Disusun Oleh:
Nama : TITIN SUMANTI
NIM : 4006180003
Pembimbing Akademik
( )
I. Defenisi
1
2
II. Etiologi
3. RAS
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap aterosklerosis daripada orang
kulit putih.
4. Riwayat Keluarga
c. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard, disebabkan tiga faktor;
1. Pembuluh darah
Berkaitan dnegan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darha
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang mempengaruhi kepatenan
pembuluh darah yaitu; athelerosclerosis, spasme, arteritis.
2. Spasme pembuluh darah
Dipengaruhi pengkonsumsian obat-obatan tertentu, stress emosional
atau nyeri, terpapar suhu dingin yang ekstrim, dan merokok.
3. Sirkulasi
Berkaitan dengan faktor pemompaan dan volume darah yang
dipompakan, stenosis atau insufisiensi yang terjadi pada beberapa
bagian katup jantung menyebabkan suplasi oksigen tidak adekuat.
4. Darah
Jika daya angkut darah berkurang, maka suplai oksigen tetap tidak
cukup walaupun pembuluh darah dan pemompaan jantung bagus.
d. Meningkatnya kebutuhan oksigen
Pada orang yang mengidap penyakit jantung, mekanisme kompensasi
(meningkatnya denyut jantung untuk meningkatkan COP saat meningkatnya
kebutuhan oksigen) dapat memicu terjadinya infark, karena kebutuhan
oksigen meningkat sedangkan suplay oksigen tidak bertambah. Hipertrofi
miokard dapat memicu terjadinya infark, karen apemompaan jantung tidak
efektif.
1. Nyeri
a. Gejala uatama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus menerus tidak mereda, biasanya di rasakan diatas region
sternal bawah dan abdomenbagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri
tidak tertahan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan 9biasanya
lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istrahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang mrenyertai diabetes dapat
mengganggu neurureseptor.
2. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung:
Pemeriksaan enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
5
IV. Patofisiologi
V. Pathway
Aterosklerosis, Trombus,
Konstriksi arteri koronaria
VI. Penatalaksanaan
1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna, makanan lunak/saring serta
rendah garam (bila gagal jantung).
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.
b. Lain-lain : Nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
c. Oksigen 2-4 liter/menit.
d. Sedative sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6. Antikoagulan :
a. Heparin 20.000-40.000 u/24 jam iv tiap 4-6 jam atau drip iv
dilakukan atas indikasi
b. Diteruskan asetakumoral atau warfarin
c. Streptokinase / trombolisis.
7. Bowel care : laksadin
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat
diberikan sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis,
kematian dapat diturunkan sebesar 40%.
9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas.
b) Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
- Tekanan darah
10
Tanda :
11
d) Eliminasi
f) Higiene
g) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak
berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan
viseral).
Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal, precordial, dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya
seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas :
“Crushing” menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas :
12
Catatan :
Nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia
i) Pernafasan:
Gejala :
Dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat
Dispnea nocturnal
Tanda :
Pucat, sianosis
j) Interaksi social
Gejala :
Stress
Tanda :
Menarik diri.
13
B. Analisa Data
- Iritabilitas
- Napas cuping hidung suplai & Kebutuhan O2
- Gelisah ke jantung tidak
- Samnolen seimbang
- Takikardia
Metabolisme anaerob
Gangguan pertukaran
Gas
Metabolisme anaerob
Fatique
Intoleransi Aktifitas
15
C. Masalah Keperawatan
1. .Nyeri Akut
2. Gangguan pertukaran gas.
3. Intoleransi Aktivitas
D. Diagnosa Keperatan
1. Nyeri berhubungan dengan jaringan miokardial iskemik.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan timbunan asam
laktat meningkat.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan fatique.
E. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Rasional
NOC NIC
o Keperawatan
1. Nyeri berhubungan Pain level 1. Monitor nyeri secara komprehensif. 1. Mengetahui sejauh mana skala nyeri
dengan jaringan Pain control 2. Observasi reaksi nonverbal dari yang dirasakan.
miokardial iskemik Confort level ketidaknyamanan 2. Mengetahui skala nyeri yang
Kriteria Hasil: 3. Kontrol lingkungan yang dapat dirasakan oleh pasien
mempengaruhi nyeri seperti suhu 3. Mencegah terjadinya reaksi nyeri
a. Mampu mengontrol nyeri ruangan, pencahayaan dan yang berulang
b. Melaporkan bahwa nyeri kebisingan 4. Berkurangnya nyeri dapat
berkurang dengan 4. Berikan analgesik untuk meredakan menenangkan pasien
menggunakan manajemen nyeri 5. Memberikan alternatif lain dalam
nyeri 5. Kolaborasi dengan dokter bila ada penanganan nyeri.
c. Mampu mengenali nyeri keluhan dan tindakan nyeri tidak
(skala, intensitas, frekuensi berhasil.
dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman
setelh nyeri berkurang.
2 Gangguan pertukaran Respiratory status: Gas Airway Management Airway Management
gas berhubungan exchange
dengan timbunan Respiratory status: 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik 1. Memudahkan sirkulasi udara bagi
ventilation chint lift atau jaw thrust bila perlu pasien yang tidak sadar
asam laktat meningkat 2. Posisikan pasien untuk 2. Posisi pasien yang sesuai membantu
Vital sign status
Kriteria Hasil: memaksimalkan ventilasi ventilasi yang baikbagi pasien
3. Identifikasi pasien perlunya 3. Menentukan indikasi pemasangan alat
a. Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas buatan bantu nafas
16
peningkatan ventilasi dan 4. Pasang mayo bila perlu 4. Mematenkan jalan nafas pada pasien
oksigenasi yang adekuat 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu yang tidak sadar
b. Memelihara kebersihan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau 5. Membantu pengeluaran sekret dari
paru-paru dan tanda-tanda suction dalam paru
distres pernafasan 7. Auskultasi suara nafas dan catat 6. Mengurangi sumbatan jalan nafas
c. Mendemonstrasikan batuk adanya suara tambahan 7. Mengidentifikasi adanya masalah
efektif dan suara nafas yang 8. Lakukan suction pada mayo pada organ pernafasan
bersih, tidak ada sianosis 9. Berikan bronkodilator bila perlu 8. Mencegah sumbatan jalan nafas serta
dan dispnea (mampu 10. Monitor respirasi dan status O2 aspirasi
mengeluarkan sputum, 9. Membantu membuka jalan nafas
mampu bernafas dengan 10. Memantau pemenuhan kebutuhan
mudah, tidak ada pursed Respiratory Monitoring oksigenasi pasien
lips) 1. Monitor rata-rata kedalaman, irama
d. Tanda-tanda vital dalam dan usaha respirasi
rentang normal. Respiratory Monitoring
2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot 1. Pemantauan respirasi secara tepat
tambahan, retraksi otot dapat menentukan intervensi
supraclavicular dan intercostal keperawatan selanjutnya yang tepat
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur 2. Penggunaan otot tambahan pernafasan
4. Monitor pola nafas saat bernafas menggambarkan adanya
5. Catat lokasi trakea indikasi kelemahan dalam respirasi
6. Tentukan kebutuhan suction dengan 3. Memantau suara tambahan pernafasan
mengauskultasi crakles dan ronkhi 4. Mengetahui kebutuhan oksigenasi
pada jalan nafas utama pasien
7. Auskultasi suara paru setelah 5. Lokasi trakea yang abnormal
dilakukan tindakan menandakan adanya tension
pneumotorak
6. Membersihkan jalan nafas sesuai
17
lokasi sekret
7. Mengetahui keberhasilan tindakan
keperawatan
3 Intoleransi Aktivitas Energy Conservation Activity Therapy 1. Pemilihan terapi aktivitas yang tepat
berhubungan dengan Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan tenaga dengan kolaborasi dapat membantu
fatique. Self care: ADLs rehabilitasy medik dalam mempercepat proses pemulihan dan
Kriteria Hasil: merencanakan program terapi yang penyembuhan
tepat 2. Melakukan aktivitas yang sesuai
a. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi kemampuan klien akan mencegah
aktivitas fisik tanpa disertai aktivitas yang mampu dilakukan terjadinya penggunaan energi yang
peningkatan tekanan darah, 3. Bantu klien untuk membuat jadwal berlebihan
nadi dan respirasi latihan diwaktu luang 3. Membantu klien dalam proses
b. Mampu melakukan 4. Bantu klien/keluarga untuk pemulihan secara bertahap dan tepat
aktivitas sehari-hari (ADLs) mengidentifikasi kekurangan dalam 4. Untuk mengetahui batasan
secara mandiri beraktivitas kemandirian dan kemampuan klien
c. Tanda-tanda vital normal 5. Monitor respon fisik, emosi, sosial dalam beraktivitas, serta menentukan
d. Sirkulasi status baik dan spiritual. penggunan alat bantu kesehatan yang
sesuai
5. Respon klien terhadap tindakan yang
diberikan akan membantu proses
evaluasi program yang tengan
dijalankan, apakah berjalan sesuai
tujuan atau perlu dimodifikasi.
18
19
8. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.