1
BAB I
PENDAHULUAN
Tahap remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tumbuh (growth spurt), dan terjadi perubahan-perubahan psikologis dan kognitif,
serta ciri-ciri seks sekunder seperti menstruasi (Mansur, 2012). Masa ini juga merupakan
periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan.
Umumnya proses pematangan fisik lebih cepat dari pematangan psikososialnya. Karena itu
seringkali terjadi ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan
terhadap stres. Stres dan harapan-harapan baru yang dialami remaja membuat remaja mudah
mengalami gangguan baik berupa gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku.
Demikian juga yang dialami oleh remaja putri, Perubahan fisik yang menandakan bahwa
remaja putri berubah salah satunya adalah menstruasi.
Menstruasi adalah proses keluarnya darah pada dinding Rahim (endometrium)
yang terjadi secara rutin setiap bulan dan terjadi pada usia 10-16 tahun, serta lamanya 3-7
hari serta jumlah darah yang keluar ± 25 cc. Beberapa wanita mengalami gangguan yang
cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala,
sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam
bentuk yang paling berat, sering melibatkan stres.
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban yang
merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk
mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor). Kondisi stres akan
memberikan pengaruh yang cukup luas bagi tubuh, antara lain pusing, sakit kepala, dada
berdebar, sulit tidur, perubahan nafsu makan, dan ternyata untuk remaja putri saat menstruasi
mengakibatkan stres lebih meningkat sehingga dibutuhkan penanganan yang serius bagi
remaja yang menstruasi terutama pada remaja awal juga bisa mengakibatkan terlambatnya
haid, memperpanjang atau memperpendek siklus menstruasi
Berdasarkan hasil penelitian Achamad telah diketahui bahwa dari 26 orang remaja
putri yang mengalami stres psikologi ringan sebagian kecil responnya sebanyak 6 orang
(23,1%) mengalami gangguan siklus menstruasi. Sementara itu dari 54 orang yang
2
mengalami stres psikologi sedang setengahnya dari responden sebanyak 27 orang (50%)
mengalami gangguan siklus menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2014) dimana sebanyak 52 responden (78,8%)
mengalami tingkat stres sedang dan hanya 50 responden (75,8%) yang mengalami
ketidakteraturan siklus menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian Dwi Sogi (2011) diketahui bahwa dengan jumlah
responden sebanyak 49 (80,32%) mengalami stres sedang yang mengakibatkan
ketidakteraturan siklus menstruasi.
Berdasarkan penelitian Mulastin (2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas remaja putri yang mengalami stres didapatkan siklus menstruasi normal yaitu
sebanyak 36 orang (58,1%), sedangkan paling sedikit remaja putri yang mengalami tidak
stres didapatkan siklus tidak normal yaitu sebanyak 26 orang (41,9%).
Upaya solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan siklus
menstruasi yaitu mengurangi stres dengan penggunaan mekanisme koping yang baik
misalnya dengan mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, berolahraga, berhenti
merokok, menghindari minuman keras, mengatur berat badan, mengatur waktu dengan tepat,
terapi psikofarmaka, terapi somatik dan terapi religius (Alimul, 2006).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti diatas, peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dan melakukan penelitian pengaruh stress terhadap
pola menstruasi dikalangan mahasiswi kelas xi Sma Palapa Husada 2018
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah “ adakah
hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi kelas xi Sma Palapa Husada2018”
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi,
dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja
adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa (Widyastuti, 2010).
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga
tahap, yaitu (Widyastuti, 2010) :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
b. Tampak dan merasa ingin bebas
c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan
mulai berpikir yang khayal (abstrak)
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3. Masa remaja akhir ( 16-19 tahun)
a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
b. Dalam mencari teman sebaya lebih efektif
c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta
e. Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.
5
Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiawaan pada remaja adalah (Widyastuti,
2010) :
1. Perubahan emosi
Perubahan tersebut berupa kondisi :
a. Sensivitas atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada
remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari
perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
c. Ada kecenderungan tidak patuh pada orangtua, dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya dari pada tinggal dirumah.
2.2. STRES
2.2.1. Pengertian Stres
Stres adalah suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang
mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan ekstrnal (stresor).
Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stress
mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-
keluhan fisik salah satunya gangguan menstruasi (Sriati, 2008).
Hawari 2001 dalam Sriati mengatakan bahwa stres menurut Hans Selye merupakan
respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Sriati, 2008).
6
3) Stres Tahap III
keluhan maag, buang air besar tidak teratur (diare), otot-otot punggung dan tengkuk
terasa tegang, tidak tenang, gangguan pola tidur (insomnia).
4) Stres Tahap IV
Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, gangguan pola tidur (imsomnia),
konsentrasi menurun, timbul perasaan takut dan cemas.
5) Stres Tahap V
Stres tahap V ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: tidak mampu untuk
menyelesaikan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan sistem pencernaan, timbul
perasaan takut dan cemas yang meningkat.
6) Stres Tahap VI
Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: debaran jantung teramat keras,
sulit untuk bernapas (sesak dan megap-megap), sekujur tubuh terasa gemetar, dingin
dan keringat bercucuran (Sriati, 2008).
2.2.3. Katagori stress
1. Stress ringan
∙ Biasanya tidak merusak aspek fisiologis
∙ Berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam
∙ Tidak menimbulkan penyakit
2. Stress sedang
∙ Terjadi beberapa jam sampai beberapa hari
∙ Faktor predisposisi timbulnya penyakit jantung
3. Stress berat
∙ Terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun (kronis)
∙ Menimbulkan penyakit berat dan bisa sampai meninggal
∙ Penyakit fisik yang lama
2.2.4. Penatalaksanaan stress
Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi stresor
dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis/mental, fisik dan sosial. Perbaikan diri
secara psikis/mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan tujuan hidup yang
lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik dengan menjaga tubuh
tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik, olahraga teratur, istirahat yang
cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan diri dalam suatu kegiatan,
7
acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres merupakan usaha untuk mengurangi
atau meniadakan dampak negatif stresor.
Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain:
1).Pendekatan farmakolog : menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik). Sebagaimana
diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur alam pikiran,
alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).
2).Pendekatan perilaku : mengubah perilaku yang menimbulkan stres,
toleransi/adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,
serta manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.
3).Pendekatan kognitif : mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang
positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara
aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.
4).Relaksasi : upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu relaksasi
otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun
transendensi/keagamaan (Widyastuti, 2010).
2.3. Menstruasi
2.3.1. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
(deskuaminasi) endometrium (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya
menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara
tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang
memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari.
Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia,
berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro;2005 ,
Octaria;2009).
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormon yang diproduksi oleh tubuh
yaitu Luteinizing Hormon, Follicle Stimulating Hormone dan estrogen. Selain itu siklus
juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga bisa maju dan mundur. Masa subur ditandai
oleh kenaikan Luteinizing Hormone (LH) secara signifikan sesaat sebelum terjadinya
8
ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium). Kenaikan LH akan mendorong sel telur keluar
dari ovarium menuju tuba falopii. Didalam tuba falopii ini bisa terjadi pembuahan oleh
sperma. Masa-masa inilah yang disebut masa subur, yaitu bila sel telur ada dan siap untuk
dibuahi. Sel telur berada dalam tuba falopii selama kurang lebih 3-4 hari namun hanya
sampai umur 2 hari masa yang paling baik untuk dibuahi, setelah itu mati. LH surge yaitu
kenaikan LH secara tiba-tiba akan mendorong sel telur keluar dari ovarium. Sel telur
biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan LH.
Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus.
Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior,
ovarium, dan uterus. Fase-fase tersebut adalah :
1). Fase menstruasi atau deskuamasi
2). Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi
3). Fase intermenstum atau fase proliferasi
4). Fase pramenstruasi atau fase sekresi
Gangguan pola menstruasi yang berhubungan dengan siklus menstruasi digolongkan
menjadi 2 macam yaitu:
1). Polimenorea
Pada polimenorea siklus menstruasi lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan
ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
2). Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea
biasanya berkurang. Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak
terganggu, dan fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya juga ovulator dengan masa
proliferasi lebih panjang dari biasa.
10
2.5. Kerangka konsep
Bagan 2.1
Variabel Independen Variabel Dependen
2.7. Hipotesis
Ha adanya hubungan stress dengan pola menstruasi
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi
kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam:2008). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan kriteria eksklusi sebagai berikut:
a. Sudah menikah
b. Hamil
c. Tidak bersedia menjadi responden
13
dengan menandatangani surat perjanjian, selanjutnya peneliti memberikan penjelasan singkat
kepada responden cara pengisian kuesioner. Agar pengumpulan data berjalan dengan baik
dan teliti, peneliti mengawasi atau mendampingi responden.
14
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. Aziz, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Chomaria Nurul. 2009. Tips Jitu dan Praktis Mengusir Stress. Jogjakarta: Diva
Press. Hal:49-168
Dwi Sogi & Harliyanti. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Siklus Menstruasi
Pada Mahasiswa AKBID Sari Mulia Banjarmasin,(online), (http://DwiSogi-Faktor-Faktor
Yang Berhubungan(1).pdf).
Hidayat Aziz Alimul. 2011. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah
Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika. Hal:34
Mansur, H. 2012. Psikologi Ibu dan anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Mulastin.2013. Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri di Desa
Palemkerap Kecamatan Mayong Kabupaten
Jepara.http://jurnal.akbidalhikmah.ac.id/index.php/jkb/article/download/3/3 .
Nur Isnaeni, Desty. 2010. Hubungan Antara Stres dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswa
D-IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta.Universitas Sebelas
Maret Surakarta.Karya Tulis Ilmiah.
Octaria, Sherly.2009.Siklus haid, Sindrom Pra-haid, Serta Gangguan Haid Dalam Masa
reproduksi.http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/siklus-haid-sindrom-pra-haid-serta.html.
15
Puji Istiqomah.2009.Keefektifan Senam Dismenorhea Dalam Mengurangi Dismenorhe Pada
Remaja Putri di SMUN 5 Semarang.http://eprints.undip.ac.id/9253/1/ARTIKEL
SKRIPSI234.pdf.
16
17