FOTO-FOTO:
KOMPAS/SYAHNAN RANGKUT
Bidan desa wajib memberikan penyuluhan yang disebut kelas kehamilan di poliklinik desa.
Minimal dilakukan tiga kali pertemuan, yaitu pada usia kehamilan triwulan pertama, kedua, dan
ketiga. ”Pada triwulan pertama, kami memberikan informasi awal kehamilan, terutama asupan
gizi yang baik. Kami juga menjawab mitos seputar kehamilan. Dulu ada mitos ibu hamil tidak
boleh makan ikan, padahal ibu hamil justru disarankan makan ikan. Kalau ibu tidak hadir, kami
datang ke rumahnya,” kata Veny. Pada kehamilan triwulan kedua, ibu hamil diwajibkan
memeriksakan diri ke pos pelayanan terpadu di desa. Diwajibkan empat kali periksa. Namun,
disarankan setiap bulan, di luar jika ada keluhan ibu hamil. ”Kami bekerja sama dengan dokter
spesialis kandungan di Pangkalan Kerinci (ibu kota Kabupaten Pelalawan, berjarak sekitar 15
kilometer dari Kerinci Kanan. Lebih dekat daripada ke ibu kota Kabupaten Siak). Kalau ada
kelainan, ibu hamil langsung kami rujuk ke dokter spesialis itu,” kata Elsa. Dari hasil
pemeriksaan bulanan, data perkembangan ibu hamil dilengkapi. Dalam kolom data, Bertha dan
anggotanya akan membuat prediksi persalinan bayi dengan warna hijau, kuning, dan merah.
Hijau artinya prediksi persalinan normal, kuning ada kemungkinan risiko saat persalinan, dan
merah artinya persalinan dengan risiko.
Mendekati hari kelahiran, penyuluhan semakin intensif. Setiap ibu hamil diberi tahu
persiapan persalinan, tanda bahaya kehamilan, pecah ketuban, dan persoalan lain. ”Kami juga
harus tahu rencana ibu hamil akan bersalin dengan siapa. Tidak harus di desa, bisa ke rumah
sakit, tetapi harus kami ketahui. Kalau hamil anak kedua, harus ada nama orang yang akan
menjaga anak pertamanya. Kami juga meminta nama calon donor darah. Suami sudah harus tahu
nomor ambulans desa yang siap mengantarkan ibu hamil jika diperlukan. Ibu hamil kategori
tanda persalinan merah kami pantau intensif,” ujar Bertha.
Menurut Bertha yang bekerja di Puskesmas Kerinci Kanan sejak 2003, dulu mereka juga
melakukan pemantauan ibu hamil, tetapi dilakukan secara manual. Data ibu hamil dikumpulkan
dalam kain berkantong sebanyak 12 baris (merujuk 12 bulan). Setiap baris memiliki jumlah
kantong sesuai jumlah hari dalam sebulan. Namun, cara itu menghadapi kendala di lapangan.
Suatu hari di akhir tahun 2015, alarm telepon genggam Elsa berbunyi. Ternyata bunyi itu
penanda agenda yang dipasang Elsa untuk hari ulang tahunnya. Bertha memunculkan ide
membuat aplikasi Alarm Persalinan dengan memasang penanda agenda pada setiap prediksi hari
kelahiran ibu.
KEMATIAN MENURUN
Upaya keras yang dilakukan bidan itu berkembang positif. Tahun 2012, ibu meninggal saat
melahirkan berjumlah satu orang dan 2013 sejumlah dua orang. Sejak 2014 sampai pekan kedua
Mei 2017 tidak ada lagi ibu yang meninggal. Angka kematian bayi juga menurun. Pada 2012
bayi meninggal 6 anak, 2013 sejumlah 8 anak, 2014 sebanyak 8 anak, dan 2015 sebanyak 7
anak). Sejak program alarm dijalankan awal 2016, kematian bayi berkurang menjadi empat
orang. Namun, bayi yang meninggal bukan karena kelalaian persalinan atau tidak sempat
mendapat pertolongan. Penyebabnya penyakit atau cacat bawaan yang sudah diketahui sejak
dalam kandungan. Aplikasi Alarm Persalinan dari Puskesmas Kerinci Kanan, Siak, Riau, itu
masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2017 yang dirilis Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. ”Padahal, kami hampir terlambat mendaftar. Persis di
hari terakhir pendaftaran, kami baru kirim data. Yang ikut mendaftar dari seluruh Indonesia
3.057 inovasi. Yang lolos administrasi 1.700. Kami kaget terpilih menjadi salah satu dari 99
inovasi terbaik. Mudah-mudahan kami masuk 40 besar nasional,” kata dr Dea Sari, Kepala
Puskesmas Kerinci Kanan.
Kepala Dinas Kesehatan Siak dr Tonny Chandra menuturkan, program Alarm Persalinan
sudah dalam tahap pengembangan untuk diterapkan di semua kecamatan di Kabupaten Siak.
Bupati Siak Syamsuar sangat senang pegawai kesehatan di daerahnya mampu membuat aplikasi
yang dapat menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. ”Berdasarkan penilaian Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, aplikasi kami unik dan orisinal,
murah, berkelanjutan, punya manfaat mengurangi kematian ibu dan anak, serta dapat disebarkan
ke daerah lain. Ke depan kami akan mengembangkan fitur aplikasi untuk jadwal imunisasi bayi
dan data gizi buruk,” kata Tonny. Ternyata inovasi tidak perlu mahal. Di era komunikasi lintas
data yang mahadahsyat sekarang, sebuah aplikasi memanfaatkan teknologi dapat menyelamatkan
banyak nyawa manusia. Penemunya pun tidak harus orang kota.
Program alarm persalinan karya bidan desa Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak
berhasil meraih penghargaan Top 40 inovasi pelayanan publik terbaik tingkat nasional 2017.
Konsep alarm persalinan dibuat awalnya untuk menekan angka kematian bayi dan ibu yang
masih cukup tinggi di wilayah itu. Ide para bidan desa ini, ternyata hanya ada satu-satunya di
Indonesia.