Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ujian merupakan salah satu cara mengevaluasi mahasiswa terhadap suatu

materi belajar dan juga menjadi sumber kecemasan bagi mahasiswa (Basuki,Ismet

2015).

CSL (Clinical Skill Lab) adalah serangkaian kegiatan psikomotorik yang

berhubungan dengan medis atau kedokteran. 19

Pembelajaran praktek atau skill lab merupakan unsur penting untuk

memfasilitasi siswa dalam menguasai keterampilan dalam profesi keperawatan.

Pengalaman belajar praktik di laboratorium lebih menekankan pada penguasaan

pengetahuan keterampilan, yang merupakan tahapan penting dalam memberikan

bekal dan persiapan proses belajar mahasiswa sebelum melaksanakan praktik

yang sebenarnya di rumah sakit.

Ujian skill lab harus dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat serta harus

dilakukan secara lengkap tanpa terlewati satu unsur pun dalam waktu uji yang

singkat (± 10 menit tiap satu keterampilan), untuk mendapatkan nilai yang bagus

(Arief, S. & Sumarni, 2013). Hal tersebut memungkinkan timbulnya kecemasan

pada mahasiswa keperawatan sebelum melaksanakan ujian lab klinik

keperawatan.
Kecemasan merupakan suatu kondisi emosi dan pengalaman subjektif

individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya

yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Situasi ini menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan dalam bentuk

perasaan gelisah, takut atau bersalah (Supriyantini, 2010). Pendapat lainnya

menyatakan bahwa kecemasan merupakan bentuk penolakan dari seorang

individu yang memunculkan perasaan takut (Stuart & Sundeen, 2013).

Suprajitno (2012) menyatakan bahwa kecemasan dapat timbul dengan

intensitas yang berbeda-beda. Cemas terbagi menjadi kecemasan ringan, sedang,

berat, dan panik. Individu kadang dapat mengalami halangan untuk melakukan

suatu pekerjaan.

Menurut WHO (2017) 24.621 orang mengalami gangguan kecemasan, Studi

di Amerika mengatakan bahwa 6,8 juta remaja berusia 18 tahun di Amerika (3,1

%) mengalami gangguan cemas menyeluruh.3 Di Indonesia angka kecemasan

mencapai 6,7%.4 Menurut National Comorbidity Survey prevalensi kecemasan

pada laki-laki 2% dan perempuan 4,3%. 3,6

Skill lab merupakan latihan dari pelayanan kesehatan yang memerlukan

penerapan pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional. Seperti

lazimnya metode pembelajaran, skill lab tindakan keperawatan biasanya akan

diikuti evaluasi hasil belajar atau ujian skill lab tindakan keperawatan. Ujian skill

lab pada sebagian mahasiswa sering dirasakan sebagai stresor yang dapat

menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang timbul pada saat ujian keterampilan


keperawatan diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam

berpikir dan bertindak saat ujian. Sehingga hal ini akan sangat berpengaruh

terhadap hasil yang dicapai pada ujian tersebut.

Hasil ini juga relevan dengan penelitian Siti Nurus Syarifah yang

melaporkan bahwa mahasiswa keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, baik yang semester IV (angkatan 2010), semester VI

(angkatan 2009), 8 dari 10 mahasiswa yang berhasil peneliti wawancara

mengatakan cemas atau takut saat akan menghadapi ujian praktik, dan hal ini

mempengaruhi saat mereka ujian, diantaranya tremor saat melakukan praktik,

hilang konsentrasi dan gugup.

Kecemasan adalah suatu keadaan seseorang mengalami keadaan gelisah

atau cemas dan aktivitas sistemsaraf otonom dalam merespons ancaman yang

tidakjelas dan tidak spesifik.2

Banyak cara yang dapat digunakan dalam penanganan kecemasan

diantaranya teknik relaksasi napas dalam, teknik relaksasi otot progresif, terapi

musik, terapi respon emosi-rasional, yoga, dan pendekatan agamis.(10)

Teknik-teknik tersebut merupakan suatu upaya meredakan ketegangan

emosional sehingga individu dapat berfikir lebih rasional. Salah satu teknik yang

cukup mudah dilakukan dalam meredakan ketegangan emosional adalah relaksasi

otot progresif .(11)

Penelitian yang dilakukan oleh Eyet et al (2017) yang menyatakan

bahwasannya teknik relaksasi otot progresif mampu menurunkan tingkat


kecemasan pada mahasiswa tingkat III Akper Muhammadiyah Cirebon dalam

menghadapi uji kompetensi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mardiati et

al (2018) meyatakan bahwa terdapat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan.

Relaksasi otot progresif (Progressive Muscle Relaxation) adalah salah satu

cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasikan latihan nafas dalam dan

serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu. Metode relaksasi otot

progresif bertujuan untuk mengurangi ketegangan otot diseluruh tubuh dan

meningkatkan suplai oksigen (Kustanti dalam Uskenat, 2012).

Menurut Setiyoadi (2011), salah satu mengurang kecemasan yaitu terapi

relaksasi otot progresif menurut Teory Edmund Jacobsan tahun 1929. Terapi ini

adalah teknik relaksasi otot yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau

sugesti. Terapi relaksasi ini terbukti dapat mengurangi stres dan kecemasan (Essa,

2016), dapat meningkatkan kulaitas tidur dan mengurangi kelelahan (Amini,

2016), mengurangi nyeri kepala (Kumar, 2014) serta menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi (Ayunani, 2014).

Terapi Progressive Muscle Relaxation juga akan merangsang pengeluaran

hormon endorfin dan serotonin yang meningkatkan perasaan teang pada

seseorang. Adapun relaksasi otot progresif ini dapat merangsang signal otak

dalam meningkat aliran darah ke otak sehingga asupan oksigen di otak dapat

terpenuhi. Dengan keadaan ini, sirkulasi darah menuju seluruh tubuh dapat
berjalan normal kembali ditandai beberapa otot yang tegang akan rileks kembali

(Astuti, 2015). Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh

relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada Mahasiswa Keperawatan

yang akan mengikuti ujian CSL di Universitas Negeri gorontalo.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Menurut WHO (2017) 24.621 orang mengalami gangguan kecemasan. Studi

di Amerika mengatakan bahwa 6,8 juta remaja berusia 18 tahun di Amerika

(3,1 %) mengalami gangguan cemas menyeluruh.

2. Di Indonesia angka kecemasan mencapai 6,7%. Menurut National

Comorbidity Survey prevalensi kecemasan pada laki-laki 2% dan perempuan

4,3%.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka dapat di

ambil rumusan masalah yaitu apakah ada “Pengaruh pemberian teknik Progresive

Muscle Relaxation (PMR) terhadap tingkat kecemasan Mahasiswa Keperawatan

dalam menghadapi ujian CSL di Universitas Negeri Gorontalo”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh pemberian teknik Progresive

Muscle Relaxation (PMR) terhadap tingkat kecemasan Mahasiswa Keperawatan

dalam menghadapi ujian CSL di Universitas Negeri Gorontalo


1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada mahasiswa yang akan mengikuti

ujian CSL sebelum dilakukan relaksasi progresif di Universitas Negeri

Gorontalo

2. Untuk mengidentifikasi kecemasan pada mahasiswa yang akan mengikuti

ujian CSL sebelum dilakukan relaksasi progresif di Universitas Negeri

Gorontalo

3. Untuk menganalisis pengaruh relaksasi progesif terhadap kecemasan pada

mahasiswa yang akan mengikuti ujian CSL di Universitas Negeri

Gorontalo

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis di harapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan, wawasan, dan informasi dalam bidang keperawatan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi peneliti

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan mampu

mengembangkan teori khususnya dibidang keperawatan dalam

pengobatan non farmakologis yaitu dengan teknik relaksasi otot progresif

untuk menurunkan tingkat kecemasan

2. Manfaat bagi institusi pendidikan


Sebagai refrensi bagi pembaca tentang masalah yang berhubungan

dengan kecemasan serta teknik non farmakologis yang bisa diberikan

dalam penurunan tingkat kecemasan yaitu relaksasi otot progresif.

Anda mungkin juga menyukai