Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKOLOGI INDUSTRI

“Stress Kerja”

Dosen Pengampu : Budi Aswin Sanrus, SKM, M.Kes

Disusun Oleh:

Covamima Samuella

N1A117210

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa hambatan apapun sehingga akhirnya kami dapat menyalesaikan makalah yang
membahas tentang Stres Kerja.
Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
memberikan kami bantuan dan berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tak
lupa kami ucapan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah memberikan
kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat ataupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan angan yang terbuka kami sangat menerima segala
saran ataupun kritikan dari pembaca, untuk kesempurnaan makalah kami berikutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang ini dapat memberikan
manfaat untuk para pembaca.

Wassalamualikum Wr. Wb

Penulis

Jambi, Oktober 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH ..........................................................................
1.3 TUJUAN ...................................................................................................
1.4 MANFAAT ...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................

2.1 STRES KERJA .........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN .....................................................................................

3.1 PENGERTIAN STRES .............................................................................


3.2 PENYEBAB STRES.................................................................................
3.3 REAKSI INDIVIDU TERHADAP STRES..............................................

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................

4.1 KESIMPULAN .........................................................................................


4.2 SARAN .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik baik jasmani maupun rohani.
Melalui kesehatan dan keselamatan kerja maka para pekerja diharapakan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Unsure yang ada dalam
kesehatan dan keselamatan kerja tidak hanya terpaku pada fisik, namun juga
mental, emosional, dan psikologi. (Sucipto,2014).
Institute Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) di
Amerika Serikat mencatat bahwa sejak tahun 90-an dari seluruh biaya
kompensasi kesehatan tenaga kerja, sebesar 80% dikeluarkan untuk penyakit
yang berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Diseases) yaitu “Stress
Related Disorder” (ICD-9-309) sedangkan di Inggris (UK) tercatat sebesar 71%
manajer yang mengalami gangguan kesehatan fisik maupun mental akibat stres
kerja dan juga dijumpai di Australia.
Menurut International Labour Organizational (ILO) pada Oktober tahun
2000, program dan kebijakan program kejiwaan pada angkatan kerja di
beberapa Negara yaitu Finlandia, Jerman, Polandia, Inggris, dan Amerika
Serikat menunjukkan bahwa stres di tempat kerja atau lingkungan kerja dapat
mengakibatkan depresi erat pada pekerja dan meningkatkan kasus gangguan
jiwa. Menurut laporan yang ada satu dari sepuluh pekerja mengalami depresi,
kecemasan, stres, dan kehilangan semangat. Dalam beberapa kasus hal ini dapat
menyebabkan pekerja kehilangan pekerjaan atau dirawat di rumah sakit.
Data yang dihimpun Asian Productivity Organization (APO) pada 2014
tingkat produktivitas pekerja Indonesia berada pada nilai sekitar US$ 23 ribu
terhadap totak PDB (Produk Domestik Bruto) per tahun. Angka ini melebihi
Cina yang hanya mencapai US$ 21 ribu. Meski demikian Indonesia masih

4
tertinggi dari Thailand dan Malaysia yang masing-masing US$ 24,9 ribu dan
US$ 54,9 ribu. Bahkan sangat jauh dari angka produktivitas yang dicapai
Singapura pada posisi pertama yaitu US$ 125,4 ribu (Anonim, 2018).
Stres akibat kerja dilaporkan menjadi masalah kedua di Eropa sebagai
masalah kesehatan yang berhubungan dengkuj.ooan pekerjaan. Pada tahun
2005 dilaporkan sekitar 22% dari pekerja di Eropa terkena dampak stres akibat
kerja dan sejumlah pekerja lainnya mengalami gangguan yang berhubungan
dengan stres akibat pekerjaan (WHO, 2003).

1.2 Rumusan Masalah


Apa pengertian stres kerja, penyebab, dan bagaimana reaksi individu terhadap
terjadinya stres?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian stres kerja, penyebab, dan bagaimana reaksi
individu terhadap terjadinya stres?

1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini bisa menjadi sumber refensi bagi mata kuliah terkait
dan untuk bidang-bidang yang membutuhkan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres Kerja


Menurut Widyasari (2010) stres kerja merupakan bentuk respon
psikologis dari tubuh terhadap tekanan-tekanan,tuntutan-tuntutan pekerjaan
yang melebihi kemampuan yang dimiliki, baik berupa tuntutaan fisik atau
lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu pelaksanaan tugas, yang
muncul dari interaksi antara individu dengan pekerjaanya, dan dapat merubah
fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai membahayakan, dan
tidak menyenangkan.Menurut NIOSH, stres kerja dapat didefinisikan sebagai
respon fisik dan emosional yang berbahaya yang terjadi jika pekerjaan tidak
sesuai dengan kemampuan, sumber daya, atau kebutuhan pekerja. Stres kerja
dapat menyebabkan kesehatan buruk bahkan cedera.
Faktor yang sangat penting bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja
selaku sumber daya manusia adalah kesehatan. Kondisi kesehatan yang baik
merupakan potensi untuk meraih produktifitas kerja yang baik pula. Pekerjaan
yang menuntut produktifitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kerja dengan kondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan
kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam
melakukan pekerjaannya. Tenaga kerja yang sakit dan tidak bekerja
menyebabkan yang bersangkutan tidak produktif selama sakit dan tidak bekerja
(Suma’mur, 2009).

2.2 Jenis Stres


Adapun jenis – jenis stress menurut Quick dan Quick (1984) ada 2 jenis, yaitu :
a. Eustres
Merupakan hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan
konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan

6
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Contohnya adalah dalam pekerjaan kita di tuntut untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan dealine yang sudah ditetapkan, apabila kita bisa
menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan deadline yang ditetapkan maka
pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada kita.
b. Disstres
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu
dan juga organisasi, seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan dan kematian. Contohnya adalah perusahaan
menuntut kita untuk meningkatkan produksi barang, tetapi tidak memiliki
alat yang memadai untuk meningkatkan produksi barang tersebut, sehingga
para karyawan harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi permintaan
perusahaan tersebut.

2.3 Gejala Stres


Cooper dan Straw (1995:8-15) mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-
tanda berikut ini:
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, rnerasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik,
kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat
keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan
hilangnya minat terhadap orang lain.

7
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan,
penjengkel menjadi meledak-ledak.

Robbins dan Judge (2009:676) gejala stres dapat dikelompokkan dalam 3


kategori umum, antara lain :
a. Gejala fisiologis
Gejala stres muncul dalam bentuk reaksi fisik seperti : perubahan
metabolisme, meningkatnya gangguan jantung dan pernafasan, tekanan
darah naik, sakit kepala, dan serangan jantung
b. Gejala psikologis
Stres dapat menimbulakan ketidakpuasan. Tetapi stres juga muncul dalam
keadaan psikologis lain, misalnya : ketegangan, kecemasan, cepat marah,
kejenuhan dan suka menunda-nunda
c. Gejala perilaku
Gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam
tingkat produktivitas, sering absen, dan turnover, selain itu juga perubahan
dalam kebiasaan makan, merokok berlebihan, atau konsumsi alkohol, bicara
gagap, serta gelisah, dan ketidakteraturan waktu tidur.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Stres


Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol. Menurut Charles D, Spielberger menyebutkan
bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang,
misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara
obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri
seseorang.
Stres kerja adalah suatu keadaan yang timbul dalam interaksi di antara
manusia dan pekerjaan (Beehr & Newman, 1978 dalam Wijono, 2010). Stres
kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir
dan kondisi seorang karyawan, dalam hal ini tekanan tersebut disebabkan oleh
lingkungan pekerjaan tempat karyawan tersebut bekerja (Veithzal, 2004 : 516).
Sedangkaan menurut Robbins (2003 :376) adalah suatu kondisi dinamika yang
didalamnya seorang individu dihadapkan dengan suatu peluang, kendala, atau
tuntutan yang berkaitan dengan apa yang diinginkan dan hasilnya dipersepsikan
sebagai suatu yang tidak pasti.
Luthans (2002) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses
psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan
lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda.

9
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir, dan kondisi seseorang (Handoko, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Andriani (2017). Menurut
Suhanto (dalam Lengkong, 2015) Stres kerja adalah dimana perubahan kondisi
lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal secara langsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi stres kerja yang dapat menurunkan tingkat
kepuasan yang pada akhirnya dapat menimbulkan keinginan berpindah kerja
pada karyawan. Jadi stres kerja adalah akibat dari tekanan situasi yang ada di
lingkungan pekerjaan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang
berlebihan pada seseorang.

3.2 Penyebab Stres


Menurut (Robbin, 2003, pp. 794-798) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1. Faktor Lingkungan
Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:
a. Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin
mencemaskan kesejahteraan mereka.
b. Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan
yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat
membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada
yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para
karyawan terlambat masuk kerja.
c. Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel
pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat
karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
d. Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin
meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung

10
WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa
terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak
peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh
diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-
contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:
a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau
tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
b. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu.Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang
barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila
karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang
dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran
tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang
harus dikerjakan.
c. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar,
khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang
tinggi.
d. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber
stres.

11
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor
persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian
bawaan.
a. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai
sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan
dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan
yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
b. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian
mereka dalam bekerja.
c. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang itu.

3.3 Reaksi Individu Terhadap Stres

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan


maupun perusahaan. Aamodt (2004) menyebutkan bahwa ada empat
konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu,
yaitu:
1. Terganggunya kesehatan fisik.
Stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem
kekebalan tubuh. penurunan respon antibody tubuh di saat mood
seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood
seseorang sedang positif. Banyak sudah penelitian yang menemukan

12
adanya kaitan sebab-akibat antara stres dengan penyakit, seperti
jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh
setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan
keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.
2. Kesehatan psikologis. Stres berkepanjangan akan menyebabkan
ketegangan dan kekhawatiran yang terus-menerus. Menurut istilah
psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Stress kronis
sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh
kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stres kronis umumnya
terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak
dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan
kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan
kehilangan harapan.
3. Kinerja terganggu. Pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan
yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian
finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara
produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji,
tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk
kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada
waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya
kesalahan yang berulang.
4. Mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Seseorang
yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran perusahaan disini
muncul untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang
dialami oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus

13
menanganinya dengan baik bagi karyawan tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawannya.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol. Luthans (2002) mendefinisikan stres sebagai
suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan
individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan,
situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan
fisik seseorang.
Stres dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor organisasi, dan
faktor individu.

4.2 Saran
Diharapkan bagi perusahaan dapat memanajemen dan mengecilkan
kemungkinan terjadinya stres pada pekerja. Dan bagi pekerja, sebaiknya
mengenali gejala-gejala terjadinya stres pada diri sendiri agar bisa mendapat
pengobatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, H, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar Tahun 2016.
Al-Sihah : Public Health Science Journal. 8 (1), hal. 60-68
Lady, Lovely, dkk. 2017. Analisis Tingkat Stres Kerja Dan Faktor-Faktor Penyebab
Stres Kerja Pada Pegawai Bpbd Kota Cilegon. Journal Industrial Servicess. 3
(1b), hal. 191-197
Sari, WR, dkk. 2018. Hubungan Stress Kerja Dengan Turnover Intention Pada
Karyawan Perusahaan Pembiayaan PT. FIF Group. ANFUSINA : JOURNAL
OF PSYCHOLOGY. 1 (1), hal. 15-26
Sorongan, J, dkk. 2018. Hubungan Antara Stres Kerja Dan Upah Dengan
Produktivitas Kerja Pada Pegawai Di Dinas Kesehatan Kota Manado. Jurnal
KESMAS. 7 (5), hal.
Wartono, Tri. 2017. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada
Karyawan Majalah Mother And Baby). Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen
Universitas Pamulang. 4 (2), hal. 41-55
Widyastuti, A. D. 2017. Hubungan Stres Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Area Workshop Konstruksi Box Truck. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health. 6 (2), hal. 216-224
Wijono, Sutarto. 2010. PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI: Dalam Suatu
Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana

16

Anda mungkin juga menyukai