Anda di halaman 1dari 6

Environmental Sanitation Factors Associated With The Existence Of

Mosquito Vector In Amassangan Village, Lanrisang Sub-district


Pinrang Regency in 2017

Dahlan

Public Health Universitas Indonesia Timur

ABSTRACT

Vectors are a type of insect of fhyllum anthropods that can cause and
transmit a disease from Infection sources to vulnerable host (Budiman & Suyono,
2010). The purpose of this research is to know the environmental sanitation factor
related to the existence of mosquito vector. This study was an analytic survey with
Cross Sectional Study approach with 74 respondents
The result of statistical analysis using chi square test. Environmental
sanitation factors, which relate to the presence of mosquito vectors are water
reservoirs showing p value = 0.015 or p <0.05, waste disposal sites showing p
value = 0.034 or p <0.05, the existence of dirty clothing showing p value = 0.023
or p <0.05.

Keyword : Environment sanitation, The existence of mosquito vectors

Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Keberadaan


Vektor Nyamuk Di Desa Amassangan, Kecamatan Lanrisang
Kabupaten Pinrang Tahun 2017

Dahlan

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur

ABSTRAK

Vektor adalah jenis serangga dari fhyllum anthropoda yang dapat


menimbulkan dan menularkan suatu penyakit dari sumber Infeksi kepada induk
semang yang rentan (Budiman & Suyono, 2010). Tujuan Penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan
keberadaan vektor nyamuk. Jenis Penelitian ini survey analitik dengan
pendekatan Cross Sectional Study dengan sampel 74 responden
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square. Faktor sanitasi
lingkungan, yang berhubungan dengan keberadaan vektor nyamuk adalah
Tempat penampungan air yang menunjukkan nilai p = 0,015 atau p < 0,05,
Tempat Pembuangan Sampah yang menunjukkan nilai p = 0,034 atau p < 0,05,
Keberadaan Pakaian Kotor yang menunjukkan nilai p = 0,023 atau p < 0,05.
PENDAHULUAN

Vektor adalah jenis serangga dari fhyllum anthropoda yang dapat


menimbulkan dan menularkan suatu penyakit dari sumber Infeksi kepada induk
semang yang rentan (Budiman & Suyono, 2010). Nyamuk termasuk jenis
serangga dalam ordo diptera, dari kelas insekta. Nyamuk mempunyai dua sayap
bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar spesies berbeda-
beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi 15 mm. (Budiman & Suyono 2010).
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Nyamuk menghisap darah bukan untuk mendapatkan makanan
melainkan untuk mendapatkan protein yang terdapat dalam darah sebagai nutrisi
telurnya. Nyamuk jantan hanya memakan cairan nektar bunga, sedangkan
nyamuk menghisap darah demi kelangsungan spesiesnya, (Utama H., 2008)
Waktu yang diperlukan nyamuk untuk pertumbuhan dari telur sampai menjadi
dewasa lebih pendek (1-2 minggu). Tempat perindukan nyamuk dapat di air jernih
dan air keruh. Ada beberapa nyamuk yang mempunyai kebiasaan menggigit pada
malam hari saja (culex dan anopheles) ada yang pada siang hari (Aedes) dan ada
yang pada siang dan malam hari (Mansonia). Umur nyamuk dapat bertahan
selama lebih dari dua minggu. (Utama H., 2008).
Tempat potensial untuk perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tempat
Penampungan Air (TPA) yang digunakan sehari-hari, yaitu drum, bak mandi, bak
WC, gentong, ember dan lain-lain. Tempat perindukan lainnya yang non TPA
adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum burung, tempat sampah
dan lain-lain, serta TPA alamiah, yaitu lubang pohon, daun pisang, pelepah daun
keladi, lubang batu, dan lain-lain. Adanya kontainer di tempat ibadah, pasar dan
saluran air hujan yang tidak lancar di sekitar rumah juga merupakan tempat
perkembangbiakan yang baik (Soegijanto, 2004).
Kebiasaan hidup perlu dipelajari karna sangat erat kaitannya dengan upaya
pengendalian/pemberantasan yaitu : (1). Kebiasaan yang berhubungan dengan
perkawinan, mencari makanan, dan lamanya hidup, (2). Kebiasaan yang
berhubungan dengan waktu aktif dan perputaran dan siklus menggigitnya, (3).
Kebiasaan berlindung di luar rumah dan keluar rumah, (4). Kebiasaan memilih
mangsa, Kebiasaan dalam rumah yang berhubungan dengan iklim, suhu,
kelembaban, sinar matahari, dll, (5). Kebiasaan keluar rumah atau di luar rumah.
Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk akan mencari tempat istirahatny,
kemudian istirahat selama 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Setelah telur
matang, lalu pergi mencari breeding place untuk bertelur. Tempat untuk
beristirahat nyamuk adalah (1). Di dalam ruangan/bangunan lain, (2) Di luar
rumah/bangunan lain di alam luar seperti gua, tebing, parit, semak belukar,atau
pada tempat buatan, pit trap yang kesemuanya aman dari predator, kelembapan,
dan tidak terkena sinar matahari, (Budiman & Suyono 2010)
Laporan Perich et al. (2000) dikutip oleh Widjana (2003), bahwa ada 4 tipe
permukaan yang disukai sebagai tempat beristirahat nyamuk yakni permukaan
semen, kayu, pakaian, dan logam. Nyamuk jantan lebih banyak dijumpai
beristirahat pada permukaan logam, sementara nyamuk betina lebih banyak
dijumpai pada permukaan kayu dan pakaian. Sebagai studi kasus untuk penelitian
Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Vektor
Nyamuk Di Desa Amassangang Kabupaten Pinrang Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui faktor sanitasi lingkungan yang berhubungan dengan
keberadaan vektor nyamuk di Desa Amassangan Kabupaten Pinrang. Variable
dalam penelian ini tempat penampungan air, tempat pembuangan sampah,
keberadaan pakaian kotor
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Study (Azwar, 2014). Rancangan ini dimaksudkan adalah untuk mengetahui
hubungan faktor sanitasi lingkungan sebagai variabel independen dengan
keberadaan vector nyamuk sebagai variabel dependen pada suatu priode yang
sama atau pada suatu waktu yang sama. Lokasi penelitian yang dimaksud di
Desa Amassangang Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang. Waktu penelitian
dilaksanakan pada tanggal 10 September 2017 sampai dengan 27 September
2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga atau anggota
keluarga di Desa Amassangan Tahun 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian dari populasi yang ada di Desa Amassangan, Tahun 2017. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan Simple Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel
secara acak sederhana dimana masing-masing populasi mempunyai peluang
yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel (Azwar, 2014).
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
kuesioner yang berisi daftar pertanyaan di sertai dengan jawaban. Jumlah
sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 74 responden dari semua populasi
yang ada, Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi rumah masyarakat
dan bertanya langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner
kemudian data diolah. Untuk mengetahui adanya Hubungan sanitasi lingkungan
dengan kepadatan vector nyamuk, maka dilakukan analisis statistik dengan
menggunakan uji chi square

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji statistik hubungan antara variabel indevenden dengan keberadaan vektor


nyamuk di Desa Amassangan, Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang dapat
disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1 hubungan Tempat Penampungan Air dengan keberadaan Vektor Nyamuk
Keberadaan Vektor
Nyamuk Total p
Tempat Penampungan Air
Ada Tidak Ada
n % n % n %
Cukup Memenuhi Syarat 21 45.7 5 17.9 26 35.1
0.015
Kurang Memenuhi Syarat 25 52.3 23 82.1 48 64.9
Jumlah 46 100 28 100 74 100
Sumber : Data Primer
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari total Tempat Penampungan Air yang Cukup
memenuhi syarat sebanyak 26 rumah responden (35,1%) dimana yang ada 21
rumah responden (45,7%,) sedangkan yang tidak ada sebanyak 5 rumah
responden (17,9%).
Hal ini menunjukkan bahwa presentase yang ada lebih besar dibandingka
dengan yang tidak ada, Sementara dari total Tempat Penampungan Air yang
Kurang memenuhi syarat sebanyak 48 Rumah responden (64,9%), dimana yang
ada mencapai 25 rumah responden (54,3%), sedangkan yang tidak ada 23
rumah responden (82,1%)
Hal ini menunjukkan bahwa presentase yang ada lebih kecil dibanding yang
tidak ada. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square
yang menunjukkan nilai p = 0,015 atau p < 0,05. Artinya ada hubungan Tempat
Penampungan Air dengan keberadaan vector nyamuk. Air merupakan tempat
perindukan vector nyamuk dengan adanya tempat penampungan air yang
memenuhi syarat dapat menekan perkembang biakan populasi vektor nyamuk .
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Laskmono,
2008) menyatakan ada hubungan bermakna pemberantasan sarang nyamuk 3M
plus di bak mandi, ember dan gentong plastik dengan jumlah jentik di tempat
penampungan air.
Tabel. 2 Hubungan Tempat Pembuangan Sampah dengan Keberadaan Vektor
Nyamuk
Keberadaan Vektor
Tempat Pembuangan Nyamuk Total p
Sampah
Ada Tidak Ada
n % n % n %
Cukup Memenuhi Syarat 23 50.0 7 25.0 30 40.5
0.034
Kurang Memenuhi Syarat 23 50.0 21 75.0 44 59.5
Jumlah 46 100 28 100 74 100
Sumber : Data Primer
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total Tempat Pembuangan Sampah cukup
memenuhi syarat sebanyak 30 rumah responden (40,5%) dimana yang ada 23
rumah responden (50,0%), dan yang tidak ada sebanyak 7 rumah responden
(25,0%).
Hal ini menunjukkan bahwa presentase yang ada lebih besar dibanding
yang tidak ada, Sementara dari total Tempat Pembuangan Sampah kurang
memenuhi syarat sebanyak 44 rumah responden (59,5%), dimana yang ada 23
rumah responden (50,0%), sedangkan yang tidak ada 21 rumah responden
(75,0%). Hal ini menunjukkan bahwa presentase yang ada lebih kecil dibanding
yang tidak ada. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi
square yang menunjukkan nilai p = 0,034 atau p < 0,05. Artinya ada hubungan
tempat pembuangan sampah dengan keberadaan vektor nyamuk
Penelitian sama yang dilaksanakan oleh (Yudhastuti, 2005) juga menemukan
ada hubungan yang bermakna antara jumlah kontainer sebagai breeding place
dengan keberadaan jentik Aedes (p=0,004). Demikian juga penelitian yang
dilakukan oleh (Widyanto, 2007) mengatakan bahwa kejadian DBD disebabkan
oleh karena keberadaan breeding place positif jentik. Tempat pembuangan
sampah yang punya penutup, kedap air, terbuat dari bahan yang kuat, dan tidak
di biarkan terlalu lama di buang dapat mengendalikan populasi vektor nyamuk.
Tabel 3 Hubungan Keberadaan Pakaian Kotor dengan Keberadaan Vektor
Nyamuk
Keberadaan Vektor Nyamuk
Total p
Keberadaan Pakian Kotor
Ada Tidak Ada
n % n % n %
Cukup Baik 22 47.8 6 21.4 28 37.8
0.023
Kurang Baik 24 52.2 22 78.6 46 62.2
Jumlah 46 100 28 100 74 100
Sumber : Data Primer
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari total keberadaan pakaian kotor yang cukup
baik sebanyak 28 rumah responden (37,8%), Dimana yang ada 22 rumah
responden (47,8%), sedangkan yang tidak ada sebanyak 6 rumah responden
(21,4%).
Hal ini menunjukkan bahwa presentase yang ada lebih besar dibanding yang
tidak ada. Sementara dari total keberadaan pakaian kotor kurang baik sebanyak
46 rumah responden (62,2%), dimana yang ada 24 rumah responden (52,2%),
sedangkan yang tidak ada 22 rumah respoinden (78,6%). Hal ini menunjukkan
bahwa presentase yang ada lebih kecil dibanding yang tidak ada. Berdasarkan
hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square yang menunjukkan nilai
p = 0,023 atau p < 0,05. Artinya ada hubungan keberadaan pakaian kotor dengan
keberadaan vector nyamuk
Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan Perich et al. (2000) dari hasil
penelitiannya di Panama seperti dikutip oleh Widjana (2003), bahwa ada 4 tipe
permukaan yang disukai sebagai tempat beristirahat nyamuk yakni permukaan
semen, kayu, pakaian, dan logam. Nyamuk jantan lebih banyak dijumpai
beristirahat pada permukaan logam, sementara nyamuk betina lebih banyak
dijumpai pada permukaan kayu dan pakaian. Hasil penelitian Arman (2005) juga
menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan
endemisitas demam berdarah dengue.
Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Leonard Nainggolan menjelaskan, selain genangan air, nyamuk Aedes aegypti
memang sangat menyenangi tempat-tempat yang beraroma tubuh manusia,
contohnya pakaian yang baru dipakai dan meninggalkan bau keringat.
Dengan membudayakan prilaku hidup besih dan sehat terutama menyimpan
pakaian kotor dirumah yang mempunyai tempat khusus untuk menyimpan
pakaian kotor di lengkapi penutup dan tidak membiasakan mengantung pakain
dapat mengendalikan populasi vektor nyamuk

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Amassangan
Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang mengenai faktor sanitasi lingkungan
yang berhubungan dengan Keberadaan Vektor Nyamuk maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Ada hubungan Tempat Penampungan Air dengan Keberadaan Vektor Nyamuk
2. Ada hubungan Tempat Pembuangan Sampah dengan Keberadaan Vektor
Nyamuk
3. Ada hubungan Keberadaan Pakaian Kotor dengan Keberadaan Vektor
Nyamuk

Saran
1. Diharapkan petugas kesehatan dan pihak yang terkait memaksimalkan
memberikan penyuluhan tentang Tempat Penampungan Air yang Cukup
Memenuhi Syarat dan tidak dapat di jadikan tempat perindukan vektor nyamuk
2. Diharapkan petugas kesehatan dan pihak yang terkait memaksimalkan
memberikan penyuluhan tentang Sistem Pengelolaan Sampah dan
Menyediakan sarana pembuangan sampah sementara yang memenuhi syarat
3. Diharapkan petugas kesehatan dan pihak terkait memaksimalkan
memberikan penyuluhan tentang Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat kepada
Masyarakat yang belum mengetahui tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
khususnya masyarakat yang masih mempunyai kebiasaan menggantung
pakaian di sembarangan tempat
4. Diharapkan kesadaran kepada seluruh lapisan masyarakat agar menjaga
kebersihan Lingkungan supaya tidak menjadi saran vektor penyakit khususnya
nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA

Arman, E.P. 2005. Faktor Lingkungan dan Perilaku Kesehatan yang Berhubungan
dengan Endemisitas Demam Berdarah Dengue. Surabaya.

Azwar Asrul 2014, Metodologi Penelitian binarupa aksara publisher,fakultas


kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

Budiman & Suyono 2010, Ilmu Kesehatan Masyarakat, dalam konteks Kesehatan
Lingkungan,Jakarta, EGC

Laksmono W, Besar T.H, Bhinuri 2008, Kepadatan Jentik Aedes aegypty sebagai
Indikator Keberhasilan PSN 3 plus di Kelurahan Srondol Wetan
Kabupaten Semarang. Makara Kesehatan.

Notoatmodjo Soekidjo 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :


Jakarta.

Sari Dhina & Darnoto Sri 2012, Hubungan Breeding Place dan Prilaku Masyarakat
Dengan Keberadaan Jentik Vektor DBD Di Desa Gagak Sifat
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiayah, Surakarta.

Soegijanto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University


Press.

Suyasa dkk, 2007 Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan
Keberadaan Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan.Politeknik Kesehatan
Denpasar Kesehatan Lingkungan

Utama H. 2008, Parasitologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia : Badan penerbit FKUI, Jakarta

Widjana, D.P. 2003. Vektor Demam Berdarah Dengue. Denpasar : Bagian


Parasitologi FK Unud.

Widyanto T. 2007, Kajian Menejemen Lingkungan terhadap Kejadian DBD di Kota


Purwokerto Jawa Tengah (Tesis). 2007.

Yudhastuti, R. 2005, Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer dan Perilaku


Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Aedes di Daerah
Endemis DBD di Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai