Anda di halaman 1dari 35

UTS ERGONOMI DAN FAAL KERJA

ANALISIS KELELAHAN KERJA DAN PENGUKURAN SIKAP KERJA DENGAN

METODE REBA DI TUKANG BAKSO KAYU PUTIH

OLEH :

AHMAD THORIQ TAUHID API GADI

2007010052

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan berkatnya-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tentang “ANALISIS KELELAHAN
KERJA DAN PENGUKURAN SIKAP KERJA DENGAN METODE REBA DI TUKANG
BAKSO KAYU PUTIH” dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi ujian tengah semester
mata kuliah Ergonomi dan Faal Kerja.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Luh Putu Ruliati selaku
dosen mata kuliah, yang telah memberikan ujian ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan laporan ini. kami menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, Maret 2023

Ahmad Thoriq Tauhid Api Gadi


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

BAB I .............................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

B. Tujuan .................................................................................................................................. 5

BAB II ............................................................................................................................................. 6

LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 6

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................................................. 6

B. Jenis-jenis Kelelahan Kerja.................................................................................................. 7

C. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja ....................................................................................... 9

BAB III ......................................................................................................................................... 10

HASIL ........................................................................................................................................... 10

A. Gambaran Umum ............................................................................................................... 10

B. Hasil Kerja ......................................................................................................................... 10

BAB IV ......................................................................................................................................... 17

PENUTUP..................................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 19

LAMPIRAN LEMBAR KUISONER ........................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat membutuhkan sumber daya manusia
atau tenaga kerja yang sehat, efisien dan produktif. Tenaga kerja seperti ini diharapkan mampu
berkompetisi dengn tenaga kerja yang lain, baik didalam negeri dan luar negeri. Keunggulan
tersebut dapat tercapai bila semua pihak turut berperan aktif bekerja sama dengan tingkat
kemampuan yang ada pada tenaga kerja itu sendiri, Undang-undang RI No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan pasal 68 ayat 1 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Agar
tenaga kerja ada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktivitas tinggi, maka perlu adanya keseimbangan dari faktor beban kerja,
beban tambahan akibat lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.
Sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan keberhasilan atau
organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, munculah fenomena yang merugikan dan dapat
menghancurkan tujuan organisasi perusahaan, diantaranya adalah ketidakpuasan kerja,
kelambanan kerja, kebosanan kerja, kelelahan kerja, penurunan efisiensi, senioritas
kecemburuan sosial, penurunan semangat kerja, dan penurunan produktivitas kerja.
Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum
terjadi pada setiap orang, yang telah tidak sanggup lagi melakukan kegiatan. Kelelahan
merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan
informal menimbulkan kelelahan kerja.
Kelelahan (fatigue) adalah suatu keluhan umum pada masyarakat umum dan pada populasi
pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki gejala kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat
ditandai oleh menurunnya performa kerja atau semua kondisi yang memengaruhi semua proses
organisme, termasuk beberapa faktor seperti perasaan kelelahan bekerja (subjective feeling of
fatigue), motivasi menurun, dan penurunan aktivitas mental dan fisik. Sumber kelelahan kerja
dapat berasal dari pekerjaan yang monoton, faktor fisik lingkungan kerja (pene-rangan, iklim
kerja dan kebisingan), intensitas kerja mental dan fisik, faktor psikologi berupa tanggung jawab,
konflik, kecemasan, kebiasan makan, penyakit, dan status kesehatan. Selain itu, kelelahan kerja
dapat disebabkan oleh kapasitas kerja, durasi kerja, circadian rhythm, serta faktor psikologi
pekerja. Faktor psikologi menyebabkan kelelahan kerja sebesar 64%, lebih dari 50% karena
depresi dan sisanya karena panik, distimia, dan gangguan somatisasi. Stres kerja, depresi atau
kecemasan juga dapat menyebabkan kehilangan hari kerja yaitu 28,5 hari per kasus, lebih tinggi
dibandingkan dengan penyakit hubungan kerja dan gangguan muskuloskeletal (19,4 hari)
Kelelahan kerja yang tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai permasalahan kerja yang
fatal dan mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja. Sehingga dapat dipastikan suatu
perusahaan wajib mengetahui tingkat kinerja dan hal yang dapat menimbulkan permasalahan
dalam bekerja yaitu antara lain kelelahan kerja yang dialami secara umum pada pekerjanya.
Tujuan dari kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja yang memenuhi syarat
kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah
pencegahan kelelahan dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kelelahan kerja.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelelahan kerja.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja
3. Untuk mengetahui pengukuran sikap kerja dengan metode REBA
4. Untuk mengetahui pengukuran terhadap kelelahan kerja.
5. Untuk mengetahui standar kriteria hasil pengukuran kelelahan kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kelelahan Kerja
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan oleh para ahli.
Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas
individu hingga individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain,
kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada
peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja (Nurmianto, 2004).
Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu menurut:
a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kehabisan
energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis
pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.
b. Suma’mur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh
baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta
ketahanan tubuh.
c. Suma’mur (2014), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental
yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya
ketahanan tubuh untuk bekerja.
d. Tarwaka (2013), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk
melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan
akan kembali pulih apabila melakukan istirahat.
e. Wignjosoebroto (2000), kelelahan kerja merupakan menurunnya proses efisiensi,
performa kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus
melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
f. Grandjean dan Kogi dalam Setyawati (2010), dari sudut neurofisiologi diungkapkan
bahwa kelelahan dipandang sebagai suatu keadaan sistemik saraf sentral, akibat yang
berkepanjangan dan secara fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan antara
sistem aktivitas dan sisitem inhibisi batang otak.
B. Jenis-jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan
penyebab terjadinya kelelahan.
a. Berdasarkan proses,meliputi :
1) Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan
otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari
luar (external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor katak, apabila sebagian otot
katak tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi kontraksi dan berkurangnya kemampuan kerja otot
dalam hal melakukan aktivitas pembebanan.Dalam beberapa detik kemudian akan terlihat
beberapa hal sebagai berikut :
a) Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat
b) Merendahnya kontraksi dan relaksasi
c) Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama
2) Kelelahan Umum
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang
disebabkan oleh karena motoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-
sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean 1993). Secara umum gejala
kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan.
Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40%
dari tenaga aerobik. Gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa
aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan
terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa
berat dan merasa mengantuk.
b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, meliputi :
1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara
berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
2) Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap perpanjangan stress.
Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban
kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa
yang panjang. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres atau sesaat setelah masa
stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat mengancam setiap saat.
c. Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, meliputi :
Berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan
psikologis.
1) Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu suhu, penerangan,
mikroorganisme, zat kimia, kebisingan, circadian rhythms, dll, sedangkan kelelahan
psikologis disebabkan oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau
masyarakat sekeliling.Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya
perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh.
2) Kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang timbul karena perasaan
orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah lakunya, dapat diakibatkan oleh
beberapa hal diantaranya: kurang minat dalam pekerjaan, monotoni kerja, tanggung jawab,
kekhawatiran, konflik-konflik, yang terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan
rasa lelah.
Beberapa jenis kelelahan umum lainya menurut Grandjean (1988) adalah:
1. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.
2. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik bagi seluruh organ
tubuh.
3. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat mentaldan intelektual.
4. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian darisistem
psikomotorik.
5. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan padajangka waktu
yang panjang.
6. Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan malam serta petukaran
periode tidur.
C. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau
mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan
(cancel out stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat
dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran (Grandjean, 1993 dalam
Tarwaka, 2013).
Faktor-faktor penyebab kelelahan adalah :
a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
b. Lingkungan kerja
ikim kerja, penerangan, kebisingan, getarandan lain-lain.
c. Problem fisik : tanggung jawab, kekawatiran, konflik.
d. Kenyerian dan kondisi kesehatan.
e. Circadian rhythm.
f. Nutrisi
Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan hal-hal berikut (Siswanto, 2001):
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasikerja dan
intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan.
b. Faktor Psikologis, misalnya rasatanggungjawab dan khawatir yangberlebihan, serta konflik
yang kronis/ menahun.
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidakmenimbulkan
pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan).
BAB III
HASIL
A. Gambaran Umum
Peneliti melakukan analisis kelelahan kerja dan pengukuran sikap kerja pada 10 pekerja
tukang bakso di Kayu Putih. Para pekerja memiliki rata-rata pendidikan terakhir adalah
SMA/Sederajat dan memiliki kisaran jam kerja 8-10 jam per hari serta rata-rata umur mereka
kisaran 31-46 tahun. Dari 10 narasumber yang diwawancarai didapatkan masa kerja rata-rata
para pekerja adalah 5-12 tahun.
Dari 10 narasumber yang diwawancarai, diketahui rata-rata narasumber mengalami
kelelahan, sakit pada punggung, kaki dan kebosanan dikarenakan lamanya kerja mereka dan
posisi kerja yang monoton sehingga membuat badan narasumber kadang terasa kaku.
B. Hasil Kerja
Yaitu dengan cara Kuesioner. Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research
Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat
kelelahan subjektif.
Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari beberapa hal berikut:
1) Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
a) Perasaan berat di kepala.
b) Lelah di seluruh badan.
c) Berat di kaki.
d) Menguap.
e) Pikiran kacau.
f) Mengantuk.
g) Ada beban pada mata.
h) Gerakan canggung dan kaku.
i) Berdiri tidak stabil.
j) Ingin berbaring.

2) Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:


a) Susah berfikir.
b) Lelah untukbicara.
c) Gugup.
d) Tidak berkonsentrasi.
e) Sulit untuk memusatkan perhatian.
f) Mudah lupa.
g) Kepercayaan diri berkurang.
h) Merasa cemas.
i) Sulit mengontrol sikap.
j) Tidak tekun dalam pekerjaan.

3) Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik:


a) Sakit dikepala.
b) Kaku di bahu.
c) Nyeri di punggung.
d) Sesak nafas.
e) Haus.
f) Suara serak.
g) Merasa pening.
h) Spasme di kelopak mata.
i) Tremor pada anggota badan.
j) Merasa kurang sehat.
• Rekap Hasil Penelitian Kelelahan Kerja

PERTANYAAN JAWABAN
STT TT AT T ST
1 1 5 4 0 0
2 3 4 0 3 0
3 1 5 2 2 0
4 1 0 4 5 0
5 2 6 1 1 0
6 1 1 4 4 0
7 4 4 2 0 0
8 5 5 0 0 0
9 5 5 0 0 0
10 0 0 5 5 0
11 6 4 0 0 0
12 1 9 0 0 0
13 1 0 7 2 0
14 7 3 0 0 0
15 3 7 0 0 0
16 5 4 1 0 0
17 2 7 1 0 0
18 3 7 0 0 0
19 8 2 0 0 0
20 4 4 2 0 0
21 0 0 8 2 0
22 0 3 3 4 0
23 0 1 6 3 0
24 5 5 0 0 0
25 2 7 1 0 0
26 5 4 1 0 0
27 2 6 2 0 0
28 7 3 0 0 0
29 5 4 1 0 0
30 7 3 0 0 0
• Hasil Skor
Nama Skor Kategori
Haryono 64 Ringan
Fajar 61 Ringan
Riyadh 56 Ringan
Mulyono 72 Ringan
Aditya 66 Ringan
Suryadi 57 Ringan
Muel 59 Ringan
Ronal 63 Ringan
Jhon 59 Ringan
Julio 60 Ringan

Kategori:
• Normal = 0 – 36
• Ringan = 37 – 73
• Sedang = 74 – 110
• Berat = 111 - 150
Dari Hasil rekapan nilia yang didapat dari melakukan wawancara terhadap 10 orang
narasumber yaitu tukang bakso di kayu putih diketahui bahwa rata-rata para pekerja mengalami
kelehana yang termasuk ringan dengan rata-rata skor 62.
Perlu diketahui juga, berdasarkan hasil analisis kuisoner yang telah diberikan didapatkan
bahwa rata-rata bekerja mempunyai keinginan untuk berbaring, adanya rasa sakit kepala, perasaan
kantuk.
A. Pengukuran sikap kerja dengan metode REBA
Penghitungan beban dan postur kerja yang didapat dengan menggunakan
metode REBA sebagai berikut:
➢ Grup A diperoleh skor sebagai berikut :
• Punggung (batang tubuh), gerakan flexion besar sudut 0° hasil skor 1
• Leher, gerakan extension besar sudut 0° hasil skor 1
• Kaki tukang bakso bertompang, bobot tersebar merata, jalan atau duduk
hasil skor 1.
➢ Grup B diperoleh skor sebagai berikut
• Lengan atas, gerakan extension besar derajat 16° hasil skor 3
• Lengan bawah, flexsion besar sudut 74° hasil skor 2
• Pergelangan tangan, exstension besar sudut 20° hasil skor 3
➢ Pegangan yang dilakukan tukang bakso yaitu :
Pegangan baik yaitu pegangan tangan bisa diterima tapi tidak ideal atau
coupling lebih sesuai digunakan oleh bagian lain dari tubuh, hasil skor 0.
➢ Skor C diperoleh skor sebagai berikut:
Dengan cara menambahkan hasil skor A dengan skor B diperoleh hasil 6
➢ Berat beban yang diangkat operator yaitu:
Berat beban yang diangkat oleh operator yaitu kurang dari 4 kg, hasil skor
1.

Hasil perhitungan REBA diperoleh hasil :


Skor C dijumlahkan dengan skor berat beban (activity score) diperoleh hasil
skor 7.
Trunk Upper Arms
2 2
4 2
Neck Lower Arms
1
3

Leg 1 1 wrists
2
1

5 3

Gambar 1 REBA Scoring

Tabel. Action Level Metode REBA


Action
Skor REBA Level Resiko Tindakan Perbaikan
Level
0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu
1 2-3 Rendah Mungkin perlu
2 4-7 Sedang Perlu
3 8-10 Tinggi Perlu segera
4 10-15 Sangat Perlu saat ini juga

Perhitungan akhir dari analisa beban dan postur kerja didapatkan skor 7 dengan tingkat
action level berada di urutan ke 2 dengan level resiko yang sedang sehingga perlu dilakukan
tindakan perbaikan.
Dengan hasil perhitungan REBA maka diharapkan tukang bakso dapat meminimalisir
resiko dari dampak tubuh yang monoton. Pencegahan dapat dilakukan salah satunya dengan cara
administrative control, salah satu tindakan untuk memperbaiki postur kerja yang salah maka perlu
dilakukan perbaikan administrative control. Perbaikan administrative control tersebut dengan
melakukan pemberian informasi mengenai sikap kerja yang baik ketika melakukan aktivitas kerja
terutama pada aktivitas yang sedikit geraknya. Dengan dilakukannya pembererian informasi
tersebut, diharapkan para pekerja dapat mengetahui dan menerapkan bagaimana sikap kerja yang
baik sehingga akan meminimalisir resiko cedera saat bekerja.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan
agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila
melakukan istirahat. Tarwaka (2013),
2. Ada bebrapa macam kelelan antara lain:
a. Berdasarkan proses terjadinya yaitu ada kelelahan otot dan kelelahan umum
b. Berdasarkan waktu terjadinya yaitu kelelahan akut dan kelelahan kronis.
c. Berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu kelelahan fisiologis dan psikologis.
3. Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain:
a. Faktor dari dalam individu antara lain, usia, jenis kelamin, status gizi, status kesehatan
dan keadaan psikis tenaga kerja.
b. Faktor dari luar individu yaitu beban kerja dan lingkungan kerja fisik seperti kebisingan,
getaran, tekanan panas, penerangan dan lain-lain.
4. Gejala-gejala kelelahan kerja (Suma’mur, 2014) :
a. Pelemahan kegiatan: Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, mengantuk,
merasa berat pada mata, tidak seimbang dalam berdiri dan mau berbaring.
b. Pelemahan motivasi: merasa susah berfikir, lelah bicara, ,tidak dapat berkonsentrasi,
tidak dapat fokus, mudah lupa, dan mudah cemas
c. Pelemahan fisik: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa
pernafasan tertekan,merasa haus, serak dan lain-lain.

Dengan hasil perhitungan REBA yang diperoleh hasil perhitungan dengan skor 7 yang
masuk pada level 3 dengan level resiko sedang maka diharapkan para pekerja dapat meminimalisir
resiko dari dampak postur tubuh yang monoton atau kaku yaitu dengan cara pencegahan CTDs
yang dapat dilakukan salah satunya dengan cara administrative control, upaya tersebut dapat
dilakukan dengan training mengenai sikap kerja yang baik terutama pada aktivitas yang sedikit
geraknya.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga,P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.


Eraliesa, F.2009. Hubungan Foktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja
Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh
Selatan, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
Medan
Grandjean, Etienne. 1998. Fitting the Task to the Man 4th Edition. London: Taylor&Francis
Publisher.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi: Konsep dasar dan Aplikasinya, , Surabaya: Guna Widya.
Randall Shculer dkk. 1999 Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad 21 Jakarta:
Erlangga.
Sedermayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas, Bandung: CV Mandar Maju
Setyawati L. 2011. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books.
Suma’mur PK. 1989. Higiene Perusahaan danKesehatanKerja, , Jakarta; CV. Haji Massagung.
Suma’mur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja, , Jakarta: Gunung Agung.
Suma’mur PK. 2014. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja (Hiperkes), , Jakarta: CV.
Sagung Seto
Tim Penyusun. 2012. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III. Program D IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS. Surakarta
Tim Pengusun. 2015. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III. Program D4
Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS. Surakarta.
Tarwaka, 2004 .Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerjadan Produktivitas. Surakarta:
Unba Press.
Tarawaka, 2013. Eronomi Industri, Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Sukarta: Harapan Press Solo.
Sritomo Wignjosoebroto, 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Wijaya.
Sugeng Budiono A.M, dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN
LAMPIRAN LEMBAR KUISONER

Anda mungkin juga menyukai