DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
I. Nama Peneliti...............................................................................................................................1
II. Judul Penelitian...........................................................................................................................1
III. Bidang Ilmu..................................................................................................................................1
IV. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
V. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
VI. Tujuan Penelitian........................................................................................................................2
VII. Manfaat Penelitian......................................................................................................................2
VIII.Tinjauan Pustaka.........................................................................................................................2
A. Pengertian Kelelahan Kerja....................................................................................................2
B. Faktor – Faktor Penyebab Kelelahan Kerja..........................................................................4
C. Dampak Kelelahan Kerja........................................................................................................8
D. Pengertian Beban Kerja..........................................................................................................8
E. Faktor – Faktor Penyebab Beban Kerja................................................................................9
F. Cara Mengatasi Beban Kerja Berlebih................................................................................10
IX. Kerangka Pemikiran.................................................................................................................10
X. Hipotesis.....................................................................................................................................11
XI. Metode Penelitian......................................................................................................................11
XII. Jadwal Penelitian.......................................................................................................................13
XIII.Daftar Pustaka...........................................................................................................................13
I. Nama Peneliti :
NIM :
V. Rumusan Masalah
1
b. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja?
c. Apa saja akibat dari terkena kelelahan kerja?
d. Bagaimana cara mengatasi kelelahan kerja?
e. Apa itu beban kerja?
f. Apa saja faktor – faktor penyebab beban kerja?
g. Apa hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja?
h. Bagaimana cara mengatasi beban kerja berlebih
2
VIII. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Kelelahan Kerja
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan
suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga individu
tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain, kelelahan
kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat
pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2004). Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi
kelelahan kerja, yaitu menurut:
3
a. Kelelahan otot, merupakan kelelahan yang ditandai dengan
kondisi tremor atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan ini
terjadi karena penurunan kapasitas otot dalam bekerja
akibat dari kontraksi yang berulang, baik karena gerakan
yang statis maupun dinamis. Sehingga seseorang tampak
kehilangan kekuatannya untuk melakukan pekerjaan.
4
1. Faktor Internal
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja seorang individu. Pemakaian energi per-jam
pada kondisi dari kerja otot untuk tiap orang itu berbeda, dan salah
satunya adalah faktor usia. Menurut Suma’mur (2009) kerja otot
memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori
seseorang dan salah satunya adalah kebutuhan akan metabolisme
basal atau Basal Metabolic Rate (BMR). Basal Metabolic Rate
merupakan jumlah energi yang digunakan untuk proses mengolah
bahan makanan dan oksigen menjadi energi untuk
mempertahankan tubuh. Metabolisme basal seorang anak akan
berbeda dengan orang dewasa, karena anak-anak akan
membutuhkan energi lebih banyak pada masa pertumbuhannya.
Dengan kata lain, faktor usia seseorang akan mempengaruhi
metabolisme basal dari individu tersebut. Semakin tua individu
tersebut maka metabolisme basal akan semakin menurun dan
individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan (Mahan &
Stump, 2008). Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki usia lebih muda akan sanggup melakukan pekerjaan berat
daripada yang berusia tua.
b. Masa kerja
Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah
masa kerja. Masa kerja merupakan panjangnya waktu bekerja
terhitung mulai pertama kali masuk kerja hingga dilakukannya
penelitian (Amalia, 2007 dan Umyati, 2010). Pengalaman kerja
seseorang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Karena
semakin lama seseorang bekerja dalam suatu perusahaan, maka
selama itu perasaan jenuh akan pekerjaannya akan mempengaruhi
tingkat kelelahan yang dialaminya (Langgar, 2014).
5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010)
membuktikan bahwa masa kerja yang lebih lama akan
mempengaruhi kelelahan. Kelelahan kerja yang paling banyak
dialami oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun
sebesar 69,7%. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh
Nurhidayati (2009) kelelahan banyak dialami oleh pekerja dengan
masa kerja lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 32 orang (69,6%).
c. Status gizi
Dalam hubungan pekerjaan, makanan yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka
terutama untuk menambah kalori ketika melakukan pekerjaan.
Untuk pekerja yang bekerja pada suhu tinggi, harus diperhatikan
juga kebutuhan air dan garam mereka sebagai pengganti cairan
tubuh yang keluar akibat proses penguapan (Suma’mur, 2009).
Selain itu makanan juga dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan
proses metabolisme, yaitu mengubah bahan makanan yang masuk
ke tubuh menjadi energi yang digunakan selama kerja fisik.
Kerja fisik adalah kerja yang membutuhkan energi fisik
sebagai sumber tenaganya pada otot manusia. Kerja fisik biasa
dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja otot. Kerja otot yang
berat akan memerlukan konsumsi energi yang besar. Salah satu 15
kebutuhan utama penggerak otot adalah kebutuhan oksigen yang
dibawa oleh darah ke otot untuk proses pembakaran zat yang
menghasilkan energi (Tarwaka, 2014). Proses metabolisme
tertinggi dan begitu cepat berada selama periode pertumbuhan
seorang anak, terutama pada tahun-tahun pertama dan kedua
kehidupan anak tersebut (1000 hari pertama kehidupan). Dalam
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli, status gizi
biasanya diukur dengan penghitungan indeks massa tubuh. Dalam
penelitian tersebut dibuktikan bahwa orang dengan status gizi yang
rendah akan mudah mengalami kelelahan. Karena kekurangan gizi
6
yakni berupa kalori akan mempengaruhi kemampuan kerja, waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan akan 16 semakin panjang.
d. Status perkawinan
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang biasa
disebut sebagai Undang-undang Perkawinan, kata perkawinan
memiliki arti sebagai ikatan batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa (Mas, 1993). Sedangkan menurut pendapat para
ahli yakni Duvall dan Miller (1985) perkawinan merupakan
hubungan antara pria dan wanita yang berupa hubungan seksual
dengan tujuan untuk memiliki keturunan serta membagi peran
menjadi suami dan istri.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) dan
Mauludi (2010), terdapat hubungan antara status perkawinan
dengan tingkat kelelahan kerja. Seseorang yang sudah menikah dan
memiliki anak akan lebih mudah mengalami kelelahan, karena
waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat digunakan
untuk mengurus dan memperhatikan anak dan istri atau
keluarganya (Hidayat, 2003 dan Mauludi, 2010).
e. Status kesehatan
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan 17 orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Grafika, 1992). Dalam
kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang patut
diutamakan terutama bagi para pekerja. Karena apabila pekerja
tersebut dalam kondisi sehat, maka mereka mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan tempat
mereka bekerja juga meningkat. Namun apabila pekerja tersebut
mengalami sakit, maka produktivitas kerja juga menurun. Manusia
7
dan beban kerja tidak dapat dipisahkan, apabila salah satunya
terganggu maka akan berakibat pada gangguan daya kerja,
kelelahan, gangguan kesehatan, hingga cacat dan kematian
(Suma’mur, 2009).
Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu dari penyebab
kelelahan kerja adalah kondisi kesehatan dari pekerja tersebut.
Riwayat penyakit yang dimiliki oleh seorang pekerja akan
mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Tidak mungkin
seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi sakit
(Hasibuan, 2000 dan Mauludi, 2010). Penyakit yang dialami oleh
seorang pekerja mungkin saja berasal dari pekerjaannya tersebut
dan berasal dari riwayat keturunan. Untuk penyakit yang berasal
dari riwayat keturunan memang tidak bisa dihindari seperti
penyakit diabetes, jantung koroner, obesitas dan lain-lain. Namun
penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya bisa dicegah.
2. Faktor Eksternal
a. Jam kerja
Waktu kerja bagi seseorang dapat menentukan efisiensi dan
produktivitasnya. Hal-hal yang penting untuk persoalan waktu
kerja terdiri atas (Suma’mur, 2009): 18 1. Lamanya seseorang
untuk mampu bekerja dengan baik. 2. Hubungan antara waktu kerja
dan istirahat. Waktu bekerja sehari menurut periode meliputi siang
dan malam. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan lamanya seseorang bekerja dalam sehari
adalah 8 (delapan) jam atau 40 jam seminggu. Sedangkan untuk
lembur, waktu yang diperbolehkan maksimal 3 (tiga) jam/hari.
Makin panjang jam kerja maka makin besar kemungkinan untuk
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyakit dan
kecelakaan kerja.
8
Pekerjaan kategori biasa yakni tidak terlalu berat atau
ringan, produktivitas seseorang akan menurun setelah 4 (empat)
jam bekerja. Keadaan ini sejalan dengan penurunan kadar gula
dalam darah. Oleh karena itu diperlukan waktu untuk istirahat dan
kesempatan makan untuk menambah kembali energi tubuh.
Istirahat selama 30 menit setelah bekerja 4 (empat) jam kerja terus
menerus sangat penting untuk dilakukan (Suma’mur, 2009). Untuk
persoalan periode kerja siang atau malam, perlu dilakukannya kerja
secara bergilir (shift), terutama untuk bekerja pada malam hari.
Hal tersebut dilakukan karena bekerja pada malam hari
akan membuat irama faal manusia menjadi terganggu, metabolisme
tubuh juga menjadi tidak sempurna, mudah mengalami kelelahan
kerja, dan sistem pencernaan menjadi terganggu (Nurmianto, 2004
dan Suma’mur, 2009). Dari penelitian-penelitian yang pernah ada,
dapat dibuktikan bahwa jam kerja yang melebihi 8 jam/hari dapat
menimbulkan kelelahan kerja yang bisa memicu terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).
b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja menurut Tarwaka (2014) dapat
memberikan beban tambahan kepada pekerja meliputi:
9
Untuk jenis pekerjaan di luar ruangan seperti konstruksi
bangunan, faktor lingkungan kerja yang paling diperhatikan adalah
faktor lingkungan fisik seperti pengukuran kebisingan dan suhu
atau cuaca kerja. Kemudian untuk faktor lingkungan kimiawi
meliputi debu, faktor lingkungan biologis seperti virus dan
binatang pengganggu, serta faktor lingkungan psikologis seperti
stres kerja.
C. Dampak Kelelahan Kerja
10
mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan
yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan
terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah
memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress.
Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan
yang optimum yang ada di antara kedua batas yang ekstrim tadi dan
tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Menurut
Moekijat (2010, p.28) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang
dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam
waktu tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif
dan subyektif.
Secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau
jumlah aktivitas yang dilakukan. Sedangkan beban kerja secara subyektif
adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pernyataan tentang
perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dan
kepuasan kerja. Beban kerja sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan
oleh kelebihan beban kerja.
E. Faktor – Faktor Penyebab Beban Kerja
Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja
menurut Tarwaka dalam Hariyati yang dikutip dari Astianto dan
Suprihhadi (2014) dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek,
baik faktor internal maupun faktor eksternal.
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah
beban yang berasal dari luar tubuh karyawan. Termasuk beban kerja
eksternal adalah:
11
a. Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti beban kerja,
stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, alat
bantu kerja, dan lain-lain.
12
akan berkurang. Hasilnya, proses produksi perusahaan bisa saja terhambat.
Karena itu, ada beberapa cara untuk mengatasi beban kerja yang terlalu
berlebih seperti berikut :
13
Gambar 1. Kerangka berpikir
X. Hipotesis
14
yang berlebih berakibat kepada keluhan kelelahan kerja yang dialami oleh
banyak pekerja di PT. X.
15
manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental
seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari
kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja
tertentu.
16
XIII. Daftar Pustaka
Tarwaka, Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan, and Ergonomi Dan
Aplikasi Di Tempat Kerja. "Harapan Press." (2018).
Suryani, Dyah, and Yanuk Wulandari. "Hubungan antara beban kerja, stres
kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di rumah
sakit islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta." Kes Mas: Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan 3.3
(2009): 24895.
17