Original Article
114
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 2, Mei 2017
115
Evidence Base Practice Efek SEFT (Spiritual Emotional Freedom Tehnique) Therapy Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi
di Ruang Persiapan IAR RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
TABEL 1
Distribusi Frekuensi Responden di Ruang Persiapan IAR RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta
TABEL 2
Perubahan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah perlakuan Terapi SEFT
di Ruang Persiapan IAR RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta
Tabel 2 menjelaskan tentang perubahan tingkat tingkat kecemasan sedang, setelah dilakukan SEFT
kecemasan responden pre post test dengan tingkat kecemasan responden sebagian besar menjadi ringan.
kecemasan pre test sebagian besar responden mengalami Tabel 3 menjelaskan distribusi frekuensi
116
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 2, Mei 2017
TABEL 3
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah perlakuan Terapi SEFT
di Ruang Persiapan IAR RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta
TABEL 4
Perubahan Tekanan Darah Respoden Sebelum dan Sesudah perlakuan Terapi SEFT
di Ruang Persiapan IAR RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta
TABEL 5
Perubahan Nadi Respoden Sebelum dan Sesudah perlakuan Terapi SEFT
di Ruang Persiapan IAR RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta
>100x/menit 5 0
80–100x/menit 3 6
60–80 x/menit 0 2
kecemasan sebelum dan sesudah perlakuan terapi SEFT. dan sesudah terapi SEFT mengalami penurunan rata-rata
Kecemasan berat dalam pre test terdapat 2 responden dari >100x/menit menjadi 80–100x/menit.
dalam post test tidak ada. Kecemasan sedang pre test Tabel 6 menjelaskan tentang frekuensi napas
terdapat 5 responden dalam post test berkurang menjadi sebelum dan setelah dilakukan terapi SEFT, rata-rata
1 responden. Kecemasan ringan pre test terdapat responden dalam pre test frekuensi napas 22x/menit
1 responden setelah post test meningkat menjadi mengalami penurunan setelah dilakukan perlakuan
5 responden, sedangkan tidak ada kecemasan dalam pre menjadi 18x/menit.
test tidak ada setelah post test menjadi 2 responden.
Tabel 4 menjelaskan tentang perubahan tekanan DISKUSI
darah pre post tindakan SEFT, rata-rata tekanan darah
responden menurun terutama diastole setelah dilakukan Menurut pendapat Soewardi yang menyebutkan bahwa
terapi SEFT. umur dapat mempengaruhi tingkat kecemasan, usia
Tabel 5 menjelaskan tentang perubahan sebelum muda lebih mudah mengalami kecemasan dari pada usia
117
Evidence Base Practice Efek SEFT (Spiritual Emotional Freedom Tehnique) Therapy Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi
di Ruang Persiapan IAR RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
TABEL 6
Perubahan Frekuensi Pernapasan Responden Sebelum dan Sesudah perlakuan Terapi SEFT
di Ruang Persiapan IAR RS Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta
Responden 1 22 20
Responden 2 24 18
Responden 3 20 18
Responden 4 18 18
Responden 5 24 22
Responden 6 21 18
Responden 7 18 18
Responden 8 20 20
tua. Makin tua seseorang makin konstruktif dalam menunjukkan jenis pekerjaan tidak berpengaruh
menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.6 terhadap skala kecemasan pada penelitian ini.
Pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa usia Penghasilan keluarga dapat mempengaruhi
muda lebih mementingkan penampilan yang sempurna kecemasan dalam menghadapi operasi, hal ini karena
dan tidak ingin memiliki suatu kecacatan apalagi bila responden khawatir akan biaya dan takut tidak bisa
belum mempunyai pasangan atau menikah. Delapan membayar pembiayaan karena biaya operasi cukup
responden yang didapatkan paling banyak usia dewasa besar. Sebagian besar responden mempunyai
awal yaitu usia 20–40 dengan skala kecemasan yang penghasilan Rp. 800.000–Rp. 1.500.000 perbulan. Selain
berbeda-beda sehingga tidak bisa disimpulkan bahwa itu, kecemasan akan biaya operasi juga bisa
usia berpengaruh terhadap kecemasan. Faktor terminimalisir dengan adanya asuransi kesehatan yang
pendidikan berpengaruh terhadap kecemasan, diberikan oleh pemerintah. Tingkat operasi yang akan
responden dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu dijalani responden juga berpengaruh terhadap tingkat
mengatasi, menggunakan koping yang efektif dan kecemasan responden. Semakin berat jenis operasi
konstruktif daripada seseorang dengan pendidikan semakin tinggi tingkat kecemasan karena komplikasi
rendah.7 Sebagian besar responden berpendidikan SMP ataupun resiko-resiko yang bisa terjadi selama dan
dan SMA dengan skala kecemasan sedang sampai berat. sesudah tindakan operasi dilakukan. Pengalaman akan
Menurut Notoatmojo pendidikan dapat mempengaruhi suatu tindakan operasi ternyata juga mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku dan pola hidup tingkat kecemasan responden. Pengalaman operasi akan
terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta, menyebabkan seseorang berkurang kecemasannya saat
pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi menjalani lagi prosedur operasi yang pernah dijalani
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga sebelumnya karena sudah mengetahui prosedur yang
dapat meningkatkan kualitas hidup. Makin tinggi tingkat dilakukan di dalam kamar operasi dan sudah mengenali
pendidikan seseorang, makin mudah menerima kondisi yang ada di dalam kamar operasi. Pengalaman
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan operasi pertama dari responden ini menyebabkan
yang dimiliki.7 responden merasa cemas saat memasuki ruang serah
Seseorang yang bekerja dapat mendapatkan terima karena responden mulai masuk ke dalam
banyak pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang lingkungan yang masih asing. Sebagian besar reponden
secara tidak langsung dapat meningkatkan keterampilan baru menjalani operasi untuk pertama kalinya sehingga
dan menggunakan koping yang lebih konstruktif. menimbulkan kecemasan pada saat pre operasi.
Keterampilan menggunakan koping yang konstruktif Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan
dapat menurunkan tingkat kecemasan. Kedelapan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan yang
responden mempunyai perbedaan jenis pekerjaan. berat akan mempengaruhi hipotalamus dan
Sebagian besar reponden mempunyai pekerjaan menimbulkan dua mekanisme yang berbeda. Impuls
wiraswasta. Skala kecemasan pada responden ini pun pertama didukung oleh sistem saraf simpatis yang akan
beragam dari skala kecemasan ringan, sedang dan berat mempengaruhi medula adrenal dalam memproduksi
yang merata di setiap jenis pekerjaan. Hal ini epinephrin dan nor epinephrin. Dalam keadaan normal,
118
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 2, Mei 2017
kedua substansi ini akan memberikan sirkulasi darah menunjukkan bahwa SEFT berpengaruh terhadap
yang adekuat sehingga keseimbangan cairan dan penurunan kecemasan dan perubahan tanda-tanda vital
elektrolit terjaga, suhu tubuh stabil sehingga energi dalam rentang normal pada 8 responden pre operasi,
terpenuhi. Tetapi jika produksinya patologis akan namun keterbatasan penelitian sampel hanya berjumlah
meningkatkan rate dan kontraksi jantung, dilatasi pupil, 8 orang karena pengambilan sample menggunakan
penurunan motilitas gastrointestine tract hingga terjadi purposive sampling.
glikogenolisis dan gluko-neogenesis di hepar. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidak-
Sedangkan mekanisme kedua akan mempengaruhi signifikannya penurunan tanda-tanda vital responden,
kelenjar hipofise anterior sehingga merangsang produksi salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan yang
hormon adrenokortikosteroid yaitu aldosteron dan nyaman dan tenang akan memberikan hasil terapi SEFT
glukokortikoid. Aldosteron berperan dalam yang lebih maksimal. Jika dilihat dari kondisi lingkungan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, saat dilakukan SEFT cukup tenang namun tidak adanya
reabsorbsi air dan natrium. Glukokortikoid ruangan khusus menyebabkan responden terganggu
menyediakan energi pada kondisi emergensi dan saat dalam proses pemberian perlakuan terapi SEFT
penyembuhan jaringan.6 berlangsung ada pasien lain yang memasuki ruang serah
Kecemasan dapat timbul karena kesiapan terima. Banyaknya petugas yang berada di ruangan
psikologis terhadap pembedahan belum terjadi. menimbulkan ketenangan sedikit terganggu padahal
Pengurangan tingkat kecemasan preoperasi sangat responden harus berkonsentrasi saat diberikan
penting karena akan mempengaruhi hemodinamik perlakuan. Lama waktu pemberian terapi SEFT dan
responden sebelum dan selama operasi. Indikator jumlah siklus yang dikerjakan juga akan mempengaruhi
hemodinamik yang paling berpengaruh yaitu perubahan hasil dari terapi SEFT yang dilakukan. Terapi SEFT
tekanan darah dan frekuensi jantung. Kondisi ini akan sebaiknya dilakukan dalam waktu 3 sampai 20 menit,
mempengaruhi macam obat anestesi yang diberikan saat semakin lama terapi dilakukan maka akan semakin
operasi untuk mencapai kondisi responden yang stabil. dapat membawa responden ke tingkat ketenangan dan
Cara yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian konsentrasi yang lebih dalam. Ketenangan dan
SEFT (Spiritual Emotion Freedom Technique), latihan napas konsentrasi yang dalam akan membuat responden lebih
dalam, terapi musik, dan distraksi. Seluruh intervensi mudah mengendalikan emosi dan kecemasan yang
yang dilakukan memiliki tujuan akhir yang sama yaitu dialami. Faktor ini dapat dikaitkan dengan salah satu
membuat responden lebih rileks. Teknik SEFT ini faktor keberhasilan tindakan SEFT yaitu khusu. Khusu
berfokus pada kata atau kalimat tertentu yang diucapkan dikaitkan dengan pemusatan pikiran dan konsentrasi.
berulang kali dengan ritme yang teratur disertai sikap Khusu diperoleh dari kondisi lingkungan yang tenang.
pasrah pada Tuhan sesuai dengan keyakinan responden. SEFT bekerja dengan prinsip yang kurang lebih
Spiritual menimbulkan rasa percaya diri, mendatangkan sama dengan akupunktur dan akupresur. Kedua teknik
ketenangan, rileks, dan merasakan kehadiran Tuhan ini berusaha merangsang titik-titik kunci di sepanjang
Yang Maha Esa sehingga mengakibatkan rangsangan ke 14 jalur energi (energi meridian) tubuh yang sangat
hipotalamus untuk menurunkan produksi CRF berpengaruh pada kesehatan kita. Perbedaannya, SEFT
(Cortictropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan menggunakan teknik yang lebih aman, mudah, cepat,
merangsang kelenjar pituitary anterior untuk dan sederhana, bahkan tanpa resiko, karena tidak
menurunkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin menggunakan alat atau jarum. Hanya dengan jari
Hormon). Hormon ini yang akan merangsang kortek telunjuk dan jari tengah kita yang di ketuk-ketukkan
adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol. Kortisol ini ringan di 14 titik meridian tubuh dalam waktu singkat
yang akan menekan sistem imun tubuh sehingga (5–50 menit) untuk membebaskan energi di dalam tubuh.
mengurangi tingkat kecemasan. Berbeda dengan Jika diri terkendali, akan ada gelombang
psikoterapi konvensional, SEFT berasumsi bahwa elektromagnetik tertentu yang akan mengatur tubuh
memang benar beberapa ingatan (sadar atau bawah menjalankan fungsinya secara baik.8 Selain itu, dengan
sadar) tentang masa lalu dapat membangkitkan melibatkan Tuhan dalam proses energy psychology ini
gangguan psikologis, tetapi proses ini tidak berjalan menjadikan SEFT mengalami amplfying effect sehingga
secara langsung, melainkan ada “proses antara“ yang spektrum masalah yang dapat diatasi juga jauh lebih luas
dinamakan “Disruption of Body Energy System” meliputi hambatan fisik (seperti sakit kepala
(terganggunya sistem energi tubuh). Inilah yang berkepanjangan, nyeri punggung, alergi, asma, heart
sebenarnya secara langsung menyebabkan gangguan arythmia, mudah letih, dan lainnya) dan emosional
emosi. SEFT langsung menangani gangguan sistem (trauma, depresi, phobia, stres, cemas, tidak percaya diri,
energi tubuh untuk menghilangkan emosi negatif.8 dan lainnya), sehingga dapat memaksimalkan potensi
Dengan begitu, cukup menyelaraskan kembali sistem atau kekuatan yang ada di dalam diri masing-masing
energi tubuh, maka emosi negatif yang dirasakan akan individu agar dapat mencapai performa yang maksimal.
hilang dengan sendirinya. Hasil implementasi Pada tahap akhir pelaksanaan SEFT responden
119
Evidence Base Practice Efek SEFT (Spiritual Emotional Freedom Tehnique) Therapy Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi
di Ruang Persiapan IAR RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
SIMPULAN
120