“Stress Kerja”
Disusun Oleh:
Covamima Samuella
N1A117210
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa hambatan apapun sehingga akhirnya kami dapat menyalesaikan makalah yang
membahas tentang Stres Kerja.
Kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
memberikan kami bantuan dan berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tak
lupa kami ucapan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah memberikan
kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat ataupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan angan yang terbuka kami sangat menerima segala
saran ataupun kritikan dari pembaca, untuk kesempurnaan makalah kami berikutnya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang ini dapat memberikan
manfaat untuk para pembaca.
Wassalamualikum Wr. Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
tertinggi dari Thailand dan Malaysia yang masing-masing US$ 24,9 ribu dan
US$ 54,9 ribu. Bahkan sangat jauh dari angka produktivitas yang dicapai
Singapura pada posisi pertama yaitu US$ 125,4 ribu (Anonim, 2018).
Stres akibat kerja dilaporkan menjadi masalah kedua di Eropa sebagai
masalah kesehatan yang berhubungan dengkuj.ooan pekerjaan. Pada tahun
2005 dilaporkan sekitar 22% dari pekerja di Eropa terkena dampak stres akibat
kerja dan sejumlah pekerja lainnya mengalami gangguan yang berhubungan
dengan stres akibat pekerjaan (WHO, 2003).
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian stres kerja, penyebab, dan bagaimana reaksi
individu terhadap terjadinya stres?
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini bisa menjadi sumber refensi bagi mata kuliah terkait
dan untuk bidang-bidang yang membutuhkan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibelitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
Contohnya adalah dalam pekerjaan kita di tuntut untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan dealine yang sudah ditetapkan, apabila kita bisa
menyelesaikan tugas tesebut sesuai dengan deadline yang ditetapkan maka
pemimpin perusahaan akan memberikan bonus kepada kita.
b. Disstres
Hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negative, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu
dan juga organisasi, seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan
keadaan sakit, penurunan dan kematian. Contohnya adalah perusahaan
menuntut kita untuk meningkatkan produksi barang, tetapi tidak memiliki
alat yang memadai untuk meningkatkan produksi barang tersebut, sehingga
para karyawan harus bekerja lebih lama agar bisa memenuhi permintaan
perusahaan tersebut.
7
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan,
penjengkel menjadi meledak-ledak.
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir, dan kondisi seseorang (Handoko, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Andriani (2017). Menurut
Suhanto (dalam Lengkong, 2015) Stres kerja adalah dimana perubahan kondisi
lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal secara langsung atau
tidak langsung dapat mempengaruhi stres kerja yang dapat menurunkan tingkat
kepuasan yang pada akhirnya dapat menimbulkan keinginan berpindah kerja
pada karyawan. Jadi stres kerja adalah akibat dari tekanan situasi yang ada di
lingkungan pekerjaan yang menimbulkan tuntutan psikologis dan fisik yang
berlebihan pada seseorang.
10
WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa
terancam keamanannya dan merasa stres.
2. Faktor Organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak
peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh
diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-
contoh itu terkandung di dalamnya. Yaitu:
a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau
tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
b. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu.Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang
barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila
karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang
dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran
tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa yang
harus dikerjakan.
c. Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain.Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar,
khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang
tinggi.
d. Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber
stres.
11
3. Faktor Individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor
persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian
bawaan.
a. Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan
bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai
sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan
dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan
yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
b. Masalah Ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola
sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi
yang dapat menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian
mereka dalam bekerja.
c. Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting
mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya
berasal dari dalam kepribadian orang itu.
12
adanya kaitan sebab-akibat antara stres dengan penyakit, seperti
jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan
beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh
setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan
keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya.
2. Kesehatan psikologis. Stres berkepanjangan akan menyebabkan
ketegangan dan kekhawatiran yang terus-menerus. Menurut istilah
psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Stress kronis
sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh
kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stres kronis umumnya
terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak
dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan
kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan
kehilangan harapan.
3. Kinerja terganggu. Pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan
yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian
finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara
produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji,
tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk
kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada
waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya
kesalahan yang berulang.
4. Mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Seseorang
yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran perusahaan disini
muncul untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang
dialami oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus
13
menanganinya dengan baik bagi karyawan tersebut serta tidak
mengurangi kinerja karyawannya.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi
merusak dan tidak terkontrol. Luthans (2002) mendefinisikan stres sebagai
suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan
individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan,
situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan
fisik seseorang.
Stres dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, faktor organisasi, dan
faktor individu.
4.2 Saran
Diharapkan bagi perusahaan dapat memanajemen dan mengecilkan
kemungkinan terjadinya stres pada pekerja. Dan bagi pekerja, sebaiknya
mengenali gejala-gejala terjadinya stres pada diri sendiri agar bisa mendapat
pengobatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, H, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada
Pekerja Factory 2 PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar Tahun 2016.
Al-Sihah : Public Health Science Journal. 8 (1), hal. 60-68
Lady, Lovely, dkk. 2017. Analisis Tingkat Stres Kerja Dan Faktor-Faktor Penyebab
Stres Kerja Pada Pegawai Bpbd Kota Cilegon. Journal Industrial Servicess. 3
(1b), hal. 191-197
Sari, WR, dkk. 2018. Hubungan Stress Kerja Dengan Turnover Intention Pada
Karyawan Perusahaan Pembiayaan PT. FIF Group. ANFUSINA : JOURNAL
OF PSYCHOLOGY. 1 (1), hal. 15-26
Sorongan, J, dkk. 2018. Hubungan Antara Stres Kerja Dan Upah Dengan
Produktivitas Kerja Pada Pegawai Di Dinas Kesehatan Kota Manado. Jurnal
KESMAS. 7 (5), hal.
Wartono, Tri. 2017. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada
Karyawan Majalah Mother And Baby). Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen
Universitas Pamulang. 4 (2), hal. 41-55
Widyastuti, A. D. 2017. Hubungan Stres Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Area Workshop Konstruksi Box Truck. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health. 6 (2), hal. 216-224
Wijono, Sutarto. 2010. PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI: Dalam Suatu
Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
16