Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan

pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari pendidikan yang

berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi

yang mereka miliki menjadi kemampuan yang semakin lama semakin

meningkat dalam sikap (spiritual dan social), pengetahuan, dan keterampilan

yang diperlukan untuk kehidupan dirinya dan kehidupan permasyarakat pada

umumnya.

Praktik kerja lapangan adalah kegiatan bagi siswa (i) Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) didunia kerja baik di bidang industri maupun pemerintahan

dan merupakan program kejuruan yang wajib untuk di tempuh oleh seluruh

siswa (i) di “Sekolah Menengah Kejuruan Kesehatan Terpadu Mega Rezky

Makassar”.

Asisten Keperawatan adalah orang yang membantu

menerapkan suatu pola asuhan keperawatan secara

prosedural yang tindakan atas instruksi yang diberikan oleh Dokter, Bidan,

Dokter spesialis, Tenaga medis yang berlisensi ahli. Dimana siswa (i)

diharuskan untuk menguasai tugas-tugas yang diberikan oleh pihak sekolah

baik teori maupun praktik, maka pihak sekolah bekerja sama dengan pihak

industri, sekolah perlu mengadakan peraktik kerja industri (PRAKERIN).

1
Guna memperluas pengetahuan dan sebagai perbandingan antara teori dengan

keadaan sebenarnya.

Berdasarkan kurikulum 2013, SMK KESEHATAN TERPADU MEGA

REZKY MAKASSAR melaksanakan serangkaian kegiatan PKL, sebanyak

tiga kali yaitu, PKL I dan II yang dilaksanakan pada semester IV .

Selanjutnya PKL III dilaksanakan di semester V di Rumah Sakit dengan

orientasi yang kami laksanakan saat ini.

PKL III ini dilaksanakan sebagai acuan untuk mengasah kompetensi

keahlian keperawatan medis, serta untuk memenuhi target pencapaian

kurikulum, juga karena tentunya proses pembelajaran tidak terbatas di dalam

kelas, namun lebih ditekankan pada pengajaran yang beriorentasi di luar kelas,

bahkan diluar institusi pendidikan seperti lingkungan kerja, atau kehidupan

masyarakat.

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Secara Umum, Tujuan kegiatan PKL III ini adalah agar peserta didik dapat

memenuhi standar kompetensi dan melangkah ke Magang secara mandiri.

Serta mampu memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif.

b. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan PKL III diharapkan siswa (i) :

1. Mampu menerapkan komunikasi antar pasien dan etika keperawatan

medis dalam melakukan tindakan

2. Mampu melakukan beberapa pemeriksaan baik secara observasi

maupun mandiri

2
3. Memberikan praktik kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan

ilmu yang baru.

4. Melatih skill dari praktikan, terutama dari segi tanggung jawab dan

disiplin agar terbiasa menghadapi dunia kerja

5. Meningkatkan pengalaman, wawasan, ilmu dan keterampilan praktikan

dalam menghadapi dunia kerja

6. Mendapatkan pengalaman terkait bidang kesehatan pada masa PKL III.

7. Mengetahui gambaran tentang bidang kesehatan dan praktiknya di

lapangan

8. Mengimpelementasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan untuk

kemudian dipraktikan di dunia kerja.

9. Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL III) sesuai bidang yang

telah dipelajari pada khususnya

10. Sebagai salah satu syarat bagi siswa (i) untuk mengikuti Magang

Mandiri

11. Agar mampu melaksanakan tindakan-tindakan keperawatan medis,

seperti :

a) Pengukuran tanda-tanda vital

b) Pemenuhan kebutuhan aktivitas

c) Pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman

d) Pemenuhan kebutuhan eliminasi

e) Pemenuhan kebutuhan nutrisi

f) Pemenuhan kebutuhan oksigenasi

g) Pemberian obat-obatan

h) Perawatan luka

3
i) Prosedur control infeksi

j) Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit

C. MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) III.

Kegunaan Praktik Kerja Lapangan bagi praktikan selama melaksanakan

kegiatan ( PKL ) III di RSUD HAJI MAKASSAR, yaitu:

1. Manfaat Bagi Pribadi

a. Mengembangkan kemampuan keterampilan praktikan sesuai dengan

ilmu yang dipelajari selama di sekolah

b. Melatih kreativitas, cara berfikir, dan agar menambah pengalaman

sebelum memasuki dunia kerja

c. Mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya serta dapat bersosialisasi

dan berinteraksi dengan karyawan yang telah berpengalaman di dunia

kerja nyata.

d. Sebagai masukan untuk Program Studi Keperawatan Medis dalam

rangka pengembangan program studi.

e. Sarana pengaplikasian kemampuan dan pengetahuan yang diperoleh

selama mengikuti kegiatan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan untuk

diterapkan dalam pelaksanaan kerja.

f. Sarana menggali informasi-informasi tentang dunia kerja sehingga

praktikan dapat melatih dan mempersiapkan diri untuk terjun dalam

dunia kerja.

4
2. Manfaat Bagi Sekolah

a. Meningkatkan popularitas sekolah dilingkungan masyarakat

b. Meningkatkan hubungan sekolah dengan masyarakat

3. Manfaat Bagi Umum

a. Mempersiapkan sumber daya berkualitas yang sesuai di era teknologi

dan informasi terkini.

b. Meningkatkan efisiensi waktu dalam mendidik dan melatih peserta

didik.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. PROFIL RSUD HAJI MAKASSAR

1. Sejarah RSUD Haji Makassar

Rumah sakit umum haji Makassar berdiri dan diresmikan pada tanggal

16 Juli 1992 oleh Bapak Presiden Republik Indonesia. Berdiri diatas tanah

seluas 1,06 Hektar milik pemerintahan daerah Sulawesi Selatan terletak

diujung selatan kota Makassar, tepatnya di jalan Dg. Ngeppe No.14

Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate.

Latar belakang pembanguna Rumah Sakit Umum Haji Makassar yang

ditetapkan didaerah bekas lokasi Rumah Sakit Kusta Jongaya adalah

diharapkan Rumah Sakit ini dapat mendukung kelancaran kegiatan

pelayanan Calon Jemaah Haji dan masyarakat sekitarnya.

Pengoperasian Rumah Sakit Makassar didasarkan oleh surat

keputusan Gubernur KDH Tk.I Sulawesi Selatan Nomor :488/IV/1992

tentang pengelolaan rumah sakit oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan

dan SK Gubernur nomor : 802VII/1992 tentang susunan Organisasi dan

Tata Kerja Rumah Sakit serta SK Gubernur nomor : 1341/IX/1992 tentang

tarif pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Haji Makassar. Untuk

kelangsungan perkembangan Rumah Sakit Haji lebih lanjut, maka pada

tanggal 13 Desember 1993 Departemen Kesehatan menetapkan Rumah

Sakit Umum Haji Makassar sebaga rumah sakit umum milik Pemerintah

6
Daerah Sulawesi Selatan dengan klasifikasi C yang dituangkan kedalam

SK nomor : 762/XII/1993.

Pada awal pengoperasiannya, jumlah pegawai tetap Rumah Sakit

Umum Haji Makassar berjumlah 47 orang yang terdiri dari Pegawai

Negeri Sipil Pusat yang diperuntukkan pada Pemerintahan Daerah

Sulawesi Selatan dan PNS Daerah. Adapun pejabat yang melaksanakan

tugas Direktur Rumah Sakit sementara derangkap oleh Kepala Kanwil

Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Dr. H. Udin Muhammad

Muslaini. Selanjutnya pada tanggal 31 Desember 1992 dilaksanakan

serah terima kepada Dr. H. Sofyan Muhammad dan setelah ditetapkan

pelembagaan Rumah Sakit maka berdasarkan Kepres No.9 Tahun 1985

Direktur RSUH Kelas C, ditetapkan sebagai pejabat Struktur Eselon III/a

definitif. Pada tanggal 26 Agustus 2001 Jabatan Direktur RSU Haji

diserahterimakan kepada pejabat baru yaitu, Dr. Hj. Magdaniar Moein,

M. Kes. yang menjabat sampai sekarang. Kemudian pada tanggal 28

Februari 2007 dilaksanakan serah terima jabatan kepada drg. Abd. Hais

Nawawi sebagai Direktur Rumah Sakit Haji Makassar dan menjabat

selama 1 tahun dan pada tanggal diserah terimakan ke drg. Hj. Nurhasnah

Palinrungi M. Kes. sampai sekarang. Dengar berjalannya waktu jenis

pelayanan semakin perkembangan pada tahun 2009 telah memiliki 9

spesialis, 4 sub. Spesialis, dan 4 spesialis penunjang. Pada saat ini RSU

Haji Makassar berubah menjadi Rumah Sakit umum Daerah Sulawesi

Selatan dibawah naungan SKPD Daerah provinsi Sulawesi Selatan yang

tertuang dalam surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 6

tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja insfektorat badan

7
perencanaan pembangunan daerah, Lembaga teknis daerah, dan Lembaga

lain Provinsi Sulawesi Selatan, (BAB XV A pasal 127 C susunan

organisasi Rumah Sakit Umum Haji Makassar). Dan pada tanggal 27

Agustus 2010 terbit SK penetapan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia tentang status Type B non Pendidikan.nomor :

1226/Menkes/SK/VIII/2010 tentang peningkatan pelayanan RSUD Haji

Makassar ke Type B non Pendidikan.

Rumah sakit Umum Haji Makassar telah memiliki surat ijin

pelayanan Rumah Sakit yang telah dituangkan kedalam surat keputusan

nomor : 07375/Yankes-2/V/2010 tentang penyelenggaraan pelayanan

Rumah Sakit Umum Haji Makassar yang berlaku 5 tahun dari tanggal 27

Mei 2010 s/d 27 Mei 2015.

Perkembangan di bidang pelayanan mutu Rumah Sakit Umum Haji

Makassar telah lulus akreditasi kedua (12 pelayanan) dengan nomor :

Kars-sert/31/VII/2011 dengan lulus tingkat lanjutan. Dari tahun

sebelumnya RSUD Haji telah mendapatkan sertifikat nomor ID.10/1526

dari Lembaga Administrasi system mutu LLSSM.012-IDM dari SNI:ISO

1900:2008 tertanggal 22 Maret 2010. Dan sampai sekarang dan

mempersiapkan penilaian OHSAS 18001:2007 sistem manajemen

keselamatan dan Kesehatan kerja. Dan pada tahun 2012 telah

melaksanakan proses persiapan dan penilaian rumah sakit Badan

Layanan Umum (BLU).

8
2. Visi dan Misi

a. Visi

“Menjadi Rumah Sakit Pendidikan Islami Terperaya, Terbaik Dan

Pilihan Utama Di Sulawesi Selatan”

b. Misi

1) Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan paripurna dan rujukan

yang mengutamakan mutu pelayanan dengan aspek Pendidikan

berbasis riset

2) Menyelenggarakan riset klinik dan nonklinik serta pengabdian

masyarakat

3) Meningkatkan mutu pelayanan manajemen yang ramah dan

bersahabat

4) Meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM)

5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan staff sebagai asset yang

berharga bagi Rumah Sakit

6) Mengembangkan dan meningkatkan sarana, prasarana rumah sakit

3. Nilai

M – Mutu Tujuanku

A – Amanah Tanggung Jawab Kerjaku

D – Disiplin Spirit Kerjaku

A – Amanah Janji Transaksiku

9
N – Nyaman Suasana Kerjaku

I – Ikhlas Mengawali Baktiku

4. Motto

“Kesembuhan Anda Adalah Kebahagiaan Kami, Kebahagiaan Anda

Adalah Kebanggaan Kami”.

5. Tujuan

Sebagai Rumah Sakit milik Pemprov Sulsel, maka tujuannya pun

mengacu pada tujuan dari RPJMD Pemda Sulsel 2013-2018. Khususnya

bidang Kesehatan yaitu “Meningkatkan akses dan kualitas layanan

kesehatan”. Adapun tujuan jangka menengah RSUD Haji Makassar

Provinsi Sulsel adalah menciptakan Rumah Sakit yang bersih, layanan

prima dengan manajemen yang baik dan dilandasi spiritual agar terwujud

sebagai sarana, pelayanan public yang bermutu, professional, islami, dan

dapat dipercaya.

10
6. Struktur Oragnisasi

(Sumber : https://images.app.goo.gl1BZyHVMttp5Tjf959 ) Tgl. Jam.

11
7. Fasilitas dan Pelayanan

a. Ambulance

b. Instalasi Gawat Darurat

c. Apotek/Gudang Farmasi

d. Ruang Operasi

e. Instalasi Gigi

f. Rehabilitasi Medik

g. Medical Check-Up

h. Bidan dan Perawat

i. Dokter Umum

8. Penunjang Medis

a. Laboratorium

1) Patologi Klinik

2) Patologi Anatomi

b. Radiologi

1) Rontgen

2) CT Scan

c. Ultrasonografi (USG)

d. Elektrokardiogram (EKG)

e. Fisioterapi

f. Laparoskop

9. Intslasi Rawat Jalan

a. Poliklinik Umum

b. Poli THT

12
c. Poli penyakit dalam

d. Poli syaraf

e. Poli kulit dan kelamin

f. Poli Anak

g. Poli Bedah

h. Poli Gigi

i. Poli Mata

j. Poli Paru

k. Poli Jiwa

10. Instalasi Rawat Inap

a. Perawatan Khusus dan Intensif

1) ICU

2) Ruang Perawatan Bayi

b. Perawatan Umum

1) Rawat Inap Super VIP Ar-Raudah Lantai 3

2) Rawat Inap VIP Al-Fajar dan Al-Kautsar

3) Rawat Inap Kelas I Al-Kautsar

4) Rawat Inap Kelas II Ad-Dhuha

5) Rawat Inap Kelas III Rinra Sayang dan Ar-Rahim

6) Ruang Isolasi Rinra dua

B. MATERI DAN PERISTILAHAN

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah

bagian integral dari suatu organisasi social dan Kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayanan paripurna (konferensif), penyembuhan penyakit

13
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah

sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga Kesehatan dan pusat

penelitian medik.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

340/MENKES/PER/III/2010 : “Rumah sakit adalah institusi pelayanan

Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat”.

Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa :

“Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi

tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran

lingkungan dan gangguan Kesehatan”.

Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis

pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan

peningkatan Kesehatan, sebagai tempat Pendidikan dan atau pelatihan

medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan atau pelatihan

medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan

ilmu dan teknologi bidang Kesehatan serta untuk menghindari risiko dan

gangguan Kesehatan sebagai mana dimaksud, sehingga perlu adanya

penyelenggaraan Kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan

persyaratan Kesehatan.

14
2. Alur Pelayanan RSUD Haji Makassar

Alur pelayanan yaitu kemudahan dan kepastian tahapan pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. Alur pelayanan harus ada di rumah

sakit, agar tatanan rumah sakit dapat terstruktur dengan baik

15
Alur pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar

dapat dilihat dari bagian alur berikut ini :

ALUR PELAYANA IGD

RSUD HAJI MAKASSAR


PASIEN

APOTEK X RAY
TRIASE/SKIRING

BEDAH NON BEDAH

RESUSITASI

GIZI LABORATORIUM

OBSERVASI
HASIL

MEMBAIK

MENINGGAL RUJUK RAWAT JALAN RAWAT INAP/OK/ICU

AL-KAHFI ADMINISTRASI/KEUANGAN

PULANG

C. MATERI KEPERAWATAN

16
1. Hipertermia

a. Pengertian

Hipertermia adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang

disebabkan oleh Salmonella tipe A, B, dan C yang dapat menular

melalui oral, fekal, makanan, dan minuman yang terkontaminasi.

b. Etiologi

Penyakit Hipertermia disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella

thpora/Eberthela thypora yang merupakan kuman negative, motil, dan

tidak menghasilkan spora hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia

maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70℃ dan

antireptik.

Salmonella thypora mempunyai 3 macam antigen yaitu :

1) Antigen D – Dhine Houch, yaitu somatic antigen (tidak

menyebar)

2) Antigen H – Houch (menyebar), terdapat pada flagella dan

bersifat termolabil.

3) Antigen V – kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh

kuman dan melindungi D antigen terdapat pagositosis.

Salmonella parathypi terdiri 3 jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua

sumber penularan salmonella thypi yaitu pasien dengan Hipertermia

dan Cursier. Cursier adalah orang yang sembuh dengan Hipertermia

dan masih terus mengeksresi salmonella thypi dalam tinja dan air

kemih selama lebih dari satu tahun.

c. Manifestasi Klinis

17
Gejala klinis Hipertermia yang terjadi ialah pada anak biasanya

lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa, Adapun

gejala-gejala klinis sebagai berikut :

1) Demam

Demam khas ( membuat pelana kuda) berlangsung 3 minggu.

Sifat Febrisremitken dan suhu seberapa tinggi.

2) Gangguan pada saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah,

anareksia, mual dan perasaan tidak enak di perut.

c. Gangguan kesadaran

Kesadaran yang menurun dan apatis sampai salmonella. Jarang

terjadi supor,koma, atau gelisah.

d. Komplikasi Hipertermia

Dapat dibagi dalam dua bagian yaitu :

1) Komplikasi intestinal

a) Pendarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dan

benzidine

b) Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu ke III bagian distal

ileum

c) Penonitis : gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat

18
2) Komplikasi ekstraintestinal

a) Komplikasi kardiofaskuler : kegagalan sirkulasi penfer (renjatan,

sepsis)

b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trompositopenia atau

kolelitiasis

c) Komplikasi paru : pneumonia, ampiema, dan pleuritis

d) Komplikasi si hepar dan kandung kemih : hepatitis dan

kolelitiasis

e) Komplikasi si ginjal : glomerulonephritis, pielonefritis dan

danathritis

f) Komplikasi tulang asteomelelitis, penostis, spondilitus dan

dnarthtitis

g) Komplikasi neuropsiatrik : delirium, meningismues, meningitis.

3) Penatalaksanaan

4) Istirahat dan perawatan

Tirah baring dan perawatan bertujuan untuk mencegah komplikasi

5) Diet dan terapi penunjang

a) Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa

gejala meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan

meteorismus.

b) Cairan yang adequate untuk mencegah dehidrasi akibat muntah

dan diare

c) Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala

mual dan muntah dengan dosis 3x5 ml setiap sebelum makan dan

19
dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami

mual lagi.

6) Pemberian antimikroba

Obat-obatan antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan

tatalaksana tifoid adalah :

Pada Hipertermia, obat pilihan yang digunakan adalah

chloramphenicol dengan dosis 4x500 mg perhari dapat diberikan

secara oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas

panas.

7) Pengkajian

a) Pengumpulan data

 Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah

sakit, nomor register, dan diagnose medik

 Keluhan utama

Keluhan utama Hipertermia adalah panas atau demam yang

tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah,

anoreksia, diare serta penurunan kesadaran

8) Diagnose keperawatan

a) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman

salmonella thypi

b) Nyeri berhubungan dengan agens cidera biologi

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan mual muntah

20
d) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh

2. Karsinoma Tongue
a. Pengertian

Karsinoma Tongue (Lidah) adalah suatu tumor yang terjadi didasar

mulut, kadang-kadang meluas kearah lidah dan menyebabkan

gangguan mobilitas lidah (Van De Velde, 1999).

Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari

jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk Squamous Cell

Careinoma (cell epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit-

penyakit tertentu (premagmaligna). Kanker ganas ini dapat

menginfiltrasi kedaerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan

metastase secara limfogen dan hematogen.

b. Etiologi

Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifactorial dan

suatu proses yang terdiri dari beberapa Langkah yang melibatkan

inisiasi, promosi dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi

kanker lidah :

1) Tembakau : 80 % penderita kanker lidah adalah perokok.

Resiko perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan

perokok.

2) Alkkoholisme : peminum berat mempunyai resiko 30 kali lebih

besar dan efeknya sinergi dengan merokok

3) Infesi virus yang dalam rongga mulut : Human papilloma virus

(HPV) khususnya HPV 16 dan 18

4) Oral hygiene yang jelek

21
5) Sunburn : iritasi sinar matahari dan iritasi kronis lainnya

6) Gaya hidup : kebiasaan mengunyah sirih.

Sumber lainnya menyebutkan beberapa etiologi atau penyebab

kanker lidah yaitu kanker rongga mulut memiliki penyebab yang

multifactorial dan suatu proses yang terdiri dari beberapa Langkah yang

melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor. Secara garis

besar, etiologi kanker lidah :

1) Predisposisi genetic

2) Efek hornomal

3) Lesi prakanker

4) Iritasi kronis

5) Kegagalan fungsi imun

6) Terapi obat

7) Faktor lingkungan (radiasi pengion, sinar matahari, efek radan

dan medan electromagnet, polusi kimia, dan polusi udara)

8) Kebiasaan pola hidup (rokok, tembakau, nutrisi, konsumsi

alcohol, praktik seksual)

9) Virus

10) Faktor-faktor psikososial ( sikap kepribadian dan sikap system

pendukungan social (Baradera Mary, dkk, 2007. Seri Asuhan

Keperawatan Klien Kanker, Jkt. EGC) ).

c. Manifestasi klinis

1) Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak

sembuh-sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau

22
menginfiltrasi jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri local,

atalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010)

2) Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas

sehingga proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu.

Kanker dapat menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti,dasar

mulut (floor of mouth, fom) dasar lidah dan tonsil (Suyatno,

2010)

3) Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan

nyeri tekan, kesuliatan mengunyah, menelan dan berbicara,

butuh dengan sputum bersemu darah atau terjadi pembesaran

nodus limfa servikal (Boughman Diane, 2000).

d. Pemeriksaan diagnostic

1) CT Scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor,

luas ekstansi tumor primer

2) USG Hepar, foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya

metastitas jauh

3) Biopsy

a) FNAB, dilakukan pada tumor primer yang metastasis ke

kelenjar getah bening leher

b) Biopsy insisi atau biopsy cakot (punch) dilakukan bila tumor

besar (>1 cm)

c) Biopsy eksisi dilakukan pada tumor yang kecil (1cm atau -)

e. Pencegahan

23
Pencegahan penyebab kanker lidah bisa dilakukan dengan

menghindari factor-faktor resikonya. Mengubah gaya hidup bisa

meminimalisirkan resiko terkena kanker lidah :

Berikut cara pencegahannya :

1) Berhenti merokok

2) Menghindari mengunyah produk tembakau atau sirih

3) Membatasi asupan alcohol

4) Terapkan pola makan seimbang

5) Jika aktif secara seksual, gunakan kondom lateks setiap kali

berhubungan seks.

3. Dyspepsia

a. Pengertian

Dyspepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom

(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak

nyaman diulu hati (daerah lambung) kembung, mual, muntah, rasa

cepat kenyang, dan perut terasa penuh.

Dyspepsia adalah suatu istilah yang merujuk pada gejala abnormal

dari bagian atas perut, istilah ini biasa pula digunakan untuk

menerangkan berbagai keluhan yang dirasakan di abdomen bagian atas.

Diantarany adalah rasa nyeri ataupun rasa terbaka di daerah epigastrum

(ulu hati).

b. Etiologi

Dalam dyspepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik

yang bersifat organic dan kungsional. Penyakit yang bersifat organic

24
antara lain karena terjadinya gangguan disaluran cerna/sekitar cerna,

seperti pancreas, kandung empedu, dan lain-lain.

Faktor yang menyebabkan antara lain :

1) Gangguan pergerakan dari saluran pencernaan bagian atas

(esokagus, lambung, usus halus bagian atas)

2) Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan

salah

3) Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya

dyspepsia seperti minuman alcohol, bersoda, kopi, dan lain-lain.

c. Manifestasi klinis

Adapun gejala (sindrom) dyspepsia yaitu :

1) Nyeri perut

2) Rasa perih di ulu hati

3) Nafsu makan berkurang

4) Rasa lekas kenyang

5) Perut kembung

6) Rasa panas di dada dan perut.

d. Pemeriksaan diagnostic

1) Radiologis

Pemeriksaan radiologis banyak menunjang diagnostic suatu

penyakit disaluran makan bagian atas

e. Pencegahan

1) Memperbanyak makan dan minum

2) Mengompres air hangat

3) Tidak mengonsumsi makanan pedas

25
4) Memperbanyak tidur dan beristirahat

4. Gerd

a. Pengertian

Gerd (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu

penyakit yang jarang terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena

bila belum menimbulkan keluhan yang berat seperti refluk

esophagitis dokter belum bisa mendiagnosa. Refluks gastroesofagus

adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara

intermiten pada orang, terutama setelah makan (Asroel, 2002).

Penyakit Refluks gastroesofageal (Gastroesophageal

Reflux Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan

patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung kedalam

esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto,

2002).

b. Etiologi

Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi :

1) Menurunnya tonis LES (Lower Esophageal Sphineleter)

2) Bersihan asam dari lumen esofagus yaitu Ph <2, adanya

pepsin, garam empedu, HCL

3) Kelainan pada lambung

4) Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis

26
5) Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga

membuat refluks

6) Mengkonsumsi makanan bersama, coklat, minuman

berkafein dan berkarbohidrat, alcohol, merokok, dan obat-

obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal

sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek

antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat

saluran kalsium, progesterone, dan nitrat

7) Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

(Yusuf, 2009).

c. Manifestasi klinis

1) Rasa panas/terbakar esofagus (pironis)

2) Muntah

3) Nyeri dibelakang tulang payudara atau persis dibawahnya,

bahkan menjalar ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya

timbul setelah makan atau Ketika berbaring

4) Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya

penyempitan (stricture) pada kerongkongan dari refluks

5) Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada

penyempitan pada saluran udara

6) Suara parau

7) Ludah berlebihan (water brash)

8) Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus)

9) Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis)

d. Pemeriksaan diagnostic

27
1) Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas

merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan

ditemukannya mucosal break di esophagus

(esofagitisrefluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada

pemeriksaan endoskopi salurancerna bagian atas pada pasien

dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive

reflux disease (NERD).

2) Esofagografi dengan barium

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas

merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan

ditemukannya mucosal break di esophagus

(esofagitisrefluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada

pemeriksaan endoskopi salurancerna bagian atas pada pasien

dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive

reflux disease (NERD).

3) Monitoring pH 24 jam

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas

merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan

ditemukannya mucosal break di esophagus

(esofagitisrefluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada

pemeriksaan endoskopi salurancerna bagian atas pada pasien

dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-erosive

reflux disease (NERD).

4) Tes Perfusi Berstein

28
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan

memasang selang transnasal danmelakukan perfusi bagian

distal esophagus dengan HCl 0,1 M dalam waktu kurangdari

1 jam. Tes ini bersifat pelengkap terhadap monitoring pH 24

jam pada pasien- pasien dengan gejala yang tidak khas. Bila

larutan ini menimbulkan rasa nyeridada seperti yang biasanya

dialami pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan

rasa nyeri, maka test ini dianggap positif. Test Bernstein

yangnegative tidak menyingkirkan adanya nyeri yang berasal

dari esophagus.

e. Pengobatan

Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi

medleamentosa GGRD :

1) Omerprazol

2) Ibuprofen

3) Cisapside.

29
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. URAIAN KEGIATAN BERDASARKAN ADL

1. Mengukur Tanda – Tanda Vital

a. Tekanan Darah

1) Pengertian

Mengukur darah adalah tekanan yang dialami darah pada

pembekuh arteri ketika darah di pompa dari jantung ke seleruh tubuh

manusia.

2) Tujuan

 Mengetahui keadaan pasien

 Mengetahui diangnosa pasien

3) Alat- alat

 Stetoskop

 Spignomanometer

 Pulpen

 Buku identitas pasien

4) Prosedur pelaksanaan

 Mencuci tangan

30
 Atur posisi pasien

 Lengan baju pasien di buka

 Pasang manset pada lengan kanan atau kiri atas 3 cm diatas

fassacubitiTentukan denyut nadi arteri radialis

 Pompa balon udara maset sampai tinggi 200MmHg sampai denyut

nadi arteri radialis tidak teraba

 Catat hasil

 Cuci tangan setelah melakukan prosedur

b. Menghitung Nadi

1) Pengertian

Denyut nadi merupakan indicator untuk menilai system

kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah

mengunakan jari tangan ( palpasi atau mengunakan alat elektronik

yang sederhana maupun canggih ).

2) Tujuan

 Untuk mengetahui kerja jantung

 Untuk menentukan diangnosa

3) Alat – alat

 Arloji ( jam )

 Buku identitas pasien

 Pena

4) Prosedur pelaksanaan

 Cuci tangan

 Atur posisi pasien

 Letakan kedua tangan terlentang

31
 Tentukan letak arteri yang akan di hitung

 Periksa denyut nadi

 Catat hasil

 Cuci tangan setelah melakukan prosedur

c. Mengukur suhu

1) Pengertian

Suhu merupakan ukuran derajat panas atau dinginya suhu tubuh

mengunakana TERMOMETER

2) Tujuan

 Mengetahui suhu tubuh pasien

 Mengetahui perkembangan penyakit

3) Alat – alat

 Pulpen

 Termometer Dahi

 Buku identitas pasien

4) Prosedur

 Cuci tangan

 Atur posisi pasien

 Nyalakan termometer hingga nyala

 Dekatkan ujung sensor termometer kepada dahi pasien

 Tunggu hingga berbunyi dan ada anggka yang keluar

 Lihat hasil

 Catat hasil

32
 Cuci tangan setelah melakukan prosedur

d. Menghitung Pernapasan

1) Pengertian

Pernapasan dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan fisik,

sebagai respon terhadap gejala pernapasan

2) Tujuan

Untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah pernapasaan

3) Alat – alat

 Jam tangan

 Pulpen

 Buku identitas pasien

 Prosedur pelaksanaan

 Cuci tangan

 Atur posisi pasien

 Hitung pernapasaan selama 1 menit

 Catat hasil

 Cuci tanggan

2. Melakukan prosedur kontrol infeksi

a. Cuci tangan

1) Pengertian

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara

mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakainsabun dan air.

Agar menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari

permukaan kulit dan mengurangi jumlah Mikroorganisme

33
2) Tujuan

 Agar tangan bersih

 Agar terhindar dari penyakit

3) Prosedur

 Usap kedua tangan dengan merata

 Usap kedua pungung tangan dengan merata

 Bersihkan sela sela jari

 Gosok kedua punggung jari dengan bergantian

 Bersihkan ujung jari bergantian

 Bersihkan ibu jari dengan bergantian

 Bersihakan kedua telapak tangan dengan bergantian

b. Dekontaminasi

1) Pengertian

Dekontaminasi adalah proses pembersihan suatu benda atau zat

untuk menghilangkan mingroorganisme atau bahan berbahaya

termaksud bahan kimia.

2) Tujuan

 Untuk menurunkan transmisi penyakit atau pencegahan infeksi

 Memusnakan semua mikroorganisme potagen atau spora pada

peralatan

 Untuk membuang kotoran yang tampak terlihat maupun tidak

terlihat

 Untuk melindunggi personal dan pasien

3) Alat – alat

 Sabun

34
 Alat medis yang telah di gunakan

4) Prosedur

 Asiapkan alat yang telah di gunkanan

 Basahi alat mengunakan air yang mengalir

 Bersihkan alat menguakan kassa yang di berikan sabun

 Cuci alat mengunakan air mengalir

 Simpan alat ketempat yang bersih

c. Sterilisasi

1) Pengertian

Sterelisasi adalah pemusnahan mikroorganisme termaksud spora

baktri yang sangat resisten

2) Tujuan

 Untuk memusnakan mikroorganisme

3) Alat alat

 Sterelisator

4) Prosedur

 Mengambil alat yang sudah di cuci

 Membersihkan alat mengunakan tissu bersih atau kain bersih

 Meletakan alat yang sudah di dibersihkan kedalam sterillisator

 Menutup sterilisator dan menyalahkan alat

 Pengelolaan obat obatan

d. Pemberian obat Intramuscuar ( IM )

1) Pengertian

35
Intramuscuar adalah injeksi kedalam otot tubuh injeksi ini

diabsorbsi lebih cepat dari pada injeksi subkutaneus kerena suplai

darah lebih besar ke otot tubuh.

2) Tujuan

Agar absorpsi obat lebih cepat

3) Alat – alat

 Handscoon

 Spuit dengan ukuran seseuai kebutuhan

 Jarum steril sesuai kebtuhan

 Bak spuit

 Kapas alcohol

 Kom

 Nirbeken/bengkok

4) Prosedur

 Mengucap salam Perkenalkan diri

 Jelaskan tujuan melakukan tindakan

 Menjaga privasi klien/ dengan menutup pinu atau tirai

 Mengatur posisi pasien

 Membebaskan pasien membuka atau tidak pakaian ketika ingin

disuntuk di daerah yang akan disuntik

 Mendesinfeksi permukaan kulit

 Masukan jarum ke area yang di suntik dengan posisi tegak lurus

( 90 ) dengan permukaan kulit

 Melakukan aspirasi

 Memasukan obat secara perlahan

36
 Menarik jarum dengan cepat ketika obat telat masuk

 Menekan daerah suntikan dengan kapas alkohol

 Bantu pasien ke arah posisi nyaman

 Mengobservasi pasien

 Evaluasi respon pasien

3. Pengelolaan obat-obatan

a. Pemberian obat Intramuscuar ( IM )

1) Pengertian

Intramuscuar adalah injeksi kedalam otot tubuh injeksi ini

diabsorbsi lebih cepat dari pada injeksi subkutaneus kerena suplai

darah lebih besar ke otot tubuh.

2) Tujuan

 Agar absorpsi obat lebih cepat

3) Alat – alat

• Handscoon

• Spuit dengan ukuran seseuai kebutuhan

• Jarum steril sesuai kebtuhan

• Bak spuit

• Kapas alkohol

• Kom

• Nirbeken/bengkok

4) Prosedur

37
• Mengucap salam

• Perkenalkan diri

• Jelaskan tujuan melakukan tindakan

• Menjaga privasi klien/ dengan menutup pinu atau tirai

• Mengatur posisi pasien

• Membebaskan pasien membuka atau tidak pakaian ketika ingin

disuntuk di daerah yang akan disuntik

• Mendesinfeksi permukaan kulit

• Masukan jarum ke area yang di suntik dengan posisi tegak lurus

( 90 ) dengan permukaan kulit

• Melakukan aspirasi

• Memasukan obat secara perlahan

• Menarik jarum dengan cepat ketika obat telat masuk

• Menekan daerah suntikan dengan kapas alkohol

• Bantu pasien ke arah posisi nyaman

• Mengobservasi pasien

• Evaluasi respon pasien

b. Pemberian obat oral

1) Pengertian

Merupakan tindakan medis untuk memberikan terapi kepada

pasien melalui mulut, Baik secara oral, Sublingual ataupun Bukal.

Umumnya jenis obat-obatan yang diberikan berupa tablet, syrup,

serbuk, pil, dan kapsul

2) Tujuan

38
Tindakan ini dilakukan untuk memberikan terapi kepada pasien,

melalui oral, sublingual atau bukal

3) Alat – alat

• Kartu Obat atau catatan pengobatan pasien, biasanya diruang

perawatan di tulis dalam kardex

• Baki

• Cangkir obat sekali pakai, Gelas pengukur, dan sendoknya

• Segelas air atau sari buah

• Sedotan minum

4) Prosedur

• Periksa kembali kardek obat atau buku catatan dan samakan

kembali dengan resep yang diminta dokter. Perhatikan nama

obat dan dosisnya, dan sesuaikan dengan identitas pasien. Lihat

ketersediaan obat dan tanggal kadaluarsa. Jika ada

ketidakjelasan, Lakukan konfirmasi ulang. Jika obat tidak

tersedia di apotek, minta anjuran dokter, apakah perlu

mengganti jenis obat yang direspkan.

• Kaji kemampuan pasien dalam mengkonsumsi obat oral.

• Siapkan peralatan yang dibutuhkan

• Lakukan Cuci Tangan

• Ambil Obat Sesuai permintaan dokter, dan lihat dengan teliti

kesamaan dosisnya

• Hitung Dosis Obat jika diperlukan

• Lakukan Pengecekan kembali, Antara obat yang sudah

disiapkan dengan resep dokter.

39
c. Pemberian obat Subkutan ( SC )

1) Pengertian

Pemberian obat subkutan adalah cara memberikan obat dengan

menyuntik di area bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau

lemak dibawah dermis.

2) Tujuan

• Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter

• Pemberian obat melalui subkutan pada umumnya pemberian

insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

3) Alat – alat

• aki/meja obat

• Jarum dan spuit tuberculin atau insulin.

• Kapas alkohol/alkohol swab

• BBak spuit

• Buku obat/catatan

• Bengkok obat

• Sarung tangan

• Tempat sampah medis khusus

• Perlak/pengalas.

4) Prosedur

• Cuci tangan

• Dekatkan alat-alat ke klien

• Beritahu kembali klien akan prosedur tindakan yang akan

dilakukan.

40
• Pilih area tempat penyuntikan melalui inspeksi ukuran dan

keutuhan otot. Pertimbangkan area tempat penyuntikan dengan

dosis obat yang diberikan.

• Tentukan lokasi area penyuntikan SC yang terbebas rasa nyeri,

bengkak, jaringan parut atau peradangan di area perut, scapula,

ventrogluteal dan dorsogluteal.

• Pasang pengalas

• Pasang sarung tangan terutama pada tangan yang tidak dominan,

disesuaikan dengan kebutuhan.

• Bersihkan dengan kapas alkohol/alkohol swab area yang akan

dilakukan penyuntikan dengan cara melingkar dari pusat ke arah

luar atau sekali usap biarkan agak mengering.

• Ambil spuit, lepaskan penutup jarum, serta keluarkan udara dari

spuit. Pegang spuit dengan tangan yang dominan.

• Tempatkan tangan yang tidak dominan di seberang sisi tempat

penyuntikan, mengangkat otot ke atas (seperti mencubit) area

penyuntikan, hati-hati jangan sampai menyentuh area

penyuntikan.

• Pegang spuit diantara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang

dominan. Suntikkan dengan cepat pada sudut 45 derajat sampai

90 derajat tergantung drai banyaknya jaringan adipose.

Lepaskan regangan.

• Aspirasi dengan perlahan. Jika darah terhisap oleh jarum, cabut

jarum tersebut dan buang serta ganti dengan obat yang baru.

41
• Jika darah tidak terhisap, suntikkan obat tersebut secara perlahan

dengan sedikit tekanan sampai obat habis.

• Angkat jarum dengan cepat sambil menekan kulit pada area

penyuntikan, tempatkan kapas alkohol/alkohol swab diatas

lokasi penyuntikan.

• Tutup jarum spuit dengan penutupnya dengan teknik one hand,

lalu buang ke tempat sampah medis khusus benda tajam.

• Lepaskan sarung tangan.

• Bantu klien mengatur kembali posisinya.

• Evaluasi respon klien setelah pemberian obat subkutan (SC)

• Sampaikan salam terminasi

• Bereskan alat-alat

• Cuci tangan

• Dokumentasi hasil tindakan pemberian obat SC

d. Pemberian obat Intravena ( IV )

1) Pengertian

Pemberian obat intravena adalah cara menyuntikkan obat yang

dilakukan pada pembuluh darah vena

2) Tujuan

Memberikan obat kepada klien melalui pembuluh darah vena

3) Alat

• Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan yang telah berisi

obat.

• Kapas alkohol/alkohol swab

• Bak spuit

42
• Torniket

• Buku obat/catatan

• Bengkok obat

• Sarung tangan

• Tempat sampah medis khusus

• Prosedur Kerja

• cuci tangan

• Bawa obat yang telah dipersiapkan untuk diberikan langsung

kepada klien. Jangan meninggalkan obat tanpa pengawasan

• Bandingkan nama yang tertera di buku obat atau pada gelang

nama yang terpasang pada klien

• Dekatkan alat-alat ke klien

• Beritahu kembali klien akan prosedur tindakan yang akan

dilakukan.

• Pasang pengalas di area yang akan dilakukan penyuntikan

• Pasang sarung tangan

• Jika Suntikan Langsung pada Vena

• Tentukan dan cari vena perifer besar sebagai tempat penusukan.

Lokasi penusukan yang sering digunakan biasanya vena basilica

dan sefalika

• Jika pilihan lokasi penyuntikan di vena area lengan, singsingkan

lengan baju yang menutupi vena, jika sudah ditemukan, atur

lengan lurus dan pasang torniket sampai vena benar-benar dapat

dilihat dan diraba. Jika perlu, anjurkan klien mengepalkan

tangannya

43
• Kemudian bersihkan dengan kapas alkohol/alkohol swab dengan

cara melingkar dari pusat ke arah luar atau satu usapan dari titik

penyuntikan ke arah proksimal, buang kapas alkohol ke

bengkok, tunggu sampai tempat injeksi mengering.

• Siapkan spuit yang telah berisi obat. Jika dalam tabung spuit

masih terdapat udara, maka udara harus dikeluarkan terlebih

dahulu

• Perlahan-lahan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi

jarum sejajar dengan vena dan lubang jarum mengarah ke atas.

Untuk mencegah vena tidak bergeser, tangan yang tidak

memegang spuit dapat digunakan untuk menahan vena sampai

jarum masuk kedalam vena

• Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger spuit. Bila darah

terhisap, lepaskan torniket dan dorong obat perlahan-lahan ke

dalam vena

• Amati respon pasien.

e. Perawatan Luka (Ganti verban ( GV )

1) Pengertian

Ganti verban adalah suatu tindakan keperawatan untuk mencegah

infeksi dengan cara menganti balutan yang kotor dengan balutan

bersih.

2) Tujuan

Untuk melindungi luka serta mengurangi resiko terkontaminasi

dari kuman, bakteri maupun virus yang mengganggu penyembuhan

luka.

44
3) Alat – alat

• Handscoon

• Cairan NaCL

• Kapas alkohol

• Kassa

• Hypafix

• Pinset anatomi

• Kom

• Guntik verban

• Supratur

• Salep genta

• Betadin

• Bengkok/neirbeken

• Prosedur kerja

• Beri salam

• Sebutkan nama

• Jelaskan tujuan prosedur kepada pasien

• Cuci tangan

• Pakai handscoon

• Buka verban lama dengan mengoleskan kapas alkohol agara

lebih mudah

• Siram luka mengunakan NaCl agar bersih

45
• Ambil kasa tumpakan betadin secukupnya

• Lalu oles kan pada luka

• Setelah itu buah sampah sementara pada bengkok/nirbek

• Oleskan salep genta di area sekeliling luka

• Lalu ambil kasa steril, letakan pada luka

• Gunting hypafix menggunakan gunting verban sesuai

kebutuhan.

• Pemenuhan kebutuhan Aktivitas

4. Ambulasi

a. Pengertian

Ambulasi dini tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien

pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari

tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan

kondisi pasien

b. Tujuan

 Mobilisasi/ Ambulasi klien

 Memindahkan ke ruangan tertentu

 Memberi rasa nyaman pada klien.

c. Alat

 Kursi Roda

46
 Tempat Tidur

d. Prosedur Kerja

 Membantu klien duduk di sisi tempat tidur

 Meletakkan kursi roda pada posisi sudut 450 pada tempat tidur,

mengunci rodanya dan membuka tatakan kakinya.

 Memastikan klien stabil

 Melebarkan kakinya (membuka jarak antara kedua kaki)

 Memfleksikan pinggul dan kedua lutut (lutut perawat dan klien

sejajar).

 Meletakkan tangan perawat di skapula klien.

 Menegakkan klien untuk bediri pada hitungan ketiga dengan

meluruskan pinggul dan tungkai.

 Memutar kaki yang terjauh dari kursi roda.

 Meminta klien menggunakan lengan bersandar pada kursi untuk

topangan.

 Memfleksikan pinggul dan lutut selama menurunkan klien ke kursi.

 Mengkaji kesejajaran klien yang sesuai untuk duduk.

 Menurunkan tatakan kaki kursi roda dan meletakkan kedua kaki

klien diatasnya.

5. Mobilisasi

a. Pengertian

Mobilisasi dengan posisi sims adalah teknik pemberian posisi

dengan memiringkan tubuh kekanan dan kiri dengan posisi tubuh masih

berbaring.

b. Tujuan

47
 Mencegah rasa tidak nyaman pada tonus otot

 Mempertahankan tonus otot

 Mencegah terjadinya komplikasi immobilisasi, seperti ulkus

decubitus, kerusakan saraf superficial, kerusakan pembuluh

darah dan kontraktur.

 Untuk memudahkan tindakan pemberian enema

 Memudahkan perawatan dan pemeriksaan pada area perineal

c. Alat

 Bantal atau guling seperlunya

 Handuk atau bantal pasir

 Handscon

d. Prosedur Kerja

 Beritahu Klien tentang tindakan yang akan dilakukan

 Mendektkan alat pada klien

 Beri posisi nyaman pada pasien

 Bantu pasien untuk miring kanan setlah 15 menit lakukan tindakan

miring kiring

6. Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi

a. Membantu Pasien Untuk Berkemih Mengunakan Pispot

1) Pengertian

48
Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan perawat yang untuk

memenuhi kebutuhan eliminasi urin

2) Tujuan

agar memenuhi kebutuhan eliminasi fekal urin.

3) Alat

 Pispot /urinal

 Alas

 Botol berisi air cebok

 Tisu

 Selimut ektra

 Sampiran/sketsel

 Bengkok.

4) Prosedur Kerja

 Cuci tangan

 Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan dan bagian yang

terbuka ditutup dengan selimut

 Pasien dianjurkan menekuk lutut (dorsal recumbent) dan

angkat bokong serta pasang pengalas

 Pasang pispot (wanita)/urinal (laki-laki)

 Bila telah selesai anus dan daerah sekitar genetalia dibersihkan

dengan air dan keringkan dengan tisu lalu dibuang ke dalam

bengkok, diulang beberapa kali sampai bersih

49
 Pispot diangkat atau usrinal dan urine diamati, bila ada

kelalaian segera lapor dan dicatat

 Pasien dirapikan dan pakaian bawah dipasang

 Pengalas dan selimut diangkat

 Bersihkan dan rapikan alat-alat dibereskan dan dikembalikan

ke tempat semula

 Sampiran dibuka

 Cuci tangan

 Observasi keadaan pasien

 Mencatat kegiatan dan hasil tindakan (dokumen perawatan).

b. Pemasangan Kateter

1) Pengertian

Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan

keperawatan memasukan kateter kedalam kandung kemih melalui

uretra

2) Tujuan

 Menghilangkan distensi pada kandung kemih

 Mengosongkan kandung kemih secara lengkap

 Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau lesi

 Mengetahui residual urine setelah miksi

 Memasukan kontras kedalam buli – buli

 Mendapatkan specimen urine steril

 Therapeutic : memenuhi kebutuhan eliminasi urine

 Kateterisasi menetap ( indwelling catherezation )

 Kateterisasi sementara ( intermitter catherization )

50
3) Alat

 Handschoen steril

 Handschoen on steril

 Kateter steril sesuai ukuran dan jenis

 Urobag

 Doek lubang steril

 Jelly

 Lidokain 1% dicampur jelly ( perbandingan 1 :1 ) masukkan

dalam spuit ( tanpa jarum )

 Larutan antiseptic + kassa steril

 Perlak dan pengalas

 Pinset anatomis

 Bengkok

 Spuit10 cc berisi aquades

 Urinal bag

 Plester / hypavik

 Gunting

 Sampiran

4) Prosedur Kerja

 Menjaga privacy Pasien dengan memasang sampiran dan

selimut extra

 Mengatur posisi pasien dalam posisi terlentang dan

melepaskan pakaian bawah

 Memasang perlak dan pengalas

 Memasang pispot di bawah bokong pasien

51
 Menyiapkan plester fiksasi kateter dan label waktu

pemasangan kateter, membuka kemasan luar kateter dengan

tetap mempertahankan kesterilannya, menyiapkan pelumas

pada kasa steril dan dijaga kesterilannya.

 Memakai sarung tangan

 Tangan tidak dominan pegang penis pakai kasa steril,

desinfeksi dengan tangan dominan dengan menggunakan kapas

sublimat/betadin sol pada metaus uretra.

 Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril

 Masukkan jelly anestesi atau pelumas pada uretra kira-kira 10

cc, tahan ujung penis dan meatus uretra dengan ibu jari dan

telunjuk untuk mencegah refluk jelly, tunggu sebentar kira-kira

5 menit agar efek anestesi bekerja.

 Pilih foley kateter sesuai ukuran, (besar : 18 dan 20, kecil : 8

dan 10 french catheter) atau sesuai persediaan

 Masukkan foley kateter ke uretra secara perlahan dengan

sedikit mengangkat penis hingga urin keluar (klien dianjurkan

tarik napas panjang)

 Menampung urin pada botol bila diperlukan untuk

pemeriksaan

 Mendorong lagi foley kateter kira-kira 5 cm ke dalam

 bladder (1-2 inc)

 Kembungkan balon dengan cairan aquadest sesuai ukuran,

kira-kira 20 cc

52
 Menarik kateter dengan perlahan sampai terasa ada tahanan

dan meletakkannya di atas abdomen bagian bawah.

 Menyambungkan kateter dengan urine bag

 Melepas duk, pengalas dan sarung tangan

 Memfiksasi kateter di atas abdomen bagian bawah

 Menempel label waktu pemasangan kateter

c. AFF Kateter

1) Pengertian

Melakukan tindakan pelepasan selang kateter dari kandung kemih

2) Tujuan

Melatih pasien untuk BAK normal tanpa kateter, dan mencegah

infeksi

3) Alat

 Handschoen

 Pinset cirurgis / anatomis

 Spuit 10cc

 Antiseptic betadin 10%

 Bengkok

 Plester

 Sampiran

4) Prosedur Kerja

 Memperkenalkan diri

 Beritahu dan jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan dan

lihat respon klien

 Pasang sampiran, tutup jendela

53
 Dekatkan alat ke klien

 Cuci tangan dan pasang handscoon

 Desinfeksi daerah glans dengan betadin 10%

 Keluarkan isi balon dengan spuit sampai benar –benar habis

 Tarik kateter dan anjurkan klien untuk menarik napas panjang

sambil melihat respon klien, kemudian buang kateter pada

bengko

 Olesi area meatus eksterna dengan betadin 10 %

 Bereskan alat dan lepaskan handscoon

 Cuci tangan

 Dokumentasikan Tindakan

7. Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman

a. Teknik Relaksasi

1) Pengertian

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada

pasien yang mengalami nyerikronis Rileks sempurna yang dapat

mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasansehingga

mencegah menghebatnya stimulasi nyeri

2) Tujuan

Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeriIndikas

3) Prosedur Kerja

 Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada

sesuatu yang kurang dipahami/jelas

 Atus posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik

54
 Instruksikan pasien untuk melakukan tarik napas dalam

sehingga rongga paru berisi udara, intruksikan pasien dengan

cara perlahan.

 Menghembuskan udara membiarkannya keluar dari setiap

anggota tabuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk

memusatkan perhataiannya pada sesuatu hal yang indah dan

merasakan betapa nikmatnya rasanya

 Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa

saat (1-2) menit

 Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam,

kemudian menghembuskannya dengan cara perlahan

 Merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki

menuju keparu-paru seterusnya rasakan udara mengalir

keseluruh bagian anggota tubuh

 Minta pasien untuk memusatkan perhatian pad kaki dan tangan

dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan

rasakan kehangatannya

 Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan,

udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari

tangan dan kai dan rasakan kehangatanya

b. Teknik Distraksi

1) Pengertian

Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis

kepada klien

2) Tujuan

55
Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual

pasien

3) Alat

 Tape music / Radio, Hand phone

 Compact Disc (CD) Musik

 Headset

4) Prosedur kerja

 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)

 Siapkan alat-alat

 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra

indikasi

 Cuci tangan

 Beri salam dan panggil klien dengan namanya

 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada

klien/keluarga

 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan

 Menanyakan keluhan utama klien

 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik

 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang

diinginkan seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan

mengurangi rasa sakit.

c. Kompres air dingin

1) Pengertian

Memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan

terapeutik

56
2) Tujuan

 Menurunkan suhu tubuh

 Mencegah peradangan meluas

 Mengurangi kongesti

 Mengurangi perdarahan setempat

 Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

 Agar luka menjadi bersih

3) Alat

 Kom berisi air biasa atau air es

 Perlak pengalas

 Beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu

 Sampiran bila perlu

 Selimut

4) Prosedur Kerja

 Melakukam verivikasi data sebelumnya bila ada

 Mencuci tangan

 Menempatkan alat didekat pasien dengan benar

 Menyapa pasien (ucapkan salam)

 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan

 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

 Pasang pengalas pada area yang akan dikompres

 Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu

peras sampai lembab

 Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan di

kompres

57
 Ganti waslap/kain kasa tiap kali denganwaslap/kain kasa yang

sudah terendam dalam air biasa atau air es

 Diulang – ulang sampai suhu tubuh turun

 Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan

 Berpamitan dengan klien

 Membereskan alat – alat

 Mencuci tangan

8. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Cairan Dan Elektrolit

a. Pemasangan Infus

1) Pengertian

Memasukkan cairan obat langsung ke dalam pembuluh darah vena

dalam jumlah banyak dan waktu yang lama, dengan menggunakan

infus set.

2) Tujuan

 Sebagai pengobatan.

 Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.

 Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak dapat / tidak

boleh makan melalui mulut

3) Alat

 Standar infus

 Set infus

 Cairan infus

 Alkohol sweb

 Hepapix

 Handscon

58
 Nirbeken

 Perlak

 Tourniquet

 Gunting

4) Prosedur Kerja

 cuci tangan (sesuai SPO cuci tangan).

 Identifikasi pasien(sesuai SPO identifikasi pasien).

 Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.

 Bawa peralatan kepasien.

 Atur posisi pasien dengan posisi supine( terlentang).

 Siapkan set infus dan cairan infus untuk siap digunakan -

Lepaskan penutup botol cairan lalu didesinfeksi dengan alkohol

swab dan tusukkan pipa saluran udara dan saluran infus.

 Isi selang infus : tekan bilik drip dan lepaskan, biarkan terisi 1/3

sampai ½ penuh.Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai

keluar sehingga udara tidak ada pada selang infus, lalu klem ke

posisi off, pastikan slang bersih dari udara dan gelembung

udara, ujung slang ditutup kembali.

 Pakai sarung tangan .

 Periksa ulang cairan yang akan diberikan.

 Siapkan area yang akan dipasang infus.

 Pasang perlak dan pengalas di bawah anggota badan yang akan

dipasang infuse

 Lakukan fixasi

 Tentukan vena yang akan ditusuk.

59
 Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5 – 19 cm

melingkar dari arah dalam keluar.

 Tusukkan jarum infus/abocath pada vena yang telah ditentukan

 Tutup bagian yang ditusuk dengan tegaderm

 Tulis tanggal dan ukuran jarum infus/abocath pada plester

bagian luar.

 Hitung jumlah tetesan infus sesuai dengan kebutuhan.

 Perhatikan reaksi pasien.

 Rapikan pasien

 Rapikan peralatan dan kembalikan pada tempatnya.

 Cuci tangan

 Catat waktu pemasangan, jenis cairan dan jumlah cairan serta

peralatan habis pakai pada status pasien.

b. Aff Infus

1) Pengertian

Pelepasan infus adalah suatu teknik melepas/mencabutselang

infuse beserta abocatnya ( kateter IV )

2) Tujuan

Untuk mencabut selang infuse beserta abocathnya jika sudah tidak

diperlukan

3) Alat

 Perlak dan Pengalas

 Bengkok

 Hepapix

 Handscon

60
 Nirbeken

 Kapas Alkohol

 Gunting

4) Prosedur kerja

 Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan pada pasien

 Mendekatkan alat pada pasien

 Mencuci tangan

 Memakai handscoon

 Membasahi plaster yang melekat pada kulit menggunakan kapas

alkohol

 Melepas plaster dan kassa dari kulit

 Menekan tempat tusukan lalu cabut infus secara perlahan

 Tutup bekas tusukan menggunakan plaster

 Rapikan alat

 Melepas hanscoond

 Mencuci tangan

c. Spalk Infus

1) Pengertian

Spalk infus adalah bantalan berukuran kecil yang berisi kayu dan

terbungkus kain serta material busa tertentu agar orang yang

menggunakannya merasa nyaman.

2) Tujuan

Untuk membatasi adanya pergerakan lebih agar tidak terjadi

pembekakan pada tangan

3) Alat

61
 Kassa berukuran Panjang

 Bantalan kecil

 Kain/busa

 Hepapix/plester

4) Prosedur kerja

• Menjelaskan tujuan tindakan yang akan di lakukan pada pasien

Mendekatkan alat pada pasien

 Mencuci tangan

 Memakai handscoon

 Lilitkan kassa Panjang pada bantalan kecil hingga sesuai

kebutuhan

 Lilitkan Kembali bantalan yang sudah terbungkus kassa Panjang

pada pergelangan tangan yang terpasangi infus

 Rekatkan dengan menggunakan ikat kain kassa dan juga plester

 Cuci tangan

9. Pemenuhan kebutuhan O2 ( Oksigen )

a. Pemberian Posisi Semi Fowler

1) Pengertian

Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana

bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan Posisi ini

dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi

fungsi pernapasan pasien

2) Tujuan

 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi

 Meningkatkan rasa nyaman

62
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya

ekspansi dada dan ventilasi paru

 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi

yang menetap

3) Prosedur kerja

 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

 Dudukkan pasien

 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur

tempat tidur

 Untuk posisi semi fowler (30-45⸰) dan untuk fowler (90⸰).

 Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

10. Pemasangan O2 Nasal Kanula

a. Pengertian

Nasal kanul adalah alat sederhana yang sering digunakan untuk

menghantarkan oksigen. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini

ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu

bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan

Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16– 20 kali

permenit dengan kecepatan aliran 1–6 liter/menit serta konsentrasi 22–

44%, dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik ke

dalam hidung hanya berkisar 0,6–1,3 cm dan mengaitkannya di

belakang telinga (Kusnanto,2016).

b. Tujuan

Tujuan pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan dan

memenuhi kebutuhan oksigen

63
c. Prosedur kerja

 Tabung oksigen (O2) lengkap dengan manometer

 Pengukur aliran flow meter dan humidifier.

 Kanul nasal. 8

 Selang oksigen.

 Plester / pita.

11. Tindakan mengaplos obat

a. Pengertian

Mengaplos obat adalah kegiatan mencampurkan obat dalam bentuk

larutan.

b. Tujuan

Untuk memberikan obat kepada pasien dalam bentuk larutan.

c. Alat – alat

 Spoit sesuai kebutuhan

 Aquabidest steril

 Handscoon

 Bak instrumen

d. Prosedur

 Cuci tangan

 Memakai hanscon

 Menghitung kesesuaian dosis

 Melakukan pencampuran secara aseptis

64
 Mengobservasi dan evalaluasi

12. Pemenuhan Kebutuhan Personal Hygene

a. Menganti alat tenun

1) Pengertian

Menganti alat tenun kotor pada tempat tidur dengan alat tenun

yang baru

2) Tujuan

 Agar terhindardari bakteri atau kuman pada tempat tidur

 Agar terlihat rapi

 Agar memberikan perasaan nyaman dan senang pada pasien

3) Alat

 seprai

 handscon

 perlak

 laken/stik laken

 selimut

 kantong seprai kotor

4) Prosedur Kerja

 Cuci tangan

 Gunakan handcscon

 Lepas seprai lama dari tempat tifur

65
 Pasang seprai baru

 Pasang laken, perlak, dan stik laken pada seprai baru

 Telatakan selimut

13. Pemasangan Nebulizer

a. Pengertian

Pemberian invasi obat mengunkan uap mengunkan nebulezer

b. Tujuan

 Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan

 Melonggarkan jalan nafas

 Selaput lendir pada saluran nafas menjadi tetap lembab

 Mengobati peradangan pada saluran pernafasan bagian atas

c. Alat

 Main unit

 Air hose (selang)

 Nebulizer kit (masker, mouthpiece, cup)

 Obat-obatan

 Aquabides

 Tissue

d. Prosedur kerja

 Cuci tangan

 Meminta klien berkumur terlebih dahulu

 Menjelaskan tujuan kepadaklien dan keluarga

 Menjelaska kepada klien untuk menghirup uap secara perlahan

hingga obat habis

 Melatih klien untuk gampang mengunakan nebu

66
 Menghubungan nebulezer dengan sumber tegangan

 Menghubungkan hair hose dengan nebu pada main kit

 Buka tutup cup dan masukan aquadest

 Dan masukan cairan obat kedalam alat penguap sesuai dosis

 Mengaktifkan nebu dengan menekan tombol on pada main kit

 Mengingatkan kepada klien untuk menghirup dengan perlahan

hingga obat habis

 Setelah bat hasil tekan tombol off pada main kit

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Program praktik kerja lapangan merupakan salah satu kewajiban dalam

kurikulum yang ditetapkan oleh sekolah yang harus ditempuh oleh siswa (i)

SMK Kesehatan Terpadu Mega Rezky Makassar. Selain itu juga praktik kerja

lapangan juga merupakan salah satu syarat kelulusan yang ditetapkan oleh

Sekolah kepada semua jurusan.

Oleh karena itu, sebagai siswa (i) SMK Kesehatan Terpadu Mega

Rezky Makassar praktikan juga diwajibkan untuk melaksanakan praktik

kerja tersebut. Praktikan melaksanakan praktik kerja lapangan di RSUD

Haji Makassar.

Selama menjalankan program praktik kerja lapangan di RSUD Haji

Makassar, selama kurang lebih satu bulan masa praktik. Praktikan banyak

mendapat wawasan dan pengetahuan baru yang didapatkan di rumah sakit.

67
Selain itu, program ini juga menjadikan praktikan mendapat pengalaman

secara langsung mengenai dunia kerja.

Dengan adanya PKL III ini kami dapat mencapai target yang

diberikan sesuai dengan kompetensi kami, yaitu :

1. Mampu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (mandiri)

2. Melakukan cuci tangan dengan prinsip 6 langkah

3. Melakukan pemeliharaan ruangan dan sterilisasi alat

4. Melakukan pengamatan pada pasien IM ( mandiri )

5. Melakukan kontrol infeksi

6. Pemenuhan kebutuhan Nutrisi Cairan dan Elektrolit

7. Pengelolaan obat-obatan

8. Perawatan luka.

Dengan mengacu pada uraian diatas maka dapat dibuat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Praktikan di tempatkan pada bagian Ruang Periksa yang sesuai dengan

bidang keahlian praktikan dengan beberapa tugas yang di berikan,

2. Kegiatan praktik kerja lapangan ini sangat memberikan manfaat

terutama bagi siswa (i) untuk mengenal secara langsung dan mendalam

mengenai dunia kerja sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing,

3. Ketika menempatkan diri sebagai seorang Keperawatan Medis harus

bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan. Diperlukan

pengetahuan, keterampilan, dan ketelitian karena ketika terjadi

kesalahan, maka akan mengakibatkan hal yang tidak sesuai dengan yang

68
di harapkan. Salah satu contohnya melakukan prosedur memeriksa

tekanan darah, jika kita tidak konsen memeriksa pasin maka hasil dari

sistol dan diastolnya kurang efektif untuk diukur,

4. Dan selama kami melaksanakan praktik lapangan kerja di rumah sakit

kami mendapatkan pengetahuan dan wawasan lebih yang tidak

didapatkan disekolah. Juga selama kegiatan kerja lapangan praktikan

kami menyadari bahwa teori-teori yang praktikan dapatkan disekolah

masih sangat minim.

B. SARAN

1. Bagi Sekolah

a. Tetap memberikan motivasi kepada kepada siswa (i) untuk terus

berusaha

b. Tetap berusaha untuk menciptakan siswa (i) yang berkompeten dan

berkualitas

c. Memberikan dukungan dan semangat untuk siswa (i) agar selalu maju

terus kedepannya

2. Bagi Adik Kelas

a. Melaksanakan kegiatan PKL dengan penuh semangat dan antusias saat

melakukannya

b. Melakukan tindakan dengan penuh rasa tanggung jawab

c. Menjalankan PKL dengan mengutamakan selalu nama baik diri sendiri

dan juga nama baik sekolah

69
d. Selalu menjaga sikap dan tata bicara/berkomunikasi dengan orang lain,

mau itu yang lebih tua ataupun yang lebih mudah dari kita.

3. Bagi Masyarakat

a. Selalu menjaga kesehatan lingkungan terlebih untuk dirinya sendiri

b. Selalu menghargai para petugas Kesehatan yang sedang bertugas.

C. KESAN

Menjadi salah satu peserta dari Praktik Lapangan Kerja ini sangat

mengesankan, banyaknya pengalaman yang kami dapat dan ilmu lebih

yang belum kami dapatkan disekolah, bukan hanya dengan soal materi dan

keterampilan keahlian jurusan kami, tetapi juga pendidikan karakter yang

kuat didalamnya.

Kami belajar bagaimana suka dukanya dalam memulai mencoba

bekerja sama dengan seseorang yang bertolak belakang dengan kepribadian

kami, belajar berkomunikasi langsung dengan pasien dengan cara

bertatapan langsung.

70
DAFTAR PUSTAKA

71
L

72
I

Tata Pelaksanaan PKL I dan II

73
II

Uraian Kegiatan PKL I dan II

74
III

Lembar Penilaian PKL I dan II

75
IV

Daftar Hadir Peserta PKL I dan II

76
V

Dokumentasi Kegiatan PKL I danII

77

Anda mungkin juga menyukai