INTISARI
Latar Belakang. Kecemasan yang terjadi pada pasien dapat menimbulkan berbagai keluhan
diantaranya peningkatan tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh dan penurunan daya tahan
tubuh. Keluhan-keluhan tersebut dapat menyebabkan penundaan atau pembatalan tindakan
operasi yang sudah disetujui sebelumnya. Beberapa cara yang bisa digunakan untuk
menurunkan kecemasan pada pasien diantaranya psikoterapi dengan melakukan relaksasi
otot progresif. relaksasi progresif dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan, karena
dapat menekan saraf simpatis di mana dapat menekan rasa tegang yang dialami oleh
individu secara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning (penghilangan).
Tujuan. Mengetahui pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap kecemasan yang
terjadi pada pasien pre operasi.
Metodologi. Penelitian ini dilaksanakan di ruang pemulihan Instalasi Bedah Sentral RSUD
Tugurejo Semarang pada tanggal 10 Juni – 14 Juni 2019.Desain penelitian ini menggunakan
case study. Populasi studi kasus ini adalah pasien operasi yang pertama kali yang mengalami
kecemasan di instalasi bedah sentral RSUD Tugurejo Semarang, jumlah sampel pada
penelitian ini yaitu 2 responden.Penelitian menggunakan format APAIS (Amsterdam
PreOperative Anxiety and Information Scale) untuk menilai tingkat kecemasan pasien pre
operasi. Selain itu peneliti menggunakan SOP untuk melakukan tindakan, seperti SOP
relaksasi otot progresif.
Hasil. Berdasarkan studi kasus dari 2 responden yang dilakukan relaksasi otot progresif
didapatkan hasil tingkat kecemasan pasien mengalami penurunan dari skala sedang menjadi
ringan.
Rekomendasi. Pasien setelah dilakukan relaksasi otot progresif dapat mengurangi tingkat
kecemasan sebelum operasi khususnya pada pengalaman operasi yang pertama kali.
ABSTRACT
Background. Anxiety that occurs in patients can cause various complaints including an
increase in blood pressure, pulse, body temperature and decreased endurance. These
complaints can cause delays or cancellations of previously agreed operations. Some ways
that can be used to reduce anxiety in patients include psychotherapy by progressive muscle
relaxation. progressive relaxation can be used to reduce anxiety, because it can suppress
sympathetic nerves which can suppress the tension experienced by individuals reciprocally,
resulting in counter conditioning.
Aim. Know the effect of Progressive Muscle Relaxation Exercises against anxiety that
occurs in patients preoperatively.
Methodology. This research was conducted in the recovery room of the Central Surgical
Installation of Tugurejo Hospital Semarang on June 10 - June 14, 2019. The design of this
study used a case study. The population of this case study was the first operating patient to
experience anxiety at the Central Surgical Installation of Tugurejo Hospital Semarang, the
number of samples in this study was 2 respondents. The study used theformatAmsterdam
PreOperative Anxiety and Information Scaleto assess patients' preoperative anxiety levels.
In addition, researchers use SOPs to carry out actions, such as progressive SOP muscle
relaxation.
Results. Based on a case study of 2 respondents who carried out progressive muscle
relaxation, the patient's anxiety level decreased from a moderate to mild scale.
Recommendation. Patients after progressive muscle relaxation can reduce the level of
anxiety before surgery, especially in the first operation experience.
Tingkat
No Responden Pertanyaan Hasil TTV
Kecemasan
1 Ny. T Saya takut bius 2 TD : Kecemasan
Saya terus menerus 150/850 sedang
memikirkan tentang 2 mmHg,
pembiusan N : 95 x
Saya takut dioperasi 3 / menit,
Sata terus menerus SPO2 :
2
memikirkan tentang operasi 98%
2. Ny. S Saya takut bius 1 TD : Kecemasan
Saya terus menerus 176/90 ringan
memikirkan tentang 2 mmHg,
pembiusan N:
Saya takut dioperasi 3 74x/men
Sata terus menerus 2 it,
memikirkan tentang operasi SPO2 :
99%
Setelah dilakukan intervensi pembedahannya, perubahan pada citra
relaksasi otot progresif terdapat tubuh dan fungsi tubuh,
perbedaan antara sebelum dilakukan menggantungkan diri pada orang lain,
intervensi dan anatara kelompok kehilangan kendali, perubahan pada
intervensi serta kontrol. Walaupun pola hidup, dan masalah finansial
hasilnya tidak begitu signifikan. (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009).
Tindakan operasi yang direncanakan
PEMBAHASAN dapat menimbulkan respon fisiologi
1. Analisis Masalah Keperawatan dan psikologi pada pasien. Respon
Kasus Kelolaan Dengan Konsep psikologi yang biasanya terjadi pada
Penelitian Terkait pasien pre operasi yaitukecemasan.
Berdasarkan studi kasus dari 2 Kecemasan yang terjadi dihubungkan
responden terhadap kecemasan pasien dengan rasa nyeri, kemungkinan cacat,
pre operatif dimulai sejak keputusan menjadi bergantung dengan orang lain
diambil untuk melaksanakan intervensi dan mungkin kematian (Potter, Perry,
pembedahan. Kecemasan merupakan 2010).
respon adaptif yang normal terhadap Kecemasan pasien pada masa
stres karena pembedahan. Rasa cemas pre operasi antara lain dapat berupa
biasanya timbul pada tahap preoperatif khawatir terhadap nyeri setelah
ketika pasien mengantisipasi pembedahan, perubahan fisik (menjadi
buruk rupa dan tidak berfungsi tubuh membutuhkan energi. Misalnya
normal), keganasan (bila diagnosa pada saat terkejut, takut, cemas atau
yang ditegakkan belum pasti), operasi berada dalam keadaan tegang. Pada
akan gagal, mati saat dilakukan kondisi seperti ini, sistem saraf akan
anastesi, mengalami kondisi yang sama memacu aliran darah ke otot-otot
dengan orang lain yang mempunyai skeletal, meningkatkan detak jantung,
penyakit yang sama, menghadapi kadar gula dan ketegangan
ruang operasi, peralatan bedah dan menyebabkan serabutserabut otot
petugas (Potter dan Perry, 2010). kontraksi, mengecil dan menciut.
2. Analisis Intervensi Kasus Kelolaan Sebaliknya, relaksasi otot berjalan
Dengan Konsep Penelitian Terkait bersamaan dengan respon otonom dari
Intervensi dari studi kasus ini saraf parasimpatis. Sistem saraf
adalah relaksasi otot progresif pada parasimpatis mengontrol aktivitas yang
kecemasan pasien pre operasi yang berlangsung selama penenangan tubuh,
dilakukan di ruang Pra Induksi misalnya penurunan denyut jantung
sebelum pasien masuk ke kamar setelah fase ketegangan dan menaikkan
operasi. Dalam penelitian ini relaksasi aliran
progresif dapat digunakan untuk Menurut Setiyoadi (2011), salah
mengurangi kecemasan, karena dapat satu mengurang kecemasan yaitu terapi
menekan saraf simpatis di mana dapat relaksasi otot progresif menurut Teory
menekan rasa tegang yang dialami oleh Edmund Jacobsan tahun 1929. Terapi
individu secara timbal balik, sehingga ini adalah teknik relaksasi otot yang
timbul counter conditioning tidak memerlukan imajinasi,
(penghilangan). Relaksasi diciptakan ketekunan, atau sugesti.
setelah mempelajari sistem kerja saraf Berdasarkan penelitian yang
manusia, yang terdiri dari sistem saraf dilakukan oleh Astuti (2015)
pusat dan sistem saraf otonom. Sistem mengatakan bahwa PMR (Progresif
saraf otonom ini terdiri dari dua Muscle Relaxation) menjadi metode
subsistem yaitu sistem saraf simpatis yang efektif untuk menurunkan
dan sistem saraf parasimpatis yang kecemasan pasien pre operasi,
kerjanya saling berlawanan. Sistem kecemasan ringan sebanyak 13 orang
saraf simpatis lebih banyak aktif ketika (65%) menjadi 14 orang (70%), serta
kecemasan sedang sebanyak 7 orang mengikutsertakan keluarga untuk
(35%) menjadi 6 orang (30%). selalu memotivasi dan mengingatkan
Hasil penelitian yang dilakukan untuk melaksanakan terapi ini.
Rihiantoro (2018) yang menguji Keluarga adalah kumpulan dua orang
pengaruh teknik relaksasi otot atau lebih yang hidup bersama dalam
progresif terhadap kecemasan pasien satu rumah karena ikatan perkawinan,
pre operasi pada 30 orang responden kelahiran, adopsi dan masing-masing
menyimpulkan bahwa telah terjadi anggotanya memiliki peran di
penurunan nilai kecemasan dari niilai dalamnya (Friedman et al., 2010).
rata-rata sebelum terapi sebesar 54,17 Dalam literatur disebutkan bahwa
menjadi 50,33 setelah diberikan terapi interaksi sosial berperan dalam
relaksasi otot progresif. Hasil analisis adaptasi pasien dengan penyakit
lebih lanjut menunjukan bahwa kronis. Pasien harus menjaga daya
terdapat perb perbedaan antara skor tahan tubuhnya dan mengurangi beban
kecemasan sebelum dan sesudah pikirannya karena sakit yang diderita.
terapi relaksasi otot progresif (nilai ρ = Dukungan ini yang paling utama dan
0.000). Dengan demikian disimpulkan mutlak adalah dukungan dan kerja
bahwa terapi relaksasi otot progresif sama pihak keluarga (Mukidjam dalam
berpengaruh untuk menurunkan Kusuma, 2011).
kecemasan pada pasien pre operasi.
3. Alternatif Pemecahan yang Dapat SIMPULAN DAN SARAN
Dilakukan Berdasarkan hasil implementasi dan
Dalam menerapkan terapi ini analisis yang telah diuraikan pada bab
untuk mengatasi keluhan yang pasien sebelumnya, maka dapat disimpulkan
rasakan yaitu kecemasan, tentu akan bahwa terdapat perubahan skala
dihadapkan dengan masalah yang kecemasan pada pasien pre operasi dan
berhubungan dengan tidak setelah dilakukan relaksasi otot progresif
konsistennya klien dalam menerapkan dengan hasil sebelum dilakukan intervensi
intervensi PMR ini. Alternatif tingkat kecemasan sedang dan setelah
pemecahan masalah yang dapat intervensi tingkat kecemasan ringan.
dilakukan untuk mencapai target yang Berdasarkan kesimpulan tersebut maka
diinginkan adalah dengan diharapkan agar terapi relaksasi otot
progresif dapat dimasukkan kedalam salah Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
dalam alternatif rencana dan tindakan Di Ruang Perawatan Bedah Rsud
Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
keperawatan untuk mengatasi kecemasan Gorontalo. Jurnal: Universitas
pasien pre operasi di rumah sakit. Negeri Gorontalo
Barus, Mardiati. (2018). Pengarug
Selanjutnya rumah sakit dapat Progresive Muscle Relaxation
menerbitkan SOP tentang teknik relaksasi Terhadap Tingkat Kecemasan Pre
Operasi di Rumah Sakit Santa
terutama terapi terapi relaksasi otot Elisabeth Medan Tahun 2018. Jurnal
progresif sebagai pedoman untuk Mutiara Ners 98-108. Juli 2018,
Vol.1 No.2
dilakukannya tindakan tersebut DEPKES RI (2010). Data kecemasan
pembedahan, dikutip pada penelitian
sartika. Jurnal : Universitas
UCAPAN TERIMAKASI Hasanuddin Makasar.
Penyusunan study kasus ini tidak Firdaus, M.F. (2014). Uji Validasi
Konstruksi dan Reliabilitas
lepas dari bimbingan, bantuan dan arahan Instrumen the Amsterdam
dari berbagai pihak sehingga penelitian ini Preoperative Anxiety and
Information Scale (APAIS) Versi
dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan Indonesia, Tesis, Fakultas
terimakasih kepada Rodhi Hartono, Skep, Kedokteran Universitas Indonesia,
Program Studi Anestesiologi dan
Ns, Mkes, Yuli Kurniawati, S.Kep, Ns, Bu Terapi Intensif Jakarta.
Maya, Kedua Orang tua dan adik saya, Perry, Potter, (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Edisi 4.
teman – teman Ners Angkatan 3 dan Jakarta : EGC.
Muhammad Nuriyanto yang telah Rihiantoro, Tori. (2018). Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif Terhadap
membimbing, mendoakan, dan Kecemasan Pada Pasien Pre
memberikan semangat kepada penulis Operasi. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik, Volume 14, No. 2,
dalam menyelesaikan study kasus sebagai Oktober 2018
tugas akhir Profesi Ners. Sartika, Dewi dkk. 2013. Pengaruh
Komunikasi Terapeutik Terhadap
Tingkat KecemasanPada Pasien Pre
DAFTAR PUSTAKA Operasi Di Ruang Perawatan
BedahRSUD Kota Makassar. Jurnal :
Arbani, F. A. (2015). Hubungan Universitas Hasanuddin Makasar.
Komunikasi Terapeutik Dengan Setyohadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi
Tingkat Kecemasan Pasien Pre modalitas untuk pasien
Operasi di Rs Pku Muhamadiyah psikogeratrik. Jakarta: Salemba
Sukoharjo. Medika
http://www.stikeskusumahusada.ac.i World Health Organization (WHO) 2013.
d/digilib/download.php?id=1207 http://www.google.co.id.anxietyoper
Bahsoan, Heriani. 2013. Hubungan atif.wordhealth_organization.
Mekanisme Koping Dengan