Anda di halaman 1dari 112

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk memperoleh tenaga

kesehatan yang bermutu, yang mampu mengemban tugas untuk

mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan pembaharuan dalam rangka

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat secara

optimal.

Salah satu institusi kesehatan yang menghasilkan tenaga kesehatan

adalah Diploma III (D3) Teknologi Laboratorium Medik Jurusan Analis

Kesehatan Universitas Ma’arif Hasyim Latif (UMAHA), yang

menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga Analis Kesehatan

yang mampu bekerja sebagai pelaksana dalam sistem pelayanan kesehatan

khususnya yang bergerak di bidang pelayanan Laboratorium.

Untuk menghasilkan tenaga Analis Kesehatan tersebut maka

penyelenggaraan pendidikan, terutama proses belajar mengajar perlu

ditingkatkan secara terus menerus kualitasnya. Dan dalam upaya

meningkatkan proses belajar mengajar bagi mahasiswa tingkat akhir Jurusan

Analis Kesehatan, perlu diberikan pengetahuan dan wawasan agar memiliki

penguasaan pengetahuan (Kognitif) dan keterampilan (Psikomotor) yang

dapat dipratekkan secara utuh di lapangan.

1
2

Untuk itu pada semester akhir sesuai dengan kurikulum Jurusan Analis

Kesehatan UMAHA, diselenggarakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan

(PKL). Kegiatan PKL bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dan mempraktekkan secara

nyata pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada tahap pendidikan,

disertai dengan sikap profesional di bidang laboratorium kesehatan. Dasar

hukum dilaksanakannya kegiatan PKL yaitu :

1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl No.0844/SJ/Diknakes/VII/1986

tanggal 18 juli 1986, tentang pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

pendidikan tenaga kesehatan di unit-unit pelayanan kesehatan.

2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02.3.1.0467 A

tanggal 14 Februari 1997 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Program Diploma HI Kesehatan di lingkungan Departemen Kesehatan.

3. Surat Menteri Kesehatan Rl. No. HK. 00.06. 1.1.A 582 tanggal 14

Februari 1998 tentang Kurikuium Nasional Pendidikan Dll Analis

Kesehatan .

4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. 235/Menkes/SK/IV/1997

tentang Organisasi dan Tata Kerja Akademi Analis Kesehatan.

1.2. Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah di

Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

1.3. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanaan mulai

tanggal 02 Mei 2018 sampai dengan 31 Mei 2018


3

1.4. Tujuan PKL

1.4.1. Tujuan Umum

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memperoleh pengalaman dan mempraktekkan secara nyata

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pada setiap tahap

pendidikan, penguasaan pengetahuan, komunikasi dan keterampilan

yang telah diperoleh disertai sikap profesional sesuai dengan

profesinya.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan administrasi (Pemeriksaan dan Pelayanan)

Laboratorium di Rumah Sakit, Balai Laboratorium, Industri

Makanan/Minuman, dan Instansi-instansi yang ada kaitannya

dengan bidang Analis.

b. Melaksanakan profesi Analis Laboratorium di Rumah Sakit,

Balai Laboratorium, Industri Makanan dan Minuman, dan

instansi-instansi yang ada kaitannya dengan bidang Analis.

1.5. Manfaat PKL

a. Meningkatkan keterampilan dalam merencanakan, mempersiapkandan

pengambilan sampel atau spesimen, menandakan pemeriksaan secara

Kimiawi, Klinis, Parasitologi dan Mikrobiologi,

b. Meningkatkan motivasi mahasiswa tentang manfaat pemeriksaan

Laboratorium.

c. Melatih pengembangan kerja sama dengan tenaga kesehatan.

111
4

d. Melatih dan mengembangkan sikap dan keterampilan mahasiswa dalam

memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan Laboratorium.

1.6. Tata Kerja

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalasi

Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.

Pelaksanaan PKL di Rumah Sakit Umum Haji dilakukan setiap hari senin-

minggu dalam tiga shift yang dimulai pada :

 Shift pagi pukul 07.00 – 14.00 WIB

 Shift sore pukul 14.00 – 21.00 WIB

 Shift malam pukul 21.00 – 07.00 WIB.

1.7. Jenis Pemeriksaan yang Dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit

meliputi :

1. Hematologi

2. Kimia Klinik

3. Mikrobiologi

4. Immunologi

5. Urinalisa

6. Bank Darah
BAB II

SEJARAH BERDIRINYA

RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

2.1. Latar Belakang Berdirinya Rumah Sakit Haji Surabaya Dan

Perkembangannya

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan salah satu rumah sakit

yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif disamping rumah sakit

umum daerah dr. Soetomo Surabaya. Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

berdiri dan diresmikan oleh bapak Presiden Soeharto pada tanggal 17 April

1993. Meskipun terdapat label “Haji”,rumah sakit ini tidak hanya terbatas

melayani jemaah haji saja, namun sekedar mengingatkan pada sejarah

berdirinya yang tidak lepas dan tragedi jemaah haji saja, namun sekedar

mengingatkan pada sejarah berdirinya yang tidak lepas dan tragedi jemaah

haji Indonesia di Mina kurang lebih sekitar 25 tahun yang lalu. Sebutan

tambahan sebagai rumah sakit umum tentu saja diharapkan mampu lebih

memasyarakatkan "Al - Muaisim" Mina itu.

Adapun beberapa pembangunan dan renovasi gedung atau

fasilitas yang dilakukan rumah sakit umum haji Surabaya dari tahun

2.1.1. Tahun 1994 – 1995

Dibangun

1. Gedung rehabilitasi medik

2. Gedung gas medic


5
6

3. Unit pengelolaan limbah

2.1.2. Tahun 1995 – 1996

1. Dibangun gedung rawatb inap sampai lantai 4

2. Dibeli stavolt

2.1.3. Tahun 1996 - 1997

Semakin dimantapkan gedung, obat dan meubeler. Dalam

perkembangan saat ini rumah sakit umum Surabaya setara dengan

rumah sakit umum kelas B non pendidikan.

2.1.4. Tahun 1998

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya telah berkembang dari rumah

sakit Tipe C menjadi Tipe B pada tanggal 7 Desember 1998.

2.1.5. Tahun 2001 – 2004

Telah dibangun gedung rawat jalan 4 lantai, yang masing - masing

poll rawat jalan telah ditangan dokter - dokter.

2.1.6. Tahun 2004 – 2006

Telah dibangun parkir 5 lantai, untuk menampung 100 mobil dan

280 sepeda motor.

2.1.7. Tahun 2006 – 2007

Dibangun gedung Diagnostik Centre 8 lantai dan diproses menjadi

Rumah Sakit tipe B Pendidikan.


2.2.Visi dan Misi

2.2.1 Visi

Rumah Sakit Pilihan Masyarakat, Prima dan Islami dalam

Pelayanan yang berstandar Internasional didukung pendidikan dan

penelitian yang berkualitas.

2.2.2. Misi

 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan menuju Standar

Internasional didukung pendidikan dan penelitian yang

berkualitas.

 Menyediakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang profesional,

jujur, amanah dan mengutamakan kerja sama.

 Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan

IPTEKDOK.

 Meningkatkan kemandirian Rumah Sakit dan Kesejahteraan

pegawai.

2.2.3. Motto

“ Menebar Salam dan Senyum dalam Pelayanan. ”

2.3. Wilayah Kerja

Surabaya dengan jumlah penduduk sebanyak 2.473.272

orang dan sektor Surabaya (Gersik, Sidoarjo, Madura, Mojokerto,

Lamongan) sebanyak 5.852.818 orang berdasarkan sensus penduduk

tahun 1990Dalam usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan jamaah

haji setiap tahun Rumah Sakit Umum Haji Surabaya mempunyai tugas

untuk memberikan pelayanan kesehatan rujukan kepada jamaah haji

111
8

embarkasi atau debarkasi Juanda Surabaya yang berasal dari Bali, NTT,

Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan sebagian Jawa Tengah

2.4. Catatan Dan Kedudukan

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya merupakan unit pelaksanan

teknis dinas kesehatan daerah yang berada dibawah dan tanggung jawab

langsung kepada Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Timur. Rumah Sakit Umum Haji Surabaya berada di Ibu Kota Propinsi

Jawa Timur yang beralamat di Manyar Kertoadi Surabaya. Mekanisme

kerja Rumah Sakit Umum Haji Surabaya mengacu pada keputusan

Menteri Kesehatan Rl No. 983 dan SK Dirjen Pelayanan Medik Nomor

881-2-2-VI-93 tanggal 13 Juli 1993 tentang petunjuk pelaksanaan kerja

penyusunan organisasi dan tat kerja Rumah Sakit Umum dengan SK

Mendegri no 22 tahun 1994 tentang pedoman organisasi dan tata kerja

tentang rumah sakit umum daerah, dalam perjalanan Rumah Sakit

Umum Haji Surabaya setara dengan rumah sakit umum kelas B Non

pendidikan.

2.5. Tugas Pokok Dan Struktur Organisasi Laboratorium Rumah

Sakit Umum Haji Surabaya

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya mempunyai tugas pokok yaitu

melaksanakan pelayanan kesehatan dan penyembuhan penderita serta

pemulihan keadaan cacat badan maupun jiwa. Tugas pokok yang

dimaksud dilaksanakan melalui upaya kesehatan yang efektif dan efisien

dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif), pencegahan akibat


penyakit (prefektif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) serta

melaksanakan upaya rujukan.

Rumah Sakit Umum Haji Surabaya mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan usaha pelayanan medik.

b. Melaksanakan usaha pencegahan penyakit dan peningkatan

pelayanan kesehatan.

c. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik.

d. Melaksanakan usaha pelayanan penunjang medik dan non medik.

e. Melaksanakan usaha perawatan.

f. Melaksanakan usaha rujukan.

g. Sebagai tempat pendidikan dan penelitian.

h. Melaksanakan pelayanan medik dasar dan medik dasar dan

medikspesialistic.

111
10

STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

DIREKTUR
Dr. drg. Sri Agustina Ariandani, M.Kes

WAKIL DIREKTUR PENUNJANG


MEDIS DAN DIKLAT

KEPALA INSTALASI SMF PATOLOGI KLINIK


dr. Nik Marukah, Sp.PK dr. Rahmania A, Sp.PK

KEPALA RUANGAN

Tonny Watoyani, AMAK, S.Si

SEKRETARIS
 Pelaksana Administrasi
Edi Wahyudi
 Pelaksana Logistik
Yeni Iriani, Amd.AK, S.KM
 Pelaksana SDM
Benita Wijiastuti, Amd, AK

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


MIKROBIOLOGI BLOOD BANK CITO/EMERGENCY RUTIN/ELEKTIF
Heru Dwi Djatmiko, Nunik Hidayati, Samsul Safrudin, Ernawati Amd.AK,
Amd.AK Amd.AK Amd.AM S.ST

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA


URINALISA KIMIA KLINIK HEMATOLOGI IMUNOLOGI
Sugeng Wibowaskito, Taufik Wahyudi, Tatik Dwi S, Amd.Ak Retno Foury, Amd.Ak
AMd.Ak, S.ST AMd.Ak
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Pada umumnya pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium

Rumah Sakit Haji Surabaya dibedakan menjadi 2, yakni : Pemeriksaan untuk

sampel rawat jalan dan pemeriksaan untuk sampel pasien rawat inap, hal ini dapat

dilihat dari proses pelaksanaan administrasi. Adapun penjelasannya adalah :

A. Rawat Jalan

- Administrasi

Pasien rawat jalan akan melakukan pemeriksaan laboratorium baik

itu melalui rujukan dokter, bidan, petugas kesehatan maupun atas

permintaan sendiri harus melakukan pendaftaran pada bagian registrasi

atau kasir, setelah mendapatkan blangko yang berisi Nomor Register,

Nomor Lab dan permintaan pemeriksaan, pasien melakukan sampling di

ruang sampling. Waktu Pelayanan administrasi pendaftaran pada hari

Senin sampai dengan Jum’at mulai pukul 07.00 - 12.00 WIB.

B. Rawat Inap

- Administrasi

Pasien rawat jalan yang akan melakukan pemeriksaan

laboratorium, tanpa harus melakukan proses registrasi, karena sudah

melakukan proses registrasi diawal. Biasanya sampel akan diambil dan

diantar oleh petugas ruangan. Waktu pelayanan 24 jam.

3.1 Ruang Kasir Atau Registrasi

1) Menerima dan mencatat suatu permintaan (surat pengantar) dari dokter,

bidan, petugas kesehatan maupun permintaan lisan dari pasien.

11
12

2) Mencatat penerima pasien dan membuat rekap harian.

3) Memberikan dan mengisi blangko pemeriksaan.

4) Menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien.

5) Menentukan biaya pemeriksaan laboratorium sesuai dengan jenis

pemeriksaan.

6) Tempat pembayaran pemeriksaan laboratorium.

3.2 Ruangan Sampling

3.2.1 Pengambilan Darah Vena

Tujuan

Memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup untuk

pemeriksaan yang dibutuhkan dengan memperhatikan pencegahan

interferensi pre-analitik, memasukkan kedalam tabung yang benar,

memperhatikan keselamatan, dan dengan sesedikit mungkin

menimbulkan ketidak nyamanan pada pasien.

Prinsip

Pembendungan pembuluh darah vena dilakukan agar pembuluh

darah tampak jelas dan dengan mudah ditusuk sehingga didapatkan

sampel darah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan.

Alat – Alat :

1. Spuit

2. Tourniquet

3. Swab Alkohol 70%

4. Tabung Vacutainer

Warna Ungu : Antikoagulan EDTA.


Untuk pemeriksaan Darah Lengkap dan

HbA1C.

Warna Biru : Antikoagulan Natrium Citrat (1 : 9).

Untuk pemeriksaan Faal Haemostasis,

Fibrinogen, TAT.

Warna Merah : Tanpa antikoagulan.

Untuk pemeriksaan Kimia Klinik dan

Imunoserologi.

5. Plester

6. Rak tabung : Tempat peletakan dan penyimpanan tabung.

7. Holder dan Jarum Holder.

8. Yellow box : Untuk tempat pembuangan sampah infeksius.

Cara Kerja

A. Pengambilan Darah Dengan Spuit

1. Petugas mempersiapkan alat – alat yang diperlukan : Spuit,

Swab Slkohol 70%, Tali pembendung (Tourniquet), Plester,

dan Tabung Vacutainer. Untuk pemilihan spuit, pilihan ukuran

atau volume sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan,

pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang

dengan rapat lalu buang udara yang ada di dalam spuit dengan

cara mendorong dan menarik plunger dan untuk pemilihan

tabung vacutainer di sesuaikan dengan parameter pemeriksaan

yang diminta.

111
14

2. Petugas melakukan pendekatan dengan pasien dengan tenang

dan ramah, diusahakan agar pasien senyaman mungkin.

3. Petugas melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan

(minimal : Nama dan Tanggal Lahir) dan di sesuaikan dengan

blangko. Sambil menanyakan identitas, petugas menempelkan

barcode pada tabung vacutainer dan mencatat kode

laboratorium apabila ada pemeriksaan 2 jam pp.

4. Petugas memverifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau

konsumsi obat. Di catat bila pasien minum obat tertentu, tidak

puasa dan sebagainya.

5. Pasien diminta meluruskan lengannya, pilih lengan yang

banyak melakukan aktivitas.

6. Pasang tourniquet pada lengan pasien, kemudian pasien

diminta untuk mengepalkan tangannya

7. Memilih bagian Vena Median Cubital atau Cephalicdengan

melakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena,

vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki

dinding tebal.

8. Jika sudah teraba, petugas membersihkan lengan bagian area

yang akan ditusuk dengan alkohol swab 70%, dengan cara

mengusap melingkar searah jarum jam.

9. Petugas memegang spuit dengan tangan kanan dan ujung

telunjuk pada pangkal jarum.


10. Petugas memasukkan jarum dengan sisi miring lubang jarum

menghadap ke atas dan membentuk sudut + 25o

11. Jarum di masukkan sepanjang pembuluh darah + 1-1,5 cm

12. Penghisap spuit di tarik perlahan-lahan sehingga darah masuk

ke dalam spuit.

13. Lepas tourniquet dan minta pasien untuk melepas

genggamannya.

14. Petugas meletakkan kapas kering pada tempat tusukan, jarum

ditarik kembali secara perlahan. Kapas kering tersebut di tekan

sebentar kemudian bekas tusukan tersebut di tutup dengan

plester.

15. Petugas mengalirkan darah pada tabung vacutainer yang telah

di beri barcode.

16. Petugas membuang spuit ke Safety Box.

B. Pengambilan Darah Dengan Holder

1. Petugas mempersiapkan alat - alat yang diperlukan : holder,

jarum, swab alkohol 70%, tali pembendung (tourniquet),

plester, dan tabung vacutainer. Untuk pemilihan tabung di

sesuaikan dengan parameter pemeriksaan yang diminta.

2. Memasangkan jarum holder pada holder dan pastikan jarum

terpasang dengan rapat.

3. Petugas melakukan pendekatan dengan pasien dengan tenang

dan ramah, diusahakan agar pasien dalam keadaan senyaman

mungkin.

111
16

4. Petugas menanyakan identitas pasien (nama, tanggal lahir,

alamat) dan di sesuaikan dengan blangko. Sambil menanyakan

identitas, petugas menempelkan barcode pada tabung

vacutainer dan mencatat nomor laboratorium apabila ada

pemeriksaan 2 JPP.

5. Petugas memverifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau

konsumsi obat. Di catat bila pasien minum obat tertentu, tidak

puasa dan sebagainya.

6. Pasien diminta meluruskan lengannya, pilih lengan yang

banyak melakukan aktivitas.

7. Pasang tourniquet pada lengan pasien dan minta pasien untuk

mengepalkan tangannya.

8. Pilih bagian Vena Median Cubital atau Cephalic. Lakukan

perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena, vena teraba

seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal.

9. Jika sudah teraba, petugas membersihkan lengan bagian area

yang akan ditusuk dengan alkohol swab 70%, dengan cara

mengusap melingkar searah jarum jam.

10. Tusuk bagian vena dengan jarum holder, posisi lubang jarum

menghadap ke atas, masukkan tabung ke dalam holder dan

dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung,

maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung, lalu lepas

turniquet. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika

memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi


cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya sesuai

dengan kebutuhan pemeriksaan laboratorium.

11. Meminta pasien membuka kepalan tangannya kemudian

lepaskan tourniquet dari lengan pasien dan letakkan kapas

kering ditempat tusukan lalu segera keluarkan jarum secara

perlahan.

12. Letakkan kapas kering pada lengan tempat penusukan

kemudian tutup luka akibat tusukan dengan plester.

13. Petugas membuang jarum ke safety box.

3.3 Laboratorium Hematologi

3.3.1 Pemeriksaan Darah Lengkap Dengan Sysmex XT 1800i

Tujuan

Untuk mengetahui nilai darah lengkap pasien meliputi ( HGB,

RBC, HCT, MCV, MCH, MCHC, RDW-SD, RDW-CV, Eos, Bas,

Neut, Lymph, Mono) Metode yang digunakan Otomatis dengan

alat hematology analyzer sysmex XT 1800i

Prinsip

Mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran

listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan atau

pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang

mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau

sampel yang di lewatinya.

111
18

Bahan

Sampel darah yang di tambahkan antikoagulan K3 EDTA (tabung

lavender)

Reagen : Reagen pemeriksaan darah lengkap terdiri dari :

- Stromatolyser 4DL

- Stromatolyser FB

- Solfolyser

- Cellpack

- FFS ( Stromatolyser 4DS ).

Cara Kerja:

1. Menjalankan program QC

a. Alat dalam posisi siap ( lihat operasional alat ).

b. Menjalankan QC dengan mengklik QC Analysis.

c. Pilih QC File yang akan dijalankan kemudian tekan OK.

d. Masukkan e-Check yang telah dihomogenisasi ke dalam

sampel probe, kemudian tekan START.

e. Pastikan hasil QC dalam target dan klik Accept.

f. Untuk melihat grafik QC, klik QC pilih graph dan level

yang dikehendaki.

2. Menjalankan pemeriksaan dengan mode sampler

a. Mengurutkan sampel blanko pemeriksaan mulai dari

nomor urut terkecil hingga tertinggi.

b. Menata tabung sampel pada rak pemeriksaan sesuai

dengan urutan yang sudah dibuat.


c. Meletakkan rak tabung pada alat Sysmex XT 1800i.

d. Klick worklist.

e. Memasukkan Sampel ID (Nomor Laboratorium dan Kode

Link Alat) Scan Bardcode.

f. Mengisi Jenis Test ( CBC+Diff).

g. Memasukkan Patiens ID ( Nomor Register )

h. Masukkan Firts Name - Nama Pasien.

- Jenis Kelamin.

i. Klik icon SAVE.

j. Memasukkan data pasien selanjutnya sesuai nomer rak

dan posisi tabung , klik save, dst.

k. Kemudian klik sampler, ambil sampel no1 pada rak

pemeriksaan kemudian scan no ID sampel

l. Klik OK

m. Hasil pemeriksaan dalam print out akan keluar jika alat

telah selesai mengerjakan pemeriksaan.

3. Menjalankan pemeriksaan mode manual :

a. Melakukan order dengan mengklik worklist

b. Memasukkan Sampel ID (Nomor Laboratorium dan Kode

Link Alat) Scan Bardcode.

c. Mengisi Jenis Test ( CBC+Diff).

d. Memasukkan Patiens ID ( Nomor Register )

e. Masukkan Firts Name - Nama Pasien.

- Jenis Kelamin.

111
20

f. Klik SAVE.

g. Klik Manual, kemudian scan atau ketik barcode

h. Tekan OK.

i. Sampel di homogenkan dan di masukkan pada selang

penghisap (sampai dasar) tekan start.

j. Tunggu hasil print out keluar.

Interpretasi Hasil (Nilai Normal)

1. Hemoglobin ( HGB)

Nilai Normal :

- Bayi 0 – 1 hari : 13,2 – 17,3 g/dl

- Bayi 2 hari : 13,2 - 17,4 g/dl

- Bayi 3 – 5 hari : 15,0 – 24,6 g/dl

- Anak 1 - 6 tahun : 10,7 – 14,7 g/dl

- Anak 7 – 13 tahun : 10,8 – 15,8 g/dl

- Dewasa > 13 tahun : 12,8 – 16,8 g/dl

2. Leukosit

Nilai Normal :

- Bayi 0 – 2 hari : 9400 – 34.000/mm3

- Bayi 3 - 5 hari : 9402 – 34.000/mm3

- Bayi 6 – 30 hari : 5500 – 18.000/mm3

- Anak 1 - 12 bulan : 6000 – 17.500/mm3

- Anak 1 – 3 tahun : 4500 – 13.500/mm3

- Dewasa > 13 tahun : 4500 – 13.500/mm3


3. Trombosit (platelet)

Nilai Normal :

- Bayi 0 – 12 bulan : 180.000 – 550.000/mm3

- Anak 1 – 13 tahun : 180.000 – 550.000/mm3

- Dewasa > 13 tahun : 150.000 – 440.000/mm3

4. Hematokrit

Nilai normal :

- Bayi 0 – 1 hari : 44 - 72 %

- Bayi 2 hari : 45 – 72 %

- Bayi 3- 5 hari : 50 – 82 %

- Anak 1 – 3 tahun : 33 – 45 %

- Dewasa > 13 tahun : 33 – 45 %

3.3.2 Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)

Tujuan

Darah dengan antikoagualan dibiarkan dalam pipet dengan ukuran

tertentu dan dalam posisi tertentu. Kecepatan pengendapannya di

ukur dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam mm/jam.

Metode

Metode pemeriksaan LED westergreen

Prinsip

Darah diencerkan di dalam tabung panjang berskala (dengan

antikoagulan), yang diposisikan tegak. Eritrosit akan mengendap

didasar tabung, terpisah dengan lapisan plasma diatas dan

dinyatakan dalam mm/ jam.

111
22

Alat : - Pipet Westergreen

- Rak Westergreen

- Cup Sampel

- Timer

Bahan : Darah K3EDTA

Reagen : NaCl 0,9 %

Cara Kerja

1. Dipipet Pz hingga tanda batas skala 150 kemudian dimasukkan

ke dalam cup.

2. Memipet Darah K3EDTA sampai tanda 0, dicampurkan

dengan Pz kedalam sample cup yang berisi Pz.

3. Dihomogenkan, kemudian dipipet sampai tanda 0, diletakkan

tegak lurus pada rak Westergren. Timer diputar dengan

settingan 1 jam .

4. Permukaan atas dari kolom eritrosit dibaca setelah 1 jam

pertama dan 1 jam kedua.

Nilai Normal LED

1. Perempuan : 0 – 20 mm/jam

2. Laki – laki : 0 – 15 mm/jam

3. Anak-anak : 0 – 10 mm/jam

3.3.3 Pemeriksaan Faal Hemostatis

Pengertian

Pemeriksaan hematologi (Faal Hemostasis) adalah suatu

pemeriksaan untuk memeriksa faktor pembekuan darah.


Tujuan

Memberikan pelayanan pemeriksaan Faal Hemostasis (FH) untuk

menunjang diagnosa penyakit.

Metode : Westergren

Prinsip

1. PTT : Plasma diberi sejumlah tromboplastin dan ion

kalsium yang optimal dan lamanya waktu

penyusun fibrin diukur.

2. APTT : Kalsium dalam darah penderita diikat oleh

antikoagulan yang ditambahkan sehingga

koagulasi dapat di cegah.

Alat : - Sysmex CA-600 series

- Reaction Tube

- Sampel cup

Bahan : Plasma Citrat perbandingan 1: 9

Reagen : - Reagen pemeriksaan :

- Dade Innovin.

- Actin.

- CaCl2.

- Ca Clean I.

- Ca Clean II.

Cara Kerja

1. Siapkan reaction tube ke dalam rak.

111
24

2. Masukkan sampel pada rak sampel dengan barcode sampel

menghadap alat scanner.

3. Tekan [START] 2x , alat akan men-scane barcode sesuai

dengan parameter pemeriksaan yang diminta.

4. Pilih [First Tube] bila reaction tube yang akan digunakan

mulai dari posisi paling atas kanan dari reaction tube rack atau

pilih [Continue] bila dimulai dari posisi setelah reaction tube

terakhir yang digunakan untuk analisa sebelumnya.

Nilai Normal :

1. PPT = 11 - 14 detik atau perbedaan dengan control < 2

detik

2. APTT = 5 - 40 detik atau perbedaan dengan control < 7

detik.

3.3.4 Pemeriksaan Golongan Darah

Tujuan

Mengetahui golongan darah pasien dan menentukan ada atau tidak

antigen A dan B pada permukaan sel darah merah pasien.

Prinsip

Reaksi Antigen – Antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)

Metode : Slide

Alat : - Mikropipet

- Objek glass

- Yellow tip

- Pengaduk (Lidi).
Bahan : Darah Vena atau Kapiler

Reagen : - Reagen Antisera A

- Reagen Antisera B

- Reagen antisera AB

- Reagen antisera D

Cara kerja

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Objek glass masing-masing 1 tetes antisera (A, B, AB, D).

3. Satu tetes darah diteteskan pada objek glass masing-masing

disamping antisera.

4. Aduk dengan lidi atau batang pengaduk, kemudian digoyang-

goyangkan ± 1 menit dan amati adanya aglutinasi.

Interpretasi hasil

Golongan Anti
Anti A Anti B Anti AB
Darah / Rhesus D/Rhesus
A / (+) + - + +
B / (+) - + + +
AB / (+) + + + +
O / (+) - - - +
Keterangan :

(+) : Adanya aglutinasi

(-) : Tidak beraglutinasi

3.3.5 Pemeriksaan hitung jumlah retikulosit

Tujuan

Untuk mengetahui penyebab dari anemia dengan mengevaluasi

sumsung tulang serta untuk mengevaluasi pengobatan anemia.

Prinsip

111
26

Retikulosit merupakan eritrosit muda yang masih sejumlah besar

sisa sisa ribosom dan RNA, dimana ribosom mempunyai

kemampuan untuk bereaksi dengan pewarna supravital seperti

Briliant Crsyl Blue atau New Methylene Blue untuk membentuk

endapan granula atau filamen yang berwarna biru. Reaksi ini hanya

terjadi pada pada pewarnaan terhadap sel yang masih hidup dan

tidak difiksasi sehingga di sebut pewarnaan supravital.

Metode : Sediaan kering

Alat : - Objek glass.

- Cover glass.

- Mikropipet .

- Yellow tipe .

- Cuvet.

- Mikroskop

Bahan : Sampel darah EDTA

Reagen : Zat pewarna BCB (Briliant Crsyl Blue).

Cara kerja

1. Memipet 100 ul darah EDTA dengan menggunakan

mikropipet dan masukkan dalam cuvet.

2. Memipet 100 ul zat pewarna BCB dengan menggunakan

mikropipet dan masukkan dalam cuvet yang telah diisi

dengan sampel darah.

3. Menghomogenkan kedua larutan tersebut dengan cara

memipet dan mengeluarkan larutan dari mikropipet.


4. Inkubasi larutan dalam cuvet selama 5 – 10 menit.

5. Mepipet larutan kemudian diteteskan pada objek glass

secukupnya kemudian dibuat apusan darah.

6. Apusan darah dikering anginkan kemudian diamati dibawah

mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100 kali +

penambahan oil imersi.

7. Hasil pemeriksaan retikulosit dibaca /1000 eritrosit dan

dinyakan dalam satuan %.

Interpretasi hasil

Nilai normal jumlah retikulosit : 0,5 – 1,5 %

3.3.6 Pemeriksaan Hapusan Darah

Tujuan

Untuk mengetahui dan mengevaluasi adanya kelainan morfologi

dan jumlah sel darah pada pasien

Prinsip

Setetes darah dipaparkan pada gelas objek kemudian di cat dan

selanjutnya diperiksa dibawah mikroskop.

Alat dan bahan

1. Objek glass

2. Cover glass

3. Bak pewarnaan

4. Mikropipet

5. Yellow tip

6. Darah EDTA

111
28

7. Pewarnaan terdiri dari:

 Reagen 1 : Metanol

 Reagen 2 : Eosin

 Reagen 3 : Methylene Blue

Cara kerja :

1. Tulis kode pasien pada ujung objek glass.

2. Setetes darah diletakkan pada salah satu ujung objek glass

lalu buat hapusan.

3. Hapusan dikeringkan di udara kemudian diberi kode pasien

lalu difiksasi dengan Reagen 1 methanol, dibiarkan kering.

4. Lakukan pengecatan dengan metode celup.

5. Celupkan hapusan ke dalam Reagen 2 yang berisi eosin

selama 20 - 30 detik.

6. Celupkan hapusan ke dalam Reagen 3 yang berisi methylen

blue selama 40 - 60 detik.

7. Bilas dengan air mengalir.

8. Hapusan dibiarkan kering di udara kemudian amati dengan

mikroskop objektif 100 x dengan oil imersi.

3.4 Laboratorium Urinalisis

3.4.1 Pemeriksaan Urin Kimia Stik Dengan Cobas U 411

Pengertian

Pemeriksaan urine kimia stik adalah pemeriksaan urine tanpa

sentrifuge dimana menggunakan reagen kimia kering berupa

multi stik. Combur 10 Roche dengan parameter pengukuran


meliputi : leukosit esterase, nitrit, urobilinogen, protein, pH, darah

(Hb), berat jenis, keton, bilirubin, glukosa.

Metode

Carik celup

Tujuan

1. Untuk pemeriksaan urine rutin.

2. Untuk mengetahui kelainan penyakit ginjal (saluran air

kemih).

3. Untuk mengetahui kelainan penyakit sistemik tertentu.

4. Untuk memonitor terapi.

Prinsip

1. Berat Jenis.

Prinsip kimia reagen kering ini adanya konsentrasi ion

dalam urine, adanya kation dan proton akan melepaskan

bahan komplek dan membentuk perubahan warna (biru,

hijau, kuning).

2. Leukosit.

Esterase indoxyl ester dengan diazonium dye menjadi violet

dye.

3. Nitrit.

Adanya nitrit dalam urine akan bereaksi dengan aromatik

amin. diazonium dan garam benzoquinoline menimbulkan

warna merah.

4. pH.

111
30

Perubahan warna double indikator bervariasi antara 5 - 9.

5. Protein.

Adanya protein akan mengubah warna indikator dari kuning

menjadi hijau.

6. Glukosa.

Reaksi enzimatik spesifik glukosa oxidase menimbulkan

warna hijau.

7. Keton.

Adanya benda keton (acetoacetic, aceton) menimbulkan

komplek berwarna ungu.

8. Urobilinogen.

Reaksi kimia dengan garam diazonium dalam suasana asam

memberi warna merah.

9. Bilirubin.

Bilirubin dengan garam diazo memberikan warna merah.

Warna ungu dalam suasana asam.

10. Darah

Adanya hemoglobin dan mioglobin yang mempunyai sifat

seperti peroksida, mereduksi H2O2 memberikan warna biru-

hijau.

Alat :

1. Cobas U 411

2. Reagen strip combur test

3. Tabung venojek
4. Mikropipet dan tip

5. Centrifuge

6. Objek dan Cover glass

7. Tissue

8. Mikroskop

Bahan : Sampel Urine

Cara kerja :

1. Persiapan sampel

a. Urutkan nomor ID sampel urine dari yang terkecil.

b. Ambil tabung venojek dan beri etiket sesuai nomor ID dan

identitas pasien.

c. Tuang urine ke dalam tabung venojek ± 10 - 12 ml.

2. Cara Menghidupkan Alat

a. Hidupkan alat (tombol di bagian belakang).

b. Login (password : aura).

c. Kosongkan area limbah (bila perlu).

d. Periksa kertas print.

3. Cara Pengerjaan Secara Manual

a. Sampel yang sudah diterima dari ruang sampling

diurutkan berdasarkan ID pasien.

b. Masukkan urine sebanyak 10 - 12 ml (kocok dahulu) ke

dalam tabung sentrifuge yang sudah diberikan label sesuai

dengan ID pasien. Pengerjakan sampel (masukkan ID

secara manual), yaitu :

111
32

1) Sentuh (Workplace)

2) Sentuh (Sample Entry)

3) Masukkan data pasien :

 ID sampel

 Warna dan kejernihan (jika perlu).

4) Sentuh (tanda centang).

c. Celupkan multi stik ke dalam urine sampai semua pita

tercelup. Angkat dan tiriskan dinding tabung (miringkan)

sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan

kelebihan urine pada pita.

d. Tempatkan (letakkan) stik urine pada area pengerjaan.

e. Ulangi langkah b – d untuk sampel berikutnya.

4. Pengerjaan sampel barcode

a. Barcode pada botol urine dipindahkan pada tabung

centrifuge

b. Urine dalam botol dituang pada tabung centrifuge

c. Lalu, lakukan persiapan alat :

1) Sentuh (Workplace).

2) Sentuh (Worklist).

3) Scan barcode sampel.

4) Sentuh "Edit" untuk masukkan warna dan kejernihan

(bila perlu).

5) Keluarkan test strip dari wadah.


6) Celupkan test strip ke dalam tabung sample pastikan

semua parameter tercelup kedalam urine.

7) Lalu, hapus kelebihan sample pada ujung tabung

atau dengan tissue atau kertas saring.

8) Masukkan test strip kedalam alat untuk dibaca.

d. Ulangi langkah diatas untuk sampel berikutnya.

e. Tunggu beberapa saat, hasil akan keluar dalam bentuk

printout dari alat.

f. Lampirkan kertas print out hasil pada blanko pemeriksaan.

g. Setelah semua specimen sudah diperiksa maka dilakukan

print out ulang hasil untuk dijadikan arsip.

5. Pengerjaan sampel dari Worklist (menggunakan barcode)

a. Pindahkan barcode dari botol ke tabung centrifuge

b. Urine dari botol dituang pada tabung centrifuge

c. Lakukan persiapan alat :

1) Sentuh (Workplace)

2) Sentuh (Worklist)

3) Scan barcode sample pertama.

4) Sentuh "Edit" untuk memastikan warna dan

kejernihannya (bila perlu).

d. Ulangi langkah 3-4 untuk sampel berikutnya .

e. Sentuh "Print" untuk mencetak Worklist.

f. Masukkan test strip pertama :

1) Keluarkan test strip dari tabung.

111
34

2) Celupkan test strip ke dalam sample urine dan hapus

kelebihan sample pada ujung tabung.

3) Tempatkan test strip pada ujung tabung.

g. Ulangi langkah pada sample berikutnya pada menu

Worklist.

Catatan :

1. Reagen pita harus disimpan dalam botolnya, tidak boleh

dipindah-pindah. botol harus ditutup kembali setiap

pengambilan 1 stik. Penyimpanan di tempat kering, tidak

dekat air dan tidak disimpan dalam lemari es.

2. Jangan menyentuh kolom pita reagen, hindari kontaminasi

dengan detergen atau bahan kimia lain disekitarnya.

Hindari cahaya matahari, suhu panas maupun dingin, uap

bahan kimia asam atau basa dalam kelembaban.

Interpretasi Hasil

1. Specific grafity : 1.010 – 1.030

2. pH : 4,5 – 5,5

3. Leukosit : Negatif (-)

4. Nitrit : Negatif (-)

5. Protein : Negatif (-)

6. Glukosa : Normal

7. Keton Bodies : Negatif (-)

8. Urobilinogen : Normal

9. Bilirubin : Negatif (-)


10. Eritrosit : Negatif (-)

3.4.2 Pemeriksaan Urine Mikroskop (Sedimen).

Tujuan

1. Untuk pemeriksaan urine rutin.

2. Untuk mengetahui adanya kelainan/penyakit ginjal dan

saluran air kemih serta penyakit sistemik tertentu.

3. Memonitor terapi dan perjalanan penyakit.

Prinsip

Urine mengandung elemen – elemen sisa hasil metabolisme di

dalam tubuh. Elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan

bersama urine tetapi ada pula yang dikeluarkan pada keadaan

tertentu. Elemen tersebut dapat dipisahkan dari urine dengan cara

sentrifuge. Elemen akan mengendap dan endapan akan dilihat di

bawah mikroskop.

Pengertian

Pemeriksaan sedimen urine adalah pemeriksaan elemen – elemen

dalam urine (silinder, leukosit, eritrosit, epitel, bakteri, kristal,

dll). dengan mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras,

setelah disentrifugasi.

Alat dan Bahan

1. Sentrifuge.

2. Tabung sentrifuge.

3. Mikropipet.

4. Objeck glass.

111
36

5. Cover glass.

6. Mikroskop.

Bahan : Sampel Urine

Cara Kerja

1. Kocok sampel urine dalam wadah sampel agar sedimen

tercampur dengan cairan diatasnya.

2. Masukkan urine 10 - 12 mL ke dalam tabung sentrifuge.

3. Masukkan ke dalam sentrifuge dan putar dengan kecepatan

1500 rpm selama 5 menit.

4. Setelah selesai tuanglah cairan bagian atas (supernatan)

secara cepat sehingga diperoleh sedimen sebanyak ± 0,5mL.

5. Kocok kembali tabung untuk menghomogenkan sedimen.

6. Dengan mikropipet, teteskan 15 mL sedimen diatas objeck

glass kemudian tutup dengan cover glass.

7. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x

untuk menghitung silinder dan epitel.

8. Ganti perbesaran objektif 40x untuk menghitung leukosit,

eritrosit, kristal dan bakteri.

Catatan :

Hal yang harus dilaporkan :

- Eritrosit

- Leukosit

- Silinder

- Epitel
- Kristal

- Bakteri

- Lain-lain

Interpretasi Hasil

Nilai Normal :

- Eritrosit : Negatif

- Leukosit : 0 – 1 / LP

- Silinder : Negatif

- Epitel : 0 – 1 / LP

- Bakteri : Negatif

- Kristal : Negatif

- Parasit : Negatif

3.4.3 Pemeriksaan Faeces Lengkap

Tujuan

Untuk memeriksa faeces secara lengkap dan mengetahui bentuk

atau morfologi (normal atau abnormal) yang terdapat didalam

faeces.

Prinsip

Larutan pengencer (eosin) memberikan latar belakang merah pada

saat pemeriksaan dan untuk lebih jelas memisahkan faeces

dengan kotoran yang ada.

Pengertian

Pemeriksaan faeces (tinja) adalah salah satu pemeriksaan

Laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi

111
38

menegakkan diagnosis suatu penyakit, meskipun saat ini telah

berkembang berbagai pemeriksaan Laboratorium yang modern.

Dalam beberapa kasus pemeriksaan faeces masih diperlukan dan

tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan

mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan

pemeriksaan faeces, cara pengumpulan sampel yang benar serta

pemeriksaan dan interpretasi yang benar akan menentukan

ketapatan diagnosis yang dilakukan oleh seorang klinisi.

Alat

1. Mikroskop

2. Objek glass

3. Cover glass

4. Lidi

Bahan : Faeces segar

Reagen : Eosin 2%

Cara Kerja

1. Teteskan 2 tetes larutan eosin 2% diatas objek glass.

2. Ambil faeces secukupnya dengan menggunakan lidi

kemudian diletakkan di atas objek glass yang telah berisi eosin

2%. Campurkan hingga rata.

3. Tutup dengan cover glass (jangan sampai ada gelembung).

4. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x.

Catatan :

Hal-hal yang harus dilaporkan :


Pemeriksaan Makroskopis

1. Bentuk (konsistensi).

2. Warna

3. Lendir

4. Darah

Pemeriksaan Mikroskopis

1. Eritrosit

2. Leukosit

3. Telur cacing

4. Larva

5. Tropozoit

6. Kista

7. Amoeba

3.4.4 Pemeriksaan Narkoba

Tujuan

Untuk mendeteksi ada tidaknya zat narkoba dalam sampel urine.

Prinsip

Prinsip pemeriksaan berdasarkan prinsip ikatan kompetitif.

Selama pemeriksaan, spesimen urine akan bermigrasi ke atas oleh

adanya gaya kapilaritas. Jika obat yang terdapat dalam spesimen

urine berada di bawah konsentrasi cut-offnya akan tidak

menjenuhkan ikatan antibodi spesifiknya. Antibodi kemudian

bereaksi dengan konjugat drug-protein dan garis berwarna akan

muncul pada bagian garis tes. Sedangkan jika obat berada di atas

111
40

konsentrasi cut-offnya maka akan menjenuhkan semua ikatan

antibodi, sehingga garis berwarna tidak muncul pada bagian garis

tes.

Metode

Rapid Test (Lateral flow Chromatography Immunoassay)

Alat : Cassette

Bahan : Sampel Urine

Cara Kerja

1. Biarkan kemasan pada suhu ruangan sebelum dibuka,

keluarkan cassette dari kemasannya dan gunakan sesegera

mungkin.

2. Siapkan urine yang akan diperiksa.

3. Tempatkan cassette pada permukaan yang datar dan bersih.

4. Tulis ID Pasien pada cassette tersebut.

5. Secara vertikal, teteskan 3 tetes urine ke dalam lubang

sampel.

6. Baca hasil tes dalam waktu 5 - 10 menit.

Catatan :

Pemeriksaan obat-obatan yang dilakukan :

1. Amphetamine

2. Marijuana

3. Morphine

4. Benzodiozephine

5. Methamphetamine
Interpretasi Hasil

Negatif : Terdapat garis merah pada control dan test.

Positif : Terdapat garis merah pada control saja.

3.4.5 Pemeriksaan HCG (Tes Kehamilan)

Tujuan

Mendeteksi adanya hormon tertentu yang hanya terdapat pada

wanita hamil.

Pengertian

Suatu cara untuk memeriksa adanya kehamilan sejak dini.

Prinsip

HCG di dalam urine akan berikatan dengan anti-HCG (anti-HCG

ini terikat dengan koloid komplek berwarna merah).

Metode

Rapid Test

Alat : Cassette

Bahan : Urine

Cara Kerja

1. Biarkan kemasan pada suhu ruangan sebelum dibuka,

keluarkan cassette dari kemasan dan gunakan sesegera

mungkin.

2. Siapkan urine yang akan diperiksa.

3. Tempatkan cassette pada permukaan yang datar dan bersih.

4. Tulis identitas pasien pada cassette tersebut.

111
42

5. Secara vertikal, teteskan 3 tetes urine ke dalam lubang

sampel.

6. Baca hasil tes dalam waktu 3 menit.

Interpretasi Hasil

Negatif : Terdapat garis merah pada control.

Positif : Terdapat garis merah pada control dan test.

3.5 Laboratorium Mikrobiologi

3.5.1 Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)

Tujuan

Untuk mengetahui adanya Bakteri Tahan Asam (BTA) pada

sampel sputum.

Prinsip

Dinding sel bakteri tahan asam yang terdiri atas lapisan

peptidoglikan dan senyawa lipida yang mempunyai sifat mudah

menyerap sehingga bila diwarnai dengan carbol fuchsin maka

dinding sel tersebut akan meresap zat warna dengan baik bila

dipanaskan selanjutnya asam mycolat yang terdapat di pori-pori

dinding sel akan berikatan dengan fuchsin sehingga warna merah

sulit dilunturkan dengan asam alkohol.

Alat :

1. Mikroskop

2. Slide

3. Lampu spiritus

4. Kapas
5. Pinset

6. Bak pewarnaan

7. Laminar Flow

8. Lidi

9. Spidol

10. Tissue

Bahan : Sputum

Reagen :

1. Oil imersi

2. Zat pewarna (Ziehl Nellsen):

- ZN A (Karbol Fuchsin 0,3%)

- ZN B (Asam alkohol 3 %)

- ZN C (Methilen Blue 0,3%)

Cara Kerja :

a. Pembuatan Sediaan BTA

1. Mengambil pot sampel yang berisi sampel dahak (sputum)

dan objek glass yang bersih dan kering kemudian objek

glass diberi identitas sesuai dengan identitas yang ada

pada pot dahak.

2. Nyalakan lampu spiritus.

3. Buka pot dahak dengan hati-hati untuk menghindari

terjadinya percikan dahak.

4. Ambil sputum menggunakan lidi, letakkan pada objek

glass.

111
44

5. Oleskan dahak secara merata (jangan terlalu tebal dan

jangan terlalu tipis) pada permukaan slide dengan ukuran

2 x 3 cm. Buat spiral – spiral kecil dengan menggunakan

lidi lancip hingga sediaan kering.

6. Lidi dibuang ke dalam beaker glass yang berisi chlorin.

7. Keringkan sediaan, kemudian fiksasi sediaan di atas lampu

spiritus sebanyak 3 kali.

b. Pengecatan sediaan BTA ( Ziehl Neelsen )

1. Teteskan larutan Carbol Fuchsin 0,3% pada hapusan

dahak sampai menutupi seluruh permukaan sediaan.

2. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap

selama 3 – 5 menit. Zat warna tidak boleh mendidih atau

kering. Apabila mendidih atau kering maka Carbol

Fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil) yang dapat

terlihat seperti kuman TBC.

3. Singkirkan api spiritus. Diamkan sediaan selama 5 menit.

4. Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna

yang bebas terbuang.

5. Teteskan sediaan dengan asam Alkohol (HCl Alkohol

3%) sampai warna merah Fuchsin hilang.

6. Bilas dengan air mengalir.

7. Teteskan larutan Methylene Blue 0,3% pada sediaan

sampai menutupi seluruh permukaan.

8. Diamkan 10 – 20 detik.
9. Bilas dengan air mengalir pelan.

10. Keringkan sediaan diatas rak pengering di udara terbuka

(jangan dibawah sinar matahari langsung).

11. Pembacaan preparat dengan menggunakan mikroskop

objektif 100x dengan oil emersi.

Interpretasi hasil :

 Negatif : Tidak ditemukan BTA dalam 100 Lp

 Scanty : Ditemukan 1 – 9 BTA dalam 100 Lp

(laporkan jumlah BTA yang

ditemukan )

 Positif 1 (+) : Ditemukan 10 – 99 BTA/100 Lp

 Positif 2 (++) : Ditemukan 1 – 9 BTA/1 Lp

 Positif 3 (+++) : Ditemukan > 10 BTA/1 Lp

3.5.2 Pemeriksaan Gram

Tujuan

Untuk membedakan bakteri berdasarkan sifat gram.

Prinsip

Saat bakteri diwarnai dengan zat pewarna primer (Kristal Violet),

bakteri Gram Positif akan menyerap zat warna tersebut sehingga

berwarna ungu sedangkan bakteri Gram Negatif akan melepaskan

zat warna (Kristal Violet) setelah dicuci dengan Alkohol dan

kemudian akan menyerap zat warna terakhir yang diberikan yaitu

Safranin sehingga berwarna merah.

Alat :

111
46

1. Slide

2. Lampu Spritus

3. Ose

4. Bak pewarnaan

5. Tissue

6. Spidol

7. Pinset

Bahan : Sampel

Reagen :

1. Zat pewarnaan :

 Gram I : Kristal violet

 Gram II : Lugol

 Gram III : Alkohol

 Gram IV : Safranin

2. Pz (NaCl 0.58 – 0.9%)

3. Oil imersi

Cara Kerja :

a) Pembuatan sediaan

1. Slide diberi identitas sesuai dengan nama dan nomor

sampel.

2. Teteskan Pz di atas slide secukupnya bila sampel

berupa koloni kuman (padat), sedangkan apabila

sampel cair maka tidak ditetesi Pz.


3. Ambil sampel cair menggunakan ose plastik sekali

pakai atau koloni menggunakan ose yang sudah di

fiksasi.

4. Campur dengan Pz dan buat bulatan dari arah dalam

keluar dengan diameter 2 x 3 cm. Dibiarkan kering.

5. Fiksasi dengan cara melewatkan di atas nyala api

sebanyak 3 kali.

b) Pengecatan Gram

1. Preparat yang sudah di fiksasi di celupkan pada cairan

Kristal Violet selama 1 menit.

2. Bilas dengan air mengalir.

3. Celupan pada larutan Alkohol selama 30 detik.

4. Bilas dengan air mengalir.

5. Celupkan pada Safranin selama 1 menit.

6. Bilas dengan air mengalir.

7. Biarkan sampai kering

c) Pembacaan preparat dengan menggunakan mikroskop

pembesaran 100x dengan oil imersi.

Interprestasi Hasil

- Bakteri Gram Positif : Bakteri berwarna ungu.

- Bakteri Gram Negatif : Bakteri berwarna merah.

3.5.3 IMVIC MUTSI

API 20E

1) Buka bungkus media atau reagen dan keluarkan.

111
48

2) Tulis identitas sampel.

3) Diambil koloni menggunakan pipet tetes steril (khusus dari

alat) kemudian masukkan koloni ke dalam PZ dan

homogenkan sampai sesuai dengan standar Mac Farland

(0,5 U).

4) Dimasukkan suspensi kuman menggunakan pipet tetes pada

seluruh sumuran API 20 E

5) Diteteskan mineral oil pada lubang yang bergaris glu, ADH,

URE, agar lubangnya tertutup karena bersifat semi aerob.

6) Ditutup menggunakan penutup semula.

7) Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

8) Baca hasil.

3.5.4 Uji Resistensi

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh antibiotik dalam menghambat

atau membunuh bakteri.

Alat dan Bahan :

1) Spiritus

2) Pinset

3) Laminar flow

4) Media

5) Antibiotik

6) Kapas steril

Cara Kerja
1. Dibuat suspensi kuman yang setara dengan standard Mac

Farland.

2) Dimasukkan kapas steril pada suspensi kuman, diamkan

beberapa saat kemudian diperas di dalam dinding tabung

dan goreskan pada media hingga rata.

3) Inkubasi 5 – 15 menit pada suhu kamar agar suspensi

bakteri menyerap ke dalam media dan bakteri dapat

beradaptasi dengan media tersebut dengan jarak 2 cm

antar disk dan dinding petridisk.

4) Diinkubasi 37°C selama 24 jam dalam suasana aerob.

5) Dilakukan pembacaan.

3.5.5 Kultur Urine

Cara Kerja :

1) Diberi label pada media CLED dan CA (Nama, jenis sampel,

tanggal).

2) Dibuka tutup urine, celupkan ose plastik (sekali pakai)

3) Digoreskan biasa secara vertical kemudian secara horizontal,

searah dan pada media kedua digores kuadran pada medis

CA. Sedangkan pada media CLED dibuat garis tengah lalu di

goreskan merata kiri kanan dari atas ke bawah.

4) Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

3.5.6 Uji katalase

Tujuan

111
50

Uji katalase bertujuan untuk mengetahui aktivitas katalase

pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi

enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan

O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik

karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai

enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba.

Beberapa bakteri yang termasuk katalase negatif adalah

Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus, dan Clostridium.

Alat

- Objek glass

- Ose disposible

Bahan : Koloni bakteri

Reagen :

1. Reagen H2O2 3%

2. PZ steril

Cara kerja :

1. Mengambil objek glass, lalu difiksasi untuk

menghilangkan lemak.

2. Mengambil 1 – 2 ose disposible PZ steril, lalu diletakkan

diatas objek glass.

3. Mengambil sedikit koloni bakteri dengan ose secara

aseptis, lalu homogenkan dengan PZ steril di atas objek

glass.
4. Kemudian tetesi koloni bakteri tersebut dengan 1 – 2

tetes H2O2 3% agar aktivitas katalase pada mikroba dapat

diketahui.

5. Amati ada tidaknya gelembung – gelembung kecil dalam

petridisk.

Pembacaan Hasil :

- Katalase Positif : Ada gelembung.

- Katalase Negatif : Tidak ada gelembung.

3.5.7 Uji Koagulase

Tujuan

Untuk memebadakan spesies Staphylococcus aureus atau

Staphylococcus citreus.

Alat :

- Objek glass

- Ose disposible

Bahan :

1. Plasma citrat

2. Koloni bakteri

Cara kerja

1. Mengambil objek glass lalu difiksasi untuk

menghilangkan lemak.

2. Mengambil beberapa ose plasma citrat lalu diletakkan

diatas objek glass.

111
52

3. Mengambil sedikit koloni bakteri dari media, lalu

dihomogenkan dengan plasma citrat tersebut

4. Amati ada tidaknya penggumpalan. Jika adanya

penggumpalan, maka koagulase positif (+) bakteri S.

Aureus. Jika tidak terjadi penggumpalan, maka koagulase

negatif (-) bakteri S. Citreus.

3.5.8 Pembuatan Media

Tujuan : Sebagai tempat pembiakan kuman

Alat : - Erlenmeyer

- Pengaduk

- Timbangan analitik

- Plate

Bahan : - Mueller Hinton

- CLED

- Columbia Base

Cara Kerja :

1. Mueller Hinton

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Menimbang serbuk Mueller Hinton sebanyak 20 gram

dengan kertas.

c. Kemudian dituang pada erlenmeyer.

d. Di-addkan dengan PZ sampai 500 ml, kemudian

dihomogenkan.

e. Ditutup dengan kapas dan di sterilkan dengan autoclaf.


f. Setelah itu dituang pada plate yang telah di siapkan, di

tunggu hingga beku kemudian disimpan di refrigerator.

2. CLED

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Menimbang serbuk CLED sebanyak 19 gram dengan

kertas

c. Kemudian dituang pada erlenmeyer.

d. Di-addkan dengan PZ sampai 500 ml, kemudian

dihomogenkan.

e. Ditutup dengan kapas dan di sterilkan dengan autoclaf.

f. Setelah itu dituang pada plate yang telah disiapkan, di

tunggu hingga beku kemudian di simpan di refrigerator.

3. Columbia Base

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Menimbang serbuk Colombia Base sebanyak 22 gram

dengan kertas.

c. Kemudian dituang pada erlenmeyer.

d. Di-addkan dengan PZ sampai 500 ml, kemudian

dihomogenkan.

e. Ditutup dengan kapas dan disterilkan dengan autoclaf.

f. Setelah itu di biarkan sampai hangat kemudian di

tambahkan dengan darah domba.

g. Dituang pada plate yang telah disiapkan, ditunggu

hingga beku kemudian disimpan di refrigerator.

111
54

3.6 Laboratorium Kimia Klinik

3.6.1 Preparasi Sampel

a. Penampungan darah dalam tabung vacutainer

1. Tabung tutup Merah.

Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan

menjadi beku dan serum dipisahkan dengan cara pemusingan.

2. Tabung tutup Kuning.

Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube atau

SST) yang berfungsi memisahkan serum dan sel darah.

Setelah pemusingan, serum akan berada dibagian atas gel dan

sel darah merah berada di bawah gel.

3. Tabung tutup Ungu (Lavender).

Tabung ini berisi EDTA untuk pemeriksaan HbA1C.

b. Pemutaran darah

1. Serum

Biarkan darah membeku pada suhu kamar selama 30-60

menit, lalu sentrifuge 3000-3500 rpm selama 5-15 menit.

Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah

pengambilan darah. serum yang memenuhi syarat harus tidak

terlihat merah (Lisis)

2. Plasma

Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara

perlahan-lahan pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2


jam setelah pengambilan spesimen. Plasma yang memenuhi

syarat harus tidak kelihatan merah (Lisis).

3. Whole Blood

Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah

berisikan antikoagulan yang sesuai, lalu di homogenisasi

dengan cara goyang perlahan tabung.

3.6.2 Pemeriksaan Kimia Klinik Dengan COBAS C501/Cobas 6000

Nama Alat

Cobas 501/Cobas 6000

Fungsi

Untuk melakukan pemeriksaan Kimia Klinik

Prinsip alat

Analisa yang didasarkan pada pengukuran besaran serapan sinar

monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna dengan

menggunakan detektor fotosel, dimana besaran ini merupakan

fungsi dari kandungan komponen tertentu yang melakukan

penyerapan (Fotometri).

Sampel

- Serum

- Plasma (kecuali pemeriksaan elektrolit)

- Whole bloood (untuk pemeriksaan HbA1C)

Prinsip pemeriksaan

1. Glukosa

Uji UV.

111
56

Metode rujukan enzimatik dengan heksokinase.

Hexokinase mengkatalisa fosforilasi dari glukosa menjadi

glukosa 6- phospat oleh bantuan ATP


HK
Glukosa + ATP G-6-P + ADP

Glukosa-6-fosfat dehidrogenase mengoksidasi glukosa-6-

fosfat. Dalam kondisi adanya NADP menjadi glukonat-6-

fosfat. Tidak ada karbohidart lainnya yang di oksidasi.

Laju pembentukan NADPH selama reaksi berbanding

lurus dengan kadar glukosa dan diukur secara fotometrik.

G-6-P + NADP+ G-6-PDH glukonat-6-P

+NADPH + H+

2. Bilirubin direct

Metode diazo.

Bilirubin terkonjugasi dan 𝜎-biliubin (bilirubin direct)

bereaksi secara langsung dengan garam diazonium 3,5

dikloropenil dalam buffer asam, membetntuk azobilirubin

yang berwarna - merah

Bilirubin + 3,5 DPD azobilirubin

Intesinas warna dari zat warna merah azo yang terbentuk

proporsional secara langsung dengan bilirubin direct

(terkonjugasi dan dapat ditentukan secara fotometry)

3. Bilirubin total

Pengujian kolorimetri.
Bilirubin total koma dengan adanya pelarut yang sesuai

dipasangkan dengan ion diazonium dalam suatu medium

yang sangat asam.

Bilirubin + ion diazonium asam azobilirubin

Intensitas warna dari zat warna red azo yang terbentuk

proporsional secara langsung dengan bilirubin total dan

dapat ditentukan secara fotometry.

4. LDL

Uji homogeneous enzymatic colorimetric

Ester clesterol dan colesterol bebas di LDL diukur

berdasarkan metode colesterol enzimatic menggunakan

esterase cholesterol dan cholesterol oksidase dengan

adanya surpaktan yang selektif melarutkan hanya LDL.

Reaksi enzim ke lipoprotein selain LDL dihambat oleh

surpaktan dan senyawa gula. Kolesterol HDL, VLDL dan

chylomicron tidak ditntukan.


Detergen
Cholesterol ester
LDL-cholesterol esters + H2O

Kolesterol+ asam lemak bebas ( seeleksi solubilisasi

miselar )

Kolesterol ester di pecah scara kuantitatif menjadi

kolesterol dan asam lemak bebas menggunakan kolesterol

esterase.

LDL – cholesterol + O2 kolesterol oksidase ∆4 –

cholestenone + H2O2

111
58

Dengan adanya oksigen, cholesteol di oksidasi

menggunakan cholesterol oksidase menjadi ∆4 –

cholestenone dan hidrogen peroksida.

2H2O2 + 4 – amino antipyrine +EMSE a) + H2O+ H+


peroksidase pigmen ungu merah + 5 H2O

N-ethyl-N-(3-methylphenyl)-N-succinylethylenediaminel

Dengan adanya peroksidase, hidrogen peroksida yang

dihasilkan bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan EMSE

untuk membentuk pewarna ungu merah. Intensitas warna

dari pewarna ini berbanding lurus dengan konsentrasi

kolesterol dan di ukur secara fotometrik.

5. Alkali Phospatase

Pengujian kolorimetri sesuai dengan metode terstandar.

Dengan adanya ion magnesium dan zink, p-nitrophenil

phospat di pecah oleh phospatase menjadi phospat dan p-

nitphenol.

p-nitrophenil phospat + H2O ALP Poshpate p-


+

nitrophenol

p-nitrophenol yang dihasilkan peroporsional secara

langsung dengan aktivitas katalitik ALP. Ini ditentukan

dengan mengukur peningkatan absorbansi pada 409 nm.

Kecepatan oksidasi NADH proporsional secara langsung

dengan aktivitas katalitik AST. Ini ditentukan dengan

mengukur penurunan absorbansi.


6. Creatinin

Metoda kolorimetrik, enzimatik.

Metode enzimatik ini berdasarkan konversi kreatinin

dengan bantuan kreatininase, kreatinase dan sarkosin

oksidase menjadi glisin, formaldehida, dan hidrogen

peroksida. Dikatalisa oleh peroksidase, maka hidrogen

peroksida yang dilepas bereaksi dengan 4-aminofenazon

dan HTIB a) untuk membentuk kromogen imina kinon.

Intensitas warna kromogen imina kinon yang terbentuk itu

secara langsung proposional dengan kadar kreatinin dalam

campuran reaksi.

Kreatinin + H2O kreatininase kreatin

Kreatin + H2O kreatinase sarkosin + urea

Sarkosin + O2 + H2O SOD glisin+ HCHO +

H2O2

H2O2 + 4-aminofenazon + HTIB POD

kromogen imina kinon + H2O + HI

Kreatin dari sampel dirusak oleh kreatinase, SOD dan

katalase selama masa inkubasi dalam R1.

a) Asam 2,4,6-triiodo-3-hidroksibenzoat

7. AST

Pengujian ini mengikuti rekomendasi IFCC, tetapi

dioptimasi untuk kinerja dan stabilitas.

111
60

AST dalam sampel mengkatalisis transfer suatu gugus

amino antara L-aspartat dan 2-oksoglutarat membentuk

oksaloasetat dan L-glutamat. Oksaloastat kemudian

bereaksi dengan NADH, dengan adanya malat

dehidrogenase (MDH), membentuk NAD+.

L-Aspartat + 2-oksoglutarat AST oksaloasetat + L-

glutamat

Oksaloasetat + NADH + H+ MDH L-malat +

NAD+

Kecepatan oksidasi NADH proposional secara langsung

dengan aktivitas katalitik AST. Ini ditentukan dengan

mengukur penurunan absorbansi.

8. Albumin

Pengujian kolorimetri.

Pada kadar pH 4.1, albumin menunjukkan sifat yang

cukup kationik untuk dapat berikatan dengan bromcresol

green (BCG), suatu pewarna anionik, untuk membentuk

kompleks berwarna biru-hijau.

Albumin + BCG pH 4,1 kompleks albumin-BCG

Intensitas warna biru-hijau proporsional secara langsung

dengan konsentrasi albumin dalam sampel dan di ukur

secara fotometri.

9. Trigliserida

Tes enzimatik kolorometri


Trigliserida + 3 H2O LPL gliserol + 3 RCOOH

Gliserol + ATP GK MG2+ gliserol-3-fosfat + ADP

Gliserol-3-fosfat + O2 GPO dihidroksiaseton

fosfat+H2O2

H2O2 + 4-aminofenazon + Peroksidase 4-[p-

benzokuinon-monoimino]-fenolfenazon + 2 H2O + HCl

10. ALT

Pengujian ini mengikuti rekomendasi IFCC, tetapi

dioptimasi

Untuk kinerja dan stabilitas.

ALT mengkatalis reaksi antara L-alanin dan 2-

oksoglutarat. Piruvat yang terbentuk direduksi oleh

NADH dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh laktat

dehidrogenase (LDH) membentuk L-laktat dan NAD+.

L-alanin + 2-oksoglutarat ALT piruvat + L-

glutamat

Piruvat + NADH + H+ LDH L-laktat + NAD+

Kecepatan oksidasi NADH proporsional secara langsung

dengan aktivitas katalitik ALT. Ini ditentukan dengan

mengukur penurunan absorbansi.

11. Uric Acid

Tes enzimatik kolorimetri.

Urikase memecah asam urat untuk membentuk alantoin

dan hidrogen peroksida.

111
62

Asam urat + 2H2O + O2 Urikaze alantoin + CO2 +

H2O2

Dengan adanya peroksidase, 4-aminofenazon dioksidasi

oleh hidrogen peroksida menjadi zat warna quinone-

diimine.

2 H2O2 + H+\+ TOOSa+ 4-aminofenazon


Peroksidase zat warna quinone-diimine + 4H2O

Intensitas warna dari zat warna quinone-diimine yang

terbentuk proporsional secara langsung dengan

konsentrasi asam urat dan ditentukan dengan mengukur

peningkatan absorbansi.

a] N-etil-N-2-[2-hidroksi-3-sulfopropil]-3-metilanin

12. AMY-P (α-Amylase EPS Pancreatic)

Pengujian colorimetric

Setelah imunoinhibisi dengan antibodi terhadap α-amylase

saliva, α-amylase pankreatik ditentukan secara selektif

dengan metode kolorimetrik enzimatik menggunakan

substrat.

4,6-ethylidene-p-nitrophenyl-α-D-maltoheptaoside

[ethylidene-G7PNP],4

Skema reaksi yang disederhanakan :

5 ethylidene-G7PNPa) + 5 H2O α-amylase pankreatik 2

ethylidene-G5 + 2 G2PNP + 2 ethylidene-G4 + 2

G3PNP + ethylidene-G3 + G$PNP


2 G2PNP + 2 G3PNP + G4PNP + 14 H2O α—glucosidase

5 PNP + 14 Gb)

a) PNP ^ p-nitrofenol

b) G ^ Glukosa

Kadar informasi p-nitrofenol memiliki proporsi lurus

dengan aktivitas katalitik α-amylase pankreatik.

Penentuannya dilakukan dengan mengukur kenaikan

penyerapan fotometrik.

13. UREA/BUN

Kinetik UV Assay

Sample and addition of R1

Addition of R2 and start of reaction :

Urea is hydrolyzed by urease to form CO32- and

ammonia.

Urea + H2O urease 2 NH4+ + CO32-

The ammonia formed then reacts with α-ketoglutarate

and NADH in the presence of GLDH to yield

glutamate and NAD+

Α-ketoglutarate + NH4+ + NADH GLDH L-

glutamate + NAD+ + H2O

The decrease in absorbance due to consumption of NADH

is measured kinetically.

Cara Kerja :

Menyalakan Instrument C501

111
64

1. Pastikan UPS bekerja dengan baik dan kran air telah

terbuka.

2. Nyalakan alat (tombol power di samping kiri alat).

3. Nyalakan komputer control unit.

4. Isi operator ID dan password.

5. Instrument akan melakukan inisialisasi dan

maintanance rutin, tunggu sampai standby.

Melakukan Kalibrasi

1. Calibration.

2. Status.

3. Pilih jenis tes  pilih jenis kalibrasi (blanko, 2 point,

full).

4. Save (parameter yang terpilih akan ditandai warna

hijau).

5. Tentukan letak kalibrator pada rak (warna hitam).

Calibration  Calibrator  Rack assignment

Tentukan posisinya  add  Save.

6. Letakkan rak di sampel loader.

7. Start  Start.

Melakukan Kontrol

1. QC.

2. Status.

3. Pilih jenis pemeriksaan yang akan dikontrol.

4. Klik select.
5. Save (parameter yang terpilih akan ditandai warna

hijau).

6. Tentukan letak kontrol pada rak (warna putih) QC 

Control  Rack assignment Tentukan posisinya 

add  Save.

7. Letakkan rak di sampel loader.

8. Start  Start.

Melakukan Pemeriksaan (dengan barcode)

1. Letakkan sampel di rak sampel rutin (warna abu-abu),

jika sampel STAT rak warna merah.

2. Letakkan rak di samping loader.

3. Start  Start.

Melakukan Pemeriksaan (tanpa barcode)

1. Workplace  Test selection  Routine (N).

2. Isi sequence number, masukkan data pasien dan nomor

ID.

3. Pilih jenis tes yang diminta  Save.

4. Ulangi langkah 1 – 3 untuk memasukkan data sampel

lainnya.

5. Start  Start

Mematikan Instrument

1. Jika running ISE, siapkan rak hijau dan isi dengan :

Posisi 1 : NaOHD

Posisi 2 : ISE cleaning solution

111
66

Posisi 3 : Activator

2. Letakkan rak hijau di STAT loader

3. Start  Start

4. Setelah proses pencucian selesai, Log off  Pilih

Shutdown  Ok

5. Matikan Power bagian samping kiri.

Note : Komputer cobas link tidak perlu di shutdown,

hanya dimatikan powernya saja.

Nilai Normal :

No. Jenis pemeriksaan Nilai Normal Satuan


1. Serum Iron 50 – 170 ug/dL
2. TIBC 228 – 428 ug/dL
3. BSN ( Puasa) <120 mg/dL
4. GDA 50 – 140 mg/dL
5. 2JPP <140 mg/dL
6. BUN 10 – 20 mg/dL
7. Creatinin serum <1,5 mg/dL
8. Uric Acid 2,4 – 6,5 mg/dL
9. Albumin 3,7 – 5,6 g/dL
10. Total Protein 6,6 – 8,8 g/dL
11. Globulin 2,9 – 3,2 g/dL
12. Bilirubin Direct < 0,25 mg/dL
13. Bilirubin Total <1,00 mg/dL
14. Alkali Phospatase 73 – 207 U/L
15. SGOT <38 U/L
16. SGPT <41 U/L
17. Total Cholesterol 100 – 220 mg/dL
18. Trigliserida <200 mg/dL
19. HDL Cholesterol 35 – 65 mg/dL
20. LDL Cholesterol <150 mg/dL
21. CKMB 7 – 25 U/L
22. Calsium 8,6 – 10,2 mg/dL
23. Magnesium 1,6 – 2,6 mg/dL
24. Phospor 2,5 – 4,5 mg/dL
25. Natrium 136 – 144 mmol/L
26. Kalium 3,8 – 5,5 mmol/L
27. Chlorida 97 – 103 mmol/L
28. HbA1C 4,8 – 5,9 %
29. CRP kuantitatif <5,0 mg/dL
30. Amilase 13 - 53 U/L
31. Lipase 13 - 60 U/L

3.7 Bank Darah

3.7.1 Pemeriksaan Golongan Darah

Tujuan

Untuk mengetahui golongan darah pasien dan menentukan ada

atau tidak adanya antigen Adan B pada sel darah pasien

Metode

Pemeriksaan slide

Prinsip

Reaksi Antigen – Antibodi berupa penggumpalan (aglutinasi)

Alat dan bahan

- Mikropipet

- Objek glass

- Yellow tip

- Pengaduk (Lidi)

- Darah Vena

- Reagen:

 Reagen Antisera A

 Reagen Antisera B

 Reagen antisera AB

 Reagen antisera D

Cara kerja

111
68

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Objek glass masing-masing 1 tetes antisera (A, B, AB, D).

3. Satu tetes darah diteteskan pada objek glass masing-masing

disamping antisera.

4. Aduk dengan lidi atau batang pengaduk, kemudian digoyang-

goyangkan ± 1 menit dan amati adanya aglutinasi.

Intepretasi hasil

Golongan
Anti Anti
Darah / Anti A Anti B
AB D/Rhesus
Rhesus
A / (+) + - + +
B / (+) - + + +
AB / (+) + + + +
O / (+) - - - +
Keterangan :

+ : Adanya aglutinasi

– : Tidak adanya aglutinasi

3.7.2 Pemisahan sel eritrosit dengan plasma, pencucian sel , pembuatan

suspensi eritrosit 1% dan 5%

1. Pemisahan sel eritrosit dengan plasma

- Siapkan 2 buah tabung

- Tabung 1 di beri kode nama pasien dan diisi dengan sampel

darah pasien kurang lebih 1 ml.

- Tabung 2 di beri kode 1 dan diisi dengan darah donor yang

diambil dari potongan selang kantong darah donor.

- Kedua tabung dilakukan centrifugasi dengan kecepatan 3000

rpm selama 2 menit.


- Setelah selesai di centrifugasi maka sel eritrosit akan terpisah

dari plasma.

2. Pencucian sel eritrosit

- Sipkan 2 buah tabung.

- Tabung pertama dengan kode nama pasiean diisi dengan 1 tetes

sel eritrosit tanpa plasma yang di pipet dari dasar tabung dengan

kode nama pasien pada saat pemisahan sel eritrosit dengan

plasma.

- Tabung kedua dengan kode 1 diisi dengan 1 tetes sel eritrosit

tanpa plasma yang di teteskan dari selang kantong donor.

- Pada semua tabung baik dengan kode nama pasien dan kode

nomor 1 di tambahkan larutan saline hingga ¾ bagian tabung,

kemudian tutup setiap tabung dengan parafilm.

- Kedua tabung di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama

2 menit.

- Setelah selesai di centrifugasi buka parafilm dari tabung

kemudian buang supernatan sehingga yang tersisa sel eritrosit

100% pada dasar tabung.

3. Pembuatan suspensi eritrosit 1 % dan 5%

a. Pembuatan suspensi eritrosit 1 %

- Siapkan 2 buah tabung.

- Tabung pertama diberi kode nama pasien dan diisi dengan

500 ul dilluent dari dispenser + 5 ul sel eritrosit100% pasien

111
70

dari tabung dengan kode nama pasien pada saat pencucian sel

eritrosit, homogenkan kedua larutan.

- Tabung kedua diberi kode 1 dan diisi dengan 500 ul dilluent

dari dispenser + 5 ul sel eritrosit 100% pasien dari tabung

dengan kode 1 pada saat pencucian sel eritrosit, homogenkan

kedua larutan.

b. Pembuatan suspensi eritrosit 5 %

- Pada kedua tabung saat pencucian sel eritrosit yang berisi sel

eritrosit 100 % ditambahkan larutan saline sebanyak 19 tetes.

3.7.3 Pemeriksaan Golongan Darah metode Tube Test (tabung)

Tujuan

a. Pada Cell Typing

Untuk mengetahui jenis antigen A dan B yang terkandung pada

permukaan sel darah merah seseorang.

b. Pada Serum Grouping

Untuk mengetahui jenis antibodiA dan B yang terkandung pada

plasma seseorang.

Prinsip

a. Cell Typing

Reaksi antara antigen yang terdapat pada permukaan sel darah

merah dan antibodi sejenis yang terkandung pada reagen

antisera akan membentuk aglutinasi

b. Serum Grouping
Reaksi antara antibody yang terkandung pada serum atau plasma

dan antigen sejenis yang terkandung pada test sel 5 % akan

membentuk aglutinasi

Alat dan bahan

a. 8 buah tabung (untuk satu sampel)

b. Pipet pasteur

c. Centrifuge

d. Plasma pasien dan pendonor

e. Suspense sel eritrosit 5% pasien dan pendonor

f. Reagen

- Antisera A

- Antisera B

- Antisera AB

- Antisera D ( rhesus )

- Test sel A 5%

- Test sel B 5%

- Test sel O 5%

Cara kerja

a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

b. 3 buah tabung untuk pemeriksaan golongan darah pada Cell

Typing

- Tabung 1 diisi dengan 2 tetes antisera A + 1 tetes suspensi

eritrosit 5%

111
72

- Tabung 2 diisi dengan 2 tetes antisera B + 1 tetes suspensi

eritrosit 5%

- Tabung 3 diisi dengan 2 tetes antisera AB + 1 tetes suspensi

eritrosit 5%

c. 2 buah tabung untuk pemeriksaan rhesus dan auto control

- Tabung 1 diisi 2 tetes antisera D + 1 tetes suspensi eritrosit

5%

- Tabung 2 untuk auto control diisi dengan 1 tetes suspensi

eritrosit 5% + 2 tetes plasma

d. 3 buah tabung untuk pemeriksaan golongan darah pada serum

grouping.

- Tabung 1 diisi dengan 1 tetes test cell A 5% + 2 tetes plasma

- Tabung 1 diisi dengan 1 tetes test cell B 5% + 2 tetes plasma

- Tabung 1 diisi dengan 1 tetes test cell AB 5% + 2 tetes

plasma

e. Homogenkan setiap tabung.

f. Centrifuge semua tabung dengan kecepatan 3000 rpm selama 15

detik.

g. Setelah selesai di centrifuge, setiap tabung digoyangkan untuk

melihat reaksi aglutinasi dan simpulkan golongan darah

darahnya
Interpretasi hasil

Sel typing Serum grouping Kesimpulan


Rhesus Auto golongan
Anti Test sel Test sel Test sel
Anti-A Anti-B Anti D Kontrol darah dan
AB A B O
rhesus
4+ Neg 4+ Neg 4+ Neg 4+ Neg A+
Neg 4+ Neg 4+ Neg Neg 4+ Neg B+
Neg Neg Neg 4+ 4+ Neg 4+ Neg O+
4+ 4+ 4+ Neg Neg Neg 4+ Neg AB+
Keterangan :

+ : Adanya aglutinasi

– : Tidak beraglutinasi

3.7.4 Cross Match

Tujuan

Untuk mengetahui apakah sel darah merah donor bisa hidup di

dalam tubuh pasien

Prinsip

Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan

antigen sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 37o C dan

dalam waktu tertentu, dan dengan penambahan anti monoglobulin

akan terjadi reaksi aglutinasi.

Metode

Gell Test (Diamed)

Alat dan bahan

g. Mikropipet 50 ul dan 25 ul

h. Yellow tipe

i. Gell test

j. Centrifuge

k. Incubator

111
74

l. Suspensi erytrosit 1% pasien dan donor

m. Plasma pasien dan donor.

Cara kerja Cross Match :

a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

b. Disediakan Liss (Coombs Card) kemudian berikan identitas

pasien yaitu nama pasien, nomor RM, ruangan, nama

pemeriksa, golongan darah, jenis darah, dokter dan tanggal

pemeriksaan.

c. Pada Coomb Cards juga diberikan kode My untuk Mayor, Mn

untuk Minor dan AC untuk Auto Control

d. Buka penutup alumunium pada Coomb Cards

e. Dengan bantuan mikropipet diteteskan :

- Mayor : 50 ul suspensi eritrosit 1 % donor + 25 ul serum

/ plasma pasien

- Minor : 50 ul suspensi eritrosit 1 % pasien + 25 ul serum

/ plasma donor

- AC : 50 ul suspensi eritrosit 1 % pasien + 25 ul

serum / plasma pasien

f. Masukkan Coomb Cards ke dalam inkubator kemudian

inkubasi 37 oC selama 15 menit.

g. Setelah selesai masukkan Coomb Cards kedalam centrifuge,

kemudian centrifuge dengan kecepatan 1175 rpm selama 10

menit

h. Baca reaksi crossmatch dan simpulkan hasilnya.


 Skor kekuatan reaksi Cross Match

Keterangan :

- Negatif : Mengendap

- Positif : Melayang

 Interpretasi hasil

Mayor Minor AC Keterangan


- - - Darah keluar
+ - - Ganti darah donor, Rujuk
- + + Beri PRC Bila minor lebih kecil /= AC
+ + + Periksa golongan darah Os Maupun donor
Keterangan :

1. Cross Match Mayor, Minor dan AC, Negatif

a) Darah pasien cocok dengan darah donor.

b) Darah dapat diberikan kepada pasien.

2. Cross Match Mayor = Positif, Minor = Negatif, AC = Negatif

a) Periksa kembali golongan darah.

b) Periksa DTC pada darah donor, bila hasil positif maka

darah donor tersebut harus disingkirkan karena akan selalu

positif pada cross match mayor.

c) Apabila golongan darah sudah sama dan DCT donor negatif

maka kemungkinan ada irregular antibody pada darah Os.


111
76

d) Ganti darah donor, lakukan cross match lagi sampai didapat

hasil cross match negatif.

e) Apabila tidak ditemukan hasil cross match yang kompatibel

meskipun darah donor telah diganti maka harus dilakukan

screening dan identifikasi antibodi pada serum Os dalam hal

ini sampai darah dikirim ke Pembina terdekat.

3. Cross match Mayor = Negatif, Minor = Positif, AC = Negatif.

a) Artinya ada regular antibodi pada serum (plasma donor).

b) Solusi berikan PRC atau ganti dengan darah donor yang lain

bila yang diperlukan adalah plasma, trombosit, WB

kemudian lakukan cross match.

4. Cross match Mayor = Negatif, Minor = Positif, AC = Positif.

a) Lakukan direct coombs test pada Os.

b) Apabila DCT = positif, hasil positif pada crossmatch minor

dan AC berasal dari antibodi.

c) Apabila derajat positif pada minor sama atau lebih kecil.

d) Dibandingkan derajat positif pada AC/DCT, berikan PRC.

e) Apabila derajat positif pada minor lebih besar dibandingkan

derajat positif pada AC/DCT, darah tidak boleh

dikeluarkan, ganti darah donor, lakukan cross match lagi

sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih kecil

dibandingkan AC/DCT.

5. Mayor, Minor, AC = Positif


a) Periksa ulang golongan darah Os maupun donor, baik

dengan cell grouping maupun serum typing, pastikan tidak

ada kesalahan golongan darah.

b) Positif pada minor kemungkinan berasal dari auto antibodi

pada Os.

c) Sedangkan positif pada mayor, dan disebabkan oleh

irregular antibodi pada serum Os.

d) Jika memungkinkan lanjutkan pemeriksaan dengan

screening dan identifikasi antibodi.

Cara kerja DCT :

a) Buat suspensi 1 % (seperti di atas).

b) Disediakan liss (combs card). Berikan identitas sampel.

c) Diteteskan dengan mikropipet 50 ul suspensi sel 1%.

d) Putar pada ID centrifuge dengan kecepatan 1175 rpm selam

10 menit.

e) Baca reaksi

Mayor 1 Mayor 2 Minor 1 Minor 2 AC AP DCT


- - 1+ 1+ 1+ - 2+

Kesimpulan : Dari hasil pemeriksaan diperoleh hasil cross match

incompatible pada minor 1, minor 2, auto control

dan DCT .

- Pemeriksaan DCT dengan hasil 2+ menunjukkan adanya atau

terdapat AB yang coated pada sel darah merah Os (pasien).

- Darah PRC dapat diberikan kepada pasien .

111
78

Catatan :

- Autopool dilakukan jika donor lebih dari 1 orang.

- 1 autopool maksimal digunakan untuk 3 sampel.

- Interpool digunakan jika autoopol lebih dari 1.

- DCT dilakukan jika didapat hasil Positif pada auto control

- AB = Antibodi

- Ag = Antigen

- OS = Pasien

3.8 Laboratorium Immunologi

3.8.1 Pemeriksaan menggunakan Cobas e411

Tujuan

Untuk mengetahui antibodi atau antigen yang ada pada sampel

Metode

Electrochemiluminescence Immunocromatography

Alat : Cobas e411

Bahan : Serum

Parameter Pemeriksaan

A. Endokrinologi

Pemeriksaan : ET3, T4, TSH, FREE T-S, FREE T-4

B. TORCH

Pemeriksaan : IgG Toxoplasma, IgM Toxoplasma, IgG Anti

Rubella. IgM Anti Rubella, IgG Anti CMV

dan IgM Anti CMV.


C. Alergi

Pemeriksaan : IgE Total

D. Hepatitis

Pemeriksaan : HBsAg, HBeAg, HBe, HCV, HBs

E. Penanda Tumor

Pemeriksaan : CEA, Ca 125, Ca 19-9

Cara Kerja :

a. Menyalakan Instrumen

1. Memastikan UPS bekerja dengan baik

2. Menekan power “ON” printer

3. Membuka tutup procell dan clean cell

4. Menghidupkan instrumen, menaikkan power “ON”

(samping kanan), kemudian tekan power “ON” (depan)

5. Memasukkan Login dan password

6. Instrument akan melakukan inisialisasi, tunggu sampai

standby, siap digunakan ± 30 menit

7. Reagen dikeluarkan dari lemari pendingin, dibiarkan hingga

suhu kamar.

8. Cairan pencuci (System Water, Syswash + Aquades →

H100), limbah padat, limbah cair, dan consumable (PC/CC,

Assay cup, Assay tip, jika sudah habis ganti dengan yang

baru) diperiksa. Reagen dimasukkan kedalam reagen disk,

ditutup dan dilakukan reagen scan.

111
80

b. Melakukan Pemeriksaan (Tanpa Barcode)

1. Workplace → Test Selection → Routine (N)

2. Data pasien dan posisi pada rotor sampel dimasukkan.

3. Dipilih jenis tes yang diminta → Save.

4. Diulangi langkah 1 – 3 untuk memasukkan data sampel.

5. Stop barcode diletakkan pada posisi setelah sampel terakhir

(jika sampel lebih dari 30 stop barcode tidak perlu

diletakkan pada sampel disk).

6. Ditekan Start → Sta


rt
c. Melakukan Pemeriksaan (dengan barcode)

1. Ditekan System Overview → Sample Tracking → letakkan

sampel pada Sampel Disk → letakkan stop barcode setelah

sampel terakhir → tekan Sampel Scan

2. Setelah Standby, tekan Workplace → Test Selection dipilih

sampel dan parameter yang akan dikerjakan → Save

3. Dilakukan langkah 1 – 2 sampai sampel terakhir

4. Ditekan Start → Sta


rt
d. Mematikan Instrumen

1. Jika status instrumen berubah menjadi Standby, hal ini

berati instrumen sudah melakukan finalisasi maintenance

secara otomatis.

2. Tetapi jika instrumen dihentikan operasinya. Stop →

Standby dengan menekan tombol stop, maka sebelum


mematikan instrumen harus dilakukan Finalization

Maintenance → Finalization Maintenance → Select → OK

3. Setelah Standby, dikeluarkan semua reagen dari reagen disk

dan dimasukkan ke lemari pendingin. Tutup botol PC/CC

4. Log Off → pilih Shutdown → OK. Tunggu sampai layar

monitor menjadi gelap/mati dan lampu monitor juga mati.

5. Mematikan power bagian depan, dilanjutkan dengan

mematikan power bagian samping kanan.

3.8.2 Pemeriksaan IgG/IgM Dengue

Tujuan :

SD BIOLINE dengue IgG/IgM adalah tes cepat secara

immunokromatografi kualitatif mendeteksi IgG dan IgM antibodi

pada virus dengue dalam serum atau plasma. Tes ini juga dapat

digunakan untuk menentukan infeksi primer dan sekunder oleh

infeksi dengue.

Metode :

Immunocromatography

Alat :

- Pipet

- Stopwatch

Reagen :

Rapid Dengue IgG/IgM dan Reagen Dengue

Bahan : Serum

111
82

Prosedur :

a. Siapkan alat bahan dan reagen yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan.

b. Ambil rapid tes dan diamkan pada suhu kamar.

c. Pipet sample 5 µl dengan mikropipet dan teteskan pada lubang

sampel.

d. Teteskan 3 – 4 tetes diluents pada sumuran diluents.

e. Inkubasi selama 15 – 20 menit.

f. Baca dan catat hasil.

Pembacaan :

a. IgM positif apabila terdapat 2 garis pada daerah M dan C.

b. IgG positif apabila terdapat 2 garis pada daerah G dan C.

c. IgG dan IgM positif apabila terdapat 2 garis pada daerah G, M,

dan C.

d. Negative apabila hanya ada 1 garis pada C.

e. Invalid apabila tidak ada garis pada area control (C).

3.8.3 Pemeriksaan Dengue IgM/IgG

Tujuan

Untuk mendeteksi IgM dan IgG antibody virus dengue dalam

serum atau plasma.

Alat : - Pipet

- Stopwatch

Reagen : - Rapid dengue IgM/IgG

- Diluents assay
Bahan : Serum atau Plasma

Prosedur

a. Siapkan alat, bahan dan reagen yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan.

b. Buka rapid dan diamkan pada suhu kamar.

c. Pipet sampel 10 µl dengan pipet mikro dan teteskan pada

sumuran sampel.

d. Teteskan 3-4 tetes diluents pada sumuran diluents.

e. Tunggu selama 15-20 menit.

f. Baca dan catat hasil.

Pembacaan Hasil :

a. IgM Positif bila terdapat 2 garis pada daerah M dan C.

b. IgG Positif apabila terdapat 2 garis pada daerah G dan C.

c. IgG dan IgM Positif apabila terdapat 2 garis pada daerah G, M

dan C.

d. Negatif apabila hanya ada 1 garis pada C.

e. Invalid apabila tidak ada garis pada area control (C).

3.8.4 Pemeriksaan IgM Salmonella

Tujuan

Untuk mendeteksi IgM antibody bakteri salmonella dalam serum

atau plasma.

Metode

Immunocromatography

Alat : - Pipet

111
84

- Stopwatch

Reagen : - Rapid IgM Salmonella

- Diluents assay

Bahan : Serum atau Plasma

Prosedur :

a. Siapkan alat, bahan dan reagen yang dibutuhkan untuk

pemeriksaan.

b. Bawa rapid dan diamkan pada suhu kamar.

c. Pipet sampel 10 µl dengan pipet mikro dan teteskan pada

sumuran sampel.

d. Teteskan 3 tetes diluents pada sumuran diluents.

e. Tunggu selama 10-15 menit.

f. Baca dan catat hasil.

Pembacaan Hasil :

a. Strip I : Negative

b. Strip II : Positive

3.8.5 Pemeriksaan WIDAL Slide

Tujuan

Untuk mengetahui antibody bakteri Salmonella thyposa yang

berada didalam serum.

Metode : Aglutinasi

Alat : - Mikroskop

- Pipet tetes

- Objek glass
- Centrifuge

- Pengaduk

Bahan : Serum atau Plasma

Reagen :

- Reagen antigen Salmonella typhi O

- Reagen antigen Salmonella typhi H

- Reagen antigen Salmonella paratyphi A

- Reagen antigen Salmonella paratyphi B

Prosedur :

a. Sampel berupa darah, di centrifuge 3000 rpm selama 10 menit

untuk mendapatkan serum atau plasma.

b. Siapkan reagen Widal diatas slide, masing-masing satu tetes.

c. Serum yang telah didapatkan, diteteskan disamping reagen

Widal yang telah diteteskan sebelumnya.

d. Aduk dengan batang pengaduk.

e. Campurkan secara homogen dengan menggunakan rotator atau

dengan cara memutar-mutar (menggoyang-goyangkan) slide.

f. Baca hasilnya dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x,

hasil positif ditunjukkan dengan adanya aglutinasi dan dibaca

sebagai titer.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi :

- Negatif Palsu, pemberian antibiotik yang dilakukan

sebelumnya, hal ini akan menyebabkan negatif palsu sebab

111
86

akan menghalangi reaksi respon imun (antibodi), meski

sebenarnya positif apabila dilakukan gall culture.

- Positif Palsu, beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya, yang

juga memiliki antigen 0 dan H. Sehingga menimbulkan reaksi

silang dengan jenis bakteri lainnya. Dan bisa menyebabkan

terjadinya positif palsu (false positive) atau mungkin juga hasil

positif tersebut disebabkan oleh bakteri lain yang memiliki

antigen 0 dan H.

3.8.6 Pemeriksaan Anti Streptolysin O (ASO/ASTO)

Tujuan

Untuk mendeteksi ada tidaknya antibody streptolisin O baik

secara kualitatif maupun kuantitatif disebabkan oleh bakteri

Streptococcus A.

Metode Aglutinasi latex

Alat : - Slide (objek glass)

- Mikropipet

- Yellow tip

- Batang pengaduk

- Mikroskop

- Tissue

Bahan : Serum

Reagen : - Reagen ASO/ASTO

- NaCL 0.85%
Prosedur kerja

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

melakukan pemeriksaan.

b. Mengeluarkan reagen dalam lemari pendingin dan diamkan

dalam suhu ruang.

c. Meneteskan reagen ASTO pada objek glass yang setara dengan

50µl.

d. Memipet 50 µl sampel serum dengan menggunakan mikropipet

dan diteteskan disamping reagen yeng telah diteteskan

sebelumnya.

e. Menghomogenkan reagen dan serum dengan batang pengaduk.

f. Menggoyangkan slide selama 60 detik.

g. Mengamati reaksi yang terjadi dengan menggunakan

mikroskop dengan lensa objektif 100 x dan lensa okuler 10x.

h. Mencacat hasil pemeriksaan yang didapat.

Interpretasi hasil

Positif : Terbentuk Aglutinasi.

Negatif : Tidak terbentuk Aglutinasi.

NO Pengenceran Titer ASO/ASTO (IU/ml)


1 1:2 400
2 1:4 800
3 1:8 1.600
4 1 : 16 3.200

111
88

3.8.7 Pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF)

Tujuan

Untuk mengetahui adanya Rheumatoid Factor baik secara

kualitatif maupun semi kuantitaif di dalam serum.

Metode :

Aglutinasi latex

Alat : - Slide (objek glass)

- Mikropipet

- Yellow tip

- Batang pengaduk

- Mikroskop

- Tissue

Bahan : Serum

Reagen : - RF

- NaCL 0.85%

Prosedur kerja

a. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

melakukan pemeriksaan.

b. Mengeluarkan reagen dalam lemari pendingin dan diamkan

dalam suhu ruang.

c. Meneteskan reagen RF pada objek glass yang setara dengan

50µl.
d. Memipet 50 µl sampel serum dengan menggunakan mikropipet

dan diteteskan disamping reagen yeng telah diteteskan

sebelumnya.

e. Menghomogenkan reagen dan serum dengan batang pengaduk.

f. Menggoyangkan slide selama 60 detik.

g. Mengamati reaksi yang terjadi dengan menggunakan

mikroskop dengan lensa objektif 100x dan lensa okuler 10x.

h. Mencacat hasil pemeriksaan yang didapat.

Interpretasi hasil

Positif : terbentuk Aglutinasi.

Negatif : tidak terbentuk aglutinasi.

NO Pengenceran Titer RF (IU/ml)


1 1:2 16
2 1:4 32
3 1:8 64
4 1 : 16 128

3.9 LABORATORIUM CITO

3.9.1 Pemeriksaan Darah Lengkap Dengan Alat Sysmex XT 2000i

Tujuan

Mengetahui nilai dan jumlah pemeriksaan darah Lengkap (WBC,

RBC, HGB, HCT, PLT, MCV, MCH, MCHC, Persentase

diffcount Cell Neu, Eos, Bas, Lim, Mon) pada pasien.

Prinsip

Darah dengan antikoagulan EDTA, dihomogenkan kemudian

dimasukkan pada alat Sysmex XT-2000i kemudian dibaca secara

111
90

fotometrik dan apabila telah selesai maka hasil akan keluar secara

otomatis.

Alat : Sysmex XT-2000i.

Bahan : Darah EDTA

Reagen : - Cell Pack ( Diluent )

- Stromatolyser 40 S ( Lyse )

- Stromatolyser FL 3

- Sulfolyser.

Prosedur :

Alat dalam posisi ready

Melakukan QC

1. Mengklik QC analyze.

2. Pilih QC file yang akan digunakan kemudian tekan OK.

3. Memasukkan E-Check yang telah dihomogenkan ke dalam

sampel probe tekan Start.

4. Memastikan hasil QC dalam target dan klik Accept.

5. Untuk melihat grafik QC, klik QC kemudian pilih graph dan

level yang diinginkan.

Manual mode

1. Siapkan sampel minimal 500µl yang diambil sebanyak 20µl

oleh alat.

2. Cek status alat dalam posisi Ready (lampu peringatan

berwarna hijau).

3. Melakukan order pada icon Worklist.


4. Memasukkan Sampel ID ( Sacn Bardcode)

5. Mengisi jenis test (CBC+Diff).

6. Memasukkan pasien ID (Nomor register)

7. Mengisi First Name : - Nama Pasien (Ny, Tn, Nn, An dsb)

- Jenis kelamin (Fame atau Female).

8. Klik Save.

9. Klik Manual (scan barcode)

10. Dan klik OK.

11. Homogenkan sampel darah terlebih dahulu.

12. Memasukkan sampel dalam probe sampai ke dasar vacutainer

kemudian tekan Start, maka lampu hijau akan berkedip

tunggu sampai terdengar bunyi beep 2x lalu tarik sampel.

13. Hasil akan keluar pada monitor komputer dan akan tercetak

print out secara otomatis.

Metode Sampler

1. Menyusun blangko pemeriksaan, mulai dari donor yang

terkecil hingga yang terbesar.

2. Meletakkan vacutainer EDTA pada rak sampel sesuai

blangko pemeriksaan.

3. Tekan worklist, kemudian mengubah rak sampel dan tube pos

sesuai urutan tabung.

4. Memasukkan Sampel ID ( Sacn Bardcode)

5. Mengisi jenis test (CBC+Diff).

6. Memasukkan pasien ID (Nomor register).

111
92

7. Mengisi First Name : - Nama Pasien (Ny, Tn, Nn, An dsb)

- Jenis kelamin (Fame atau Female).

8. Klik Save.

9. Memasukkan data pasien selanjutnya sesuai dengan urutan

rak sampel dan tube pos dan dilakukan sampai dengan

sampel terakhir dan klik icon save.

10. Klilk icon sampler, scan bardcode kembali tabung posisi satu.

11. Memasukkan sampel ke dalam alat klik OK dan tunggu

hasilnya tercetak print out secara otomatis.

3.9.2 Pemeriksaan Kimia Klinik

Alat : Siemens Dimension EXL 200

Tujuan

Untuk mengetahui hasil parameter pemeriksaan kimia klinik

dengan alat auto analyzer pada serum pasien.

Prinsip

Analisa yang didasarkan pada pengukuran besaran serapan sinar

monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna dengan

menggunakan detektor fotosel, dimana besaran ini merupakan

fungsi dari kandungan komponen tertentu yang melakukan

penyerapan (Fotometri)

Bahan : Serum

Prosedur :

1. Sentrifuge darah yang sudah beku selama + 10 menit.

2. Tekan “Home” pada alat.


3. Tekan segment status (F8) untuk mengecek posisi yang

kosong.

4. Setelah data terisi masukkan sampel dengan posisi bardcode

menghadap keluar.

5. Kemudian tekan “Run”

3.9.3 Pemeriksaan Blood Gas Analyzer

Alat : Siemens Rapid Lab 348EX

Tujuan

Untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam basa yang

disebabkan oleh gangguan pernafasan dan atau gangguan

metabolic pada pasien.

Prinsip

Gas yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel

secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan

gas standar melalui pemancaran sistem infrared yang akan

menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang akan

dikonversi receiver menjadi signal analog.

Bahan

Sampel darah arteri dengan antikoagulan heparin.

Prosedur :

1. Memastikan alat dalam posisi siap, pada layar akan muncul

tekan :

- Tekan 1 untuk Syringe.

- Tekan 2 untuk QC.

111
94

2. Angkat tuas probe pada posisi yang benar.

3. Memasukkan sampel pada probe dengan mendorong probe

maju ke atas sampai terdengar bunyi “beep” yang berarti

sampel telah selesai. Pada layar akan muncul perintah ambil

sampel dan tutup probe.

4. Alat akan melakukan proses, sementara pada layar akan

muncul pesan , tekan ( # ) untuk memasukkan data pasien,

seperti dibawah ini :

- Measure at 370C

- Ph 7,3 gl

- PCO2 41,7 mmHg

- PO2 78,4 mmHg

- Na+ 138 mmol/L

- K+ 4,12 mmol/L

- Ca2+ 1,27 mmol/L

- HCl 47%

- Operator ID …

- Temp … oC

- Patient ID …

- CHb … g/dl

- FiO2 … %

5. Entry Patient Data :

- Operator ID : Petugas

- Patient ID : Nomor Register/ Nomor Lab


- Temperatur : 10,0 – 43,9OC.

- C&Hb : 2,0 – 23,0 g/dl atau 1,2 – 1,5

mmol/L

- FiO2 : 15,0 – 100,0 % (Bisa lihat Tabel

FiO2)

6. Hasil pemeriksaan akan tercetak langsung oleh printer alat

tersebut.

Cara Pengisian FiO2 dalam Pemeriksaan BGA

1. Kandungan O2 pemeriksaan normal = 21%

Sedangkan satuan O2 diruangan yang mengirim dalam satuan

2. Perhitungan 1 L = 4 %

Contoh Pemeriksaan menggunakan respirator sebanyak 4 L

Jadi (4x4)+21 % = 37 %

Catatan : bila pemeriksaan tidak menggunakan O2 / respirator

berarti yang dimasukkan FIO2 dalam pemeriksaan BGA

O2 FIO2
1L 25
2L 29
3L 33
4L 37
5L 41
6L 45
7L 49
8L 53
9L 57
10 L 61

111
96

 Nilai Batas K/Na

- K (rendah ) : <1,5 mmol/L (tinggi) : >15 mmol/L

- Na (rendah) : <40 mmol/L (tinggi) : >205 mmol/L

 Nilai Kritis BGA

- pH : <7,0 (low) >7,8 (high)

- PCO2 : <20 (low) >60 (high)

- PO2 : <40 (low) - (high)

3.9.4 Pemeriksaan Urine Lengkap

Tujuan

Untuk mengetahui diagnosis infeksi saluran kemih pada pasien.

Prinsip :

1. Berat Jenis

Adanya konsentrasi ion dalam urine, adanya kation dan

proton akan melepaskan bahan kompleks dan membentuk

perubahan warna ( biru, hijau, kuning ).

2. Leukosit

Esterase indoxyl ester dengan diazonium dye menjadi violet

dye.

3. Nitrit

Adanya nitrit dalam urine akan bereaksi dengan aromatic

amin, diazonium dan garam benzoquinoline akan

menimbulkan warna merah.

4. Ph

Perubahan warna double indikator bervariasi antara 5 – 9.


5. Protein

Adanya protein akan mengubah warna indikator dari kuning

menjadi hijau.

6. Glukosa

Reaksi enzimatik spesifik glukosa oxidase menimbulkan

warna hijau.

7. Keton

Adanya benda keton (acetoacetic, aceton ) menimbulkan

kompleks berwarna ungu

8. Urobilinogen

Rekasi kimia dengan garam diazonium dalam suasana asam

akan member warna merah.

9. Bilirubin

Bilirubin dengan garam diazo memberikan warna merah.

Warna ungu dalam suasana asam.

10. Darah

Adanya hemoglobin dan mioglobin yang mempunyain sifat

seperti peroksida, mereduksi H2O2 memberikan warna biru-

hijau.

11. Sedimen Urine

Urine yang mengandung komponen sisa hasil metabolisme

dalam tubuh dipisahkan dari urine dengan cara sentrifugasi

kemudian akan mengendap dan diamati dibawah mikroskop.

Alat : Meditron Junior II

111
98

Bahan : Urine sewaktu ( porsi tengah )

Prosedur :

Persiapan Sampel :

1. Mempersiapkan tabung yang bersih dan kering.

2. Menempelkan (menulis) nomor sampel (barcode) pada

tabung.

3. Menuang (memindahkan) sampel urine ke dalam tabung

sentrifuge urine.

Pengoperasian Alat :

1. Posisikan alat dalam kondisi “Ready-Start”.

2. Tekan “Paging” pada alat, akan muncul “Worklist”.

3. Tekan “Set” kemudian “Enter”, akan muncul “End”.

4. Memasukkan nomor ID pasien.

5. Tekan “Enter” dan akan muncul “Ready-Start” pada alat

Kemudian “Start” sebanyak 2 x.

6. Mencelupkan stik Combur test ke dalam urine pasien, dan

diletakkan pada tempat sediaan urine (Tidak boleh melebihi

garis putus-putus).

7. Hasil akan keluar secara otomatis pada printer alat tersebut.

Pemeriksaan Sedimen Urine :

1. Urine yang telah dimasukkan ke dalam tabung sentifuge

kemudian diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 15

menit.
2. Membuang cairan supernatan urine dengan cepat dan tegak

lurus sehingga didapatkan sisa ± 0,5 ml.

3. Menghomogenkan kembali untuk mensuspensi sedimen

dengan menggunakan mikropipet.

4. Meletakkan ±15 µl sedimen yang telah homogen diatas objek

gelas dan ditutup dengan cover gelas.

5. Kemudian diamati dibawah mikroskop perbesaran 10x dan

40x.

Interpretasi Hasil :

Makroskopis (Automatic)

- Berat jenis : 1,010

- Ph : 5

- Leukosit : Neg

- Nitrit : Neg

- Protein : Neg

- Glukosa : Normal

- Keton : Neg

- Urobilinogen : Normal

- Bilirubin : Neg

- Eritrosit : Neg

Mikroskopis (Sedimen Urine)

- Eritrosit : 0-1

- Leukosit : 0-1

- Silinder : +/-

111
100

- Epitel : 0-1

- Bakteri : +/-

- Kristal : +/-

- Lain-lain : +/-

3.9.5 Pemeriksaan Golongan Darah

Metode

Slide Aglutinasi

Tujuan

Mengetahui Golongan darah dan Rhesus seseorang

Prinsip

Reaksi antigen pada sel darah merah dengan antibodi pada reagen

berupa penggumpalan (aglutinasi)

Alat : - Mikropipet

- Yellowtip

- Batang Pengaduk

- Slide Golongan Darah

Bahan : Serum atau Plasma

Reagen : - Reagen anti-A

- Reagen anti-B

- Reagen anti-AB

- Reagen anti-D (Rhesus)

Prosedur :

1. Pada sebuah slide golongan darah teteskan 1 tetes serum anti

A dilingkaran A, 1 tetes serum anti B dilingkaran B, 1 tetes


serum anti AB dilingkaran AB, dan 1 tetes anti-D di

lingkaran Rh .

2. Pada masing-masing serum teteskan 1 tetes darah yang akan

diperiksa, campurkan dengan cara menggoyangkan kedepan

dan kebelakang, sambil diamati adanya gumpalan (aglutinasi)

berupa titik-titik halus seperti pasir yang akan terjadi.

3. Pengamatan dilakukan dalam waktu 2 menit setelah

percampuran antisera dan darah yang akan diperiksa

4. Kesalahan dapat terjadi dalam pembacaan secara kasat mata

karena gumpalan yang terjadi bisa sangat halus dan tidak

terlihat, pastikan secara mikroskopik.

3.9.6 Pemeriksaan Widal

Metode

Uji Widal Lempeng ( Slide Agglutination Test / SAT )

Tujuan

Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap Salmonella typhi dan

Salmonella paratyphi dalam serum

Prinsip

Kemampuan antibodi dalam serum pasien dalam mengaglutinasi

antigen Salmonella O ( antigen somatik ) dan Salmonella H

(antigen flagela) Titer antibodi ditunjukkan dengan pengenceran

tertinggi yang masih dapat menunjukkan aglutinasi.

Alat : - Sentrifuge

- Mikropipet

111
102

- Yellow tip

- Slide Aglutinasi dengan 4 lingkaran / object

gelas

- Batang Pengaduk

Bahan : Serum atau Plasma

Reagen : - Salmonella Typi O

- Salmonella Typi H

- Salmonella Paratypi A-O

- Salmonella Paratypi B-O

Prosedur Kerja :

1. Dengan menggunakan mikropipet, dipipet serum sebanyak 25

µl diteteskan pada slide ke dalam masing-masing lingkaran

slide

2. Teteskan 1 tetes antigen O pada lingkaran slide pertama,

antigen H pada lingkaraang selanjutnya, Antigen A-O pada

lingkaran slide selanjutnya, dan Antigen B-O pada lingkaran

slide terakir.

3. Campur dan ratakan hingga ke seluruh permukaan dalam

lingkaran

4. Dengan perlahan dan sering, guncang dan putar tes slide

selama 1 menit hingga terlihat adanya aglutinasi

5. Hasil yang diperoleh dilihat besarnya aglutinasi, dengan titer

1/80 1/160 1/320

6. Jika aglutinasi halus dianggap negatif


Interpretasi Hasil

1. Negatif ( - ) : Tidak terjadi Aglutinasi

2. Positif ( + ) : Terjadi Aglutinasi (Titer 1/80, 1/160,

1/320)

Stabilitas

1. Reagen Widal Test ( Salmonela) harus disimpan pada

temperatur antara 2° -8°C

2. Reagen jangan digunakan jika telah melewati batas

kadaluarsa. Sebaiknya hindari pemaparan bahan terhadap

temperatur berlebihan.

3. Hindari dari cahaya matahari langsung

4. Jangan di bekukan karena akan menyebabkan kerusakan.

3.9.7 Pemeriksaan Anti HIV

Metode

Anti HIV Strip (Casette).

Tujuan

Sebagai tes penyaring untuk mengetahui adanya antibodi spesifk

terhadap HIV.

Alat : - Mikropipet

- Yellow tip

Bahan : Serum, Plasma atau WholeBlood

Reagen : 1. Buffer Anti-HIV

2. Anti-HIV Strip (Casette).

111
104

Prosedur Kerja

1. Dipipet 10 µL serum (plasma), tetesi pada area sumur

sampel.

2. Ditetesi diluent (buffer) Anti-HIV pada area sumur sampel

sebanyak 4 tetes.

3. Diamkan selama 10-15 menit

4. Dilihat garis yang terbentuk.

Interpretasi Hasil

1. Hasil Positif → Jika pada area control (C) terbentuk garis dan

terbentuk di garis pada area HIV 1 atau HIV

2.

2. Hasil Negatif → Jika pada area control (C) terbentuk garis dan

tidak terbentuk garis pada area HIV 1 atau

HIV 2.

3. Hasil Invalid → Jika tidak terbentuk garis pada garis kontrol

(C) tetapi terbentuk di garis HIV 1 atau HIV

2, atau tidak terbentuk garis pada semua area.

3.9.8 Pemeriksaan Dengue Ns1 Antigen

Metode

Metode yang digunakan pada pemeriksaan dengue NS1 Ag

adalah Imunochromatografi rapid test

Tujuan

Untuk mendeteksi secara kualitatif antigen NS1 Dengue virus

didalam sampel (serum, plasma, atau whole blood) pasien.


Prinsip

Dengue NS1 Ag yang terdapat dalam serum, plasma atau whole

blood sebagai antigen bereaksi dengan anti NS1 Ag yang dilapisi

koloidal emas pada strip sebagai antibodi akan bergerak di

sepanjang membran secara kromatografi menuju wilayah test

yang dilapisi oleh antibodi spesifik terhadap dengue yang akan

membentuk garis warna sebagai kompleks partikel emas antibodi-

antigen-antibodi.

Alat : - Mikropipet

- Yellow Tip

- Buffer Dengue NS1 Antigen

Bahan : Serum, plasma atau Whole Blood

Prosedur Kerja

1. Dikeluarkan kaset One Step Dengue NS1 Antigen dari

tempatnya, letakkan di tempat yang datar dan kering.

2. Ditambahkan 3 tetes sampel pada lubang S (sampel)

3. Ditunggu 15-20 menit

4. Dibaca hasil pemeriksaan, dan jangan dibaca lebih dari 20

menit karena akan menghasilkan hasil yang salah.

Interpretasi Hasil

1. Positif : Muncul 2 garis yaitu pada garis Control (C)

dan Test (T)

2. Negatif : Muncul 1 garis yaitu pada garis Control (C)

111
106

3. Invalid : Tidak muncul garis Control (C) dan Test (T)

atau muncul 1 garis yaitu padagaris Test (T).

3.9.9 Analisa Faeces

Tujuan

Untuk mengetahui parasite yang terdapat pada faeces

Metode

Analisa makroskopis dan mikroskopis

Alat : - Mikroskop

- Objek glass

- Cover glass

- Lidi (batang pengaduk)

- Mikropipet

Bahan : Sampel faeces

Reagen : Eosin atau Lugol

Prosedur Kerja

1. Evaluasi faeces secara makroskopis (warna, konsistensi, darah

dan lendir)

2. Untuk pemeriksaan mikroskopis, teteskan 1 tetes Eosin di atas

objek glass.

3. Ambil sedikit faeces, aduk rata pada tetesan eosin.

4. Tutup dengan cover glass.

5. Lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 x


6. Lihat adanya sel – sel epitel, lekosit, eritrosit, telur cacing,

larva cacing, kista maupun troposoit amoeba, serat makanan

dan lain – lain.

3.9.10 Pemeriksaan HbsAg Device

Metode

Rapid Test (Strip)

Tujuan

Untuk mengetahui adanya virus Hepatitis B dalam serum

penderita

Prinsip

HbsAg dalam sampel akan berikatan dengan anti Hbs colloidal

gold konjugat membentuk komplek yang akan bergerak melalui

membran area tes yang telah dilapisi oleh anti HBs. Kemudian

terjadi reaksi membentuk garis berwarna merah muda yang

menunjukkan hasil positif.

Reagen : V care HbsAg strip

Bahan : Serum

Prosedur Kerja

1. Dimasukkan sampel darah kedalam sentrifuge, kemudian di

sentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

2. Buka kemasan HbsAg Cassette.

3. Beri identitas terlebih dahulu.

4. Ambil serum pasien menggunakan pipet dalam kemasan.

5. Teteskan serum pada lubang sampel sebanyak 3 tetes.

111
108

6. Tunggu hasil selama 15 menit.

7. Amati tanda garis pada cassete.

Interpretasi Hasil

1. Positif (+)

Selain timbul garis merah pada daerah control (C), akan

muncul 1 (1) garis merah yang nyata di daerah test (T), hasil

positif menyatakan adanya HBsAg.

2. Negatif (-)

Timbul 1 (1) garis merah pada bagisn control (C), dan tidak

ada garis merah di daerah test (T).

3. Invalid

Tidak muncul warna merah baik pada daerah test (T),

maupun control (C), indikasi kesalahan prosedur atau reagen

test yang rusak

Stabilitas

1. Strip HbsAg sebaiknya disimpan pada suhu ruang (2-30°C)

2. Jangan menggunakan HbsAG Strip bila telah melewati masa

berlaku (expired date)

3. Serum atau plasma dapat disimpan pada suhu 2-8°C selama 3

hari dan bila akan dibekukan dapat dilakukan dalam suhu -

20°C. Bila serum beku akan diperiksa, serum dibiarkan stabil

pada suhu ruang terlebih dahul


BAB VI

ANALISA STUDY KASUS

4.1 Pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik didapat data

sebagai berikut :

Nama pasien : mr. X


Jenis kelamin : laki – laki
Umur : 60 thn
Hasil pemeriksaan pada bagian kimia klinik :
Bilirubin total : 12,37 mg/dl Nilai rujukan : 0 – 1,2 mg/dl
Bilirubin direct : 11,66 mg/dl Nilai rujukan : 0 – 0,2 mg/dl
AST : 30 u/l Nilai rujukan : 0 – 40 u/l
Albumin : 3,93 g/dl Nilai rujukan : 3,97 – 4,94 g/dl
Glukosa : 159 mg/dl Nilai rujukan : 74 – 106 mg/dl
Bagaimana penjelasan dengan hasil laboratorium tersebut?
Jawaban :
Pada hasil laboratorium di temukan kadar bilirubin total yang
sangat tinggi yaitu 12,37 mg/dl dan bilirubin direct yang juga sangat tinggi
yaitu 11,66 mg/dl, sehingga kita bisa mendapatkan kadar bilirubin indirek
sebesar 0,81 mg/dl. Pada hasil laboratorium ini dapat di lihat bahwa
bilirubin direct sangat tinggi dibandingkan bilirubin indirek. Hal ini
menunjukkan adanya gangguan setelah hati (post hepar). Kadar AST dan
ALP yang masih normal dapat memberikan 2 arah pengertian yang
berbeda yaitu yang pertama adalah AST dan ALP yang normal disebabkan
karena memang sel – sel hati (hepatosit) masih baik, yang kedua yaitu
AST dan ALP yang normal karena telah banyak sel hati yang rusak maka
hepatosit masih mampu menghasilkan AST dan ALP sedikit
4.2 Ibu tati datang menuju rumah sakit dengan keadaan batuk2(ciri-ciri TB).
Setelah diperiksakan ternyata ibu tersebut mempunyai gejala awal
penyakit TB. Dokter akhirnya menyuruh ibu tersebut untuk melakukan
pemeriksaan Dahak. Pada pemeriksaan Dahak dokter tersebut meminta
untuk di lakukan Tes TCM dan pewarnaan Zn. Setelah dilakukan

111
110

pemeriksaan ternyata pada pewarnaan Zn BTA neg, tetapi saat dilakukan


pemeriksaan TCM hasil menunjukkan BTA positif (lemah). Hasil
manakah yang harus dilaporkan ?
Jawaban :
Pada hasil pemeriksaan pasien, Tetap dituliskan BTA positif
meskipun pada saat pewarnaan Zn hasil menujukkan BTA negatif. Karena
pada saat dilakukan pemeriksaan metode TCM hasil BTA positif, dan
alasan hasil tetap dilaporkan positif karena , pemeriksaan TCM adalah
pemeriksaan yang lebih spesifik dan dapat mengetahui sel yang terkena
bakteri TB.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan dari tanggal 02 Mei

2018 hingga 31 Mei 2018, dapat kami simpulkan beberapa hal, sebagai

berikut :

1. Kegiatan Praktek Kerja Lapangan sangat penting artinya dan sangat

bermanfaat bagi Mahasiswa sebagai bekal setelah terjun ke Masyarakat

dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan

Laboratorium.

2. Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan, Mahasiswa dapat

menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatkan

selama proses perkuliahan sekaligus menambah wawasan tentang

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Laboratorium yang sangat

cepat.

3. Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan, Mahasiswa dapat

meningkatkan keterampilan dan sikap profesionalisme dalam pelayanan

kesehatan kepada masyarakat terutama pelayanan Laboratorium.

5.2 Saran – Saran

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan sangat penting artinya dansangat

bermanfaat bagi Mahasiswa. Untuk pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

yang akan datang disarankan agar:

111
112

1. Kepada Mahasiswa diharapkan mempersiapkan diri, baik fisik maupun

mental yang merupakan penunjang keberhasilan dalam pelaksanaan

Praktek Kerja Lapangan tersebut.

2. Mempersiapkan dan menguasai materi yang akan dipraktekkan dengan

sebaik mungkin, sehingga dari tempat Praktek KerjaLapangan nanti

sudah siap untuk melaksanakan praktikum.

3. Setiap mahasiswa harus memiliki kreatifitas dan inisiatif yang tinggi

sehingga hasil Praktek Kerja Lapangan bisa lebih optimal.

4. Mahasiswa peserta Praktek Kerja Lapangan harus memiliki Dinamika

Kelompok, sehingga Team Work yang bekerja memiliki kerjasama

yang baik.

5. Mahasiswa peserta praktek diharapkan bersikap lebih disiplin

baikwaktu, perilaku, kejujuran, etika dan tanggung jawab sehingga

kegiatan PKL dapat berjalan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai