Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
I. Nama Peneliti...............................................................................................................................1
II. Judul Penelitian...........................................................................................................................1
III. Bidang Ilmu..................................................................................................................................1
IV. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
V. Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
VI. Tujuan Penelitian........................................................................................................................2
VII. Manfaat Penelitian......................................................................................................................2
VIII.Tinjauan Pustaka.........................................................................................................................2
A. Pengertian Kelelahan Kerja....................................................................................................2
B. Faktor – Faktor Penyebab Kelelahan Kerja..........................................................................4
C. Dampak Kelelahan Kerja........................................................................................................8
D. Pengertian Beban Kerja..........................................................................................................8
E. Faktor – Faktor Penyebab Beban Kerja................................................................................9
F. Cara Mengatasi Beban Kerja Berlebih................................................................................10
IX. Kerangka Pemikiran.................................................................................................................10
X. Hipotesis.....................................................................................................................................11
XI. Metode Penelitian......................................................................................................................11
XII. Jadwal Penelitian.......................................................................................................................13
XIII.Daftar Pustaka...........................................................................................................................13
I. Nama Peneliti :
NIM :

II. Judul Penelitian : Hubungan Antara Kelelahan Kerja dan Beban

Kerja yang Diterima Pekerja Di PT. X

III. Bidang Ilmu : Ergonomi Kerja

IV. Latar Belakang Masalah


Data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2018
menyebutkan bahwa, menurut perkiraan ILO, lebih dari 1,8 juta kematian
akibat kerja terjadi setiap tahunnya di kawasan Asia dan Pasifik. Bahkan
dua pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi di Asia. Di tingkat
global, lebih dari 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan
atau penyakit akibat kerja (ILO,2018), sedangkan menurut Menteri
Perindustrian MS Hidayat, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih
relatif rendah kalah dibandingkan dengan tiga negara kompetitor utama di
ASEAN. (Pantow et al., 2019).

PT. X merupakan sebuah perusahaan yang bekerja di bidang


tekstil. Sebagai salah satu pabrik besar pemasok kebutuhan sandang di
Jawa Timur, PT. X diwajibkan untuk beroperasi selama 24 jam. Karena
waktu kerja yang penuh seperti itu, tidak sedikit pekerja yang
mengeluhkan terkena kelelahan kerja. Jika ditinjau dari aktivitasnya, dapat
dilihat bahwa beban kerja yang diterima pekerja cukup tinggi. Maka dari
itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan beban kerja
yang diterima oleh pekerja dengan keluhan kelelahan kerja yang dialami
oleh sebagian pekerja.

V. Rumusan Masalah

a. Apa itu kelelahan kerja?

1
b. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja?
c. Apa saja akibat dari terkena kelelahan kerja?
d. Bagaimana cara mengatasi kelelahan kerja?
e. Apa itu beban kerja?
f. Apa saja faktor – faktor penyebab beban kerja?
g. Apa hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja?
h. Bagaimana cara mengatasi beban kerja berlebih

VI. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui apa saja faktor – faktor penyebab kelelahan kerja


b. Mengetahui dampak dari kelelahan kerja dan cara mengatasinya
c. Mengetahui apa itu beban kerja dan faktor penyebabnya
d. Mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja
e. Mengetahui cara mengatasi kelelahan kerja yang diakibatkan oleh
beban kerja yang tinggi.

VII. Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui ada


atau tidaknya hubungan antara beban kerja tinggi yang diterima oleh
pekerja dengan keluhan kelelahan kerja yang dialami oleh sebagian
pekerja. Dengan begitu, perusahaan dapat mengetahui dampak dari
kelelahan kerja pada para pekerjanya dan dapat menentukan tindakan yang
sesuai untuk mengatasi permasalah yang ada di perusahaan tersebut.
Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu
sarana edukasi pekerja mengenai kelelahan dan beban kerja. Diharapkan,
jika pekerja mengetahui dampak dari kelelahan dan beban kerja yang
tinggi, mereka dapat lebih aware terhadap kondisi tubuh masing – masing
agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja maupun penyakit
akibat kerja di area kerja PT. X

2
VIII. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Kelelahan Kerja
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah
dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan
suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga individu
tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain, kelelahan
kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat
pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2004). Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi
kelelahan kerja, yaitu menurut:

1. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana


tubuh mengalami kehabisan energi karena perpanjangan
kerja yang dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis
pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau
monoton.

2. Suma’mur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang


menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental
yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta
ketahanan tubuh.

3. Tarwaka (2014), kelelahan merupakan suatu bagian dari


mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan agar
tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan
kembali pulih apabila melakukan istirahat.

Menurut Suma’mur (2009) dan Tarwaka (2014), kelelahan dapat


dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:

1. Kelelahan menurut proses

3
a. Kelelahan otot, merupakan kelelahan yang ditandai dengan
kondisi tremor atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan ini
terjadi karena penurunan kapasitas otot dalam bekerja
akibat dari kontraksi yang berulang, baik karena gerakan
yang statis maupun dinamis. Sehingga seseorang tampak
kehilangan kekuatannya untuk melakukan pekerjaan.

b. Kelelahan umum, merupakan kelelahan yang ditandai


dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja karena
pekerjaan yang monoton, intensitas, lama kerja, kondisi
lingkungan, sesuatu yang mempengaruhi mental, status
gizi, dan status kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ardiani (2011) juga membuktikan bahwa sebesar
60% pekerja buruh angkut dengan sikap kerja yang tidak
baik mengalami kelelahan secara umum.

2. Kelelahan menurut waktu

a. Kelelahan akut, merupakan kelelahan yang ditandai


dengan kehabisan tenaga fisik dalam melakukan aktivitas,
serta akibat beban mental yang diterima saat bekerja.
Kelelahan ini muncul secara tiba-tiba karena organ tubuh
bekerja secara berlebihan.

b. Kelelahan kronis, juga disebut dengan kelelahan klinis


yaitu kelelahan yang diterima secara terus-menerus karena
faktor atau kegiatan yang dilakukan berlangsung lama dan
sering. Kelelahan ini sering terjadi sepanjang hari dalam
jangka waktu yang lama, serta kadang muncul sebelum
melakukan pekerjaan dan menimbulkan keluhan seperti
sakit kepala, sulit tidur, hingga masalah pencernaan.

B. Faktor – Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

4
1. Faktor Internal
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan kerja seorang individu. Pemakaian energi per-jam
pada kondisi dari kerja otot untuk tiap orang itu berbeda, dan salah
satunya adalah faktor usia. Menurut Suma’mur (2009) kerja otot
memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori
seseorang dan salah satunya adalah kebutuhan akan metabolisme
basal atau Basal Metabolic Rate (BMR). Basal Metabolic Rate
merupakan jumlah energi yang digunakan untuk proses mengolah
bahan makanan dan oksigen menjadi energi untuk
mempertahankan tubuh. Metabolisme basal seorang anak akan
berbeda dengan orang dewasa, karena anak-anak akan
membutuhkan energi lebih banyak pada masa pertumbuhannya.
Dengan kata lain, faktor usia seseorang akan mempengaruhi
metabolisme basal dari individu tersebut. Semakin tua individu
tersebut maka metabolisme basal akan semakin menurun dan
individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan (Mahan &
Stump, 2008). Maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang
memiliki usia lebih muda akan sanggup melakukan pekerjaan berat
daripada yang berusia tua.
b. Masa kerja
Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah
masa kerja. Masa kerja merupakan panjangnya waktu bekerja
terhitung mulai pertama kali masuk kerja hingga dilakukannya
penelitian (Amalia, 2007 dan Umyati, 2010). Pengalaman kerja
seseorang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Karena
semakin lama seseorang bekerja dalam suatu perusahaan, maka
selama itu perasaan jenuh akan pekerjaannya akan mempengaruhi
tingkat kelelahan yang dialaminya (Langgar, 2014).

5
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010)
membuktikan bahwa masa kerja yang lebih lama akan
mempengaruhi kelelahan. Kelelahan kerja yang paling banyak
dialami oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun
sebesar 69,7%. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh
Nurhidayati (2009) kelelahan banyak dialami oleh pekerja dengan
masa kerja lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 32 orang (69,6%).
c. Status gizi
Dalam hubungan pekerjaan, makanan yang dibutuhkan oleh
tenaga kerja adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka
terutama untuk menambah kalori ketika melakukan pekerjaan.
Untuk pekerja yang bekerja pada suhu tinggi, harus diperhatikan
juga kebutuhan air dan garam mereka sebagai pengganti cairan
tubuh yang keluar akibat proses penguapan (Suma’mur, 2009).
Selain itu makanan juga dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan
proses metabolisme, yaitu mengubah bahan makanan yang masuk
ke tubuh menjadi energi yang digunakan selama kerja fisik.
Kerja fisik adalah kerja yang membutuhkan energi fisik
sebagai sumber tenaganya pada otot manusia. Kerja fisik biasa
dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja otot. Kerja otot yang
berat akan memerlukan konsumsi energi yang besar. Salah satu 15
kebutuhan utama penggerak otot adalah kebutuhan oksigen yang
dibawa oleh darah ke otot untuk proses pembakaran zat yang
menghasilkan energi (Tarwaka, 2014). Proses metabolisme
tertinggi dan begitu cepat berada selama periode pertumbuhan
seorang anak, terutama pada tahun-tahun pertama dan kedua
kehidupan anak tersebut (1000 hari pertama kehidupan). Dalam
penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli, status gizi
biasanya diukur dengan penghitungan indeks massa tubuh. Dalam
penelitian tersebut dibuktikan bahwa orang dengan status gizi yang
rendah akan mudah mengalami kelelahan. Karena kekurangan gizi

6
yakni berupa kalori akan mempengaruhi kemampuan kerja, waktu
untuk menyelesaikan pekerjaan akan 16 semakin panjang.
d. Status perkawinan
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang biasa
disebut sebagai Undang-undang Perkawinan, kata perkawinan
memiliki arti sebagai ikatan batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa (Mas, 1993). Sedangkan menurut pendapat para
ahli yakni Duvall dan Miller (1985) perkawinan merupakan
hubungan antara pria dan wanita yang berupa hubungan seksual
dengan tujuan untuk memiliki keturunan serta membagi peran
menjadi suami dan istri.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) dan
Mauludi (2010), terdapat hubungan antara status perkawinan
dengan tingkat kelelahan kerja. Seseorang yang sudah menikah dan
memiliki anak akan lebih mudah mengalami kelelahan, karena
waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat digunakan
untuk mengurus dan memperhatikan anak dan istri atau
keluarganya (Hidayat, 2003 dan Mauludi, 2010).
e. Status kesehatan
Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, pengertian kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan 17 orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis (Grafika, 1992). Dalam
kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang patut
diutamakan terutama bagi para pekerja. Karena apabila pekerja
tersebut dalam kondisi sehat, maka mereka mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan tempat
mereka bekerja juga meningkat. Namun apabila pekerja tersebut
mengalami sakit, maka produktivitas kerja juga menurun. Manusia

7
dan beban kerja tidak dapat dipisahkan, apabila salah satunya
terganggu maka akan berakibat pada gangguan daya kerja,
kelelahan, gangguan kesehatan, hingga cacat dan kematian
(Suma’mur, 2009).
Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu dari penyebab
kelelahan kerja adalah kondisi kesehatan dari pekerja tersebut.
Riwayat penyakit yang dimiliki oleh seorang pekerja akan
mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Tidak mungkin
seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi sakit
(Hasibuan, 2000 dan Mauludi, 2010). Penyakit yang dialami oleh
seorang pekerja mungkin saja berasal dari pekerjaannya tersebut
dan berasal dari riwayat keturunan. Untuk penyakit yang berasal
dari riwayat keturunan memang tidak bisa dihindari seperti
penyakit diabetes, jantung koroner, obesitas dan lain-lain. Namun
penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya bisa dicegah.

2. Faktor Eksternal
a. Jam kerja
Waktu kerja bagi seseorang dapat menentukan efisiensi dan
produktivitasnya. Hal-hal yang penting untuk persoalan waktu
kerja terdiri atas (Suma’mur, 2009): 18 1. Lamanya seseorang
untuk mampu bekerja dengan baik. 2. Hubungan antara waktu kerja
dan istirahat. Waktu bekerja sehari menurut periode meliputi siang
dan malam. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan lamanya seseorang bekerja dalam sehari
adalah 8 (delapan) jam atau 40 jam seminggu. Sedangkan untuk
lembur, waktu yang diperbolehkan maksimal 3 (tiga) jam/hari.
Makin panjang jam kerja maka makin besar kemungkinan untuk
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyakit dan
kecelakaan kerja.

8
Pekerjaan kategori biasa yakni tidak terlalu berat atau
ringan, produktivitas seseorang akan menurun setelah 4 (empat)
jam bekerja. Keadaan ini sejalan dengan penurunan kadar gula
dalam darah. Oleh karena itu diperlukan waktu untuk istirahat dan
kesempatan makan untuk menambah kembali energi tubuh.
Istirahat selama 30 menit setelah bekerja 4 (empat) jam kerja terus
menerus sangat penting untuk dilakukan (Suma’mur, 2009). Untuk
persoalan periode kerja siang atau malam, perlu dilakukannya kerja
secara bergilir (shift), terutama untuk bekerja pada malam hari.
Hal tersebut dilakukan karena bekerja pada malam hari
akan membuat irama faal manusia menjadi terganggu, metabolisme
tubuh juga menjadi tidak sempurna, mudah mengalami kelelahan
kerja, dan sistem pencernaan menjadi terganggu (Nurmianto, 2004
dan Suma’mur, 2009). Dari penelitian-penelitian yang pernah ada,
dapat dibuktikan bahwa jam kerja yang melebihi 8 jam/hari dapat
menimbulkan kelelahan kerja yang bisa memicu terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).
b. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja menurut Tarwaka (2014) dapat
memberikan beban tambahan kepada pekerja meliputi:

1) Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara, kelembaban udara,


radiasi, intensitas penerangan, dan kebisingan.

2) Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar, uap


logam, dan fume dalam udara.

3) Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur,


serangga, dan binatang pengganggu.
4) Lingkungan kerja psikologis, seperti hubungan antara pekerja,
stres kerja, pemilihan dan penempatan tenaga kerja.

9
Untuk jenis pekerjaan di luar ruangan seperti konstruksi
bangunan, faktor lingkungan kerja yang paling diperhatikan adalah
faktor lingkungan fisik seperti pengukuran kebisingan dan suhu
atau cuaca kerja. Kemudian untuk faktor lingkungan kimiawi
meliputi debu, faktor lingkungan biologis seperti virus dan
binatang pengganggu, serta faktor lingkungan psikologis seperti
stres kerja.
C. Dampak Kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan komponen fisik dan psikis seseorang.


Kelelahan yang terjadi secara terus-menerus akan berakibat kepada
kelelahan kronis (Suma’mur, 2009). Menurut Tarwaka (2014) kerja fisik
yang memerlukan konsentrasi yang terusmenerus dapat menyebabkan
kelelahan fisiologis hingga terjadi perubahan faal dan penurunan
keinginan untuk melakukan suatu aktivitas kerja yang dikarenakan oleh
kelelahan psikis. Semakin berat beban kerja seseorang maka akan semakin
pendek waktu kerja yang dijalankan untuk bekerja tanpa mengalami
kelelahan dan gangguan fisiologi lain.

Namun apabila beban kerja yang diterima seseorang melebihi


kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan gangguan fisiologis
seperti gangguan pada sistem kardiovaskular (Tarwaka, 2014). Perasaan
lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga bisa
dirasakan sebelum melakukan pekerjaan dan saat melakukan pekerjaan.
Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi dengan menyediakan sarana
istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi, lingkungan kerja
yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).
D. Pengertian Beban Kerja
Beban kerja menurut Meshkati dalam Astianto dan Suprihhadi
(2014) dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau
kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi.
Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masingmasing

10
mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan
yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan
terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah
memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau understress.
Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan
yang optimum yang ada di antara kedua batas yang ekstrim tadi dan
tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Menurut
Moekijat (2010, p.28) beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukan volume yang
dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. Jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam
waktu tertentu atau beban kerja dapat dilihat pada sudut pandang obyektif
dan subyektif.
Secara obyektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau
jumlah aktivitas yang dilakukan. Sedangkan beban kerja secara subyektif
adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap pernyataan tentang
perasaan kelebihan beban kerja, ukuran dari tekanan pekerjaan dan
kepuasan kerja. Beban kerja sebagai sumber ketidakpuasan disebabkan
oleh kelebihan beban kerja.
E. Faktor – Faktor Penyebab Beban Kerja
Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja
menurut Tarwaka dalam Hariyati yang dikutip dari Astianto dan
Suprihhadi (2014) dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek,
baik faktor internal maupun faktor eksternal.
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah
beban yang berasal dari luar tubuh karyawan. Termasuk beban kerja
eksternal adalah:

11
a. Tugas (task) yang dilakukan bersifat fisik seperti beban kerja,
stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi atau medan kerja, alat
bantu kerja, dan lain-lain.

b. Organisasi yang terdiri dari lamanya waktu kerja, waktu istirahat,


kerja bergilir, dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja yang meliputi suhu, intensitas penerangan,


debu, hubungan karyawan dengan karyawan, dan sebagainya
2. Faktor internal
Faktor internal yang berpengaruh terhadap beban kerja adalah
faktor yang berasal dari dalam tubuh sendiri sebagai akibat adanya
reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal
sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif
maupun subjektif. Penilaian secara objektif melalui perubahan reaksi
fisiologis, sedangkan penilaian subjektif dapat dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku.
Karena itu strain secara subjektif berkaitan erat dengan
harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Secara
lebih ringkas faktor internal meliputi:

a. Faktor somatis meliputi jenis kelamin, umur, ukuran tubuh,


kondisi kesehatan, status gizi.

b. Faktor psikis terdiri dari motivasi, presepsi, kepercayaan,


keinginan, dan kepuasan.
F. Cara Mengatasi Beban Kerja Berlebih
Sebagian pekerja terkadang memang diberi beban kerja yang cukup
tinggi. Apalagi jika dianggap sebagai pekerja yang berkompeten dan bisa
dipercaya. Ataupun target perusahaan yang tinggi juga dapat memberikan
beban kerja kepada pekerjanya. Beban kerja yang tinggi dapat
menyebabkan banyak dampak negatif pada pekerja, contohnya kelelahan
kerja. Jika terkena kelelahan kerja, maka kinerja dari seorang pekerja juga

12
akan berkurang. Hasilnya, proses produksi perusahaan bisa saja terhambat.
Karena itu, ada beberapa cara untuk mengatasi beban kerja yang terlalu
berlebih seperti berikut :

1. Perlu adanya penyesuaian jam kerja bagi tenaga kerja

2. Memberikan pelatihan tentang pentingnya sikap kerja yang baik


dan benar

3. Bagi perusahaan dan tenaga kerja agar lebih memperhatikan waktu


istirahat.

IX. Kerangka Pemikiran


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keluhan kerja yang
diterima pekerja. Faktor – faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Pada faktor eksternal, terdapat
lingkungan kerja sebagai salah satu penyebab terjadinya kelelahan kerja.
Lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimiawi, biologis dan psikologi.
Dalam faktor psikologi, beban kerja termasuk dalam salah satu penyebab
keluhan kerja yang dapat diterima oleh pekerja. Jika beban kerja yang
diterima pekerja tinggi, maka seorang pekerja akan lebih rentan terkena
kelelahan kerja

13
Gambar 1. Kerangka berpikir

X. Hipotesis

Pada umumnya, semua pekerjaan pasti memberikan beban kerja


kepada pekerjanya. Namun apabila beban kerja yang diterima seseorang
melebihi kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan gangguan
fisiologis seperti gangguan pada sistem kardiovaskular (Tarwaka, 2014).
Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga
bisa dirasakan sebelum melakukan pekerjaan dan saat melakukan
pekerjaan. Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi dengan
menyediakan sarana istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi,
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).

Menurut dua pertanyaan ahli diatas, maka beban kerja memiliki


hubungan sebab akibat dengan keluhan kelelahan kerja yang diderita oleh
pekerja pada PT. X. akibat beban kerja yang berlebih, pekerja terpaksa
menekan batas tubuhnya untuk memenuhi target perusahaan. Ketika
pekerja memaksa batas kemampuan tubuhnya, maka tubuhnya akan
memberikan sinyal berupa kelelahan kerja. Karena itu, maka beban kerja

14
yang berlebih berakibat kepada keluhan kelelahan kerja yang dialami oleh
banyak pekerja di PT. X.

XI. Metode Penelitian

Metode Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat


kuantitatif dengan pengumpulan data melalui skala. Penelitian kuantitatif
adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data
berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang
ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah
kelelahan kerja, variabel intervening adalah beban kerja, dan variabel
terikatnya adalah kepuasan kerja. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tiga skala pengukuran yaitu :

1. Skala beban kerja.


Dalam pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode
NASA TLX, (NASATask Load Index) faktornya antara lain:
Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Mental (KM), Kebutuhan Waktu
(KW), Performansi (PF), Usaha (U), dan Tingkat Stress (TS).
2. Skala Stres Kerja
Untuk mengukur stres kerja adalah indikator yang digunakan oleh
Patricia (2006). dimana indikatornya antara lain : Fisiologis, Kognitif,
Subyektif, Perilaku, dan Keorganisasian.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja PT. X


yang berjumlah 543 pekerja. Sampel dalam penelitian ini adalah total
populasi yang berjumlah 543 pekerja. Beban kerja adalah perbedaan
kapasitas kerja dengan kemampuan pekerja. Objek dalam penelitian ini
adalah tentang hubungan beban kerja yang diterima oleh pekerja dengan
keluhan kelelahan kerja yang diderita Sebagian pekerja di PT. X.
Workload atau beban kerja merupakan usaha yang harus
dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi “permintaan” dari pekerjaan
tersebut. Sedangkan kapasitas adalah kemampuan atau kapasitas

15
manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi fisik maupun mental
seseorang. Beban kerja yang dimaksud adalah ukuran (porsi) dari
kapasitas operator yang terbatas yang dibutuhkan untuk melakukan kerja
tertentu.

Dalam penelitian yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis


menggunakan tekhnik analisis statistik multiple linier regression
menggunakan program analisis statistik SPSS versi 11,5 for windows.
Teknik analisis regresi linier untuk mengukur kekuatan hubungan antar 2
variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen. Analisis regresi linier dilakukan
untuk mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap satu
variabel dependen. Sebelum melakukan uji hipotesis, data perlu diuji
agar memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE)
sehingga dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih (Supramono
& Haryanto, 2005) yaitu dengan menguji multikoleniaritas,
heterokedastisitas, dan normalitas.

XII. Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

16
XIII. Daftar Pustaka
Tarwaka, Ergonomi Industri Dasar-Dasar Pengetahuan, and Ergonomi Dan
Aplikasi Di Tempat Kerja. "Harapan Press." (2018).

Pantow, Stivani S., Grace D. Kandou, and Paul AT Kawatu. "Hubungan


antara Beban Kerja dan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda GMIM
Tomohon." e-CliniC 7.2 (2019).

Suryani, Dyah, and Yanuk Wulandari. "Hubungan antara beban kerja, stres
kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di rumah
sakit islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta." Kes Mas: Jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan 3.3
(2009): 24895.

Kusgiyanto, Wahyu, Suroto Suroto, and Ekawati Ekawati. "Analisis


Hubungan Beban Kerja Fisik, Masa Kerja, Usia, Dan Jenis Kelamin
Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Pembuatan
Kulit Lumpia Di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang
Tengah." Jurnal kesehatan masyarakat (E-Journal) 5.5 (2017): 413-
423.

Budiman, Arief, Husaini Husaini, and Syamsul Arifin. "Hubungan antara


Umur dan Indeks Beban kerja dengan Kelelahan pada Pekerja di PT.
Karias Tabing Kencana." Jurnal Berkala Kesehatan 1.2 (2016): 121-
129.

Cahyani, Wiwik Dian. "Hubungan antara beban kerja dengan kelelahan


kerja pada pekerja buruh angkut." Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi 19.2 (2016).

17

Anda mungkin juga menyukai