Pasien Jamkesmas
27
kebijakan Jamkesmas dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
28
BPJS kesehatan merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk menyelenggarakan
jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk
Pegawai Negeri Sipil, penerima pensiun PNS dan TNI/POLRI, veteran,
perintis kemerdekaan beserta keluarganya dan badan usaha lainnya ataupun
rakyat biasa.
PNS dan non PNS, alur penggajian PNS yaitu pemberian upah diberikan
oleh pemerintah, yang dibedakan jumlahnya sesuai pangkat dan golongan.
Sedangkan untuk pegawai non PNS diberikan upah oleh bagian rumah sakit
itu sendiri, menurut standar rumah sakit yang dibedakan sesuai lama
bekerja, dan pendidikan terakhir.
D. Insentif/Remunerasi
29
Bisnis Anggaran). Setelah RBA keluar dituangkan kedalam anggaran
diberikan akun dan MAP sebagai data akuntansi laporan keuangan.
Rancangan Anggaran Belanja Rumah Sakit yang meliputi :
2) Kelebihan bottom up
Peran masyarakat dapat optimal dalam mmberikan masukan atau ide- ide
kepada pemerintah dalam melanjankan suatu program
30
• Atasan tidak perlu bekerja secara optimal karena ada peran yang lebih
banyak
• masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang akan
digunakan dalam penyusunan anggaran
3) Kelemahan botton up
Atasan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu benar
Hasil dari suatu program tersebut belum tentu baik karena adanya
perbedaan tingkat pendidikan dan bisa dikatakan cukup rendah bila
dibandingkan pegawai pemerintahan
Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan lebih baik karena
adanya silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan
menyebabkan kerancuan bahkan salah faham antara masyarakat dengan taan
dikarenakan kurng jelasnya masing-masing tugas dan pemerintah dan juga
masyarakat.
3. Metode
1) Metode Tim
31
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua
tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model
ini akan berhasil baik bila didukung oleh kepala tim
b. Tanggungjawab anggota tim
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah
tanggungjawabnya
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
c. Tanggungjawab ketua tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarkan konferensi
d. Tanggungjawab Kepala Ruangan
Perencanaan
1) Menunjukkan ketua tim akan bertugas diruangan masing-
masing
2) Mengikuti serah terima pada shift sebelumnya
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien
4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama
ketua tim, mengatur penjadwalan, atau penugasan.
5) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6) Mengikuti vsite dokter
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan ,
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan asuhan keperawatan, dan menilai
32
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah.
8) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan
diri
9) Membantu terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit
Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas
3) Membuat rentang kendali kepala ruang membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
4) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan:
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari
5) Mengatur dan mengendalikan logistic
6) Mengatur dan mengenalikan situasi tempat praktik
7) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak
berada ditempat, kepada ketua tim
8) Memberikan wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi pasien
9) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
a. Kelebihan metode tim
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antara tim sehingga
konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan
kepada anggota tim
b. Kekurangan metode tim
33
Komunikasi antar anggota TIM terbentuk terutama
dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2) Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang
bertanggungjawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara sipembuat rencana asuhan dan
pelaksanaan. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan
dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
a. Konsep dasar keperawatan primer
1) Ada tanggungjawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Keterlibatan pasien dan keluarga
b. Tugas perawat primer
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan
pasien secara komprehensif
2) Melaksanakan tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama
dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain
maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
34
8) Melakukan rujukan kepada pekerja social,
kontak dengan lembaga sosisal dimasyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah
35
keperawatan klinik, accountable serta mampu
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
3) Metode kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh
kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh
perawat yang berbeda untuk stiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti isolasi, intensive care.
a. Kelebihan metode kasus
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) System evaluasi dari manajerial menjadi lebih
mudah
b. Kekurangan metode kasus
1) Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggungjawab\
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
4) Metode Fungsional
36
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat
masing perawat.
37
2) Perawat terampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
1) Tidak efektif
2) Membosankan
3) Pelayanan terputus-putus
4) Komunikasi minimal
Hasil analisa:
38
selama 3 hari di Ruangan Patuha RS DUSTIRA Bandung pada
1. Efektifitas dokumentasi
1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan,
39
kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana
yang telah ditentukan dalam standa praktik keperawatan
dari ANA (American Nurses Association)
(Handayaningsih, 2007).
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
mengenai pengalaman/respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual atau
potensial. Diagnosis keperawatan memberi dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil
akhir sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA
(North American Nursing Dianosis Association), 2012).
3) Rencana keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada
perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk
merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan
(Asmadi, 2008).
4) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan asuhan keperawatan ke dalam bentuk
intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk
40
menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan
melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan
pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan
kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
5) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil
evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil,
klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus
tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment)
(Asmadi, 2008).
Hasil analisa:
a. Pengkajian Keperawatan
41
wawancara kepada perawat. Pengkajian pasien dilakukan
b. Diagnosa Keperawatan
dokumentasi.
c. Rencana Keperawatan
kedalam dokumentasi.
42
d. Implementasi
e. Evaluasi (SOAP)
lengkap.
43
komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk
2) B (Background).
situasi, meliputi:
a) Daftar pasien
pembanding
44
3) A (Assessment/pengkajian)
yang terkini.
4) R (Recommendation)
Hasil analisa:
45
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya menurut Kemenkes RI
(2011) yaitu:
b. Penempatan/isolasi pasien
mengajarkan etika batuk atau cara batuk yang baik dan benar.
di sebelah kanan dan kiri dari nurse station serta tidak terdapat
46
ditempatkan di ruangan isolasi dan tidak satu ruangan dengan
1) Pemberian obat
pemeriksaan klinis
alert)
47
c. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1691/Menkes/Per/VIII/2011).
Hasil analisa:
48
untuk cuci tangan 6 langkah setelah. Untuk pengurangan
6) Struktur organisasi
KA RUANG 9
KA TIM 2
KA TIM 1
ZR. YULI ANGGRAENI,
ZR. NOVIA TRIARIANI, Amd.Kep
Amd.Kep
ZR. OKTAVIANA,
ZR. MEGA ZR. ZR. YANTI ZR. PUTRI, ZR. D
Amd.Kep
LINDA,Ammd Amd.Kep
ZR. HERNIAWATI
ZR. NITA, ZR. SEPTI, ZR. TI
Amd.Kep Amd.Kep ZR. DEWI, Amd
ZR. RIKE Amd.Kep ZR. RANI,
ZR. TINA , Amd.Kep
ZR. LISMA,
S.Kep.,Ners
Amd.Kep
49
ZR. ZR. ZA
VIDYA,S.Kep.,Ner Amd.K
s
Hasil analisa:
7) SOP
Tujuan SOP :
50
d) Melindungi organisasi atau unit kerja dan
petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lainnya.
e) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan,
duplikasi dan inefisiensi.
SOP sebagai berikut:
1. SOP memberi oksigen
tindakan.
51
3. SOP pengambilan darah
Berdasarkan analisa situasi yang dilakukan didapatkan
hasil bahwa di ruangan Patuha Rumah Sakit
Dustira,didapatkan bahwa tindakan sudah sesuai
dengan yang ada pada SOP untuk pengambilan darah,
perawat yang ada diruangan melakukan verifikasi data
dengan menanyakan identitas pasien sebelum tindakan,
menyiapkan alat, medekatkan alat, menjelaskan tujuan
dan cuci tangan sebelum serta sesudah tindakan namun
terdapat 2 orang perawat tidak memakai sarung tangan
ketika melakukan pengambilan darah.
4. Timbang Terima
Berdasarkan kajian situasi yang dilakukan selama 3
hari di Ruang Patuha Rumah Sakit Dustira bahwa
perawat di ruang patuha melakukan serah terima
pasien sesuai dengan SOP yang ada.
52
HasilAnalisa:
1. Visi
Menjadi ruang perawatan kebanggan prajurit, PNS
dan keluarga serta masyarakat umum dengan
berlandarkan asuhan keperawatan yang professional.
2. Misi
a. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan secara
komperhensif (bio-psiko-sosial-kultural) dengan
melibatkan klien dan keluargnya.
b. Melindung klien, pengunjung dan tenaga
kesehatan dari resiko infeksi Nosokomial.
c. Membudayakan kerjasama, komunikasi aktif
terapeutik antar petugas, pasien dan
keluarganya.
d. Menciptakan suasana lingkungan kerjasama
yang nyaman, aman dan harmonis bagi pasien
dan keluarganya
53
10) Instruksi Kerja Alat
Jumlah Kondisi
No NamaAlat yang Rusakberat
Bagus Rusakringan
tersedia
1 Monitor 1 - -
2 Timbanganbesar 1 - -
3 Timbangankecil 2 - -
4 Dorongantabungoksigen 1 - -
5 Steril 1 - -
6 Ligthar 0 - - -
7 EKG 1 - -
8 Baskom plastic 10 - -
9 Tabungoksigenkecil 1 - -
10 Standarinfus 36 - -
11 Tensimeter 2 - -
12 Stetoskop 2 - -
13 Nebulizer 1 - -
14 Kursirodapasien 4 - -
15 Brankar 1 - -
16 Korentang 1 - -
17 Bakikecil 2 - -
18 Guntingperban 1 - -
19 Manometer oksigen 4 - -
20 Pispot 10 - -
21 Tromol 3 - -
22 Komkecil 0 - - -
23 Kupetsedang 0 - - -
24 Tong spatel 1 - -
25 Thermometer digital 1 - -
26 Mayo 1 - -
27 Amubag 1 - -
28 Saturasioksigen 1 - -
29 Troly emergency 1 - -
30 Trollyobat 1 - -
31 Tourniquet 1 - -
32 Syringe Pump 1 - -
33 Infus pump 1 - -
54
34 Kursipenunggu 2 - -
35 Pinset 2 - -
36 Guntingjaringan 3 - -
37 Termometer scan 1 - -
38 Pinsetanatomis 2 - -
39 Pinsetcirurgis 2 - -
40 Bengkok 2 - -
41 Bak instrument 2 - -
42 Gerusanobat 0 - -
43 Arteriklem 2 - -
Datangsendiri
Dr. Praktek
Ruj. RS lain
Ruj.Puskesmas PENDAFTARAN
Pengantardarikesa
tuan
Poliklinik yang
Instalasirawatinap dituju
Dirawat Pulang
Ruang perawatan
rawatinap
55
Ya Perluberobatjala Tidak
n
1. PasienMasuk
56
a. Pasien datang
Datang sendiri
Dr. Praktek
Ruj. RS lain
Ruj.Puskesmas PENDAFTARAN
Pengantardarikesa
tuan
Kontrole UGD
Dirawat Pulang
Ruangperawatanr
awatinap
Ya Perluberobatjala Tidak
n
57
Bendahara
2. Pasien Masuk
a. Pasien datang
58
b. Perawat ruang rawat inap menerima pasien
1) Perawatruanganmenanyakankeadaanpasien;
4. Material
59
5. Market
1. Promosi kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dalam Pasal 1 menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan bahwa Pelayanan
Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.Mengacu kepada peraturan perundang-
undangan tersebut di atas, kiranya dapat dinyatakan bahwa di setiap rumah
sakit harus dilaksanakan upaya peningkatan kesehatan, salah satunya
melalui kegiatan promosi kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 / Menkes
/ SK / VII / 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
60
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan (Departemen kesehatan, 2012)
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat
melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah
sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi
rumah sakit promotor kesehatan (health promoting hospital). Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian
pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup
hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh pasien dan keluarganya
untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh
penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan keluarganya untuk
berperan serta secara positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan
penyakit. Karena itu penyuluhan kesehatan haruslah merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari program pelayanan kesehatan di rumah sakit dan
bukan merupakan bagian tambahan yang terlepas (fizran, 2013).Selain itu,
bagi Rumah sakit kegiatan promosi kesehatan dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, meningkatkan citra rumah sakit, meningkatkan
angka hunian rumah sakit Board Occupancy Rate (BOR).
Hasil Analisa :
61
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah
kesehatan, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka,
sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).
62
129/MenKes/SK/II/2008 standar angka kejadian HAIs rumah sakit adalah
< 1,5%. Angka kejadian health-care associated infections (HAIs) di ruang
63
1 Infeksi Decubitus
Infeksi nosocomial 0 0 0
2 Infeksi Phlebitis
Infeksi nosocomial 0 0 0
Infeksi nosocomial 0 0 0
Infeksi nosocomial 0 0 0
64
Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan di Ruang
Patuha adalah ruang perawatankelas I, II, dan III penyakit dalam wanitayang
berasal dari keluarga besar anggota TNI dan masyarakat umum, dengan
klasifikasi tipe pembayaran pasien Umum, BPJS Non PBI dan BPJS PBI.
Rumus :
Tabel 2.15. Hasil BOR Bulan Oktober –Desember 2019 Ruang Patuha
RS Dustira
65
No Bulan Jumlah BOR (%)
Hari
rawat
1. 18 februari 36 31
2019
2. 19 februari 36 30
2019
3 20 februari 36 22
2019
66
b. AvLOS (Average Length of Stay)
AvLOS (Average Length of Stay) menurut depkes RI adalah rata-
rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan.Secara umum nilai AvLOS yang ideal menurut Kemenkes
adalah 6-9 hari.Menurut Nursalam (2012) standar nasional AVLOS
adalah 1 – 10 hari.
Rumus :
Jumlah lama dirawat
1. 18-21 Februari 83 2
2019
Penjelasan :
= = 2,37 = 2
67
Berdasarkan hasil AvLOS yang diperoleh di Ruang Patuha pada 3
hari menurut standar nasional dalam Nursalam (2012)sudah ideal atau
sudahsesuai dengan standar.
Rumus :
(Jumlah tempat tidur X periode) – (hari perawatan)
RS Dustira
Jumlah pasien keluar hidup + mati
1. 18-20 Februari 83 1
2019
Penjelasan :
68
Jumlah pasien keluar hidup + mati
(36 x 3) – (83) 25
= = 0,71 = 1
35 35
Rumus :
RS Dustira
Jumlah tempat tidur
69
1. 18-20 Februari 2019 35 1
Penjelasan :
= = 0,97 = 1
4. Indikator mutu
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara
efisien dan efektif sesuai standar profesi, standar pelayanan yang
dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien,
memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil penelitian dalam
pengembangan pelayanan kesehatan atau keperawatan sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2015).
Jenis-jenis insiden keselamatan pasien (Depkes, 2008) :
70
c. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Kejadian nyaris cedera adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelem obat
diberikan kepada pasien.
d. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tetpi belum terjadi
insiden.Misalnya obat-obatan LASA (Look, Alike, Sound, Alike) disimpan
berdekatan.
e. Kejadian Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius. Biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti : operasi pada tubuh yang salah.
5. Patient safety
Keselamatan pasien (pasien safety) RS adalah suatu sistem dimana
RS membuat asuhan pasien lebih aman (Depkes, 2008).Meliputi : asesmen
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tidak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan resiko
(peraturan menteri kesehatan indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2012
tentang keselamatan pasien RS.
71
KTD bisa disebabkan oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat
yang tinggi, alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang
tepat dan sebagainya (Nursalam, 2015).
72
No Bulan Presentase
1. Agustus 83%
2. September 83,5%
3. Oktober 84%
4. November 85%
5. Desember 86%
No Bulan Presentase
1. Agustus 82,5%
2. September 83%
3. Oktober 83,5%
4. November 84%
5. Desember 84,5%
b. IPSG
Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1) Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
73
2) Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang
efektif)
3) Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4) Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5) Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6) Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karena jatuh) (Aprilia, 2011)
Hasil Analisis :
74
Hasil observasi yang dilakukan didapatkan hasil bahwa perawat
sudah melakukan cuci tangan dengan benar tetapi sayangnya tidak
dilaksanakan 5 moment. Perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum
tindakan dilakukan tetapi ketika tindakan telah dilakukan perawat mencuci
tangannya.Dalam penggunakan APD belum maksimal diterapkan
.perawatjarang menggunakan handscoon dalam penanganan pasien.
f. the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh) (Aprilia, 2011).
1) Terdapat 6 kasur tempat tidur yang tidak mempunyai bed plang.
2) Sudah terdapat format untuk penilaian pasien jatuh di buku status
pasien, tetapi tidak dilakukan pemeriksaan ulang resiko jatuh setiap 3
hari atau sewaktu-waktu bila ada perubahan.
3) Semua pasien sudah memakai gelang identitas yang sesuai dengan
ketentuan dari kebijakan rumah sakit yang terdiri dari nama, no RM,
dan tanggal lahir.
4) Belum tersedianya penanda resiko jatuh pada bed pasien
Manajemen Pelayanan Keperawatan di Ruang Patuha RS Dustira
75
pasien/ responden (n)= 17 orang pasien didapatkan hasil pasien puas
sebanyak 11 pasien (64,7 %) dan sangat puas sebanyak 6 pasien (35,3%).
Indikator Mutu
76
untuk pasien perempuan berwarna pink. Kunjungan pasien
diruangan terdapat beberapa kamar yang dikunjungi sekitar ± 2-3
orang/pasien yang sesuai dengan jam besuk yang sudah ditentukan
yaitu dari 10.00-12.00 dan dari jam 16.00-18.00 WIB.
6. Kasus Ruangan
Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang dilakukan di Ruang
Patuha RS Dustira, 5 kasus terbesar yang terdapat di Ruang Patuhapada bulan
Februari tahun 2019adalah sebagai berikut :
1. DHF
2. Typoid
3. Diabetes mellitus
4. CKD
5. Anemia
6. Hepatitis
7. GEA
8. ISK
9. GERD
10. Gastritis
a. Methode
1) Pengkajian (Head to Toe/per system)
2) Diagnose (PES/PE)
3) Perencaan
77
4) Implementasi
5) Evaluasi
a) Nursing process
b) Catatan perkembangan pasien (SOAP/SOAPIER)
6) Dokumentasi asuhan keperawatn
7) LP dan LK
S–W
1.8– 2,1 =
-0.3
(IFAS)
Total 0.6 1.8
Kelemahan (W)
1. 81% perawat masih berlatar belakang 0.4 3 1.2
pendidikan D3 Keperawatan
2. Perawat Ners hanya terdapat 2 orang,masih 0.2 3 0.6
kurang dari hasil perhitungan menggunakan
metode douglas
78
Total 0,7 2.1
Peluang (O)
1. RS memberikan kebijakan untuk memberikan 0.3 3 0.9
kesempatan tugas belajar dan pelatihan bagi
perawat ruangan
2. Adanya mahasiswa praktikan diruang Patuha 0.3 3 0.9
O–T
1.8 – 2.7 =
-0,9
Total 0.6 1.8 (EFAS)
Ancaman (T)
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0.5 3 1.5
pelayanan profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan 0.4 3 1.2
pentingnya kesehatan.
Total 0.9 2.7
MATERIAL
Kekuatan (S)
1. Tersedianya nurse station 0.3 4 1.2
2. Adanya administrasi di ruangan 0.1 3 0.3
3. Tersedia APD di ruangan (handscoon, masker, 0.2 4 0.8
dan barack shoot)
4. Tersedia handsrub di ruang perawat dan pasien 0.1 3 0.3
5. Tersedia laci obat untuk masing-masing pasien 0.1 3 0.3
S – W = 3,8
6. Adanya tempat sampah benda tajam, non 0.1 3 0.3
– 1,8 =2
infeksius dan infeksius di area Nurse station
7. Ruang tindakan terpisah dengan Nurse station 0.1 3 0.3
8. Tersedia identitas pasien di laci obat
0.1 3 0.3
Total 3.8
Kelemahan (W)
1. Tidak terdapat pengalas untuk tindakan 0.1 3 0.3
2. Tidak ada sampah plebot dan farmasi di ruang 0.2 3 0.6
3. Tidak terdapat informasi papan jaga perawat 0.1 3 0.3
4. Struktur organisasi yang belum di perbaharui
0.2 3 0.6
79
Total 1.8
Peluang (O)
1. Adanya kesempatan untuk penggantian alat- 0.5 3 1.5
alat yang tidak layak pakai dari rumah sakit
2. Adanya penyediaan alat kesehatan dari TNI AD
0.2 2 0.4
Bagian HANKAM (Pertahanan Keamanan)
3. Dapat bersaing dengan rumah sakit lain dengan
sarana prasarana yang cukup lengkap dan layak 0.3 4 1.2
pakai
O – T = 3,1
– 3 = 0,1
Total 3.1
Ancaman (T)
1. 6 dari 36 bed pasien tidak terdapat Plang bed 1 3 3
yaitu kamar 12 sebelah kanan, kamar 7 sebelah
kiri, kamar 2 sebelah kanan patah, kamar 3 sebelah
kanan dan kiri tidak ada, kamar 4 bed 1 selah
kanan, kamar 4 bed 2 keduanya tidak ada
Total 3
MONEY
Kekuatan (S)
• Selain gaji pokok, pegawai RS. Dustira Tingkat II 0,5 2 1
Cimahi juga mendapat upah intensif dan
remunisasi S–W
80
Kekuatan (S)
Total 3.6
Kelemahan (W)
TOTAL 1.2
Peluang (O)
1. Adanya mahasiswa praktik dari 0.8 2 1.6
institusi dalam bandung dari
berbagai kota O-T
Total 1.6 (1.6-1.5)
Ancaman (T) 0.5 3 1.5 = 0.1
1. penyebaran infeksi nonsokomial
terutama pada perawat karna minimnya
memakai APD (handscoon)
Total -
MATERIAL
Kekuatan (S)
Total
Kelemahan (W)
81
TOTAL
TOTAL
Ancaman (T)
TOTAL
METHODE
Kekuatan ( S )
1. RS Dustira memiliki visi, misi, dan motto ruangan dalam 0,4 3 1,2 S-W
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Sudah ada pendokumentasian asuhan keperawatan . 2 4 0.8 (2,6-
3. Timbang terima sudah berjalan sesuai SOP. 10,7
2 3 0.6
=
-8,1)
TOTAL 2.6
Kelemahan ( W )
1. Metode yang dipakai masih fungsional. 0,8 6 4.8
2. Penggunaan APD belum sesuai. 0.7 5 3.5
82
TOTAL 10.7
Peluang ( O )
Adanya mahasiswa Ners Keperawatan yang praktik 0,2 3 0,6 O-T
manajemen Keperawatan di ruang Patuha.
(0,6-
0,9=
-0,3)
TOTAL 0.6
Ancaman ( T )
Persaingan antar RS yang semakin kuat dalam menuju 0,3 3 0.9
rumah sakit internasional
TOTAL 0.9
D. Identifikasi Masalah
E. Prioritas Masalah
83