Disusun oleh:
DIAN NUR KUMALASARI 22020111200017
ENDAH DWI PRIATINI 22020111200027
HENDRIK KURNIAWAN 22020111200031
INDAH SRI WAHYUNINGSIH 22020111200034
MIFTAHUR ROHMAN 22020111200045
NOVITA PUSPARINI 22020111200047
NUR HARJANTI 22020111200048
NURUL FAUZIAH 22020111200049
WAHYUDI MULYANINGRAT 22020111200064
YOSAXINA ANGGI SANTOSO 22020111200066
ZULAIKHAH SRI UTAMI 22020111200068
Inden kamar
c. Methods
1) Metode dalam Pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien
Metode keperawatan yang digunakan di Ruang Baitunnisa II
menggunakan metode tim. Metode tim merupakan sistem dimana terdiri
atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien dibagi menjadi 2-3 grup/tim yang terdiri atas
tenaga profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu. Metode ini merupakan metode yang memberikan
perawatan secara secara menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Seorang
kepala ruang memiliki beberapa ketua tim dan seorang ketua tim
memiliki beberapa perawat pelaksana. Seorang ketua tim idealnya harus
mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien,
tetapi pelaksanaan di Ruang Baitunnisa II seorang ketua dan anggota tim
bekerja secara fungsional ketika shift pagi antara lain: memandikan bayi,
memandikan ibu, dan memberikan injeksi dan mengganti balutan ibu
post operasi SC. Hasil dari observasi didapatkan data bahwa metode tim
biasanya hanya dilakukan pada pagi hari dengan modifikasi sistem
penugasan fungsional, sedangkan pada sore hari semua perawat
melakukan asuhan keperawatan secara bersama-sama hanya saja
pendokumentasian di lakukan secara tim. Hasil kuesioner yang diberikan
kepada 18 perawat mengenai metode tim adalah sebagai berikut:
1. Proporsi pengetahuan perawat tentang metode keperawatan
tim
Diagram di atas menunjukkan proporsi pengetahuan perawat
tentang metode keperawatan tim di Ruang Baitunnisa II RS Is-
lam Sultan Agung sebanyak 5 perawat (28%) menyatakan per-
awat yang memenuhi semua kebutuhan pasien saat dinas, 8
perawat (48%) menyatakan ketua tim bertanggung jawab selama
24 jam sehari secara terus menerus dan konsisten, 5 perawat
(28%) menyatakan perawat tim memberikan pelayanan
berdasarkan pembagian tugas menurut jenis pekerjaan.
KEPERAWATAN TIM
Distribusi frekuensi peran yang sudah dilakukan dalam
metode keperawatan tim di Ruang Baitunnisa II
Diagram di atas menunjukkan 11 perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit, 13
perawat mengikuti timbang terima, 13 perawat menerima pasien
dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif sekaligus
membuat tujuan dan rencana keperawatan melaksanakan
rencana yang telah dibuat selama dinas, 12 perawat
mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain, 13 perawat
mengevaluasi keberhasilan yang dicapai, 15 perawat menerima
dan menyesuaikan rencana, 13 perawat menyiapkan penyuluhan
untuk pulang, 14 perawat melaksanakan sentralisasi obat, 17
perawat mendampingi visite dokter dan melaksanakan ronde
keperawatan bersama dengan kepala ruangan dan perawat
pelaksana, 16 perawat melaporkan perkembangan pasien kepada
kepala ruangan.
PERAWAT PELAKSANA
Distribusi frekuensi peran yang sudah dilakukan Perawat
Pelaksana di Ruang Baitunnisa II
c. Ronde Keperawatan
Hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 10
Februari 2012, kegiatan ronde keperawatan belum bisa dilakukan
karena kurangnya kasus-kasus penting yang perlu dirondekan.
Ronde keperawatan terakhir dilakukan pada bulan kemarin
dengan alasan kasus yang dirondekan hanya kasus-kasus yang
ringan dan kurang berbobot untuk dirondekan.
d. Cara Memperkenalkan Ruangan Baitunnisa II kepada
Pelanggan
Setiap ada pasien baru belum ada petugas yang
mengorientasikan pasien pada lingkungan sekitar Ruang
Baitunnisa II, misalnya memberitahukan fasilitas-fasilitas yang
disediakan di ruangan Baitunnisa II. Pasien juga belum
diberitahukan peraturan-peraturan yang harus ditaati. Pasien hanya
diberitahu mengenai cara menyusui dan merawat bayi.
Dokter
Persetujuan
Keluarga sepakat
Farmasi/Apotek keluarga
Obat diletakkan di
loker pasien Perawat Pasien
2) Mebelair :
1) Almari linen (3)
2) Konter perawat (1)
3) Kursi penunggu (28)
4) Kursi perawat (11)
5) Kursi tunggu panjang (1)
6) Pemanas bayi (1)
7) Loker perawat (2)
8) Meja bayi (4)
9) Meja dokter (1)
10)Meja karu (1)
11)Meja pasien (12)
12)Papan mading
13)Papan nama pasien (1)
14)Papan nama perawat (1)
15)Papan pengumuman
3) Rumah Tangga :
1) Al Qur’an (10)
2) Baki besar (3)
3) Baki kecil (2)
4) Box file (10)
5) Bunga plastik (1)
6) Cermin wastafel (13)
7) Ember bayi (4)
8) Ember kamar mandi (13)
9) Ember sibin (5)
10)Filling kabinet kecil (6)
11)Gayung (13)
12)Jam dinding (15)
13)Jemuran handuk (4)
14)Keset (15)
15)Rak sepatu (7)
16)Tempat Al Qur’an (2)
17)Tempat sampah kecil (18)
4) Perabot :
1) Almari makanan (2)
2) Piring (6)
3) Sendok (6)
2. Alat Medis
1) Almari obat (1)
2) Almari obat pasien (1)
3) Ambubag bayi (1)
4) Ambubag dewasa (1)
5) Animec (2)
6) Baskom kompres (1)
7) Bed gyn (1)
8) Bed pasien kelas II (14)
9) Bed pasien kelas III (15)
10) Bed pasien lama (12)
11) Bengkok besar (3)
12) Bengkok sedang (3)
13) Box bayi (23)
14) Ember linen (3)
15) Gunting verban besar (1)
16) Gunting verban kecil (1)
17) Gynekologi set (1)
18) Inkubator/ penghangat (1)
19) Kom kecil tutup (3)
20) Kom sedang terbuka (2)
21) Kom sedang tutup (2)
22) Kursi roda (1)
23) Lampu tindakan (1)
24) Manometer O2 (10)
25) O2 kecil set (1)
26) Pispot plastik (3)
27) Pispot stenlis (8)
28) Oxymetri (1)
29) Senter sedang (1)
30) Sketsel (11)
31) Standar infus bed (24)
32) Standar infus beroda (28)
33) Stetoskop anak (1)
34) Stetoskop bayi (1)
35) Stetoskop dewasa (2)
36) Tangga pasien (13)
37) Tempat sampah medis (2)
38) Tensimeter air raksa (3)
39) Termometer raksa (1)
40) Timbangan bayi (2)
41) Timbangan dewasa (1)
42) Tounge spatle (1)
43) Torniket (1)
44) Troli mandi bayi (1)
45) Troli mandi pasien (1)
46) Troli obat (1)
47) Troli verbed (1)
48) Troli tindakan (1)
49) Troli visite (1)
50) Tromol besar (1)
51) Urinal (1)
52) Vacum suction (6)
3. Logistik ruangan
1) Stik laken (80)
2) Selimut (80)
3) Sarung bantal (80)
4) Sprei (80)
5) Perlak (100)
6) Sabun baby cair (2)
7) Rinso (1 kg)
8) Sabun colek (2)
9) Buku ½ folio (2)
10) Buku kwarto (2)
11) Buku folio 200 (2)
12) Buku skrip (10)
13) Amplop kecil (3)
14) Amplop besar (2)
15) Spidol board maker (4)
16) Spidol permanen (4)
17) Palstik obat (1 box)
18) Penghapus (2)
19) Lem (3)
20) Tip X (2)
21) Stiker (5)
22) Bulpoin (5)
23) Isi staples besar (2)
24) Isi taples kecil (2)
25) Klip kecil (2)
26) Klip besar (2)
27) Stabilo (1)
28) Batu batre kecil (6)
b. Sterilisasi Alat
Proses sterilisasi alat pada ruangan adalah sebagai berikut:
Instrumen dicuci pada air mengalir.
Pencucian dilakukan menggunakan desinfektan.
Instrumen dikeringkan.
Instrumen dikirim ke CSSD.
c. Fasilitas Kamar Pasien
Ruang Baitunnisa II terbagi menjadi 2 ruangan yaitu ruang
kelas II, ruang kelas III, HND. Fasilitas untuk masing-masing
ruangan adalah sebagai berikut:
1) Ruang Kelas 2
a) Ukuran ruangan 8x10 m2
b) 6 tempat tidur
c) 6 kursi pengunjung
d) 6 almari
e) 1 Kamar mandi
f) 4 pispot
g) 1 bak sampah
h) 2 wastafel dan cermin
2) Ruang Kelas 3
a) Ukuran ruangan 8,5 x 10 m2
b) 7-10 tempat tidur
c) 7-10 kursi pengunjung
d) 7-10 almari
e) 2 kamar mandi untuk 14-20 pasien
f) 4 pispot
g) 1 bak sampah
h) 2 wastafel dan cermin untuk 14-20 pasien
3) Ruang HND
a) Ukuran ruangan 7x8,5 m2
b) 4 tempat tidur
c) 4 kursi pengunjung
d) 4 almari
e) 2 kamar mandi untuk 4 pasien
f) 4 bed set monitor
g) 4 oksigen sentral
4) Dapur
a) Ukuran ruangan 2x4
b) Meja bentuk L
c) Wastafel
d) 1 Kursi
e) 1 trolly
f) 1 kompor gas
g) 1 rak piring
h) 1 bak air
i) 1 rice cooker
j) 2 galon air meniral
k) 2 dispenser
5) Gudang
a) Ukuran ruang 2x1,5
b) 1 trolly linen
d. Fasilitas Staf
Ruang perawat dan operasional
1) Nurse Station
a)
1 meja administrasi
b)
Kursi
c)
1 meja telepon
d)
2 pesawat telepon
e)
1 set PC computer
f)
5 rak untuk laporan asuhan keperawatan
g)
1 rak untuk CM pasien
h)
1 rak untuk form pemeriksaan diagnostik pada pasien
i)
1 aquarium
j)
1 almari untuk meletakkan dokumen-dokumen penting
ruang Baitunnisa II
k)
1 figura berisi visi, misi, dan moto rumah sakit, 1 figura
berisi tata cara bertelepon, 1 figura berisi motto rumah
sakit, 1 figura berisi pancasila, 2 figura berisi foto presi-
den dan wakil presiden, 3 figura berisi prevalensi kasus
terbanyak di ruang Baitunnisa II, 1 figura berisi falsafah
bidang keperawatan, 1 figura berisi misi bidang keper-
awatan, 1 figura berisi visi bidang keperawatan, 1 figura
berisi tujuan ruang Anggrek, 1 papan berisi call center
pelayanan Ruang Baitunnisa II.
l)
1 buah wastafel lengkap dengan sabun desinfektan dan l
handuk
2) Ruang KARU
a) 1 meja kerja
b) 2 kursi
c) 1 buah printer
d) 1 buah almari
e) 1 buah rak buku, 1 buah rak alat tulis
f) 1 buah jam dinding
g) 13 box file
h) 1 buah printer
i) 3 vas dan bunganya
3) Ruang Tindakan
a) 1 almari pendingin alat kesehatan
b) 1 set alat emergency
c) 1 timbangan berdiri
d) Tempat sampah medis dan non medis
e) Bak dorong tempat linen kotor
4) Ruang istirahat perawat/ganti
a) 1 buah loker besar untuk tempat tas perawat
b) 2 buah almari linen
c) 1 buah kursi
d) 1 buah meja
e) 2 buah kasur
f) 1 buah karpet untuk tempat sholat
5) Dapur
a) 1 tempat cuci piring
b) 1 rak piring dan gelas
c) 1 kompor gas
6) Kamar mandi
a) 1 kloset jongkok
b) 1 bak mandi permanen
c) 1 gayung
2. Machine
a. Jumlah Kamar Pasien di Ruang Baitunnisa II
Jumlah kamar pasien di ruang Baitunnisa II adalah 10 kamar
yang terdiri dari kamar kelas II, kelas III dan HND.
b. Jumlah Perawat di Ruang Baitunnisa II
Jumlah tenaga perawat di Ruang Baitunnisa II ada 20 orang.
Data Kepegawaian atau SDM di Ruang Baitunnisa II adalah:
1) Tenaga Keperawatan
No Klasifikasi Pendidikan Jumlah
1 D III Keperawatan 9
2 S1 Keperawatan 1
3 S1 + Ners Keperawatan 4
4 D IV Kebidanan 1
5 DIII Kebidanan 5
2) Tenaga Non Keperawatan
No Jabatan Jumlah
1 Cleaning Service (out 3
sourcing)
2. PROSES
1. Planning
a. Visi dan Misi
Belum adanya visi dan misi yang jelas mengenai ruangan
Baitunnisa II
b. Motto Ruang Baitunisa II
Melayani dengan hati islami
c. Tujuan Ruang Baitunnisa II
Umum
Mengoptimalkan tumbuh kembang dan kesehatan individu yang
dimulai sejak kehamilan umur 20 minggu sampai dengan bayi
berusia 7 hari.
Khusus
1) Menurunkan angka kessakitan dan kematian ibu dan bayi
2) Mencegah kecacatan akibat bayiresiko tinggi sesak masih
dalam kandungan 20 minggu sampai bayi usia 7 hari
3) Meningkatkan kualitas yang dimulai individu sesak
kehamilan 20 minggu sampai bayi usia 7 hari
.
d. Perencanaan Harian dan Bulanan
Di ruang Baitunnisa II terdapat kegiatan harian, mingguan, bu-
lanan dan tahunan.
1) Harian
a) Pre Conference
Kegiatan pre conference ini dilaksanakan setiap pagi,
setelah operan jaga dari perawat jaga malam ke per-
awat jaga pagi, dipimpin oleh kepala ruang dan di-
hadiri oleh perawat jaga pagi dan seluruh praktikan.
Kegiatan pre conference dilanjutkan dengan diskusi
dan pembagian tugas Katim, Kashift dan perawat
pelaksana. Kepala ruang memberikan pengarahan dan
motivasi kerja karyawan dilakukan setiap saat bila
diperlukan.
b) Bimbingan Mahasiswa
Bimbingan klinik untuk mahasiswa dilakukan oleh CI
(Clinical Instructur) ruangan berupa pre conference,
pengelolaan kasus, bedside teaching, evaluasi dan pe-
nilaian akhir praktik. CI memberikan penilaian dan
pengisian bimbingan klinik mahasiswa.
c) Jadwal Shift
Penjadwalan shift dibuat per bulan dengan jumlah jam
kerja per minggu 40-42 jam. Pembagian jadwal dibagi
menjadi non shift (dinas pagi) dan shift (dinas pagi,
sore dan malam). Tenaga non shift meliputi kepala
ruang, ketua tim. PUK dan operator. Tenaga shift
adalah perawat perawat pelaksana dan cleaning
service.
Komposisi penjadwalan tenaga non shift adalah masuk
pagi dan libur saat hari minggu dan hari besar. Perawat
pelaksana bertugas shift pagi, sore dan malam yang
memiliki libur setelah jaga malam sebanyak 2 hari dan
tambahan libur ekstra jika pada saat libur hari besar
harus bertugas, sedangkan cleaning service bertugas
selama 1 minggu penuh.
2) Mingguan
a) Pengadaan barang
Pengadaan barang alat tulis kantor (ATK), form rekam
medic dan bahan habis pakai.
b) Ronde
Hasil wawancara dengan kepala ruang pada tanggal 7
Febuari 2011, kegiatan ronde keperawatan dilakukan
apabila terdapat masalah pada pasien yang sulit
diseleseikan perawat yang sedang bertugas.
3) Bulanan
a) Rapat Bulanan
Rapat bulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali untuk
membahas dan mengevaluasi program kerja yang telah
dilaksanakan dan rencana program kerja untuk 3 bulan
ke depan, kinerja seluruh pegawai (ketua tim, pearawat
pelaksana, PUK, operator).
4) Tahunan
a) Inventaris Alat
Inventaris alat dilakukan setiap ada pembelian
sarana dan prasarana. Kegiatan ini biasanya dilakukan
setiap akhir tahun dengan mengajukan proposal terlebih
dahulu.
b) Pembuatan Program Kerja Tahunan
Program kerja dibuat oleh kepala ruang setiap tahun
yang meliputi:
(1) Pelayanan pada Pasien
Memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien menggunakan 5 tahap proses perawatan,
mengelompokkan pasien sesuai dengan kasus
dalam rangka meminimalkan kejadian infeksi
nosokomial, memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga sesuai dengan kebu-
tuhan pelayanan dan melakukan pencatatan dan
pelaoran tentang kondisi klien.
(2) Bimbingan Mahasiswa Praktek
Orientasi mahasiswa, bimbingan klinik, pre con-
ference, pengelolaan kasus, bedset teaching, eval-
uasi penilaian akhir praktek dan buku bimbingan
klinik mahasiswa.
(3) Ketenangan
Pengarahan dan motivasi kerja karyawan,
melakukan evaluasi kinerja pegawai per tahun dan
dilaporkan ke kaSie Mutu Pelayanan keperawatan,
membuat usulan penambahan tenaga untuk ruang
perawatan regular dan HCU serta mengikutser-
takan staff dalam pelatihan untuk menunjang
pelayanan.
(4) Peralatan
Membuat rencana kebutuhan alat, mengajukan
permohinan alat-alat kedokteran, melakukan in-
ventaris peralatan secara rutin, mengajukan per-
baikan alat yang rusak, mencatat semua pemaka-
ian alat terutama untuk alat mesin dalam buku pe-
makaian alat dan membuat usulan Standart
pelayanan Minumal Peralatan ke direktur melalui
Ka Instalasi.
(5) Dokumentasi Askep
Melakukan bimbingan dan motivasi tentang
dokumentasi askep oleh kepala ruang setiap meet-
ing morning dan pre conference, mengevaluasi
pelaksanaan dokumentasi askep dan melakukan
audit dokumentasi askep.
(6) Fungsi Manajemen Kepala Ruang
Melakukan pertemuan rutin; melakukan pre con-
ference, meeting morning setiap pagi dan operan
keliling pergantian shift; melakukan pendele-
gasian tugas bila berhalangan hadir; melaksanakan
pengawasan langsung dan tidak langsung terhadap
kinerja staff dan membimbing staff; melakukan
evaluasi manajemen kepala ruang dan metode
penugasan yang diterapkan di ruang Baitunnisa II
dan melakukan evaluasi rencana kerja tahunan
serta membuat laporan pelaksanaan program kerja
kepada Koordinator Perawatan.
(7) Output Pelayanan
Meningkatkan efisiensi ruang perawatan dan tim
kerja dalam kelompok serta mencatat kejadian in-
feksi nosokomial dan dilaporkan ke tim Pandalin
RS.
c) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pegawai di ruang Baitunnisa II di-
dasarkan penilaian afektif, kognitif dan psikomotor.
e. Perencanaan Logistik
Hasil wawancara tanggal 10 Februari 2011 dengan salah satu
perawat pelaksana, perencanaan logistik biasanya diajukan jika
ruangan membutuhkan logistik tertentu atau logistik yang tersedia
sudah habis (kebutuhan logistik mingguan dan tahunan).
Perencanaan logistik diurus oleh seorang penanggung jawab yang
bertanggung jawab terhadap inventaris ruangan dan kebutuhan
sarana dan prasarana ruangan.
2. Organizing
a. Struktur Organisasi Ruang Baitunnisa II
kepala ruang : Sulasmi, S.Kep
TIM A TIM B
Katim : Wahyuningsih, Amk Katim : Indah M, Amk
Perawat pelaksana: Perawat pelaksana:
1) Afni Purnawati, S.Kep, Ns a. Yumita, Amk
2) Bardiyani, Amk b. Yuli Aryani, Amk
3) Rumiyati, Amk c. Sri Waningsih, Amk
4) Nanik Windi A, S.Kep, Ns d. Sri Maulidiyah, S.Kep, Ns
5) Saadatul Ma’rifah, Amk e. DyahWinarsih, Amk
6) Rinda Jayanti K, Amk f. Kholilatul Izzah, AmKeb
7) Mita Wahyuningrum, Amk g. Ayu Kusuma, AmKeb
8) Sri Wahyuni, SSiT h. Desi, AmKeb
9) Indah, AmKeb
b. Staffing
1) Sistem Perekrutan Pegawai
Sistem perekrutan tenaga dilakukan berdasarkan kebijakan
dari rumah sakit yang disebut dengan tenaga kontrak. Tahapan
proses perekrutan tenaga kontrak khususnya perawat meliputi
tahap formasi dari bidang kepegawaian (mempublikasikan kebu-
tuhan tenaga di masing-masing unit/bagian dan persyaratan di me-
dia), tahap seleksi oleh tim penguji dari bidang keperawatan dan
komite keperawatan meliputi ujian tulis, psikotes, wawancara dan
uji kesehatan dan tahap pengumuman hasil seleksi. Bagi calon
tenaga keperawatan yang lolos seleksi akan ditempatkan di seluruh
ruang dengan proporsi sesuai dengan kebutuhan.
2) Sistem Penjadwalan
Jadwal dinas perawat di ruang Baitunnisa II dibagi menjadi 3 shift
yaitu :
Shift Jumlah ketua tim dan perawat pelaksana
Pagi 2 orang katim A dan B, 3 orang perawat pelaksana
Sore 2 kashif dan 2 perawat pelaksana
Malam 2 kashif dan 2 perawat pelaksana
Penjadwalan dinas perawat ditentukan oleh kepala ruang
yang telah disusun selama kurang lebih 2 minggu sebelum awal
bulan. Perawat pun dapat bernegosiasi dengan kepala ruang untuk
menentukan jadwal dinasnya apabila ada kepentingan di satu
waktu tertentu .
3) Sistem Penugasan
Hasil wawancara dengan kepala ruang tanggal 8 Februari 2012,
metode pembagian tugas menggunakan sistem perawatan tim
yang terdiri dari 2 ketua tim yang bertugas pada shift pagi dan
masing-masing ketua tim memiliki 2 perawat pelaksana yang se-
lalu bertugas pada shift pagi. Ketua tim yang bertugas langsung
bertanggung jawab kepada kepala ruang. Sedangkan untuk per-
awat pelaksana bertugas pada shift pagi, siang dan sore. Perawat
pelaksana yang bertugas pada shift pagi bertugas melakukan
medikasi kepada seluruh pasien yang ada di ruangan Saat perawat
pelaksana yang bertugas pada sore dan malam hari mempertang-
gungjawabkan langsung kepada kashift kemudian ke kepala ru-
ang.
Loss day: Jumlah hari libur dalam 1th + hari besar (jumlah perawat)
Jam kerja hari efektif/tahun
: 52+12+14 (23,5)
286
: 6,409 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang Baitunnisa II :
23,5+66,409 : 29,9 orang dibulatkan 30 orang.
2. Kebutuhan tenaga Ruang HND
Jumlah perawat yang tersedia:
Rumus: rata-rata pasien per hari x jumlah jam per hari
7
: 4x12
7
: 6,85 orang
Loss Day : jumlah hari libur dalam 1th+cuti+hari besar (jumlah perawat)
Jumlah kerja hari efektif
: 78 x 6,85
286
: 1,86 orang
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang HND Baitunnisa
II dengan rata – rata jumlah pasien 4 orang per hari adalah
6,85 + 1,86 = 8,71 orang dibulatkan 9 orang.
Kesimpulan:
Saat ini jumlah tenaga yang ada di ruang Baitunnisa II hanya 24
orang, termasuk kepala ruang sedangkan untuk ruang HND
belum ada tenaga yang bertugas (masih jadi 1 dengan ruang
Baitunnisa II). Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan : 30+9: 39
orang. Sehingga masih kekurangan tenaga untuk ruang Baitun-
nisa II adalah 6 orang, ruang HND : 9. Sesuai dengan program
kerja ke ruang bahwa untuk tiap 1 tahun harus selalu men-
gusulkan penambahan tenaga melalui instalasi, meski pada
kenyataannya penambahan tenaga hanya untuk mengganti yang
pensiun. Peningkatan jumlah tenaga di ruang HND lebih dipri-
oritaskan selalu ada pasien yang dirawat dan jika ada penamba-
han perawat lebih optimal pelayanannya.
9) SOP Karu, Katim, Perawat Pelaksana di Ruangan
1) Tugas Karu
a) Membuat rencana harian, mingguan, bulanan dan tahu-
nan.
b) Mengorganisir pembagian tim dan klien.
c) Memberi pengarahan kepada seluruh staf yang ada di
ruangannya (staf keperawatan, staf administrasi dan
pramu ruang)
d) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
yang ada di ruangan.
e) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota kesehatan
lain.
4. Controlling
a. Kinerja Perawat
Berdasarkan hasil observasi tanggal 7-10 Februari 2012, kinerja
perawat di ruang Baitunnisa II sudah bagus namun perlu
dioptimalkan lagi. Perawat melakukan kunjungan ke ruang pasien
sembari memberikan tindakan kolaborasi seperti pengecekan
infus, pemberian injeksi, pemantauan ttv. Sebagian perawat
menanyakan keluhan pasien saat memberikan tindakan
keperawatan dan tindakan kolaboratif. Pembagian program terapi
untuk masing-masing pasien di kamar diberikan oleh ketua tim,
perawat pelaksana yang bertanggung jawab untuk ruang tersebut.
3. OUTPUT
1. Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Baitunnisa II
sudah efektif karena sudah terdapat form asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa, kriteria hasil sampai rencana tindakan keperawatan
sehingga perawat tinggal melakukan cek list sesuai dengan kondisi
pasien. Kelebihan sistem ini, perawat bisa bekerja lebih cepat karena
tidak memerlukan banyak waktu untuk melakukan pendokumentasian,
sedangkan kelemahan sistem ini adalah tidak semua hal yang ditemukan
pada pasien tidak tersedia dalam checklist. Pendokumentasian juga
dilakukan dengan buku Activity Daily Living yang dimiliki oleh ketua tim
dan perawat pelaksana.
Lembar dokumentasi keperawatan yang tersedia di ruangan antara
lain:
a. Lembar pengkajian beserta diagnosa keperawatan, tujuan dan
kriteria hasil serta rencana keperawatan.
b. Lembar catatan keperawatan dan catatan perkembangan.
c. Lembar resume keperawatan
d. Lembar formulir pasien pulang/meninggal
Berikut proses dokumentasi dari hasil observasi terhadap ruangan:
a. Lembar pengkajian
pasien sudah dalam bentuk checklist dengan form yang detail.
Lembar pengkajian sebagian belum diisi lengkap. Lembar
pengkajian yang tidak dalam bentuk checklist cenderung lebih
banyak yang kosong.
b. Diagnosa keperawatan, kriteria hasil dan rencana sudah terisi sesuai
dengan kondisi pasien sesuai dengan checklist yang tersedia.
c. Implementasi yang didokumentasikan dalam catatan perkembangan
sudah tertulis tanggal sesuai dengan tanggal implementasi dan
menuliskan jam pelaksanaan tindakan keperawatan. Hasil observasi
kelompok pada tanggal 7 Februari 2012, pendokumentasian
implementasi dari ditulis berdasarkan jam pelaksanaan.
d. Evaluasi tindakan dituliskan pada status pasien di form catatan
perkembangan pasien dengan metode SOAP. Hasil observasi pada
tanggal 7 Februari 2012 kelompok pendokumentasian SOAP
dilakukan diakhir shift oleh perawat yang bertugas pada saat itu.
Perkembangan pasien sudah optimal dan adakesesuaian evaluasi
dengan masalah atau diagnosa yang ada pada klien dan adanya
pendokumentasian intervensi lanjutan apa yang akan dilakukan
apabila masalah belum teratasi.
2.Kepuasan pasien
Kepuasan pasien di Ruang Baitunnisa II diukur dengan Instrument
Evaluasi Persepsi Pasien terhadap Mutu Asuhan Keperawatan yang
terdiri dari data umum, data pelayanan keperawatan dan kesan serta
saran. Menurut kepala ruangan sebelum pasien pulang selalu diberi
kesan dan kesan untuk meningkatkan kepuasan pasien, namun selama
kami observasi, kami belum pernah menemukan pasien yang mengisi
pesan dan kesan.
Table 2
Jumlah Umum Rawat Inap Ruang Baitunnisa II
Tanggal Kapasitas Tempat Tidur Jumlah Pasien
III II HN TOT III II ISO TOT
D
07-02-2012 34 12 4 54 43 5 - 48
08-02-2012 34 12 4 54 36 10 - 46
09-02-2012 34 12 4 54 29 19 - 51
DENAH RUANG BAITUNNISA II RSI SULTAN AGUNG
316 313 U
M 315 314 312 311
U
LIFT
317/HND
S
H
O
L
R. ANAK
R. R. R. R. R. ANAK
R. TINDAKAN
303 gine ginek gine
STATION
NURSE
Sulasmi, S.kep
PP PP PP PP PP PP PP PP
1 2 3 4 1 2 3 4
Administr
asiui
ANALISA SWOT
PELAKSANAAN METODE TIM DI RUANG BAITUNNISA II
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
Strength: Weakness :
Faktor Internal
1. Adanya pertemuan 1. Belum
berkala dalam maksimalnya
membangun pelaksanaan pre dan
komunikasi yang solid post conference saat
2. Tersedia buku ADL timbang terima
setiap perawat 2. Visi misi ruangan
pelaksana belum ada sebagai
3. Adanya mekanisme acuan melaksanakan
reward dan kegiatan pelayanan
punishment untuk staff 3. Belum ada SOP
4. Ada sistem pelatihan untuk pre, post
yang jelas confrernce dan
5. Adanya penugasan timbang terima
Faktor eksternal tima A dan B di ruang 4. Belum ada struktur
baitun nisa 2 organisasi ruangan
6. Supervisi sudah Baitunnisa
dilakukan karu 5. Pembagian pasien
7. Mempunyai standar dan perawat tidak
asuhan keperawatan seimbang
8. Mempunyai prosedur 6. Ronde
tetap setiap tindakan keperawatan belum
keperawatan rutin dilaksanakan
Opportunity : Threat :
1. Penerapan sistem 1. Tuntutan
MPKP dalam upaya pelayanan oleh
meningkatkan mutu masyarakat yang
layanan semakin tinggi
2. Makin
tinggi kesadaran
masyarakat akan
pentingnya kesehatan
III. Analisis Data Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan di Ruang Baitunnisa 2 RSI Sultan Agung Semarang
Evaluasi hasil:
1. Terdapat
kesepakatan
an antara
kepala ruang,
ketua tim dan
perawat
pelaksana
untuk
melaksanakan
metode tim
berdasar
MPKP
2. Terdapat hasil
dokumentasi
kegiatan
sosialisasi
3. Katim dan PP
bekerja sesuai
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
peran dan
tanggung
jawab yang
dimilikinya
dibuktikan
dengan
laporan jaga
setiap shift.
2. Roleplay Mahasiswa 2. Melaksanakan 17 Evaluasi Struktur : Wahyudi
mengenai praktikan roleplay Februari – 1. Konsultasi Mulyaningrat,
pelaksanaan mengenai 2 Maret dengan pem- Indah Sri
metode pelaksanaan 2012 bimbing Wahyuningsih,
klinik (karu Dian Nur
penugasan penugasan
dan katim Kumalasari, Nur
tim. metode tim di Harjanti
ruang
Ruang baitunnisa 2).
Baitunnisa II 2. PJ stase
RSI Sultan manajemen
Agung menentukan
Semarang jadwal untuk
roleplay
sesuai peran
masing
masing
mahasiswa.
Evaluasi Proses :
1. Pelaksanaan
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
roleplay
sesuai dengan
jadwal yang
sudah dibuat.
2. Pelaksanaan
roleplay
dibimbing
oleh
pembimbing
klinik.
3. Pemberian
kritik dan
saran dari
pembimbing
klinik kepada
praktikan agar
lebih baik lagi
dalam
melakukan
peran sebagai
Karu, Katim,
dan perawat
pelaksana.
Evaluasi Hasil :
1. Kegiatan role-
play dengan
penugasan
metode tim
dalam
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
melakukan
pelayanan
keperawatan
berjalan
dengan lancar
dan sesuai
yang diharap-
kan.
4. Mahasiswa
praktikan yang
praktik di
ruang Baitun-
nisa II RSI
Sultan Agung
Semarang
melaksanakan
morning
meeting, pre
conference,
post
conference,
dan patient
safety secara
kontinu yang
dengan tepat
setiap hari di-
dampingi oleh
pembimbing
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
klinik.
5. Kepala ruang
sekaligus pem-
bimbing klinik
memberikan
gambaran yang
tepat dalam
pelaksanaan
metode penu-
gasan di ruang
Baitunnisa II
RSI Sultan
Agung Se-
marang.
Evaluasi Proses :
1. Pelaksanaan
roleplay sesuai
dengan jadwal
yang sudah
dibuat.
2. Pelaksanaan
roleplay pre
conference dan
post confer-
ence
dibimbing
oleh
pembimbing
klinik.
3. Pemberian
kritik dan
saran dari
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
pembimbing
klinik kepada
praktikan agar
lebih baik lagi
dalam
melakukan pre
conference dan
post confer-
ence yang
meliputi apa
saja yang akan
dibahas sekali-
gus bagaimana
peran Karu,
Katim dan per-
awat pelak-
sana dalam
melakukan
kegiatan terse-
but.
Evaluasi Hasil :
1. Kegiatan role-
play pre con-
ference dan
post conference
berjalan
dengan lancar
dan sesuai
yang diharap-
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
kan.
2. Mahasiswa
praktikan yang
praktik di
ruang Baitun-
nisa II RSI Sul-
tan Agung Se-
marang
mampu
melaksanakan
pre
conference
dan post
conference
secara
kontinu yang
dengan tepat
setiap hari di-
dampingi oleh
pembimbing
klinik dan
mendapat kri-
tik dan saran
yang men-
dukung untuk
pembelajaran.
6. Kepala ruang
MASALAH TUJUAN STRATEGI SASARAN KEGIATAN WAKTU KRITERIA PENANGGUNG
EVALUASI JAWAB
sekaligus pem-
bimbing klinik
memberikan
gambaran yang
tepat dalam
pelaksanaan
pre conference
dan post con-
ference di
ruang Baitun-
nisa II RSI
Sultan Agung
Semarang.
VI. IMPLEMENTASI
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTIK MANAJEMEN DI RUANG BAITUNNISA II
RSI SULTAN AGUNG SEMARANG
MPKP (Model Praktik Keperawatan Profesional) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilei – nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
ASKEP (asuhan Keperawatan) termasuk lingkungan untuk mendukung ASKEP. (1). Tujuan
dari adanya penggunaan MPKP tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan(2). Menurut Grant dan Massey (1997) serta marquis dan huston (1998), terdapat
lima model asuhan keperawatan profesional yang sudah ada yaitu model keperawatan
fungsional, model keperawatan tim, model keperawatan primer, model keperawatan
manajemen kasus dan model keperawatan modifikasi; tim- primer. RSISA (Rumah Sakit Islam
Sultan Agung) adalah salah satu RS yang telah mencoba menerapkan metode MPKP di
beberapa ruang tertentu, salah satunya adalah ruang Baitunnisa yang merupakan juara ke 3
lomba MPKP di RSISA tahun 2010.
Pada konsepnya ruang Baitunnisa menggunakan model keperawatan tim (Tim A dan
Tim B). Model keperawatan tim terdiri dari ketua Tim dan pelaksana. Berdasarkan hasil
pengkajian oleh mahasiswa yang sedang melakukan praktik profesi stase managemen di ruang
Baitunnisa RSISA didapatkan bahwa pembagian pasien untuk setiap tim adalah berdasarkan
dokter. Pembagian tugas berdasarkan dokter ini dirasa kurang sesuai dengan keperawatan
profesional mengingat dalam praktik keperawatan profesional pembagian pasien didasarkan
pada IKP (Indeks Ketergantungan Pasien).
Kelemahan dari penggunaan model keperawatan tim yang fungsional ini adalah
pelayanan keperawatan akan kurang memuaskan dan akan mematikan kreativitas perawat. Hal
tersebut dapat terjadi karena perawat akan terfokus pada tindakan yang terkait dengan
ketrampilan dan rutinitas ruangan saja tanpa adanya critical thinking yang digunakan secara
continue dalam perawatan pasien. Pemberian asuhan keperawatan yang terkotak – kotakan dan
terfokus pada tindakan menyebabkan asuhan keperawatan yang holistik sulit dicapai dan
mengakibatkan penurunan tingkat kepuasan pasien yang akan diikuti juga turunnya BOR (Bed
Occupation Rate). Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
Pada ruang Baitunnisa pencapain BOR masih di bawah angka 60 – 85% kecuali pada bulan
November 2011.
Implementasi yang telah kami lakukan pada ruang baitunnisa antara lain adalah
sosialisai tentang pengguanaan IKP dalam pembagian pasien kelolaan, pengkajian pre – post
tingkat pengetahuan perawat ruangan tentang penugasan tim, role play mengenai pelaksanaan
metode keperawatan tim. Namun tidak semua intervensi dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Pada kenyataannya penggunaan metode IKP sebagai acuan pembagian beban kerja perawat
tidak dapat segera dilakukan. KARU (kepala ruang) nampak cenderung menunggu – nunggu
dan mengulur waktu untuk implementasi pengguanaan IKP, selain itu tidak ada inisiatif dari
para perawat yang ada di ruangan mengenai pengguanaan IKP meskipun sudah dilakukan
sosialisasi pada tanggal 27 februari 2012.
Penggunaan Role Play sebagai Role Model yang diharapkan dapat menjadi wacana bagi
perawat ruangan dan KARU nampaknya kurang dapat berjalan baik. Hal ini terjadi karena
kurang tersosialisasikannya Role Model dari mahasiswa stase manajemen kepada perawat
ruangan akibat dari tidak terkoordinasinya sistem manajemen keperawatan ruangan dengan
mahasiswa yang sedang praktik. Mahasiswa stase manajemen yang sedang praktik masih
dianggap ‘bala bantuan’ untuk membantu kegiatan ruangan sehingga banyak mahasiswa yang
sulit mengimplementasikan sistem tim di ruang kelolaan. Selain karena adanya koordinasi yang
kurang baik ini faktor lain yang menentukan keberhasilan keperawatan profesional adalah jenis
tenaga keperawatan.
Ruang Baitunnisa memiliki KARU yang sedang menempuh pendidikan profesi ners,
empat orang perawat pelaksana yang memiliki tingkat pendidikan ners sisanya adalah diploma
tiga kebidanan dan keperawatan serta diploma empat kebidanan. Menurut Henderson (1980) “
agar perawat yang praktik dipandang sebagai seorang ahli di bidangnya dan menggunakan
pendekatan ilmiah untuk mengembangkan praktik keperawatan, perawat harus mengikuti
pendidikan pada tingkat universitas”. Menurut ICN (International Council of Nurses)
mengungkapkan tentang program pendidikan keperawatan seharusnya sesuai dengan tingkat
pendidikan profesi lain. Berdasarkan landasan tersebut maka diharapkan pendidikan
keperawatan dapat dikembangkan pada level pendidikan tinggi sehingga menghasilkan perawat
yang memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan profesional agar dapat melaksanakan peran
sebagai perawat profesional yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan.
Penetapan prioritas masalah didasarkan pada metode PSC (Problem Solving Cycle),
yaitu menilai Magnetude atau besarnya dan seringnya masalah tersebut muncul, Severity atau
tingkat keparahan dan kerugian yang akan ditimbulkan apabila masalah tersebut tidak
terselesaikan, Manageability atau fokus pada keperawatan sehingga dapat diatur perubahannya,
Nursing Consent atau seberapa besarkah masalah tersebut melibatkan perawat, dan
Affordability atau ketersediaan dan kemampuan sumberdaya yang ada untuk menyelesaikan
masalah. Tim PBL, 2010). Skor Magnetude permasalahan pertama dinilai 5 karena masalah
merupakan masalah yang cukup besar dan sering terjadi yang mana akan berpengaruh juga
pada penurunan mutu pelayanan sehingga masalah potensial peningkatan mutu kami beri skor
3, hal itu pula yang mendasari pemberian skor 3 pada severity masalah ke 2. Mangeability atau
fokus pada keperawatan sehingga dapat diatur pada kasus pertama dan ke dua kami beri skor
sama yaitu 4 karena keduanya sama – sama terfokus pada perawat dan mampu di-manage
secara optimal, Kedua permasalahan tersebut pun memiliki kemudahan yang sama dalam
penanganan. Terdapat metode dan standar tetap dari rumah sakit untuk penanganan masalah-
masalah tersebut, sehingga skor Manageability kedua masalah ditetapkan. Nursing Consent
pada masalah pertama kami beri skor 5 karena metode tim ini merupakan metode keperawatan
sedangkan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal baik dari kualitas perawat maupun pelayanan kolaborasi pada pasien sehingga lebih
meluas. Affordability atau karena ketersediaan sumber daya (dana, sarana, dan peralatan) yang
ada di ruang Baitun Nisa 2 cukup memadai. Kesiapan perawat dalam penanganan masalah
dapat terlihat dari motivasi perawat yang cukup tinggi untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan dengan metode penugasan tim dengan benar. Tenaga perawat di Ruang Baitunnisa
2 pun sudah ada yang pernah mengikuti pelatihan MPKP sebanyak dua orang dan pelatihan
manajemen kepala bangsal satu orang. Hal tersebut dapat meningkatkan kesiapan tenaga
perawat itu sendiri,. Berbeda dengan masalah potensial peningkatan mutu pelayanan
keperawatan, motivasi perawat dalam pemecahan masalah masih kurang meskipun perawat
sudah pernah mengikuti pelatihan MPKP dan terapi cairan dan elektrolit untuk perbaikan
prosedur tindakan keperawatan. Berdasarkan skoring masalah, pelaksanaan metode tim di
ruang Baitunnisa 2 kurang optimal mempunyai skor tertinggi yaitu 24 sehingga masalah ini
menjadi prioritas utama dalam penyelesaian masalah. Prioritas kedua yaitu potensial
peningkatan mutu pelayanan keperawatan.
Implementasi yang telah dilakukan adalah melaksanakan sosialisasi MPKP dan Metode
Tim, melaksanakan roleplay mengenai pelaksanaan metode tim pelaksanaan pelayanan
keperawatan primer di ruang Baitunnisa II. Melaksanakan roleplay pelaksanaan pre – post
conference. Evaluasi dari Implementasi kami adalah adanya peningkatan pelaksanaan metode
tim meskipun pelaksanaan metode tim pada pasien tetap menjadi metode fungsional, namun
ada peningkatan pengetahuan pada perawat hal ini di dukung dengan grafik kuesionaire pre –
post.